Anda di halaman 1dari 21

Teori Apungan Benua - Continental Drift

Teori Apungan Benua (Continental Drift) pertama kali diperkenalkan oleh


Alfred Wegener, seorang ahli meteorologi asal Jerman dalam bukunya yang
berjudul The Origin of Continents and Oceans pada tahun 1915. Alfred
Wegener beranggapan bahwa benua-benua yang ada saat ini dahulunya
bersatu (benua tunggal) yang dikenal sebagai super-kontinen yang bernama
Pangaea. Nama Pangaea sendiri berasal dari bahasa Yunani yang berarti
"semua daratan.

Gambar Perkiraan Bentuk Benua Pangaea

Selanjutnya, teori ini terus berkembang hingga ditemukannya bukti-bukti


tentang keberadaan super-kontinen Pangaea pada 200 juta tahun yang lalu.
Bukti-bukti tersebut diantaranya:

Kecocokan Benua
Apabila potongan-potongan benua yang ada saat ini digabungkan menjadi
satu, akan terdapat kecocokan bentuk-bentuk benua yang dapat membentuk
suatu daratan besar, yaitu super-kontinen Pangaea. Salah satu kecocokan
tersebut dapat ditemukan pada kemiripan garis pantai yang ada di benua
Amerika Selatan bagian Timur dengan garis pantai benua Afrika bagian Barat.
Kedua garis pantai ini apabila dihimpitkan satu dengan lainnya akan saling
berhimpit.
Gambar Ilustrasi Penggabungan Potongan Benua

Persebaran Fosil
Persebaran binatang dan tumbuhan di muka bumi ini sangat tersebar luas.
Hal ini dapat dibuktikan dengan ditemukannya fosil-fosil binatang dan
tumbuhan, seperti :

Fosil Cynognathus, reptil yang hidup sekitar 240 juta tahun yang lalu,
dimana fosilnya ditemukan di benua Amerika Selatan dan benua Afrika.

Fosil Mesosaurus, reptil yang hidup di danau air tawar dan sungai yang
hidup sekitar 260 juta tahun yang lalu, dimana fosilnya ditemukan di
benua Amerika Selatan dan benua Afrika.

Fosil Lystrosaurus, reptil yang hidup di daratan sekitar 240 juta tahun
yang lalu, dimana fosilnya ditemukan di benua benua Afrika, India, dan
Antartika.

Fosil Clossopteris, tanaman yang hidup 260 juta tahun yang lalu,
dimana fosilnya ditemukan di benua benua Afrika, Amerika Selatan, India,
Australia, dan Antartika.

Ditemukannya berbagai fosil binatang dan tumbuhan dengan kemiripan


tertentu di berbagai lokasi di muka bumi ini, menandakan dahulu mereka
hidup di satu daratan, yaitu super-kontinen Pangaea.

Kesamaan Jenis Batuan


Jika benua dalam satu waktu bergabung, maka batuan dan pegunungan pada
waktu yang sama di lokasi yang berdampingan dan di benua yang
berhadapan haruslah cocok. Jalur pegunungan Appalachian yang berada di
Timur benua Amerika Utara dengan sebaran berarah Timur Laut secara tiba-
tiba menghilang di pantai Newfoundland. Pegunungan yang memiliki umur
sama dengan pegunungan Appalachian juga ditemukan di Timur Greenland,
Irlandia, Inggris, dan Norwegia. Kedua pegunungan tersebut apabila
diletakkan pada lokasi sebelum terjadinya pemisahan / pengapungan, kedua
pegunungan ini akan membentuk suatu jalur pegunungan yang menerus.
Sehingga, menandakan bahwa dahulu kedua daratan yang terpisah ini adalah
satu.

Secara garis besar, teori Apungan Benua (Continental Drift) ini melihat dari
unsur-unsur bentuk, struktur, dan umur yang sama atau identik. Namun teori
ini masih memiliki kelemahan, yaitu tidak dapat menjelaskan sebab
terjadinya benua atau super-kontinen Pangaea pecah, sehingga muncul teori
baru Teori Penjalaran Dasar Laut (Sea Floor Spreading).

Teori Apungan Benua


Sudah sejak lama para ahli kebumian mengetahui bahwa daratan-daratan yang ada di muka
bumi ini sebenarnya tidaklah tetap di tempatnya, tetapi secara berlahan daratan-daratan
tersebut bermigrasi di sepanjang bola bumi. Terpisahnya bagian daratan dari asalnya dapat
membentuk suatu lautan yang baru dan dapat juga berakibat pada terjadinya proses daur
ulang lantai samudera kedalam interior bumi. Sifat mobilitas kerak bumi ditandai dengan
adanya gempa bumi, aktivitas gunung api dan pembentukan pegunungan (orogenesa).
Berdasarkan ilmu pengetahuan kebumian, teori yang menjelaskan mengenai bumi yang
dinamis (mobil) dikenal dengan teori Tektonik Lempeng.

Hipotesa Pengapungan Benua (Continental Drift)

Revolusi dalam ilmu pengetahuan kebumian sudah dimulai sejak awal abad ke 19, yaitu
ketika munculnya suatu pemikiran yang bersifat radikal pada kala itu dengan mengajukan
hipotesa tentang benua-benua yang bersifat mobil yang ada di permukaan bumi.
Sebenarnya teori tektonik lempeng sudah muncul ketika gagasan mengenai hipotesa
Pengapungan Benua (Continental Drift) diperkenalkan pertama kalinya oleh Alfred Wegener
(1915) dalam bukunya The Origins of Oceans and Continents.

Pada hakekatnya hipotesa pengapungan benua adalah suatu hipotesa yang menganggap
bahwa benua-benua yang ada saat ini dahulunya bersatu yang dikenal sebagai super-
kontinen yang bernama Pangaea. Super-kontinen Pangea ini diduga terbentuk pada 200
juta tahun yang lalu yang kemudian terpecah-pecah menjadi bagian-bagian yang lebih kecil
yang kemudian bermigrasi (drifted) ke posisi seperti saat ini.

Bukti bukti tentang adanya super-kontinen Pangaea pada 200 juta tahun yang lalu didukung
oleh fakta fakta sebagai berikut:

Kecocokan / kesamaan Garis Pantai :


Adanya kecocokan garis pantai yang ada di benua Amerika Selatan bagian timur dengan
garis pantai benua Afrika bagian barat. Kedua garis pantai ini apabila dicocokan atau
dihimpitkan satu dengan lainnya akan berhimpit. Wegener menduga bahwa kedua benua
tersebut pada awalnya adalah satu. Berdasarkan adanya kecocokan bentuk garis pantai
inilah kemudian Wegener mencoba untuk mencocokkan semua benua-benua yang ada di
muka bumi.

Persebaran Fosil :
Diketemukannya fosil-fosil yang berasal dari binatang dan tumbuhan yang tersebar luas dan
terpisah di beberapa benua :

1. Fosil Cynognathus, suatu reptil yang hidup sekitar 240 juta tahun yang lalu dan
ditemukan di benua Amerika Selatan dan benua Afrika.

2. Fosil Mesosaurus, suatu reptil yang hidup di danau air tawar dan sungai yang hidup
sekitar 260 juta tahun yang lalu, ditemukan di benua Amerika Selatan dan benua
Afrika.

3. Fosil Lystrosaurus, suatu reptil yang hidup di daratan sekitar 240 juta tahun yang
lalu, ditemukan di benua benua Afrika, India, dan Antartika.

4. Fosil Clossopteris, suatu tanaman yang hidup 260 juta tahun yang lalu, dijumpai di
benua benua Afrika, Amerika Selatan, India, Australia, dan Antartika.

Pertanyaannya adalah, bagaimana binatang-binatang darat tersebut dapat bermigrasi


menyeberangi lautan yang sangat luas serta di laut yang terbuka? Boleh jadi jawabannya
adalah bahwa benua-benua yang ada sekarang pada waktu itu bersatu yang kemudian
pecah dan terpisah-pisah seperti posisi saat ini.

Kesamaan Jenis Batuan :


Jalur pegunungan Appalachian yang berada di bagian timur benua Amerika Utara dengan
sebaran berarah timur laut dan secara tiba-tiba menghilang di pantai Newfoundlands.
Pegunungan yang umurnya sama dengan pegunungan Appalachian juga dijumpai di British
Isles dan Scandinavia. Kedua pegunungan tersebut apabila diletakkan pada lokasi sebelum
terjadinya pemisahan / pengapungan, kedua pegunungan ini akan membentuk suatu jalur
pegunungan yang menerus.

Dengan cara mempersatukan / mencocokan kenampakan bentuk-bentuk geologi yang


dipisahkan oleh suatu lautan memang diperlukan, akan tetapi data-data tersebut belum
cukup untuk membuktikan hipotesa pengapungan benua (continental drift). Dengan kata
lain, jika suatu benua telah mengalami pemisahan satu dan lainnya, maka mutlak diperlukan
bukti-bukti bahwa struktur geologi dan jenis batuan yang cocok/sesuai. Meskipun bukti-bukti
dari kenampakan geologinya cocok antara benua-benua yang dipisahkan oleh lautan,
namun belum cukup untuk membuktikan bahwa daratan/benua tersebut telah mengalami
pengapungan.

Bukti Paleoclimatic (Iklim Purba) :


Para ahli kebumian juga telah mempelajari mengenai ilklim purba, di mana pada 250 juta
tahun yang lalu diketahui bahwa belahan bumi bagian selatan pada zaman itu terjadi iklim
dingin, di mana belahan bumi bagian selatan ditutupi oleh lapisan es yang sangat tebal,
seperti benua Antartika, Australia, Amerika Selatan, Afrika, dan India. Wilayah yang terkena
glasiasi di daratan Afrika ternyata menerus hingga ke wilayah ekuator. Akan tetapi
argumentasi ini kemudian ditolak oleh para ahli kebumian, karena selama perioda glasiasi di
belahan bumi bagian selatan, di belahan bumi bagian utara beriklim tropis yang ditandai
dengan berkembangnya hutan rawa tropis yang sangat luas dan merupakan material asal
dari endapan batu bara yang dijumpai di Amerika bagian timur, Eropa dan Asia.
Pada saat ini, para ahli kebumian baru percaya bahwa daratan yang mengalami glasiasi
berasal dari satu daratan yang dikenal dengan super-kontinen Pangaea yang terletak jauh di
bagian selatan dari posisi saat ini. Bukti-bukti dari Wegener dalam mendukung hipotesa
Pengapungan Benua baru diperoleh setelah 50 tahun sebelum masyarakat ahli kebumian
mempercayai kebenaran tentang hipotesa Pengapungan Benua.

Pengapungan Benua dan Paleomagnetisme :


Ketika pertama kali hipotesa Pengapungan Benua dikemukakan oleh Wegener, yaitu pada
periode 1930 hingga awal tahun 1950-an, bukti-bukti yang mendukung hipotesa ini sangat
minim sekali. Adapun perhatian terhadap hipotesa ini baru terjadi ketika penelitian mengenai
penentuan Intensitas dan Arah medan magnet bumi. Setiap orang yang pernah
menggunakan kompas tahu bahwa medan magnet bumi mempunyai kutub, yaitu kutub
utara dan kutub selatan yang arahnya hampir berimpit dengan arah kutub geografis bumi.
Medan magnet bumi juga mempunyai kesamaan dengan yang dihasilkan oleh suatu batang
magnet, yaitu menghasilkan garis-garis imaginer yang berasal dari gaya magnet bumi yang
bergerak melalui bumi dan menerus dari satu kutub ke kutub lainnya. Jarum kompas itu
sendiri berfungsi sebagai suatu magnet kecil yang bebas bergerak di dalam medan magnet
bumi dan akan ditarik ke arah kutub-kutub magnet bumi.

Suatu metoda yang dipakai untuk mengetahui medan magnet purba adalah dengan cara
menganalisa beberapa batuan yang mengandung mineral-mineral yang kaya unsur besinya
yang dikenal sebagai fosil kompas. Mineral yang kaya akan unsur besi, seperti magnetite
banyak terdapat dalam aliran lava yang berkomposisi basaltis. Saat suatu lava yang
berkomposisi basaltis mendingin (menghablur) dibawah temperatur Curie ( 5800 C), maka
butiran butiran yang kaya akan unsur besi akan mengalami magnetisasi dengan arah
medan magnet yang ada pada saat itu. Sekali batuan tersebut membeku maka arah
kemagnetan (magnetisasi) yang dimilikinya akan tertinggal di dalam batuan tersebut. Arah
kemagnetan ini akan bertindak sebagai suatu kompas ke arah kutub magnet yang ada. Jika
batuan tersebut berpindah dari tempat asalnya, maka kemagnetan batuan tersebut akan
tetap pada arah aslinya. Batuan batuan yang terbentuk jutaan tahun yang lalu akan
merekam arah kutub magnet pada saat dan tempat di mana batuan tersebut terbentuk, dan
hal ini dikenal sebagai Paleomagnetisme.

Penelitian mengenai arah kemagnetan purba pada aliran lava yang diambil di Eropa dan
Asia pada tahun 1950-an menunjukkan bahwa arah kemagnetan untuk batuan batuan yang
berumur muda cocok dengan arah medan magnet bumi saat ini, akan tetapi arah
kemagnetan (magnetic alignment) pada aliran lava yang lebih tua ternyata menunjukkan
arah kemagnetan yang sangat bervariasi dengan perbedaan yang cukup besar.
Berdasarkan hasil ploting dari posisi yang terlihat sebagai kutub magnet utara untuk benua
Eurasia mengindikasikan bahwa selama 500 juta tahun yang lalu, lokasi-lokasi dari kutub
utara magnet bumi secara berangsur berpindah-pindah. Hal ini merupakan bukti kuat bahwa
kutub magnet bumi telah mengalami berpindahan / bermigrasi. Perpindahan arah kutub
magnet ini dikenal sebagai Pole Magnetic Wandering yaitu arah kutub magnet yang
berkelana / berpindah pindah.

Sebaliknya apabila arah kutub magnet dianggap tetap pada posisi seperti saat ini maka
penjelasannya adalah bahwa benua yang mengalami perpindahan atau pengapungan.
Semua bukti-bukti ilmiah tersebut mengindikasikan bahwa posisi rata-rata dari kutub kutub
magnet erat kaitannya dengan posisi kutub geografis bumi. Dengan demikian, jika posisi
kutub-kutub magnet relatif tetap pada posisinya, maka kutub-kutub yang terlihat berpindah
pindah dapat dijelaskan dengan hipotesa Pengapungan Benua. Beberapa tahun kemudian,
suatu kurva dari kenampakan kutub-kutub magnet yang berpindah pindah juga dilakukan
untuk benua Amerika Utara. Apabila diperbandingkan hasil dari kedua jalur perpindahan
kutub magnet bumi, baik yang ada di Amerika Utara dan Eurasia memperlihatkan kesamaan
dan kemiripan dari jalur perpindahan kutub kutub magnet bumi tersebut yang terpisah
dengan sudut 30 derajat.

TEKTONIK LEMPENG

Tektonik lempeng adalah suatu teori yang menerangkan proses dinamika (pergerakan) bumi
tentang pembentukan jalur pegunungan, jalur gunung api, jalur gempa bumi, dan cekungan endapan
di muka bumi yang diakibatkan oleh pergerakan lempeng. Menurut teori ini, permukaan bumi
terpecah menjadi beberapa lempeng besar. Ukuran dan posisi dari tiap-tiap lempeng ini selalu
berubah-ubah. Pertemuan antara lempeng-lempeng ini, merupakan tempat-tempat yang memiliki
kondisi tektonik yang aktif, yang menyebabkan yaitu gempa bumi, gunung berapi, dan pembentukan
dataran tinggi.
Tahun 1912, seorang ahli meteorologi dan fisika Jerman, Alferd Wegener mengemukakan tentang
konsep pengapungan benua. Hipotesanya yaitu bumi pada awalnya hanya terdiri dari satu benua
(super continent) yang disebut Pangaea dan dikelilingi oleh lautan yang dainamakan Panthalassa.
Kemudian Pangaea ini pecah menjadi benua-benua yang lebih kecil dan bergerak ke tempatnya
seperti sekarang ini. Hal ini didukung oleh bukti kesamaan garis pantai, kesamaan fosil kesamaan
struktur dan batuan antar benua.

Prinsip umum dari lempeng tektonik ini adalah adanya lempeng litosfer padat dan kaku yang
terapung di atas selubung bagian atas yang bersifat plastis. Selubung bagian atas bumi merupakan
massa yang mendekati titik lebur atau bisa dikatakan hampir mendekati cair sehingga wajarlah kalau
lempeng litosfer yang padat dapat bergerak di atasnya. Kerak bumi (litosfer) dapat diterangkan ibarat
suatu rakit yang sangat kuat dan relatif dingin yang mengapung di atas mantel astenosfer yang liat
dan sangat panas. Ada dua jenis kerak bumi yakni kerak samudera yang tersusun oleh batuan
bersifat basa dan sangat basa, yang dijumpai di samudera sangat dalam, dan kerak benua tersusun
oleh batuan asam dan lebih tebal dari kerak samudera. Kerak bumi menutupi seluruh permukaan
bumi, namun akibat adanya aliran panas yang mengalir di dalam astenofer menyebabkan kerak bumi
ini pecah menjadi beberapa bagian yang lebih kecil yang disebut lempeng kerak bumi. Dengan
demikian lempeng dapat terdiri dari kerak benua, kerak samudera atau keduanya.

Lempeng litosfer yang kita kenal sekarang ini ada 6 lempeng besar, yaitu lempeng Eurasia,
Amerika utara, Amerika selatan, Afrika, Pasifik, dan Hindia Australia. Lempeng-lempeng tersebut
bergerak di atas lapisan astenosfir (kedalaman 500 km di dalam selubung dan bersifat kampir
melebur atau hampir berbentuk cair). Karena hal tersebut, maka terjadi interaksi antar lempeng pada
batas-batas lempeng yang dapat berbentuk :

Divergen : lempeng-lempeng bergerak saling menjauh dan mengakibatkan material dari


selubung naik membentuk lantai samudra baru dan membentuk jalur magmatik atau gunung
api.
Konvergen : lempeng-lempeng saling mendekati dan menyebabkan tumbukan dimana salah
satu dari lempeng akan menunjam (menyusup) ke bawah yang lain masuk ke selubung.
Daerah penunjaman membentuk suatu palung yang dalam, yang biasanya merupakan jalur
gempa bumi yang kuat. Dibelakang jalur penunjaman akan terbentuk rangkaian kegiatan
magmatik dan gunungapi serta berbagai cekungan pengendapan. Salah satu contohnya
terjadi di Indonesia, pertemuan antara lempeng Indo-Australia dan Lempeng Eurasia
menghasilkan jalur penunjaman di selatan Pulau Jawa dan jalur gunungapi Sumatera, Jawa
dan Nusatenggara dan berbagai cekungan seperti Cekungan Sumatera Utara, Sumatera
Tengah, Sumatera Selatan dan Cekungan Jawa Utara.

Transform : lempeng-lempeng saling bergesekan tanpa membentuk atau merusak litosfer.


Hai ini dicirikan oleh adanya sesar mendatar yang besar seperti misalnya Sesar Besar San
Andreas di Amerika.

Pada daerah konvergen terjadi perusakan litosfer yang berlebihan. Tumbukan pada zona konvergen
ini dipengaruhi oleh tipe material yang terlibat.
Tumbukan itu dapat berupa :

1. Tumbukan lempeng benua dengan lempeng samudra


Tumbukan ini, lempeng samudra akan tertekuk ke bawah dengan sudut 45 atau lebih, menyusup ke
bawah blok benua menuju atenosfer.
2. Tumbukan lempeng samudra dengan lempeng samudra
Bila dua lempeng saling bertumbukan, maka salah satu akan menyusup di bawah yang lain dan
menghasilkan aktivitas vulkanik. Gunung api yang terbentuk cenderung di lantai samudra. Bila
tumbuh ke atas permukan laut, maka akan terjadi serangkaian pulau-pulau gunung api baru yang
terletak beberapa ratus kilometer dari palung laut dimana kedua lempeng samudra bertemu.
3. Tumbukan lempeng benua dengan lempeng benua
Pada tumbukan ini, terjadi penyusupan lempeng ke bawah benua sehingga menyebabkan massa
benua dan sedimen lantai samudra tertekan , terlipat, dan terdeformasi. Akibatnya adalah
terbentuknya formasi pegunungan baru. Peristiwa ini terjadi pada saat bersatunya India ke benua
Asia yang menghasilkan pegunungan Himalaya.

Penyebab Lempeng Bergerak

Pendapat yang banyak diterima mengenai penyebab kempeng bergerak saat ini adalah karena
adanya arus konveksi di dalam selubung atau mantel. Sebagai energi dalam hal ini adalah panas
bumi. Panas bumi menyebar ke luar pusat bumi sepanjang waktu. Konveksi di dalam bumi
dikendalikan oleh gravitasi dan sifat-sifat batuan yang mengkerut bila mendingin. Hal ini berarti litosfer
samudra lebih berat dari selubung di bawahnya. Sedangkan gaya gravitasi yang menarik lempeng ini
cukup kuat untuk menendalikan mantel..

Menurut teori Lempeng Tektonik, lapisan terluar bumi kita terbuat dari suatu lempengan tipis
dan keras yang masing-masing saling bergerak relatif terhadap yang lain. Gerakan ini terjadi secara
terus-menerus sejak bumi ini tercipta hingga sekarang. Teori Lempeng Tektonik muncul sejak tahun
1960-an, dan hingga kini teori ini telah berhasil menjelaskan berbagai peristiwa geologis, seperti
gempa bumi, tsunami, dan meletusnya gunung berapi, juga tentang bagaimana terbentuknya gunung,
benua, dan samudra.

Lempeng tektonik terbentuk oleh kerak benua (continental crust) ataupun kerak samudra
(oceanic crust), dan lapisan batuan teratas dari mantel bumi (earths mantle). Kerak benua dan kerak
samudra, beserta lapisan teratas mantel ini dinamakan litosfer. Kepadatan material pada kerak
samudra lebih tinggi dibanding kepadatan pada kerak benua. Demikian pula, elemen-elemen zat
pada kerak samudra (mafik) lebih berat dibanding elemen-elemen pada kerak benua (felsik).

Di bawah litosfer terdapat lapisan batuan cair yang dinamakan astenosfer. Karena suhu dan
tekanan di lapisan astenosfer ini sangat tinggi, batu-batuan di lapisan ini bergerak mengalir seperti
cairan (fluid). Litosfer terpecah ke dalam beberapa lempeng tektonik yang saling bersinggungan satu
dengan lainnya. Berikut adalah nama-nama lempeng tektonik yang ada di bumi, dan lokasinya bisa
dilihat pada Peta Tektonik.

Pergerakan Lempeng (Plate Movement)

Pada awalnya ada dua benua besar di bumi ini yaitu Laurasia dan Gondwana kemudian
kedua benua ini bersatu sehingga hanya ada satu benua besar (supercontinent) yang disebut
Pangaea dan satu samudera luas atau yang disebut Panthalassa (270 juta tahun yang lalu). Dari
supercontinent ini kemudian terpecah lagi menjadi Gondwana dan Laurasia (150 jt th yll) dan akhirnya
terbagi-bagi menjadi lima benua seperti yang dikenal dan ditempati oleh manusia sekarang.
Terpecah-pecahnya benua ini menghasilkan dua sabuk gunung api yaitu Sirkum Pasifik dan Sirkum
Mediteranean yang keduanya melewati Indonesia.

Mekanisme penyebab terpecahnya benua ini bisa diterangkan oleh Teori Tektonik Lempeng
sebagai berikut :

1. Penyebab dari pergerakan benua-benua dimulai oleh adanya arus konveksi (convection current) dari
mantle (lapisan di bawah kulit bumi yang berupa lelehan). Arah arus ini tidak teratur, bisa
dibayangkan seperti pergerakan udara/awan atau pergerakan dari air yang direbus. Terjadinya arus
konveksi terutama disebabkan oleh aktivitas radioaktif yang menimbulkan panas.
2. Dalam kondisi tertentu dua arah arus yang saling bertemu bisa menghasilkan arus interferensi yang
arahnya ke atas. Arus interferensi ini akan menembus kulit bumi yang berada di atasnya. Magma
yang menembus ke atas karena adanya arus konveksi ini akan membentuk gugusan pegunungan
yang sangat panjang dan bercabang-cabang di bawah permukaan laut yang dapat diikuti sepanjang
samudera-samudera yang saling berhubungan di muka bumi. Lajur pegunungan yang berbentuk
linear ini disebut dengan MOR (Pematang Tengah Samudera) dan merupakan tempat keluarnya
material dari mantle ke dasar samudera. MOR mempunyai ketinggian melebihi 3000 m dan lebarnya
lebih dari 2000 km, atau melebihi ukuran Pegunungan Alpen dan Himalaya yang letaknya di daerah
benua. MOR Atlantik (misalnya) membentang dengan arah utara-selatan dari lautan Arktik melalui
poros tengah samudera Atlantik ke sebelah barat Benua Afrika dan melingkari benua itu di selatannya
menerus ke arah timur ke Samudera Hindia lalu di selatan Benua Australia dan sampai di Samudera
Pasifik. Jadi keberadaan MOR mengelilingi seluruh dunia.
3. Kerak (kulit) samudera yang baru, terbentuk di pematang-pematang ini karena aliran material dari
mantle. Batuan dasar samudera yang baru terbentuk itu lalu menyebar ke arah kedua sisi dari MOR
karena desakan dari magma mantle yang terus-menerus dan juga tarikan dari gaya gesek arus
mantle yang horisontal terhadap material di atasnya. Lambat laun kerak samudera yang terbentuk di
pematang itu akan bergerak terus menjauh dari daerah poros pematang dan mengarungi samudera.
Gejala ini disebut dengan Pemekaran Lantai Samudera (Sea Floor Spreading).
4. Keberadaan busur kepulauan dan juga busur gunung api serta palung Samudera yang memanjang
di tepi-tepi benua merupakan fenomena yang dapat dijelaskan oleh Teori Tektonik Lempeng yaitu
dengan adanya proses penunjaman (subduksi). Oleh karena peristiwa Sea Floor Spreading maka
suatu saat kerak samudera akan bertemu dengan kerak benua sehingga kerak samudera yang
mempunyai densitas lebih besar akan menunjam ke arah bawah kerak benua. Dengan adanya zona
penunjaman ini maka akan terbentuk palung pada sepanjang tepi paparan benua, dan juga akan
terbentuk kepulauan sepanjang paparan benua oleh karena proses pengangkatan. Kerak samudera
yang menunjam ke bawah ini akan kembali ke mantle atau jika bertemu dengan batuan benua yang
mempunyai densitas sama atau lebih besar maka akan terjadi mixing antara material kerak samudera
dengan benua membentuk larutan silikat pijar atau magma. (Proses mixing terjadi pada kerak benua
sehingga tidak akan lebih dalam dari 30 km di bawah permukaan bumi). Karena sea floor spreading
terus berlangsung maka magma hasil mixing yang terbentuk akan semakin besar sehingga akan
menerobos batuan-batuan di atasnya sampai akhirnya muncul ke permukaan bumi membentuk
deretan gunung api. Pergerakan Lempeng (Plate Movement)
Berdasarkan arah pergerakannya, perbatasan antara lempeng tektonik yang satu dengan lainnya
(plate boundaries) terbagi dalam 3 jenis, yaitu divergen, konvergen, dan transform. Selain itu ada
jenis lain yang cukup kompleks namun jarang, yaitu pertemuan simpang tiga (triple junction) dimana
tiga lempeng kerak bertemu.
Berdasarkan arah pergerakannya, perbatasan antara lempeng tektonik yang satu dengan lainnya
(plate boundaries) terbagi dalam 3 jenis, yaitu divergen, konvergen, dan transform. Selain itu ada
jenis lain yang cukup kompleks namun jarang, yaitu pertemuan simpang tiga (triple junction) dimana
tiga lempeng kerak bertemu.

1. Batas Divergen

Terjadi pada dua lempeng tektonik yang bergerak saling memberai (break apart). Ketika sebuah
lempeng tektonik pecah, lapisan litosfer menipis dan terbelah, membentuk batas divergen. Pada
lempeng samudra, proses ini menyebabkan pemekaran dasar laut (seafloor spreading). Sedangkan
pada lempeng benua, proses ini menyebabkan terbentuknya lembah retakan (rift valley) akibat
adanya celah antara kedua lempeng yang saling menjauh tersebut.
Pematang Tengah-Atlantik (Mid-Atlantic Ridge) adalah salah satu contoh divergensi yang paling
terkenal, membujur dari utara ke selatan di sepanjang Samudra Atlantik, membatasi Benua Eropa
danAfrika dengan Benua Amerika.

2. Batas Konvergen

Terjadi apabila dua lempeng tektonik tertelan (consumed) ke arah kerak bumi, yang mengakibatkan
keduanya bergerak saling menumpu satu sama lain (one slip beneath another). Wilayah dimana
suatu lempeng samudra terdorong ke bawah lempeng benua atau lempeng samudra lain disebut
dengan zona tunjaman (subduction zones). Di zona tunjaman inilah sering terjadi gempa. Pematang
gunung-api (volcanic ridges) dan parit samudra (oceanic trenches) juga terbentuk di wilayah ini.

3. Batas Transform

Terjadi bila dua lempeng tektonik bergerak saling menggelangsar (slide each other), yaitu bergerak
sejajar namun berlawanan arah. Keduanya tidak saling memberai maupun saling menumpu. Batas
transform ini juga dikenal sebagai sesar ubahan-bentuk (transform fault ) Konvergen lempeng benua
samudra (OceanicContinental) Konvergen lempeng samudrasamudra (Oceanic
Oceanic)Konvergen lempeng benuabenua (ContinentalContinental).

Bagaimana Dengan Indonesia?

Negeri kita tercinta berada di dekat batas lempeng tektonik Eurasia dan Indo-Australia. Jenis batas
antara kedua lempeng ini adalah konvergen. Lempeng Indo-Australia adalah lempeng yang
menunjam ke bawah lempeng Eurasia. Selain itu di bagian timur, bertemu 3 lempeng tektonik
sekaligus, yaitu lempeng Philipina, Pasifik, dan Indo-Australia.

Seperti telah dijelaskan sebelumnya, subduksi antara dua lempeng menyebabkan terbentuknya
deretan gunung berapi dan parit samudra. Demikian pula subduksi antara Lempeng Indo-Australia
dan Lempeng Eurasia menyebabkan terbentuknya deretan gunung berapi yang tak lain adalah Bukit
Barisan di Pulau Sumatra dan deretan gunung berapi di sepanjang Pulau Jawa, Bali dan Lombok,
serta parit samudra yang tak lain adalah Parit Jawa (Sunda).
Lempeng tektonik terus bergerak. Suatu saat gerakannya mengalami gesekan atau benturan yang
cukup keras. Bila ini terjadi, timbullah gempa dan tsunami, dan meningkatnya kenaikan magma ke
permukaan. Jadi, tidak heran bila terjadi gempa yang bersumber dari dasar Samudra Hindia, yang
seringkali diikuti dengan tsunami, aktivitas gunung berapi di sepanjang pulau Sumatra dan Jawa juga
turut meningkat.

sumber: google.com/web.teorilempeng tektonik.

Sudah sejak lama para ahli kebumian mengetahui bahwa daratan-daratan yang ada di muka bumi ini
sebenarnya tidaklah tetap di tempatnya, tetapi secara berlahan daratan-daratan tersebut bermigrasi
di sepanjang bola bumi. Terpisahnya bagian daratan dari asalnya dapat membentuk suatu lautan
yang baru dan dapat juga berakibat pada terjadinya proses daur ulang lantai samudera kedalam
interior bumi. Sifat mobilitas kerak bumi ditandai dengan adanya gempa bumi, aktivitas gunung api
dan pembentukan pegunungan (orogenesa). Berdasarkan ilmu pengetahuan kebumian, teori yang
menjelaskan mengenai bumi yang dinamis (mobil) dikenal dengan teori Tektonik Lempeng.
Hipotesa Pengapungan Benua (Continental Drift)

Revolusi dalam ilmu pengetahuan kebumian sudah dimulai sejak awal abad ke 19, yaitu ketika
munculnya suatu pemikiran yang bersifat radikal pada kala itu dengan mengajukan hipotesa tentang
benua-benua yang bersifat mobil yang ada di permukaan bumi. Sebenarnya teori tektonik lempeng
sudah muncul ketika gagasan mengenai hipotesa Pengapungan Benua (Continental Drift)
diperkenalkan pertama kalinya oleh Alfred Wegener (1915) dalam bukunya The Origins of Oceans
and Continents. Pada hakekatnya hipotesa pengapungan benua adalah suatu hipotesa yang
menganggap bahwa benua-benua yang ada saat ini dahulunya bersatu yang dikenal sebagai super-
kontinen yang bernama Pangaea. Super-kontinen Pangea ini diduga terbentuk pada 200 juta tahun
yang lalu yang kemudian terpecah-pecah menjadi bagian-bagian yang lebih kecil yang kemudian
bermigrasi (drifted) ke posisi seperti saat ini.

Bukti bukti tentang adanya super-kontinen Pangaea pada 200 juta tahun yang lalu didukung oleh
fakta fakta sebagai berikut:

Kecocokan / kesamaan Garis Pantai :

Adanya kecocokan garis pantai yang ada di benua Amerika Selatan bagian timur dengan
garis pantai benua Afrika bagian barat. Kedua garis pantai ini apabila dicocokan atau dihimpitkan satu
dengan lainnya akan berhimpit. Wegener menduga bahwa kedua benua tersebut pada awalnya
adalah satu. Berdasarkan adanya kecocokan bentuk garis pantai inilah kemudian Wegener mencoba
untuk mencocokkan semua benua-benua yang ada di muka bumi.

Persebaran Fosil :

Diketemukannya fosil-fosil yang berasal dari binatang dan tumbuhan yang tersebar luas dan
terpisah di beberapa benua :

1. Fosil Cynognathus, suatu reptil yang hidup sekitar 240 juta tahun yang lalu dan ditemukan di
benua Amerika Selatan dan benua Afrika.

2. Fosil Mesosaurus, suatu reptil yang hidup di danau air tawar dan sungai yang hidup sekitar
260 juta tahun yang lalu, ditemukan di benua Amerika Selatan dan benua Afrika.

3. Fosil Lystrosaurus, suatu reptil yang hidup di daratan sekitar 240 juta tahun yang lalu,
ditemukan di benua benua Afrika, India, dan Antartika.

4. Fosil Clossopteris, suatu tanaman yang hidup 260 juta tahun yang lalu, dijumpai di benua
benua Afrika, Amerika Selatan, India, Australia, dan Antartika.
Pertanyaannya adalah, bagaimana binatang-binatang darat tersebut dapat bermigrasi menyeberangi
lautan yang sangat luas serta di laut yang terbuka? Boleh jadi jawabannya adalah bahwa benua-
benua yang ada sekarang pada waktu itu bersatu yang kemudian pecah dan terpisah-pisah seperti
posisi saat ini.

Kesamaan Jenis Batuan :

Jalur pegunungan Appalachian yang berada di bagian timur benua Amerika Utara dengan
sebaran berarah timur laut dan secara tiba-tiba menghilang di pantai Newfoundlands. Pegunungan
yang umurnya sama dengan pegunungan Appalachian juga dijumpai di British Isles dan Scandinavia.
Kedua pegunungan tersebut apabila diletakkan pada lokasi sebelum terjadinya pemisahan /
pengapungan, kedua pegunungan ini akan membentuk suatu jalur pegunungan yang menerus.
Dengan cara mempersatukan / mencocokan kenampakan bentuk-bentuk geologi yang dipisahkan
oleh suatu lautan memang diperlukan, akan tetapi data-data tersebut belum cukup untuk
membuktikan hipotesa pengapungan benua (continental drift). Dengan kata lain, jika suatu benua
telah mengalami pemisahan satu dan lainnya, maka mutlak diperlukan bukti-bukti bahwa struktur
geologi dan jenis batuan yang cocok/sesuai. Meskipun bukti-bukti dari kenampakan geologinya cocok
antara benua-benua yang dipisahkan oleh lautan, namun belum cukup untuk membuktikan bahwa
daratan/benua tersebut telah mengalami pengapungan.

Bukti Paleoclimatic (Iklim Purba) :

Para ahli kebumian juga telah mempelajari mengenai ilklim purba, di mana pada 250 juta
tahun yang lalu diketahui bahwa belahan bumi bagian selatan pada zaman itu terjadi iklim dingin, di
mana belahan bumi bagian selatan ditutupi oleh lapisan es yang sangat tebal, seperti benua
Antartika, Australia, Amerika Selatan, Afrika, dan India. Wilayah yang terkena glasiasi di daratan
Afrika ternyata menerus hingga ke wilayah ekuator. Akan tetapi argumentasi ini kemudian ditolak oleh
para ahli kebumian, karena selama perioda glasiasi di belahan bumi bagian selatan, di belahan bumi
bagian utara beriklim tropis yang ditandai dengan berkembangnya hutan rawa tropis yang sangat luas
dan merupakan material asal dari endapan batu bara yang dijumpai di Amerika bagian timur, Eropa
dan Asia.

Pada saat ini, para ahli kebumian baru percaya bahwa daratan yang mengalami glasiasi berasal dari
satu daratan yang dikenal dengan super-kontinen Pangaea yang terletak jauh di bagian selatan dari
posisi saat ini. Bukti-bukti dari Wegener dalam mendukung hipotesa Pengapungan Benua baru
diperoleh setelah 50 tahun sebelum masyarakat ahli kebumian mempercayai kebenaran tentang
hipotesa Pengapungan Benua.

Pengapungan Benua dan Paleomagnetisme :

Ketika pertama kali hipotesa Pengapungan Benua dikemukakan oleh Wegener, yaitu pada
periode 1930 hingga awal tahun 1950-an, bukti-bukti yang mendukung hipotesa ini sangat minim
sekali. Adapun perhatian terhadap hipotesa ini baru terjadi ketika penelitian mengenai penentuan
Intensitas dan Arah medan magnet bumi. Setiap orang yang pernah menggunakan kompas tahu
bahwa medan magnet bumi mempunyai kutub, yaitu kutub utara dan kutub selatan yang arahnya
hampir berimpit dengan arah kutub geografis bumi. Medan magnet bumi juga mempunyai kesamaan
dengan yang dihasilkan oleh suatu batang magnet, yaitu menghasilkan garis-garis imaginer yang
berasal dari gaya magnet bumi yang bergerak melalui bumi dan menerus dari satu kutub ke kutub
lainnya. Jarum kompas itu sendiri berfungsi sebagai suatu magnet kecil yang bebas bergerak di
dalam medan magnet bumi dan akan ditarik ke arah kutub-kutub magnet bumi. Suatu metoda yang
dipakai untuk mengetahui medan magnet purba adalah dengan cara menganalisa beberapa batuan
yang mengandung mineral-mineral yang kaya unsur besinya yang dikenal sebagai fosil kompas.
Mineral yang kaya akan unsur besi, seperti magnetite banyak terdapat dalam aliran lava yang
berkomposisi basaltis. Saat suatu lava yang berkomposisi basaltis mendingin (menghablur) dibawah
temperatur Curie ( 5800 C), maka butiran butiran yang kaya akan unsur besi akan mengalami
magnetisasi dengan arah medan magnet yang ada pada saat itu. Sekali batuan tersebut membeku
maka arah kemagnetan (magnetisasi) yang dimilikinya akan tertinggal di dalam batuan tersebut. Arah
kemagnetan ini akan bertindak sebagai suatu kompas ke arah kutub magnet yang ada. Jika batuan
tersebut berpindah dari tempat asalnya, maka kemagnetan batuan tersebut akan tetap pada arah
aslinya. Batuan batuan yang terbentuk jutaan tahun yang lalu akan merekam arah kutub magnet pada
saat dan tempat di mana batuan tersebut terbentuk, dan hal ini dikenal sebagai Paleomagnetisme.

Penelitian mengenai arah kemagnetan purba pada aliran lava yang diambil di Eropa dan Asia
pada tahun 1950-an menunjukkan bahwa arah kemagnetan untuk batuan batuan yang berumur muda
cocok dengan arah medan magnet bumi saat ini, akan tetapi arah kemagnetan (magnetic alignment)
pada aliran lava yang lebih tua ternyata menunjukkan arah kemagnetan yang sangat bervariasi
dengan perbedaan yang cukup besar. Berdasarkan hasil ploting dari posisi yang terlihat sebagai
kutub magnet utara untuk benua Eurasia mengindikasikan bahwa selama 500 juta tahun yang lalu,
lokasi-lokasi dari kutub utara magnet bumi secara berangsur berpindah-pindah. Hal ini merupakan
bukti kuat bahwa kutub magnet bumi telah mengalami berpindahan / bermigrasi. Perpindahan arah
kutub magnet ini dikenal sebagai Pole Magnetic Wandering yaitu arah kutub magnet yang berkelana
/ berpindah pindah.

Sebaliknya apabila arah kutub magnet dianggap tetap pada posisi seperti saat ini maka
penjelasannya adalah bahwa benua yang mengalami perpindahan atau pengapungan.
Semua bukti-bukti ilmiah tersebut mengindikasikan bahwa posisi rata-rata dari kutub kutub magnet
erat kaitannya dengan posisi kutub geografis bumi. Dengan demikian, jika posisi kutub-kutub magnet
relatif tetap pada posisinya, maka kutub-kutub yang terlihat berpindah pindah dapat dijelaskan
dengan hipotesa Pengapungan Benua. Beberapa tahun kemudian, suatu kurva dari kenampakan
kutub-kutub magnet yang berpindah pindah juga dilakukan untuk benua Amerika Utara. Apabila
diperbandingkan hasil dari kedua jalur perpindahan kutub magnet bumi, baik yang ada di Amerika
Utara dan Eurasia memperlihatkan kesamaan dan kemiripan dari jalur perpindahan kutub kutub
magnet bumi tersebut yang terpisah dengan sudut 30 derajat.

Menurut teori lempeng Tektonik oleh Le Pichon (1968), kulit bumi atau yang disebut dengan
lithosfera termasuk bagian paling luar yaitu kerak bumi (Continental crust) dan kerak samudra
(Oceanic Crust) terdiri atas lempeng lempang tegar atau kaku dan saling bergerak satu sama lain.

Teori Tektonik Lempeng berawal dari pengamatan Alfred Wagener pada tahun 1915 yang
menjelaskan bahwa adanya kesimetrisan bentuk antara pantai timur Amerika Selatan dengan pantai
barat Afrika yang kalau didekatkan melekat menjadi satu kesatuan benua besar. Dari pengamatan
tersebut lahirlah Continental Drift Theory yang menyatakan bahwa sekitar 250 juta tahun yang lalu
benua-benua ini pernah menjadi dua benua besar yang disebut Pangea dan Gondwana. Kemudian
kedua benua tersebut seiring dengan waktu pecah menjadi benua-benua kecil dan bergerak ke posisi
seperti yang ada sekarang dan akan terus bergerak secara dinamis. Teori tektonik mengasumsikan
bahwa interior bumi kita tersusun dari media yang berlapis-lapis. Teori ini juga mengasumsikan
bahwa kerak bumi yang bersifat padat dan rigid seolah-olah mengapung diatas lapisan mantel bumi
yang terdiri dari fluida kental. Dengan demikian kerak bumi akan berada pada keadaan tidak stabil.

Lempeng lempeng tersebut merupakan bongkah bongkah lithosfera yang bersifat tidak kaku
(lunak, plastis, mudah berubah) dan dalam keadaan bergerak yang dinamakan Asthenosfera.
Sedangkan mengenai mekanisme pergerakan itu sendiri karena adanya arus konveksi yang terdapat
di dalam mantel bumi. Namun akhir ini para peneliti berpendapat bahwa gerak utama dari lempeng
lempang ini karena pengaruh dari perbedaan densitas atau kepadatan dan ketebalan kerak bumi
yang menonjol kearah lateral akibat dari pendinginan bumi.

Pola Mekanisme terjadinya gempabumi di atas tergantung pada keadaan struktur kulit bumi dan
distribusi gaya atau stress yang bekerja. Stress yang bekerja pada gempa tektonik yang terjadi
umumnya adalah seragam atau uniform. Sehingga perbedaan keadaan struktur atau medium daerah
bersangkutan.

Teori Gempabumi

Gempabumi merupakan peristiwa alamiah yang tidak dapat dipisahkan dengan fenomena-
fenomena alamiah lainya terutama aktivitas gunung berapi (vulkanic). Kedua fenomena ini berkaitan
erat dengan proses- proses internal yang terjadi dalam bumi. Secara fisis fenomena ini merupakan
peristiwa pelepasan energi yang dikumpulkan sebelum akibat tegangan yang bekerja di dalam bumi.
Energi yang dilepaskan pada saat terjadi nya gempabumi dapat berupa deformasi, energi gelombang
atau energienergi lainya.

Energi deformasi yang dilepaskan suatu gempa bumi dapat dilihat dari bentuk topografi suatu
daerah.Perubahan bentuk ini dapt dilihat dari bentuk topografi suatu daerah. Perubahan bentuk ini di
sebabkan oleh pergeseran pergeseran lempeng tektonik (tektonik plates) atau dapat juga
disebabkan aktivitas gunung berapi serta menuasia yang menyebabkan naik turunya lapisan bumi.
Studi yang mendalam tentang proses gempa bumi disertai analisanalisis catatan penyabaran daerah
gempa menunjukan bahwa energi gelombang yang dipancarkan oleh suatu gempa akan menjalar
dan menggetarkan medium elastik yang dilewatinya.
Besar kecilnya akibat yang dirasakan karena gempa bumi berkorelasi fositif dengan jarak suatu
daerah dengan hiposenter suatu gempa. Hiposenter adalah lokasi nyata terjadinya gempa bumi
sedangkan episenter adalah proyeksi hiposenter di permungkaan bumi (guttenber, 1954)

Jenis Gempabumi

Gempabumi merupakan fenomena alam yang bersifat merusak dan menimbulkan bencana dapat
digolongkan menjadi empat jenis, yait

1. Gempabumi Vulkanik ( Gunung Api )

Gempa bumi ini terjadi akibat adanya aktivitas magma, yang biasa terjadi sebelum gunung api
meletus. Apabila keaktifannya semakin tinggi maka akan menyebabkan timbulnya ledakan yang juga
akan menimbulkan terjadinya gempabumi. Gempabumi tersebut hanya terasa di sekitar gunung api
tersebut.

2. Gempabumi Tektonik
Gempabumi ini disebabkan oleh adanya aktivitas tektonik, yaitu pergeseran lempeng lempeng
tektonik mempunyai kekuatan dari yang sangat kecil hingga yang sangat besar. Gempabumi ini
banyak menimbulkan kerusakan atau bencana alam dibumi, getaran gempa bumi yang kuat mampu
menjalar keseluruh bagian bumi
3. Gempabumi Runtuhan
Gempabumi ini biasanya terjadi pada daerah kapur ataupun pada daerah pertambangan,
gempabumi ini jarang terjadi dan bersifat lokal.

TEKTONIK

Bentuk arsitektur dari bumi (Bailey, 1935)

Adalah ilmu yg mempelajari struktur dan gerak gerak dari kerak bumi dan
semua bagian yg mempunyai kaitan yg erat dengannya (H.Cloos).

Dapat digunakan ganda, baik itu genesis maupun diskriptip untuk


menggambarkan pola struktur ataupun sejarah perkembangan struktur
dari suatu wilayah.

TEORI SEBELUM TEKTONIK LEMPENG (Teori Orogenesis)


1. Teori Fixist ; bumi tidak mengalami gerak ke horizontal, akan tetapi
menegak.
2. Teori Mobilist ; kerak bumi bergerak horizontal (apungan benua,
pemekaran dasar samudera).
3. Teori campuran ; teori ini menganggap bumi bergerak menegak dan
mendatar (teori undasi, selain menegak selanjutnya bergerak kekanan-kiri
).
TEORI OROGENESIS
Sengor (1982) ; tectonics is the synthetic conclusion of all geological
research endeavor
Membagi perkembangan tektonik ke dalam 3 bagian waktu :

Sebelum abad 19 ; Banyak dihubungkan dng aktivitas gunung api, banjir


dan gempa bumi (Konsep Spiritual, Aliran Neptunist, Teori Amblesan &
Pengangkatan).
Antara tahun 1875 1945 ; dikembangankan geosinklin dan isostasi
(Dutton,1889 dan James Hall,1859).
Setelah tahun 1945 ; Dikuasai oleh teori tektonik lempeng.

Perkembangan Teori tektonik

Nicolas Steno (1669), memperkenalkan teori deformasi pada lapisan yg


terjadi karena terbentuk amblesan dan pengangkatan (awal teori tectonic
diperkenalkan).
Aliran Neptunist (Werner, 1900), tektonik di bumi dianggap sudah mati.
Beaumont (1852), menyatakan bahwa punggung-punggung pegunungan
dibentuk karena tegasan dari dua sisi.
James Hall (1859), menyatakan bahwa terjadi pengendapan pada jalur
sempit, pengendapan menerus dan terjadi pembumbungan dilain tempat,
shg menghasilkan metamorfisme dan deformasi.
James Dana (1884), menambahkan, penyusutan akibat pendinginan bumi
yg berlangsung di jalur sempit tersebut, shg terbentuk geosinklin.
Eduard Suess (1875), pembentukan punggungan- pegunungan terjadi
karena tegasan sisi yg tegak lurus pada sisi punggungan lipatan, gaya
tegasan berasal dari susutan bumi.
Van Bemmelen (1931), emperluas teori tentang ayunan (undasi)
BUKTI DENGAN ADANYA TEORI TEKTONIK LEMPENG

Teori pemekaran dasar samudera diilhami oleh :


1. Arthur Holmes (1931), mengenai arus konveksi.
2. Hess (1960) dan Dietz (1960), menjelaskan pemekaran dasar samudera
(Mid-Oceanic Spreading).
3. Raff & Mason (1961), mendapatkan adanya zona anomali magnet yang
bersistem di lautan.
DASAR-DASAR TEKTONIK LEMPENG
Perkembangan yg sangat maju dalam bidang geologi, kelautan dan
geofisika.
Penjelasan gejala-gejala geologi 2/3 bagian bumi.

Dapat menerangkan kegempaan, kegiatan magma, volkanisme dan


pembentukan cekungan.

HIPOTESIS

1. HIPOTESIS APUNGAN BENUA (Continental drift)


F.B Taylor (1910)

A.Wegner (1912,1929)

2. ARUS KONVEKSI (Convection current)


Holmes (1944), menerangkan bongkah benua bergeser thd lainnya dan
punggung tengah samudera sbg awal arus konveksi naik

3. PEMEKARAN LANTAI SAMUDERA (Sea floor spreading)


H.Hess (1962)&R.S Dietz (1961), menerangkan adanya punggung tengah
samudera.
BUKTI PEMEKARAN SAMUDERA DENGAN TEORI TEKTONIK LEMPENG

1. PALEOMAGNITISME
Kerak bumi yg baru muncul pada rekahan dasar samudera menerima
kemagnitan dari medan magnet yg ada. Vine & Mathews (1963) menyebutkan
bahwa zona-zona anomali magnet tersusun teratur dan bersimetri mengapit
sumbu rekahan kerak samudera.
2. ALIRAN PANAS DAN KEDALAMAN BATUAN DASAR
Nilai rata-rata aliran panas didunia adalah 1.2 microcal/cm luas/detik atau 1.2
HFU (heat flow unit). Sepanjang sumbu rekahan, aliran panas melebihi 2 HFU,
jadi semakin jauh dari rekahan simetri nilai aliran panasnya berkurang.
Kedalaman batuan dasarnya meningkat semakin dlm dan tebal apabila semakin
jauh dng sumbu rekahannya.

3. UMUR BATUAN DASAR


Basalt dari dasar laut umurnya bertambah tua apabila semakin menjauh dari
sumbu rekahan (contoh : Atlantik).

4. HOT SPOT
Titik-titik panas yang terdpt dipermukaan bumi. Jalur-jalur volkanik yg panjang di
Pasifik di bagian tengah dan barat-laut mrpk barisan keluarnya titik panas
(Emperor). Kemudian mengeluarkan lava yg membekas sbg gunung-gunung api
di Kep. Hawaii.

5. ADANYA KANDUNGAN K2O DLM BATUAN VOLCANO (Wilson,75)


Kandungan K2O = 0.13%, pemekarannya 2.9 cm/th
Kandungan K2O = 0.22%, pemekarannya 1.0 cm/th

6. KANDUNGAN TiO2 DLM BASALT LAUTAN


Misalnya basalt dari teluk Aden yg mengandung 1.2 % TiO2, nilai ini sama dng
kadar pemekaran 1 cm/th, selanjutnya kadar pemekaran yg lebih panjang,
dicirikan oleh kandungan TiO2 yg semakin tinggi juga.
Pada dasarnya permukaan dasar samudera yg paling muda adalah pada tengah
pemekaran dasar samudera. Selanjutnya umur batuan bertambah tua dan tebal
kearah sayap (contoh : pemekaran di Pasifik 3-5 cm / th)

TEORI GEOSINKLIN
Teori geosinklin muncul pertengahan abad 18, Teori ini dikonsep oleh Hall pada tahun1859
yang kemudian dipublikasikan oleh Dana pada tahun 1873. Teori ini bertujuan untuk menjelaskan
terjadinya endapan batuan sedimen yang sangat tebal, ribuan meter dan memanjang seperti pada
Pegunungan Himalaya, Alpina dan Andes.

Teori ini menyatakan bahwa geosinklin terbentuk memanjang atau seperti cekungan dalam
skala ribuan meter, yang terus menurun akibat dari akumulasi batuan sedimen dan volkanik, suatu
daerah sempit pada kerak bumi mengalami depresi selama beberapa waktu sehingga terendapkan
secara ekstrem sedimen yang tebal. Proses pengendapan ini menyebabkan subsidencae
(penurunan) pada dasar cekungan. Endapan sedimen yang tebal dianggap berasal dari sedimen
akibat proses orogenesa yang membentuk pengunungan lipatan dan selama proses ini endapan
sedimen yang telah terbentuk akan mengalami metamorfosa.

Terdeformasinya batuan di dalamnya dapat dijelaskan sebagai akibat dari menyempitnya


cekungan, sehingga batuan di dalamnya terlipat dan tersesarkan. Pergerakan ini terjadi akibat
adanya gaya penyeimbang atau isostasi.

Konsep geosinklin oleh geologist Amerika


- - Di suatu ketebalan sedimen, sedimen yang ditemukan pada zona laut dangkal akan mencirikan
terdapatnya suatu cekungan (geosinklin)
- - Pengendapan supply sedimen pada geantiklin (sebelah geosinklin) mengikuti rata-rata jumlah
sedimentasi yang terendapkan pada cekungan tersebut
- Geosinklin berada pada daerah marginal sampai dengan continent

Konsep geosinklin oleh geologist Eropa


- Menjelaskan terjadinya sedimen pada zona laut dalam dan menyimpulkan bahwa geosinklin
merupakan daerah yang dalam, berupa cekungan yang relatif memanjang
- Sulit terjadi kesetimbangan pada sistem pengendapan di geosinklin, dan sejarah serta durasi dari
geosinklin bergantung pada rata-rata relatif dari penurunan cekungan dan sedimentasi

Kelemahan dari teori ini yakni tidak bisanya menjelaskan asal-usul vulkanik. Pada intinya,
golongan ilmuwan menganggap bahwa gaya yang bekerja pada bumi merupakan gaya vertical.
Artinya, semua deformasi yang terjadi diakibatkan oleh gaya utama yang berarah tegak lurus dengan
bidang yang terdeformasi.

Pada tahun 1960-an terkumpul berbagai macam data yang memperlihatkan bahwa benua itu
berpindah. Sejak itu berkembanglah teori tektonik lempeng. Tektonik lempeng menjelaskan hubungan
antara deformasi lapisan luar bumi skala besar dengan pergerakan lempeng/plates diatas material
yang plastis. Teori ini berprinsip bahwa gaya utama yang bekerja pada bumi adalah gaya lateral
sedangkan gaya vertical juga ikut bekerja namun bukan gaya utamanya.

TEORI PEMEKARAN LANTAI SAMUDRA


Hipotesa pemekaran lantai samudera (Sea Floor Spreading) dikemukakan
pertama kalinya oleh Harry Hess (1960) dalam tulisannya yang berjudul Essay
in geopoetry describing evidence for sea-floor spreading. Dalam tulisannya
diuraikan mengenai bukti-bukti adanya pemekaran lantai samudera yang terjadi
di pematang tengah samudera (mid oceanic ridges), Guyots, serta umur kerak
samudera yang lebih muda dari 180 juta tahun.

Hipotesa pemekaran lantai samudera pada dasarnya adalah suatu hipotesa yang
menganggap bahwa bagian kulit bumi yang ada di dasar samudwra Atlantik
tepatnya di Pematang Tengah Samudera mengalami pemekaran yang
diakibatkan oleh gaya tarikan (tensional force) yang digerakkan oleh arus
konveksi yang berada di bagian mantel bumi (astenosfir). Karena terjadinya
rifting (pemekaran) di sepanjang sumbu Pematang Tengah Samudrra, maka
magma yang berasal dari astenosfir kemudian naik dan membeku. Pergerakan
lantai samudera (litosfir) ke arah kiri dan kanan di sepanjang sumbu pemekaran
dari Pematang Tengah Samudera lebih disebabkan oleh arus konveksi yang
berasal dari lapisan mantel bumi (astenosfir). Arus konveksi ini berfungsi sebagai
penggerak dan litosfir sebagai ban berjalan (conveyor belt).

Gambar arus konveksi yang menggerakkan lantai samudera (litosfir),


pembentukan material baru di Pematang Tengah Samudera (Midoceanic ridge)
dan
penyusupan lantai samudera kedalam interior bumi (astenosfir) pada zona
subduksi.
Hipotesa pemekaran lantai samudera didukung juga oleh bukti-bukti dari data-
data hasil pengukuran kemagnetan purba (paleomagnetism) dan penentuan
umur batuan (rock-dating). Kemagnetan purba adalah studi tentang polaritas
arah magnet bumi yang terekam oleh mineral yang ada dalam batuan saat
batuan tersebut membeku. Sebagaimana diketahui bahwa mineral-mineral yang
menyusun batuan, seperti mineral magnetit akan merekam arah magnet-bumi
saat mineral tersebut terbentuk, yaitu pada temperatur lebih kurang 580 derajat
Celcius (temperatur Currie).

Hasil studi kemagnetan purba yang dilakukan terhadap sampel batuan yang
diambil di bagian Pematang Tengah Samudera hingga ke bagian tepi benua
menunjukkan terjadinya polaritas arah magnet bumi yang berubah rubah
(normal dan reverse) dalam selang waktu setiap 400.000 tahun sekali. Polaritas
arah magnet bumi yang terekam pada batuan punggung tengah samudera dapat
dipakai untuk merekontruksi posisi dan proses pemisahan antara benua Amerika
dan Afrika yang semula berhimpit dan data ini didukung oleh hasil penentuan
umur batuan yang menunjukkan umur yang semakin muda ke arah pematang
tengah samudera. Hal lain yang perlu diketahui dari hipotesa pemekaran lantai
samudera adalah bahwa ternyata volume bumi tetap dan tidak semakin besar
dengan bertambah luasnya lantai samudera dan hal ini berarti bahwa harus ada
di bagian lain dari kulit bumi di mana kerak samudra mengalami penyusupan
kembali ke dalam perut bumi.

Anda mungkin juga menyukai