Anda di halaman 1dari 49

RINGKASAN

EKSEKUTIF
BIMBINGAN TEKNIS PENYUSUNAN PERATURAN


ZONASI
DI WILAYAH KALIMANTAN DAN SULAWESI

1.PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

B
erdasarkan UU No. 26/2007 Tentang Penataan Ruang, Pasal 1:
Pengendalian Pemanfaatan Ruang adalah BIMBINGAN
upaya untuk TEKNIS
mewujudkan tertib tata merupakan
ruang. Pengendalian pemanfaatan
ruang dilakukan melalui penetapan peraturan zonasi,
perizinan, pemberian insentif dan disinsentif,bagian dari pembinaan
serta pengenaan sanksi.
penataan
ruang, yakni upaya untuk
Secara Umum, pelaksanaan pengendalian pemanfaatan ruang di
meningkat-
Indonesia masih belum efektif. Berbagai isu strategis pengendalian
pemanfaatan ruang diantaranya adalah:kan kinerja penataan ruang


Belum lengkapnya instrumen dasaryang
atau aturan (Norma, Standar,
Prosedur, diselenggarakan oleh pemerintah,
dan Kriteria)
Masih belum kuatnya struktur kelembagaan pengawasan dan
pengendalian pemanfaatan ruang;
Masih kurangnya aparatur atau SDM dalam pengendalian
pemanfaatan ruang, baik dari segi kuantitas maupun kualitas;
Masih kurangnya peran atau partisipasi masyarakat dalam
pengendalian pemanfaatan ruang.

Selain itu, pada Permen PU No.20/PRT/M/2011 tentang Pedoman


Penyusunan RDTR dan Peraturan Zonasi Kota menyatakan bahwa
Peraturan zonasi adalah sebagai salah satu instrumen pengendalian,
merupakan bagian tak terpisahkan dari Rencana Detail Tata Ruang
(RDTR). RDTR disusun sesuai kebutuhan, jika RTRW kabupaten/kota
perlu dilengkapi dengan acuan lebih detil pengendalian pemanfaatan
ruang kabupaten/kota. Dalam hal RTRW kabupaten/ kota memerlukan
RDTR, maka disusun RDTR yang muatan materinya lengkap, termasuk
peraturan zonasi, sebagai salah satu dasar dalam pengendalian
pemanfaatan ruang dan sekaligus menjadi dasar penyusunan RTBL
bagi zona-zona yang pada RDTR ditentukan sebagai zona yang
penanganannya diprioritaskan. Dalam rangka memberikan pembinaan
dan mendukung percepatan penyusunan peraturan zonasi di
kabupaten/ kota, maka Direktorat Pengendalian Pemanfaatan Ruang,
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/ Badan Pertanahan Nasional

Laporan RINGKASAN EKSSKUTIF |1


melaksanakan kegiatan Bimbingan Teknis Penyusunan Peraturan
Zonasi di Wilayah Kalimantan dan Sulawesi, yang lokasinya di Kota
Singkawang dan Kabupaten Sanggau, Provinsi Kalimantan Barat.

1.2. Maksud dan Tujuan


Maksud dari kegiatan Bimbingan Teknis Penyusunan
Peraturan Zonasi di Wilayah Kalimantan dan Sulawesi
adalah untuk meningkatkan pemahaman pemerintah daerah dan
mempercepat penyelesaian penyusunan peraturan zonasi di
kabupaten/kota di wilayah Kalimantan dan Sulawesi, terutama
bagi kabupaten/kota yang sudah memiliki materi
teknis/raperda/perda RDTR, dan sedang melakukan penyusunan
peraturan zonasi.

Tujuan dari kegiatan Bimbingan Teknis Penyusunan Peraturan


Zonasi di Wilayah Kalimantan dan Sulawesi ini adalah sebagai
berikut :
1. Memberikan dukungan evaluasi kelengkapan susbtansi draft
materi teknis serta draft raperda Peraturan Zonasi Kabupaten/
Kota yang telah/ sedang disusun oleh pemerintah daerah;
2. Memberikan bekal pengetahuan teknis serta
menginventarisasi isu dan permasalahan mengenai
penyusunan Peraturan Zonasi Kabupaten/ Kota kepada aparat
kabupaten/kota di wilayah Kalimantan dan Sulawesi; dan
3. Melakukan pendampingan teknis penyusunan Peraturan
Zonasi Kabupaten/Kota sesuai Pedoman Penyusunan RDTR
dan Peraturan Zonasi Kota.

1.3. Manfaat
Manfaat dari kegiatan Bimbingan Teknis Penyusunan Peraturan
Zonasi di Wilayah Kalimantan dan Sulawesi ini adalah :
1. Meningkatnya kemampuan aparat pemerintah daerah
kabupaten/kota di wilayah Kalimantan dan Sulawesi dalam hal
penyusunan peraturan zonasi; dan
2. Tercapainya penyelesaian draft materi teknis dan raperda
peraturan zonasi di Kota Singkawang dan Kabupaten
Sanggau, Provinsi Kalimantan Barat; yang memenuhi dengan
NSPK bidang penyusunan Rencana Rinci Tata Ruang (Permen
PU No. 20 Tahun 2011).

1.4. Ruang Lingkup Lokasi


Lingkup Lokasi kegiatan Bimbingan Teknis Penyusunan Peraturan
Zonasi di Wilayah Kalimantan dan Sulawesi adalah Kota
Singkawang dan Kabupaten Sanggau, Provinsi Kalimantan Barat.

1.5. Sasaran
Sasaran yang hendak dicapai dari kegiatan Bimbingan Teknis
Penyusunan Peraturan Zonasi di Wilayah Kalimantan dan Sulawesi
adalah sebagai berikut:
1. Terlaksananya proses bimbingan teknis dan FGD dalam
rangka penyusunan peraturan zonasi di Kota Singkawang dan
Kabupaten Sanggau, Provinsi Kalimantan Barat;

Laporan RINGKASAN EKSSKUTIF |2


2. Tersusunnya draft materi teknis dan raperda peraturan zonasi
sesuai dengan Pedoman Penyusunan RDTR dan Peraturan
Zonasi Kota; dan
3. Terwujudnya peningkatan kemampuan aparat pemerintah
daerah dan transfer pengetahuan pada aparat pemerintah
daerah kabupaten/ kota di wilayah Kalimantan dan Sulawesi
dalam hal penyusunan peraturan zonasi.

2.PELAKSANAAN BIMBINGAN TEKNIS


2.1. Pelaksanaan FGD Awal di Provinsi
a. Waktu: 25 Mei 2016
b. Tempat : Hotel Gajahmada,
Kota Pontianak
c. Jumlah Peserta: Perwakilan
Ditjen PPRT, Konsultan, SKPD
Provinsi, SKPD Kab.
Singkawang, dan SKPD Kab.
Sanggau.

d. Bahasan:
Sosialisasi Pelaksanaan
Bimtek di daerah
Penyepakatan Rencana
Pelaksanaan Bimtek
Pemilihan BWP untuk lokus
bimbingan
Review terhadap Materi
Teknis RDTR dan Peraturan
Zonasi BWP terpilih

e. Kesepakatan:
Kesepakatan Pembentukan Pokja PZ
Pokja PZ Singkawang menyusun dan memperbaiki materi PZ,
Pokja PZ Sanggau membantu memfasilitasi proses
pelaksanaan Bimtek
Mekanisme Pendampingan dan Jadwal Pelaksanaan Bimtek
BWP yang disepakati di Singkawang adalah BWK H,
sedangkan di Sanggau BWP Entikong
PZ BWK H mengacu kepada draft materi teknis ZR BWK H
yang disusun Pemkot pada tahun 2014
PZ BWP Entikong mengacu kepada draft materi teknis RDTR
BWP Entikong yang disusun KemenATR dan BNPP pada tahun
2015

Laporan RINGKASAN EKSSKUTIF |3


f. Review Kelengkapan Substansi Materi Teknis PZ

Tabel 1. Tinjauan Kelengkapan Substansi Peraturan Zonasi


Matek PZ Matek PZ Matek PZ
Singkawang Entikong Entikong
No. Muatan Substansi BWK H (KemenATR) (BNPP)
Tidak Tidak Tidak
Ada Ada Ada
Ada Ada Ada
0 UMUM
0.a Klasifikasi Zona dan Subzona v v v
0.1.1 Kodifikasi v v v
0.a.2 Performa/Kinerja Ruang v v v
0.b Delineasi Blok v v v
0.b.1 Penjelasan Alamat Blok v v v
0.b.3 Pembagian Blok v v v
0.b.2 Peta Delineasi Pembagian Blok v v v
1 MATERI WAJIB
1.a Ketentuan Kegiatan dan v v v
Penggunaan Lahan
1.a.1 Ketentuan Pembatasan Kegiatan v v v
Terbatas
1.a.2 Persyaratan Ketentuan Kegiatan v v v
Bersyarat
1.a.3 Matriks ITBX v v v
1.b Ketentuan Intensitas Pemanfaatan v
Ruang
1.b.1 Ketentuan KDB Maks v v v
1.b.2 Ketentuan KLB Maks v v v
1.b.3 Ketentuan KDH Min v v v
1.b.4 Ketentuan Ketinggian Bangunan Maks v v v
1.b.5 Ketentuan KTB maks. (pilihan) v v v
1.b.6 Ketentuan KWT maks. (pilihan) v v
1.b.7 Ketentuan Kepadatan Bangunan maks. v v
(pilihan)
1.b.8 Ketentuan Kepadatan Penduduk maks v v
(pilihan)
1.c Ketentuan Tata Bangunan v
1.c.1 Ketentuan Garis Sempadan Bangunan v v v
(GSB)
1.c.2 Ketentuan Jarak Bebas Antar Bangunan v v v
1.c.3 Ketentuan Tampilan Bangunan v v v
1.c.4 Ketentuan Aturan Bangunan Lainnya v v v
(GSS, Jaringan Irigasi, dll sesuai
karakteristik lainnya)
1.d Ketentuan Prasarana dan Sarana v v
Minimal
1.d.1 Ketentuan Utilitas Minimal v v v
1.d.2 Ketentuan fasos fasum pendukung v v v
1.d.3 Ketentuan Jalur Pejalan Kaki dan Sepeda v v v
1.d.4 Ketentuan Ruang Terbuka Hijau (RTH) v v v
1.d.5 Ketentuan Ruang Terbuka Non Hijau v v v
(RTNH)
1.d.6 Ketentuan Prasarana dan Sarana v v v
Minimal lainnya
1.e Ketentuan Pelaksanaan v v v
1.e.1 Ketentuan Variansi Pemanfaatan Ruang v v v
1.e.2 Ketentuan Insentif dan Disinsentif v v v
1.e.3 Ketentuan Penggunaan Lahan lain yang v v v
sudah ada dan tidak sesuai

Laporan RINGKASAN EKSSKUTIF |4


Matek PZ Matek PZ Matek PZ
Singkawang Entikong Entikong
No. Muatan Substansi BWK H (KemenATR) (BNPP)
Tidak Tidak Tidak
Ada Ada Ada
Ada Ada Ada
2 MATERI PILIHAN
2.1 Ketentuan Tambahan v v v
2.2 Ketentuan Khusus v v v
2.3 Standar Teknis v v v
2.4 Ketentuan Pengaturan Zonasi v v v
2.5 Ketentuan Dampak Pemanfaatan v v v
Ruang
2.6 Ketentuan Kelembagaan v v v
Sumber : Hasil Penilaian Konsultan, 2016

g. Pendekatan
Berikut adalah Pendekatan yang dilakukan saat melakukan
proses Bimbingan Teknis Peraturan Zonasi BWK H Kota
Singkawang :
pihak Pemda hanya sebatas mendukung dan memfasilitasi
proses Bimtek, dan memberi masukan pada materi PZ
Perbaikan Matek PZ dilakukan konsultan Bimtek
Proses Bimtek dengan target sasaran Kelompok Masyarakat
dilakukan dengan melibatkan pada FGD perumusan visi kinerja
ruang dan aturan zonasi bersama
Proses Bimtek dengan target sasaran SKPD Teknis dengan
melibatkan pada FGD bersama masyarakat dan Klinik/Workshop
dengan melakukan pembahasan bersama materi teknis PZ

2.2. Pelaksanaan FGD 1 Kota Singkawang


a. Waktu: 22 Juni 2016
b. Tempat : Hotel Dangau, Kota
Singkawang
c. Jumlah Peserta: Perwakilan Ditjen
PPRT, Konsultan, SKPD Kota
Singkawang, dan perwakilan
masyarakat
d. Bahasan:
Sosialisasi atau Pengenalan Materi
RDTR dan Peraturan Zonasi
Penyampaian Materi RDTR dan PZ
BWK H
Penggalian Aspirasi mengenai Visi
Kinerja Ruang

e. Output :

Laporan RINGKASAN EKSSKUTIF |5


Kesepakatan Masyarakat memahami tentang pentingnya
Peraturan Zonasi serta mengetahui substansi Peraturan
Zonasi.
Draft Materi Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) dan
Peraturan Zonasi (PZ) BWK H tersosialisasikan dan
mendapatkan masukan dari masyarakat.
Disepakatinya isu-isu mengenai pengendalian pemanfaatan
ruang.
Terumuskannya visi masyarakat mengenai ruang/ lingkungan
ideal yang diharapkan.

f. Kesepakatan:
Adapun kesepakatn yang diddapat saat kegiatan FGD 1 di kota
singkawang adalah mengenai Isu-isu penataan ruang BWK H,
yaitu sebagai berikut:
Genangan di Permukiman karena kurangnya penataan
saluran
Kurangnya fasilitas MCK
Pencemaran Sungai oleh Kotoran Ternak
Sampah yang kurang terkelola dengan baik
Ketidakteraturan bangunan
Ketidakteraturan pemakaman umum
Kegiatan Galian C ilegal yang mengganggu
Banjir karena pendangkalan sungai
PKL kurang tertata
Kebisingan karena sarang walet
Kegiatan wisata malam yang mengganggu

Laporan RINGKASAN EKSSKUTIF |6


Gambar 1. Visi Kinerja Ruang PZ BWK H Kota Singkawang

2.3. Pelaksanaan FGD 2 Kota Singkawang


a. Waktu: 23 Juni 2016
b. Tempat : Hotel Dangau, Kota
Singkawang
c. Jumlah Peserta: Perwakilan
Ditjen PPRT, Konsultan, SKPD
Kota Singkawang, dan
perwakilan masyarakat

d. Bahasan:
Menyusun rumusan aturan bersama mengenai pengaturan
zonasi kawasan di BWK H Kota Singkawang

e. Kesepakatan:
Adapun kesepakatan yang didapat hasul FGD 2 di Kota
Singkawang adalah mengenai rumusan Aturan-aturan Bersama
mengenai Peraturan Zonasi di BWK H Kota Singkawang.

Laporan RINGKASAN EKSSKUTIF |7


Tabel 2. Rumusan Aturan-aturan Bersama mengenai Peraturan
Zonasi di BWK H Kota Singkawang

N Aturan
Masalah Penyebab Dampak
o Bersama
1. Galian Liar/ Menggali bukan pada - Longsor - Harus
Ilegal termpatnya - Pendangkal mempunyai
an Sungai izin galian c
Kali Asin yang Resmi
- Banjir di RT - Memperhatik
22-23 an
lingkungan
sekitarnya
- Melarang
kegiatan
Galian C di
Gunung Kali
asin dan
Teluk Karang

2. Ketidak - Kurangnya Pengawasan - Kelihatan - Pengaturan


teraturan dari Dinas Terkait atau tidak Rapih Jarak dari
mendirikan izin yang dikeluarkan (kumug dan bahu jalan
Bangunan oleh dinas terkait Bau) dan tepi
- Bangunan liar dipinggir - Menghalan sungai
jalan dan tepi nsungai gi jarak - Jalur hijau di
- Bangunan di Tikungan pandang tepi sungai
atau diperempatan pengguna dan jalan
jalan jalan

3. Pemakama - Lokasi pemakaman - Ketidak - Jarak


n Umum terlalu dekat dengan teraturan pemukiman
perumahan masyarakat pemakama warga
- Tidak ada akses n dengan
menuju pemakaman - Menggangg pemakaman
- Upacara Pemakaman u +- 100 m
tidak memperhatikan lingkungan - Akses Jalan
waktu masyarakat menuju
pemakaman
4. Genangan - Bertumpuknya sampah - Wilayah - membudayak
di - Kurang/Tidak adanya kumuh an
Permukima drainase - Banjir lingkungan
n - Ketinggian permukaan - penyakit yang bersih
air dan daratan relative dan sehat
sama - pembersihan
drainase
secxara
berkala
- pembuatan
tanggul
sungai sedau
5. Persampah - Kurang/ belum ada - Banjir - Membuat
an Tong sampah - Kumuh tongsampah
- Kurangnya kesadaran - Penyakit masing
Masyarakat - Lingkungan masing
- Belum adanya jadi bau - Penyediaan
pengolahan sampah TPS di Tiap
RT
- Sanitasi

Laporan RINGKASAN EKSSKUTIF |8


N Aturan
Masalah Penyebab Dampak
o Bersama
lingkungan
dimungkinka
n

6. Banjir dan - Banyak yang - Sungai - Membuat


Pendangkal membuang sampah di menjadi tempat
an Sungai sungai tidak lancer sampah
- Pada waktu air pasang - Sungai - Pohon yang
sampah tersebut menjadi sudah
masuk kembali dangkal tumbang
- Pohon pohon dipinggir - diganti
sungai banyak yang dengan turap
ditebang, sehingga atau barau
tanah jadi longsor - Perlu adanya
normalisasi
sungai
- Harus ada
petugas yang
mengawasi
lingkungan
tersebut
7. Wisata - Mudah Mendapat surat - Memberika - Kegiatan
malam izin usaha yang tidak n imej yang wisata
sesuai usaha yang kurang baik malam harus
dikelola bagi kota ditentukan di
- Tidak adanya Singkawan suatu tempat
keseriusan pemerintah g yang jauh
dalam - Berpotensi dari
menangani/menindakla penyebaran permukiman
njuti dari suratb izin penyakit penduduk
yang dikeluarkan menular - Lokasi tidak
- Mudahnya mendapat - Merusak dipinggir
fasilitas berupa tempat moral anak jalan utama
usaha muda - Tempat harus
- selalu
terpantau
oleh
pemerintah
8. Pencemara - Kandang ternak - Pencemara - Kotoran
n kotoran diatas/sipinggir sungai n sungai Ternak
ternak - Ternak tidak - Masyarakt dibuang pada
dikandangkan di daerah tempat yang
- Belum ada pengolahan hilir sulit aman yang
khusus kotoran ternak mendapatk dibuat okleh
an air pengusahany
bersih a
untuk MCK - Mengusulkan
- Penyebab sanksi pidana
banyak bagi pemilik
pemnyakit peternakan
yang
membuang
kotoran
ternak ke
sungai

Laporan RINGKASAN EKSSKUTIF |9


N Aturan
Masalah Penyebab Dampak
o Bersama
9. MCK - MCK yang tidak - Menimbulk - Tiap rumah
permanen an bau memiliki
- Pembuangan limbah tidak sedap kakus/jamban
yang sembarangan - Rawan sendiri
- MCK umum yang terhadap - Membuat wc
sangat kurang penyakit umum di
- Sumber air bersih lokasi warga
sudah sangat kurang yang tidak
mampu
- Dilarang
mengalirkan
buanganb wc
ke sungai
1 Rumah - Membangun rumah - Bising - Membangun
0 sarang wallet terlalu dekat menggangg rumah wallet
walet dengan rumah u orang harus jauh
penduduk bahkan ada istirahat dari rumah
yang satu atap - Orang jadi penduduk
mudah - Undang
terkena flu undang atau
aturan yang
telahhh
dibuat harus
dijalankan
atau
dipertanggun
g jawabkan
- Sarang wallet
tidsak boleh
satu atap
dengan
rumah
1 PKL Pasar - Belum tersedianya - Menggangg - Diadakan
1 sekok tempat jualan yang u pengguna penyuluhan
resmi jalan pada
- Tidak adanya aturan hingga pedagang
yang mengikat menyebabk - Diberi
- Tidak adanya an fasilitas yang
penyuluhan pada kemacetan memadai
pedagang - Menimbulk
an bau
yang tidak
sedap
- Sampah
menumpuk
Sumber: Lampiran Berita Acara FGD 2 Kota Singkawang, 2016

2.4. Pelaksanaan FGD 3 Kota Singkawang


a. Waktu: 1 September 2016
b. Tempat : Hotel Dangau, Kota
Singkawang
c. Jumlah Peserta: Perwakilan Ditjen
PPRT, Konsultan, SKPD Kota
Singkawang, dan perwakilan
masyarakat
d. Bahasan:

Laporan RINGKASAN EKSSKUTIF | 10


Menyusun Rumusan Draft Peraturan Zonasi BWK H sebagai
bahan masukan bagi penetapan proses penyusunan RDTR dan
Peraturan Zonasi BWK H Kota Singkawang.
e. Kesepakatan:
Adapun kesepakatan yang didapat hasil FGD 3 di Kota
Singkawang adalah mengenai Memetakan aturan-aturan
Bersama mengenai Peraturan Zonasi di BWK H Kota
Singkawang, serta terumuskannya Matriks ITBX BWK H Kota
Singkawang.

Laporan RINGKASAN EKSSKUTIF | 11


Gambar 2. Aturan bersama dari masyarakat yang diakomodir
dalam PZ BWK H Kota Singkawang

Laporan RINGKASAN EKSSKUTIF | 12


Tabel 3. Matriks ITBX BWK H Kota Singkawang

Laporan RINGKASAN EKSSKUTIF | 13


Laporan RINGKASAN EKSSKUTIF | 14
Laporan RINGKASAN EKSSKUTIF | 15
Laporan RINGKASAN EKSSKUTIF | 16
2.5. Pelaksanaan Klinik/ Workshop Kota Singkawang
a. Waktu: 29 - 30 Sep 2016
b. Tempat : Hotel Dangau, Kota Singkawang
c. Jumlah Peserta: Perwakilan Ditjen PPRT, Konsultan, SKPD Kota
Singkawang, dan perwakilan masyarakat
d. Bahasan:
Menyusun Rumusan Draft Peraturan Zonasi BWK H sebagai
bahan masukan bagi penetapan proses penyusunan RDTR dan
Peraturan Zonasi BWK H Kota Singkawang.
e. Kesepakatan:
Adapun kesepakatan yang
didapat hasil kegiatan Klinik di
Kota Singkawang adalah
sebagai berikut:
Materi Peraturan Zonasi
BWP Entikong perlu
didahului dengan
Penetapan Pola Ruang
dalam RDTR yang sesuai dengan kaidah-kaidah perencanaan
yang baik, Pola Ruang yang mendasari peruntukkan zona di
BWK H Singkawang perlu diperbaiki terlebih dahulu,
terutama terkait dengan ketelitian peta, keseuaian dengan
pola ruang RTRW dan penetapan pola-pola ruang yang perlu
dipertajam dan didiskusikan kembali dengan sektor terkait
seperti untuk zona industri dan zona RTH.
Terdapat dua versi materi teknis RDTR yang dijadikan acuan,
perlu segera ditetapkan materi teknis RDTR yang akan
dijadikan acuan bagi pengaturan zonasi
Nomenklatur Klasifikasi zona akan disesuaikan dengan
arahan dari advisory note dari konsultan pendamping,
terutama untuk zona lindung
Pengaturan khusus mengenai reklamasi dan penanganan
sempadan pantai perlu lebih dielaborasi dan mampu
memecahkan persoalan-persoalan akses terhadap pantai,
pemanfaatan untuk wisata dan permasalahan abrasi pantai.
Konsultan pendamping membantu menyusun peta blok-blok
perencanaan dan penyesuaian nomenklatur klasifikasi zonasi
pada peta. Sementara tim penyusun fokus memperbaiki
substansi PZ sesuai dengan masukan pada klinik dan arahan
dari advisory note konsultan pendamping.

2.6. Pelaksanaan FGD 1 di Entikong, Kabupaten Sanggau


a. Waktu: 27 Juli 2016
b. Tempat : Kantor Kecamatan Entikong, Kabupaten Sanggau

Laporan RINGKASAN EKSSKUTIF | 17


c. Jumlah Peserta: Perwakilan
Ditjen PPRT, Konsultan, SKPD
Kabupaten Sanggau, dan
perwakilan masyarakat
d. Bahasan:
Sosialisasi atau Pengenalan
Materi RDTR dan Peraturan
Zonasi
Penyampaian Materi RDTR dan
PZ BWP Entikong, Kabupaten Sanggau
Penggalian Aspirasi mengenai Visi Kinerja Ruang

e. Output:
Adapun output yang didapat hasil kegiatan FGD 1 di Entikong,
kabupaten Sanggau adalah bahwa Draft Materi Teknis RDTR
dan Peraturan Zonasi BWP Entikong telah dipaparkan dan
ditanggapi oleh peserta FGD yang kemudian akan diperjelas
pada saat FGD 2 di Entikong, Kabupaten Sanggau.

2.7. Pelaksanaan FGD 2 di Entikong, Kabupaten Sanggau


a. Waktu: 28 Juli 2016
b. Tempat : Kantor Kecamatan
Entikong, Kabupaten Sanggau
c. Jumlah Peserta: Perwakilan
Ditjen PPRT, Konsultan, SKPD
Kabupaten Sanggau, dan
perwakilan masyarakat
d. Bahasan:
Menyusun rumusan isu permasalahan, visi kinerja ruang, dan
aturan bersama mengenai pengaturan zonasi kawasan di BWP
Entikong
e. Output:
Adapun output yang didapat hasil kegiatan FGD 2 di Entikong,
kabupaten Sanggau adalah Terumuskannya isu permasalahan,
visi kinerja ruang, dan aturan bersama mengenai pengaturan
zonasi kawasan pada setiap zona di BWP Entikong.

Tabel 4. Isu-isu penataan ruang, Visi Kinerja Ruang, dan Aturan


bersama Zona Pertanian dan Perkebunan di BWP Entikong
ATURAN-ATURAN
VISI KINERJA
BERSAMA
1. Percetakan Sawah (Pertanian) 1. Tidak boleh
2. Meningkatkan Perkebunan Lada dan Karet berpindah ladang
PERMASALAHAN apabila sudah
MASALAH PENYEBAB AKIBAT mempunyai sawah/
kebun
Terbentur masuk
SK Menhut belum Tidak bisa 2. Ditanami komoditi
kawasan hutan
dilepas jadi APL mencetak sawah yang sesuai
lindung (pertanian)
kebutuhan pasar
Ladang 3. Menghormati/
Asap, polusi
Tidak ada sawah berpindah- menaati adat dalam
udara
pindah perluasan sawah/
Terbentur hutan Belum dilepas Tidak bisa

Laporan RINGKASAN EKSSKUTIF | 18


lindung mengajukan
jadi APL
(perkebunan) kebun baru
Belum ada/
kurang akses Menjual hasil
Akses kurang penjualan hasil kebun ke
kebun ke Malaysia
Indonesia kebun
KEGIATAN-KEGIATAN YANG MENGGANGGU/ MENCEMARI/ 4. Kerjasama
MERESAHKAN/ MEMBAHAYAKAN 5. Pembukaan jalan
untuk hasil kebun
Saat Ini Berpotensi di Masa Datang
- -
Sumber : Lampiran Berita Acara kegiatan FGD 2 di Entikong, Kabupaten Sanggau

Tabel 5. Isu-isu penataan ruang, Visi Kinerja Ruang, dan Aturan


bersama Zona Pariwisata di BWP Entikong
ATURAN-ATURAN
VISI KINERJA
BERSAMA
Penataan Kawasan Pariwisata, Seperti Water Front 1. Dilarang
PERMASALAHAN mendirikan
MASALAH PENYEBAB AKIBAT bangunan di
kawasan Water
Lokasi padat Permukiman Tidak adanya Front, kecuali
penduduk kumuh penataan bangunan/sarana
pendukung wisata
Tidak ada 2. Kelompok
Banjir Kerugian material
tanggul pengelola Water
KEGIATAN-KEGIATAN YANG MENGGANGGU/ MENCEMARI/ Front
MERESAHKAN/ MEMBAHAYAKAN 3. Penyediaan tanggul
Saat Ini Berpotensi di Masa Datang banjir
4. TPS dan
pengelolaan
kebersihan di
kawasan Water
Front
Bangunan rumah di 5. Sarana prasarana
Pencemaran lingkungan
lokasi rawan banjir pengelolaan limbah
logistik
6. Tampilan bangunan
mengikuti kearifan
lokal
Sumber : Lampiran Berita Acara kegiatan FGD 2 di Entikong, Kabupaten Sanggau

Tabel 6. Isu-isu penataan ruang, Visi Kinerja Ruang, dan Aturan


bersama Zona Perumahan di BWP Entikong
ATURAN-ATURAN
VISI KINERJA
BERSAMA
Kampung yang rapih, mendorong kesejahteraan, dan 1. Jarak antar rumah 5
melestarikan kearifan lokal m (2,5 m sisi kanan
PERMASALAHAN dan sisi kiri),
MASALAH PENYEBAB AKIBAT ditanami Toga
2. Jalan harus ada
Rumah dempet Kumuh Tidak ada tata

Laporan RINGKASAN EKSSKUTIF | 19


ruang
permukiman
Tidak ada jalan
Jalan tidak teratur yang
Akses sulit
dan kecil direncanakan
lebih awal
Miras dan narkoba Miras digunakan
Perumahan onar
marak diluar adat
Tempat hiburan Penyalahgunaan
Keresahan social
tidak sehat izin
Kearifan lokal harus Struktur keluarga Relokasi
dijaga renggang pelebaran jalan
Belum ada lebih dulu dan lebar
Pembuangan saluran minimal 6 m, jarak
Lingkungan tidak dari jalan ke rumah
limbah masih ke pembuangan,
sehat minimal 6 m dan
sungai belum ada
perencanaan maksimal 10 m.
KEGIATAN-KEGIATAN YANG MENGGANGGU/ MENCEMARI/ 3. Adat dan
MERESAHKAN/ MEMBAHAYAKAN pemerintahan
mengatur miras
Saat Ini Berpotensi di Masa Datang impor (non-adat)
4. Tidak diizinkan ada
Bangunan rumah di tempat hiburan,
Pencemaran lingkungan
lokasi rawan banjir kecuali olahraga
dan rekreasi serta
Sumber : Lampiran Berita Acara kegiatan FGD 2 di Entikong, Kabupaten Sanggau

Tabel 7. Isu-isu penataan ruang, Visi Kinerja Ruang, dan Aturan


bersama Zona RTH dan Sempadan Sungai di BWP Entikong
ATURAN-ATURAN
VISI KINERJA
BERSAMA
Pelestarian Lingkungan dan Adat 1. Tidak boleh
PERMASALAHAN menebang pohon
MASALAH PENYEBAB AKIBAT di tepi sungai
2. Mengurangi
Masyarakat belum Belum ada
RTH belum pembukaan sawit
tahu lokasi RTH, sosialisasi dan
dimanfaatkan di hulu sekayam
belum ada akses akses
3. Transmigrasi lokal
Hulu gundul untuk penghuni
Banjir ketika hujan
Banjir (ladang tepi sungai yang
lebat
berpindah) tidak punya lahan
Ladang, kebun,
Longsor Banjir arus deras
sawah rusak
KEGIATAN-KEGIATAN YANG MENGGANGGU/ MENCEMARI/
MERESAHKAN/ MEMBAHAYAKAN
Saat Ini Berpotensi di Masa Datang
- -
Sumber : Lampiran Berita Acara kegiatan FGD 2 di Entikong, Kabupaten Sanggau

Laporan RINGKASAN EKSSKUTIF | 20


Tabel 8. Isu-isu penataan ruang, Visi Kinerja Ruang, dan Aturan
bersama Zona Perdagangan dan Jasa di BWP Entikong
ATURAN-ATURAN
VISI KINERJA
BERSAMA
1. Penempatan lokasi perdagangan dan jasa mudah 1. Lokasi mudah
diakses oleh masyarakat diakses
2. Sarana dan prasarana yang memadai (infrastruktur yang
3. Bersih, aman, nyaman dan tertib baik):
PERMASALAHAN - Jalan aspal
MASALAH PENYEBAB AKIBAT - Drainase
- Penerangan jalan
Bangunan terlalu Kurangnya - Trotoar
Terhambatnya - Halte
dekat dengan pengawasan dari
transportasi - Lahan parker
badan jalan instansi terkait
2. Jaringan air bersih,
listrik, pompa
Belum adanya Aktivitas ekonomi hydrant
Lahan berbukit-
pusat perdagangan masyarakat 3. Tersedia tempat
bukit
terpadu terhambat sampah, pos
keamanan taman
Pasar tidak 4. Penegakan hukum
Lokasi pasar
Pasar kotor/ kumuh berfungsi dengan yang tegas tentang
yang terpisah
baik garis sempadan
bangunan.
Pasar yang Bangunan
Minimnya 5. Mengusulkan lokasi
dibangun oleh menjadi
prasarana pasar terpadu
pemerintah sepi kosong/tidak
pendukung (Dusun Entikong
pengunjung ditempati
Tapang, Dusun
KEGIATAN-KEGIATAN YANG MENGGANGGU/ MENCEMARI/ Sontos, Dusun
MERESAHKAN/ MEMBAHAYAKAN Penpin)
Saat Ini Berpotensi di Masa Datang 6. Pengelola
Parkir kendaraan sampah/petugas
Tindakan kriminal
tidak tertib pengelola pasar
7. Tampilan bangunan
mengikuti kearifan
lokal:
- Burung Enggang
Bongkar muat - Mandau
Kegiatan prostitusi
barang - Keris
- Perisai
8. Melarang kegiatan
yang berbau
prostitusi
Sumber : Lampiran Berita Acara kegiatan FGD 2 di Entikong, Kabupaten Sanggau

2.8. Pelaksanaan FGD 3 di Entikong, Kabupaten Sanggau


a. Waktu: 30 Agustus 2016

Laporan RINGKASAN EKSSKUTIF | 21


b. Tempat : Kantor Kecamatan
Entikong, Kabupaten Sanggau
c. Jumlah Peserta: Perwakilan
Ditjen PPRT, Konsultan, SKPD
Kabupaten Sanggau, dan
perwakilan masyarakat
d. Bahasan:
Menyusun Rumusan Draft
Peraturan Zonasi BWP Entikong
sebagai bahan masukan bagi
penetapan proses penyusunan
RDTR dan Peraturan Zonasi BWP Entikong Kabupaten Sanggau.
e. Output:
Adapun output yang didapat hasil kegiatan FGD 3 di Entikong,
kabupaten Sanggau adalah terumuskannya matriks ITBX di
BWP Entikong Kabupaten Sanggau.

Gambar 3. Peta Aturan Bersama BWP Entikong Kabupaten


Sanggau

Laporan RINGKASAN EKSSKUTIF | 22


Tabel 9. Matriks ITBX BWP Entikong Kabupaten Sanggau

Laporan RINGKASAN EKSSKUTIF | 23


Laporan RINGKASAN EKSSKUTIF | 24
Laporan RINGKASAN EKSSKUTIF | 25
Laporan RINGKASAN EKSSKUTIF | 26
Laporan RINGKASAN EKSSKUTIF | 27
Laporan RINGKASAN EKSSKUTIF | 28
Laporan RINGKASAN EKSSKUTIF | 29
Laporan RINGKASAN EKSSKUTIF | 30
Laporan RINGKASAN EKSSKUTIF | 31
2.9. Pelaksanaan Klinik/ Workshop Entikong Kabupaten
Sanggau
a. Waktu: 27-28 September
2016
b. Tempat : Kantor
BAPPEDA, Kabupaten
Sanggau.
c. Jumlah Peserta:
Perwakilan Ditjen PPRT,
Konsultan, SKPD
Kabupaten Sanggau, dan
perwakilan masyarakat
d. Bahasan:
Menyusun Rumusan Draft Peraturan Zonasi BWP Entikong
Kabupaten Sanggau sebagai bahan masukan bagi penetapan
proses penyusunan RDTR dan Peraturan Zonasi BWP Entikong
Kabupaten Sanggau.
e. Kesepakatan:
Adapun kesepakatan yang didapat hasil kegiatan Klinik di
Entikong adalah sebagai berikut:
Materi Peraturan Zonasi BWP Entikong perlu didahului
dengan Penetapan Pola Ruang dalam RDTR yang sesuai
dengan kaidah-kaidah perencanaan yang baik, Pola Ruang
yang mendasari peruntukkan zona di BWP Entikong perlu
diperbaiki terlebih dahulu
Penyesuaian areal perencanaan dan pola ruang juga perlu
menyesuaikan dengan SK Menhut no. 733/2014 tentang
penunjukkan kawasan hutan dan SK Menhut 28/22/2016
mengenai penetapan Hutan Lindung Gunung Menjang
Pengaturan ruang di sepanjang jalan arteri hasil pelebaran,
agar diarahkan untuk jalur hijau, sementara kegiatan
komersial di sepanjang jalan ditertibkan dan diarahkan pada
lokasi-lokasi klaster komersial
Pengaturan zona-zona perumahan agar tidak berkembang
sporadis, diarahkan untuk membentuk Klaster-klaster
perumahan dengan insentif penyediaan prasarana jalan dan
utilitas lainnya terlebih dahulu kedalam areal perumahan
Terdapat zona pertahanan keamanan di sekitar PLBN, tetapi
arealnya sudah banyak digunakan oleh masyarakat, perlu
dilakukan pengaturan terkait hankan dengan merujuk
kepada peraturan perundangan yang berlaku
Nomenklatur untuk zona dry port perlu disesuaikan karena
merujuk kepada nomenklatur dari Kemenhub nomenklatur
yang sesuai adalah zona terminal angkutan barang
Perlu pengaturan khusus bangunan yang berdiri di lereng-
lereng bukit mengingat kontur lapangan yang berbukit-bukit
Terdapat rencana Terminal transit antar negara di sekitar
PLBN di sebelah timur jalan arteri, perlu diakomodasikan
kedala blok peruntukkan lahan, dengan koordinat yang
sudah ditetapkan oleh Kemenhub

Laporan RINGKASAN EKSSKUTIF | 32


Konsep TDR dan redevelopment bantaran sungai yang akan
menjaid kampung wisata diharapkan tidak membebani
anggaran daerah
Penetapan PZ perlu dimatangkan terlebih dahulu apakah
akan ditetapkan oleh Pemerintah Pusat atau melalui
pemerintah daerah. Jika melalui pemerintah daerah, perlu
disinkronkan dengan Prolegda di daerah

3.PENINJAUAN SUBSTANSI PERBAIKAN


MATERI PERATURAN ZONASI
3.1. Peninjauan Substansi Perbaikan Materi Peraturan Zonasi
BWK H Kota Singkawang
Pada bagian ini akan dijelaskan beberapa hal terkait peninjauan
substansi perbaikan materi Peraturan Zonasi BWK H Kota
Singkawang, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada uraian
sebagai berikut.

Tabel 10. Pembahasan Umum Materi Teknis Peraturan


Zonasi
Pencapaian
Materi Rekomendasi Perbaikan
Perbaikan

Belum sesuai dengan 1) Harus diseuaikan dengan sistematika Penyesuanan baru


pedoman Penyusunan yang diatur dalam pedoman Penyusunan dilakukan sampai bab 2
Peraturan Zonasi Peraturan Zonasi
(Permen PU 2) Perlu Menambahkan :
20/PRT/M/2011) subbab Tinjauan terhadap RTRW Kota
Singkawang dan RDTR BWK H,
subbab Tinjauan terhadap Kebijakan
dan Strategi RTRW dan RDTR,
Subbab Pembagian Blok
Subbab materi opsional

Tabel 11. Pembahasan mengenai Sistematika PZ BWK H Kota


Singkawang yang belum sesuai dengan Pedoman PZ (Permen PU
20/PRT/M/2011)
Awal Rekomendasi Hasil Perbaikan

PENDAHULUAN BAB I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang 1.1 Dasar Hukum Penyusunan 1.1 Dasar Hukum
1.2 Pengertian Dasar Peraturan Zonasi Peraturan Zonasi 1.2 Tinjauan RTRW Kota
1.3 Tujuan dan Sasaran 1.2 Tinjauan Terhadap RTRW/RDTR Singkawang
1.4 Ruang Lingkup Kabupaten/Kota 1.2.1 Rencana Struktur Ruang
1.4.1 Wilayah Perencanaan 1.3 Tinjauan Kebijakan dan Strategi 1.2.2 Rencana Pola Ruang
1.4.2 Lingkup Materi / Substansi RTRW/RDTR Kabupaten/Kota 1.2.3 Rencana Kawasan Strategis
Perencanaan 1.4 Tujuan Peraturan Zonasi 1.3 Tinjauan RDTR Kawasan
1.5 Masa Berlaku Primer BWK H Kota
1.6 Dasar Hukum BAB II Ketentuan Umum Singkawang
1.7 Proses Penyusunan Peraturan Zonasi 2.1 Istilah dan Definisi 1.3.1 Rencana Pengembangan
1.7.1 Pengumpulan Data/Informasi 2.2 Kedudukan Peraturan Zonasi Jaringan Pergerakan
1.7.2 Analisis dan Perumusan Ketentuan 2.3 Fungsi dan Manfaat Peraturan 1.3.2 Rencana Pengembangan
Teknis Zonasi Utilitas

Laporan RINGKASAN EKSSKUTIF | 33


Awal Rekomendasi Hasil Perbaikan

1.7.3 Penyusunan Raperda tentang 2.4 Kriteria dan Lingkup Wilayah 1.3.3 Rencana Pola Ruang
Peraturan Zonasi Perencanaan Peraturan Zonasi 1.3.4 Rencana Kawasan Budidaya
1.8 Pelibatan Peran Masyarakat 2.5 Masa Berlaku Peraturan Zonasi 1.4 Tujuan Peraturan Zonasi
2.6 Klasifikasi Zona
2. GAMBARAN UMUM KAWASAN 2.7 Pembagian Blok BAB II KETENTUAN UMUM
PRIMER KOTA SINGKAWANG (BWK H) 2.1 Istilah dan Definisi
BAB III Text Zonasi (Zoning Text) 2.2 Kedudukan Peraturan Zonasi
3. PERATURAN ZONASI KAWASAN 3.1 Ketentuan Kegiatan dan 2.3 Kriteria dan Ruang Lingkup
PRIMER KOTA SINGKAWANG Penggunaan Lahan 2.3.1 Wilayah Perencanaan
3.1 Perumusan Ketentuan Teknis 3.2 Ketentuan Intensitas Pemanfaatan 2.3.2 Lingkup Materi / Substansi
3.2 Tujuan Peraturan Zonasi Ruang Perencanaan
3.3 Klasifikasi Zona 3.3 Ketentuan Tata Bangunan 2.4 Masa Berlaku
3.4 Daftar Kegiatan 3.4 Ketentuan Prasarana dan Sarana 2.5 Klasifikasi Zona
3.5 Delineasi Blok Peruntukan (Zoning Minimal 2.6 Daftar Kegiatan
Block) 3.5 Ketentuan Pelaksanaan 2.7 Delineasi Blok Peruntukan
3.6 Ketentuan Teknis Zonasi 3.5.1 Variansi Pemanfaatan Ruang (Zoning Block)
3.6.1 Ketentuan Kegiatan dan 3.5.2 Insentif dan Disinsentif
Penggunaan Lahan 3.5.3 Penggunaan lahan yang tidak BAB III TEKS ZONASI (ZONING
3.6.2 Ketentuan Intensitas Pemanfaatan sesuai TEXT)
Ruang 3.6 Materi Opsional 3.1 Ketentuan Teknis Zonasi
3.6.3 Ketentuan Tata Masa Bangunan 3.6.1 Ketentuan Tambahan 3.1.1 Ketentuan Kegiatan dan
3.6.4 Ketentuan Prasarana dan Sarana 3.6.2 Ketentuan Khusus Penggunaan Lahan
Minimum 3.6.3 Ketentuan Standar Teknis 3.1.2 Ketentuan Intensitas
3.6.5 Ketentuan Pelaksanaan 3.6.4 Ketentuan Pengaturan Zonasi Pemanfaatan Ruang
3.7 Peraturan Zonasi (Zoning Text) 3.1.3 Ketentuan Tata Masa Bangunan
3.7.1 Peraturan Zona Lindung BAB IV Peta Zonasi (Zoning Map) 3.1.4 Ketentuan Prasarana dan
3.7.2 Peraturan Zona Perumahan Sarana Minimum
(R1,R2,R3,R4,R5) BAB V Ketentuan Perubahan 3.1.5 Ketentuan Pelaksanaan
3.7.3 Peraturan Zona Perdagangan dan Peraturan Zonasi 3.2 Peraturan Zonasi (Zoning Text)
Jasa Komersial (K) 3.2.1 Peraturan Zona Lindung
3.7.4 Peraturan Zona Campuran 3.2.2 Peraturan Zona Perumahan
Perumahan dan Perdagangan dan Jasa (R1,R2,R3,R4,R5)
Komersial ( C ) 3.2.3 Peraturan Zona Perdagangan
3.7.5 Peraturan Zona Perkantoran dan Jasa Komersial (K)
Pemerintah (KT) 3.2.4 Peraturan Zona Campuran
3.7.6 Peraturan Zona Industri (I) Perumahan dan Perdagangan
3.7.7 Peraturan Zona Rekreasi/Wisata (W) dan Jasa Komersial
3.7.8 Peraturan Zona Pelayanan Umum 3.2.5 Peraturan Zona Perkantoran
(PU-1,PU-2,PU-3,PU-4,PU-5, PU-6) Pemerintah (KT)
3.7.9 Peraturan Zona Peruntukan Lain 3.2.6 P eraturan Zona Industri (I)
(PL) 3.2.7 Peraturan Zona
3.8 Ketentuan Perubahan Peraturan Rekreasi/Wisata (W)
Zonasi 3.2.8 Peraturan Zona Pelayanan
Umum (PU-1,PU-2,PU-3,PU-
4.PU-5)

Tabel 12. Pembahasan Mengenai Klasifikasi Zona BWK H Kota


Singkawang
Materi Rekomendasi Perbaikan Pencapaian Perbaikan

Klasifikasi Zona 1) Perlu perbaikan dan penyesuaian Berdasarkan


Belum sesuai dengan nomenklatur serta penambahan Kesepakatan pada saat
pedoman keterangan mengenai kriteria dan performa klinik/workshop
Penyusunan zona dan subzona disepakati bahwa
Peraturan Zonasi 2) Penajaman fungsi zona beserta Konsultan Pendamping
(Permen PU perbaikan nomenklatur dan penambahan akan membantu
20/PRT/M/2011) keterangan mengenai Kriteria Perencanaan penyesuaian
dan Kriteria Performa zona akan merujuk nomenklatur klasifikasi
kepada ketentuan Standar Teknis yang ada. zonasi pada peta

Tabel 13. Pembahasan Mengenai Delineasi Blok BWK H Kota


Singkawang

Laporan RINGKASAN EKSSKUTIF | 34


Materi Rekomendasi Perbaikan Pencapaian Perbaikan

Pada Peta Matek RDTR Sebaiknya ditambahkan Berdasarkan Kesepakatan pada saat
maupun PZ BWK H belum delineasi pembagian blok klinik/workshop disepakati bahwa
terdapat pembagian blok Konsultan Pendamping akan
dan subblok. membantu menyususn peta peta
blok perencanaan

Tabel 14. Pembahasan Mengenai Materi Wajib BWK H Kota


Singkawang
Materi Rekomendasi Perbaikan Perbaikan

1. Ketentuan a. Rekomendasi ini merupakan hasil review yang dilakukan oleh Perbaikan pada
Kegiatan dan konsutan pendamping terhadap substansi utama pada draft materi teknis PZ Matriks ITBX dan
Penggunaan Lahan BWK H penambahan aturan
2. Ketentuan b. Review dilakukan dengan mengkaji kesesuaian substansi materi bersama dari
Intensitas dengan : Permen PU 20/PRT/M/2011; peraturan-peraturan terkait seperti masyarakat pada
Pemanfaatan Ruang RTRW, Perda Bangunan Gedung, serta standar teknis lainnya; dan dengan materi PZ
3. Ketentuan hasil perumusan aturan bersama masyarakat
Tata Bangunan c. Contoh Rekomendasi :
4. Ketentuan perlu di inventaris lagi kegiatan apa saja yang bersyarat maupun yang
Prasarana Minimal di batasi di dalam tabel ITBXnya dan aturannya sebaiknya dibahas pada
5. Ketentuan level subzona / subsubzona.
Pelaksanaan Ketentuan intensitas untuk zona
lindung sebaiknya diuraikan pada setiap subzona agar dimungkinkan
perbedaan pengaturan intensitas antara subzona satu dengan yang
lainnya.
Ketentuan KDH perlu dirumuskan
kembali, harus sinkron dengan KDB
belum ada materi-materi pilihan
intensitas seperti KTB, KWT, Ketentuan Kepadatan. Materi tersebut
memang tidak wajib untuk dimasukkan pada ketentuan, tetapi untuk
mengantisipasi perkembangan di masa datang
Ketentuan Tata Massa untuk zona
lindung belum terdapat dalam draft materi PZ, sebaiknya dapat dibuat
ketentuan tata massa untuk setiap subzona lindung

perlu penambahan aturan sempadan


sungai dan dan jalur hijau lihat Permen PUPR no 28 tahun 2015 tetang
penetapan Garis Sempadan Sungai
Jalur Hijau jalan termasuk dalam Sub
ZonA RTH Lihat Permendagri no 1 tahun 2007 tentang RTH Kawasan
Perkotaan
perlu ditambahkan mengenai
ketentuan variansi pemanfaatan ruang untuk zona-zona tertentu yang
memerlukannya, misalnya: pada zona perdagangan dan jasa terdapat
kegiatan kantor dinas atau militer yang ketentuan intensitas serta tata
massanya dapat dikecualikan dari ketentuan zona perdagangan dan jasa

3.2. Peninjauan Substansi Perbaikan Materi Peraturan Zonasi


BWP Entikong Kab. Sanggau
Pada bagian ini akan dijelaskan beberapa hal terkait peninjauan
substansi perbaikan materi Peraturan Zonasi BWP Entikong Kab.
Sanggau untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada uraian sebagai
berikut.

Laporan RINGKASAN EKSSKUTIF | 35


Gambar 4. Klasifikasi Zona BWP Entikong Kab. Sanggau

Laporan RINGKASAN EKSSKUTIF | 36


Gambar 5. Konsep Desain Blok dan Sub Blok BWP Entikong
Kab. Sanggau

Laporan RINGKASAN EKSSKUTIF | 37


Gambar 6. Zona Ruang terbuka Hijau BWP Entikong Kab. Sanggau

Laporan RINGKASAN EKSSKUTIF | 38


Gambar 7. Zona Perumahan BWP Entikong Kab. Sanggau

Laporan RINGKASAN EKSSKUTIF | 39


Gambar 8. Zona Perdagangan dan jasa BWP Entikong Kab. Sanggau

Laporan RINGKASAN EKSSKUTIF | 40


Gambar 9. Zona Perkantoran dan Zona Campuran (perdagangan dan perkantoran) BWP Entikong Kab.
Sanggau

Gambar 10. Zona Perkebunan dan Kehutanan serta Pertanian BWP Entikong Kab. Sanggau

Laporan RINGKASAN EKSSKUTIF | 41


Gambar 11. Zona Inndustri, Transportasi dan Olahraga BWP Entikong Kab. Sanggau

Gambar 12. Zona Pendidikan, Kesehatan, dan Pariwisata BWP Entikong Kab. Sanggau

Laporan RINGKASAN EKSSKUTIF | 42


Gambar 13. Zona Khusus BWP Entikong Kab. Sanggau

Laporan RINGKASAN EKSSKUTIF | 43


Laporan RINGKASAN EKSSKUTIF | 44
Adapun hasil pembahasan substansi PZ BWP entikong Kabupaten
sanggau didaptkan bahwa terdapat beberapa ketentuan penggunaan
lahan yang tidak sesuai, yaitu diantaranya:
Untuk yang belum dilaksanakan pembangunannya, izin terkait
disesuaikan dengan fungsi kawasan dalam rencana tata ruang
yang ditetapkan
Untuk yang sudah dilaksanakan pembangunannya, pemanfaatan
ruang dilakukan sampai izin terkait habis masa berlakunya dan
dilakukan dengan menerapkan rekayasa teknis sesuai dengan
fungsi kawasan dalam rencana tata ruang dan peraturan zonasi
yang ditetapkan
Untuk yang sudah dilaksanakan pembangunannya dan tidak
memungkinkan untuk menerapkan rekayasa teknis sesuai dengan
fungsi kawasan dalam rencana tata ruang dan peraturan zonasi
yang ditetapkan, atas izin yang telah diterbitkan dapat dibatalkan
dan terhadap kerugian yang timbul sebagai akibat pembatalan izin
tersebut dapat diberikan penggantian sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan

4.EVALUASI PELAKSANAAN BIMBINGAN


TEKNIS PERATURAN ZONASI
4.1. Evaluasi Proses Pelaksanaan
Berikut adalah evaluasi proses pelaksanaan bimbingan teknis
peraturan zonasi yang telah dilakukan:
Agar proses pendampingan berjalan terarah dan tepat
sasaran, pada saat FGD Awal sudah dilakukan penyepakatan
pembentukan Pokja penyusun PZ yang bertugas sebagai tim
teknis yang memperbaiki materi PZ, hanya pada
perjalanannya kurang efisien karena tidak dinaungi dengan
payung hukum yang mengikat misalnya SK Walikota/Bupati
Penjaringan Aspirasi Masyarakat dalam membuat aturan
bersama mengenai PZ masih dirasa kurang karena
keterbatasan kuota peserta dan keterbatasan waktu
sementara perwakilan dari masyarakat yang hadir cukup
antusias dalam mengikuti diskusi.
Penjaringan aspirasi masyarakat belum optimal karena para
pemangku kepentingan yang hadir masih kurang
representatif.
Proses perumusan aspirasi menjadi isu-isu pengendalian
pemanfaatan ruang merupakan proses yang cukup panjang
karena, perlu pembahasan mendalam akan setiap isu-isu
pengendalian pemanfaatan ruang.
Pada kerangka kegiatan tidak ada kegiatan survey lapangan,
padahal merupakan hal yang krusial untuk mengetahui lebih
jelas mengenai permasalahan yang terjadi sebenarnya.
Sehingga konsultan menyempatkan survey lapangan di sela-
sela kegiatan FGD dan Workshop, walaupun kurang optimal
waktunya.

Laporan RINGKASAN EKSSKUTIF | 45


Pada proses pembahasan sering terjebak dalam pembahasan
masalah Pola Ruang karena pola ruang dari RDTR yang
menjadi dasar dalam penyusunan PZ ternyata belum
disepakati, belum dilakukan konsultasi publik bahkan masih
terdapat adanya ketidaksesuaian dengan RTRW, sehingga
pembahasan ketentuan teknis PZ tidak terlalu fokus.

Adapun rekomendasi untuk proses pelaksanaan bimbingan teknis


peraturan zonasi yang telah dilakukan adalah sebagai berikut:
Pada kerangka kegiatan Bimtek perlu dijelaskan secara
spesifik kepada siapa target sasaran Bimtek, pihak manakah
yang menjadi sasaran pendampingan, siapakah yang akan
didampingi oleh Konsultan Bimtek dalam melaksanakan
penyusunan PZ. Pembentukan Pokja PZ sebagai target
sasaran pendampingan bimtek PZ disarankan menjadi bagian
dari proses pelaksanaan kegiatan.
Pembentukan Pokja penyusun PZ disarankan menjadi bagian
dari kegiatan Bimtek, kemudian difasilitasi prosedur
pembentukannya dan operasonal kegiatannya. Pokja berperan
sebagai pihak pelaksana perbaikan/penyusunan materi PZ.
Pokja terdiri dari tim teknis lintas instansi, dibagi menjadi sub
sub Pokja yang fokus menangani zona/subzona yang sesuai
dengan kewenangannya masing-masing.
Perlu penambahan kuota peserta FGD di tingkat masyarakat
agar melibatkan perwakilan masyarakat yang lebih
representatif.
Identifikasi para pemangku kepentingan perlu dilakukan
dengan lebih terarah agar memastikan peserta FGD berasal
dari kelompok-kelompok pemangku kepentingan yang
representatif. Representasi pemangku kepentingan tidak
hanya berdasarkan sebaran geografis, tetapi juga perlu
dilibatkan pemangku kepentingan yang langsung menjadi
bagian dari isu permasalahan pengendalian pemanfaatan
ruang. Misalnya, di kawasan perbatasan perlu dilibatkan pihak
TNI/Polri terkait dengan pengamanan kawasan perbatasan.
Atau di kawasan pantai perlu dilibatkan pihak pengelola
wisata pantai terkait perlindungan sempadan pantai.
Perlu merancang proses pelibatan masyarakat lebih intensif
dengan memperkuat proses sosialisasi awal, survey
permasalahan lapangan bersama masyarakat, dan perumusan
isu, sehingga tim pendamping sebaiknya lebih lama berada di
lapangan dan secara beruntun memfasilitasi proses pelibatan
masyarakat.
Pembahasan yang lebih intensif mengenai isu-isu
pengendalian pemanfaatan ruang perlu dilakukan agar
aturan-aturan bersama yang disusun dan disepakati lebih
matang dan memiliki dasar pemikiran yang lebih kuat.
Substansi pola ruang menjadi prasyarat utama yang harus
disepakati terlebih dahulu oleh para pemangku kepentingan
sebelum memulai proses penyusunan peraturan zonasi. Jika
lokasi yang terpilih kegiatan pendampingan belum

Laporan RINGKASAN EKSSKUTIF | 46


menyepakati rencana pola ruang, maka proses penyepakatan
pola ruang dapat menjadi bagian dari kegiatan bimtek pada
tahap awal. Proses penyepakatan pola ruang tersebut dapat
berupa kegiatan Penyepakatan Peta Zonasi (Zoning Map).

4.2. Evaluasi Substansi


Berikut adalah evaluasi substansi pada saat pelaksanaan
bimbingan teknis peraturan zonasi yang telah dilakukan:
Substansi ketentuan teknis pada beberapa zona/subzona
masih belum memenuhi ketentuan standar teknis yang ada.
Hal tersebut dikarenakan memang tidak adanya kejelasan
mengenai standar teknis yang diacu ataupun masih mengacu
kepada standar teknis yang lama dan sudah tidak berlaku
dengan adanya standar teknis yang baru.
Substansi ketentuan teknis pada beberapa zona/subzona
perlu penyesuaian setelah melalui proses penjaringan aspirasi
masyarakat. Hal tersebut menandakan substansi yang telah
disusun sebelumnya kurang melibatkan masyarakat dalam
penyusunannya.
Substansi aturan bersama hasil FGD bersama masyarakat
yang menjadi masukan dalam materi PZ tidak seluruhnya
mampu menjadi bahan aturan yang dapat diadopsi dengan
baik kedalam materi PZ, hal tersebut dikarenakan kurang
matangnya proses pembahasan aturan dari mulai perumusan
isu hingga perumusan aturan bersama.
Ketentuan-ketentuan khusus yang terkait isu utama di dalam
kawasan masih kurang tajam, seperti ketentuan-ketentuan
mengenai pengendalian kawasan perbatasan atau mengenai
kawasan reklamasi pantai
Penamaan klasifikasi zona/subzona masih belum sesuai
dengan arahan nomenklatur dalam Pedoman PZ.
Pembagian blok dan subblok masih belum menjadi perhatian
penyusun PZ, dari kedua materi teknis tidak memiliki peta
pembagian blok dan subblok. Pembagian blok dan subblok
akan menjadi krusial ketika menerapkan ketentuan teknis
yang hanya secara khusus bisa diterapkan pada blok/subblok
tertentu.
Masalah kepastian penetapan PZ Entikong dalam bentuk
perda atau perpres sering dipertanyakan oleh pihak pemda
karena apabila akhirnya ditetapkan dalam bentuk perda harus
disosialisasikan dan disinkronkan dengan prolegda

Adapun rekomendasi untuk substansi bimbingan teknis peraturan


zonasi yang telah dilakukan adalah sebagai berikut:
Perlu dilakukan penyepakatan di tahap awal Bimtek terkait
standar teknis yang akan diacu dalam penyusunan Peraturan
Zonasi.
Proses pembahasan isu-isu bersama masyakat perlu lebih
diperdalam dan difokuskan sehingga dapat mengeluarkan

Laporan RINGKASAN EKSSKUTIF | 47


aturan-aturan bersama yang lebih matang dan sesuai dengan
kebutuhan masyarakat.
Perlu penajaman prosedur pelibatan masyarakat pada
Pedoman penyusunan PZ agar setiap rencana dan PZ yang
dihasilkan adalah sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Perlu penajaman mengenai materi ketentuan-ketentuan
khusus terkait isu utama dalam kawasan seperti isu
pengelolaan perbatasan dan isu pengelolaan kawasan
lindung.
Perbaikan nomenklatur klasifikasi zona sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
Perlu penajaman mengenai substansi ketentuan-ketentuan
khusus yang diterapkan hanya pada blok-blok tertentu untuk
mengakomodasi aturan-aturan atau variansi aturan yang
hanya dapat diterapkan pada blok-blok tertentu.
Pembahasan payung hukum untuk RDTR PZ di PKSN perlu
segera dilakukan untuk mempercepat proses penetapan RDTR
PZ

4.3. Evaluasi Kapasitas Pemda


Terdapat beberapa catatan hasil evaluasi terhadap kapasitas
pemerintah daerah, antara lain :
Pokja yang dibentuk kurang efektif karena perwakilan dari
pihak pemda yang hadir selalu berubah dan partisipasinya
dalam diskusi menyusun aturan bersama cenderung pasif,
serta Pokja yang turut/ terlibat langsung memperbaiki materi
teknisnya pun hanya beberapa orang saja sehingga seringkali
perbaikan yang disarankan tidak dilakukan atau tidak
tercover
Pembentukan pokja sebaiknya menjadi bagian dari lingkup
kegiatan dan juga difasilitasi operasionalnya, serta prosedur
dan kriteria pembentukannya
Merujuk pada salah satu tujuan dan sasaran dari kegiatan
bimtek ini adalah peningkatan kemampuan aparat pemda
dalam menyusun Peraturan Zonasi, maka Pemilihan lokasi
pada KSN memerlukan pendekatan yang berbeda dalam
upaya peningkatan kapasitas Pemda. Hal tersebut
dikarenakan yang menyusun RDTR KSN bukanlah Pemda,
sehingga pemda tidak melakukan praktek langsung untuk
memperbaiki materi PZ. Tetapi pemda mungkin akan berperan
dalam proses legislasinya sehingga tetap diperlukan
keterlibatan Pemda.

Adapun Rekomendasi untuk peningkatan kapasias Pemda antara


lain :
Formalisasi pokja yang didukung oleh ketersediaan biaya
operasional diperlukan sebagai dasar bagi Pokja untuk
bergerak. Formalisasi Pokja sebaiknya ditetapkan melalui
penetapan SK Walikota/Bupati. Formalisasi pokja perlu

Laporan RINGKASAN EKSSKUTIF | 48


dipertegas dengan pembagian tugas sub Pokja dan juga
penugasan personil-personilnya.
Upaya peningkatan kapasitas berupa pengetahuan lingkup
substansi PZ dan juga standar-standar dan peraturan perlu
diberikan terlebih dahulu kepada Pokja pada tahap awal
Bimtek untuk menjadi modal pengetahuan awal bagi Pokja
dalam bergerak.
Peran Pemerintah Daerah pada penyusunan PZ di Kawasan
Perbatasan Negara memang tidak sepenuhnya mampu
menjadi penyusun, tetapi dapat juga dijadikan mitra bagi tim
penyusun PZ dari pemerintah pusat. Pokja penyusun PZ di
kawasan Perbatasan Negara dapat terdiri dari gabungan
antara tim Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

Peningkatan Kemampuan dari aparat pemda sebagai salah satu


sasaran dari kegiatan ini memang belum dapat terukur secara
kuantitatif namun dilihat dari tanggapan, masukan, dan keaktifan
peserta FGD maupun klinik terdapat pembelajaran yang didapat
oleh para peserta yaitu :
Mendapat pengenalan mengenai materi umum PZ baik dari
konsultan pendamping maupun dari narasumber ahli
Mendapatkan pemahaman bahwa Peraturan Zonasi
merupakan perangkat yang sangat penting bagi pengendalian
pemanfaatan ruang untuk mewujudkan kualitas ruang yang
diinginkan
Mendapatkan pengalaman proses cara menjaring masukan
atau membuat aturan bersama dengan masyarakat
Mendapatkan pengalaman untuk merumuskan peraturan
zonasi untuk meningkatkan kualitas ruang tempat tinggalnya
serta mengantisipasi permasalahan lingkungan yang terjadi
Dapat mengetahui kekurangan-kekurangan dari PZ yang
telah disusun daerah sehingga mereka dapat mengantisipasi
agar pembuatan PZ yang akan datang dapat meminimalisir
kekurangan kekurangan tersebut.

Laporan RINGKASAN EKSSKUTIF | 49

Anda mungkin juga menyukai