Anda di halaman 1dari 24

PROPOSAL

TERAPI BERMAIN MEWARNAI GAMBAR DI RUANG


DAHLIA RSUD DR. SOEDOMO
TRENGGALEK

Di susun oleh :

1. DWI NUR ANGGRAENI


2. M. ASEP RISKI
3. FIDELIA MARIA GOMES
4. ASTA BAYU ARDANI
5. VENI OKTAYANI HARYATI

PRODI PENDIDIKAN NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
SURYA MITRA HUSADA
KEDIRI
2017

1
LEMBAR PERSETUJUAN

PROPOSAL
TERAPI BERMAIN MEWARNAI GAMBAR DI RUANG DAHLIA RSUD
DR. SOEDOMO TRENGGALEK

Disusun Oleh

KELOMPOK C

TELAH DISETUJUI OLEH

Pembimbing Klinik Pembimbing Akademik

____________________ ___________________

Mengetahui,
Ketua Program Pendidikan Ners

_________________________

2
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, atas rahmat dan
hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan pembuatan tugas ini. Proposal ini
dibuat dan disusun oleh penulis dengan tujuan memenuhi tugas akhir departemen
anak di RSUD dr. Soedomo Trenggalek. Selain itu proposal ini diharapkan dapat
menambah wawasan dan pengetahuan kami khususnya dan pembaca pada
umumnya.
Kami menyadari bahwa proposal ini masih kurang dari sempurna. Oleh
karena itu, kami mengharapkan kritik serta saran dari pembaca, sebagai perbaikan
bagi kami dalam penyusunan proposal selanjutnya.
Akhir kata kami sebagai penyusun berharap, agar proposal ini nantinya
dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin

Trenggalek, April 2017

Tim Penyusun

3
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Aktivitas bermain merupakan salah satu stimulasi bagi
perkembangan anak secara optimal. Dalam kondisi sakit atau anak di rawat di
rumah sakit, aktivitas bermain ini tetap dilaksanakan, namun harus
disesuaikan dengan kondisi anak. Tujuan bermain di rumah sakit pada
prinsipnya adalah agar dapat melanjutkan fase pertumbuhan dan
perkembangan secara optimal, mengembangkan kreativitas anak, dan anak
dapat beradaptasi lebih efektif terhadap stress karena hospitalisasi. Di Ruang
Anak RSU Soedomo trenggalek terdapat sekitar12 pasien anak, yang 80%
anak berusia pra sekolah (3-6 tahun). Anak-anak pada usia pra sekolah
senang bermain dengan warna, oleh karena itu, mewarnai bisa menjadi
alternatif untuk mengembangkan kreatifitas anak dan dapat menurunkan
tingkat kecemasan pada anak selama dirawat. Salah satu karakteristik
perkembangan motorik halus pada anak pra sekolah adalah mampu mengenali
warna. Dengan permainan mewarnai menjadi salah satu media bagi perawat
untuk mampu mengenali tingkat perkembangan anak. Dinamika secara
psikologis menggambarkan bahwa selama mewarnai anak akan
mengekspresikan imajinasinya dalam goresan warna pada gambar sehingga
untuk sementara waktu anak akan merasa lebih rileks. Oleh karena itu,
pentingnya kegiatan bermain terhadap tumbuh kembang anak dan
mengurangi kecemasan akibat hospitalisasi, maka akan dilaksanakan terapi
bermain pada anak usia pra sekolah dengan cara mewarnai gambar.

1.2. Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan terapi bermain pada anak usia pra sekolah
diharapkan mampu meminimalkan dampak hospitalisasi pada anak.
1.2.2. Tujuan Khusus
1. Agar anak dapat lebih mengenali warna
2. Untuk menurunkan tingkat kecemasan pada anak
3. Untuk mengembangkan imajinasi pada anak

4
1.3. Manfaat
1.3.1. Bagi Rumah Sakit
Bagi perawat yaitu pentingnya melakukan terapi bermain pada
anak dengan hospitalisasi agar anak dapat beradaptasi saat hospitalisasi, dan
anak tetap dapat melanjutkan tumbuh kembangnya.
1.3.2. Bagi Pasien dan Orang Tua
Pasien anak dengan hospitalisasi dapat beradaptasi dengan
lingkungan barunya selama hospitalisasi.
1.3.3. Bagi Mahasiswa
Bagi mahasiswa yaitu sebagai umpan balik dari ilmu keperawatan
yang telah didapat selama menempuh pendidikan.

BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1. Konsep Bermain


2.1.1. Definisi Bermain

5
Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia (2009), bermain berarti
melakukan sebuah permainan dengan tujuan bersenang-senang.
Hidayat (2005) menyebutkan bahwa bermain merupakan suatu
aktivitas dimana anak dapat melakukan atau mempraktikan ketrampilan,
memberikan ekspresi terhadap pemikiran, menjadi kreatif, serta
mempersiapkan diri untuk berperan dan berperilaku dewasa.
Bermain merupakan bentuk infantil dari kemampuan orang dewasa
untuk menghadapi berbagai macam pengalaman dengan cara menciptakan
model situasi tertentu dan berusaha untuk menguasainya melalui
eksperimen dan perencanaan. Dengan demikian, bermain pada anak dapat
disamakan dengan bekerja pada orang dewasa, karena keduanya sama-sama
melakukan aktifitas (Nursalam dkk, 2005).
Dari beberapa pengertian tentang bermain diatas, peneliti
menyimpulkan bermain adalah aktivitas yang dilakukan oleh anak yang
dilakukan berulang-ulang dengan tujuan bersenang-senang dan dalam
aktivitas bermian tersebut anak dapat bereksplorasi,mengekspresikan
perasaan, berkreasi, dan belajar secara menyenangkan

2.1.2. Fungsi Bermain


Bermain merupakan salah satu alat stimulasi perkembangan pada
anak. Anak yang mendapatkan lebih banyak stimulasi cenderung lebih
banyak berkembang (Nursalam dkk, 2005). Berkaitan dengan hal tersebut,
menurut Wong (1995) dalam Nursalam dkk, (2005) bermain memiliki
fungsi sebagai berikut :
1. Perkembangan sensori motor
Fungsi bermain pada anak dapat dikembangkan dengan melakukan
rangsangan pada sensorik dan motorik, melalui rangsangan ini aktivitas
anak dapat mengeksplorasi alam di sekitarnya. Sebagai contoh, bayi
dapat dilakukan dengan rangsangan taktil, audio, dan visual. Hal tersebut
dapat dicontohkan apabila sejak lahir anak yang telah dikenalkan atau
dirangsang visualnya, maka kemudian hari kemampuan visualnya akan
lebih menonjol, misalnya lebih cepat mengenal sesuatu yang baru
dilihatnya. Demikian juga pendengaran, apabila sejak bayi dikenalkan

6
atau dirangsang melalui suara-suara maka daya pendengarannya
dikemudian hari lebih cepat berkembang dibandingkan dengan anak yang
tidak diberi stimulasi sejak dini. Pada perkembangan motorik, apabila
sejak usia bayi perkembangan motorik sudah dilakukan rangsangan maka
kemampuan motorik akan cepat berkembang dibandingkan dengan tanpa
stimulasi. Rangsangan stimulasi yang dimaksud dapat diberikan melalui
permainan.
2. Perkembangan kognitif (intelektual)
Anak belajar mengenal warna, bentuk atau ukuran, tekstur dan
berbagai macam obyek, angka dan benda. Anak belajar untuk merangkai
kata, berpikir abstrak dan memahami hubungan ruang. Aktivitas bermain
juga dapat membantu perkembangan ketrampilan dan mengenal dunia
nyata atau fantasi.
3. Sosialisasi
Dengan bermain, anak akan mengembangkan dan memperluas
sosialisasi, belajar untuk mengatasi persoalan yang timbul, mengenal
nilai-nilai moral dan etika, belajar mengenai apa yang salah dan benar,
serta bertanggung jawab terhadap sesuatu yang diperbuatnya.
4. Kreativitas
Dengan bermain, anak-anak dapat bereksperimen dan mencoba
ide-idenya. Sekali anak merasa puas untuk mencoba sesuatu yang baru
dan berbeda, ia akan berusaha memindahkan kreasinya tersebut ke situasi
yang lain.

5. Kesadaran diri
Dengan bermain anak-anak akan menyadari bahwa dirinya berbeda
dengan yang lain. Anak belajar untuk memahami dirinya sendiri,
kelemahan dan kemampuannya
6. Nilai-nilai moral

7
Anak belajar mengenal perilaku yang benar dan salah dari
lingkungan rumah maupun sekolah. Interaksi dengan kelompoknya
memberikan makna pada latihan moral mereka.
7. Nilai terapeutik
Bermain dapat mengurangi tekanan atau stress dari lingkungan.
Dengan bermain, anak dapat mengekspresikan emosi dan ketidak puasan
atas situasi sosial serta rasa takut yang tidak dapat diekspresikan di dunia
nyata.

2.1.3. Prinsip dalam Aktivitas Bermain


Pada dasarnya, aktivitas bermain pada anak tidak hanya dengan
menggunakan alat permainan saja. Perhatian dan kasih sayang yang
diberikan oleh orang tua terhadap anaknya juga merupakan aktivitas yang
menyenangkan bagi anak. Soetjiningsih (1995) yang dikutip oleh Nursalam,
dkk (2005) mengatakan bahwa ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
agar aktivitas bermain bisa menjadi stimulus yang efektif, yaitu :
1. Perlu Ekstra Energi
Bermain memerlukan energi yang cukup, sehingga anak
memerlukan nutrisi yang memadai. Asupan (intake) yang kurang dapat
menurunkan gairah anak. Pada anak yang sakit, keinginan untuk bermain
biasanya menurun karena energinya digunakan untuk mengatasi
penyakitnya.
2. Waktu Yang Cukup
Anak harus mempunyai waktu yang cukup untuk bermain sehingga
stimulus yang diberikan dapat optimal, selain itu anak mempunyai
kesempatan yang cukup untuk mengenal alat-alat permainannya.

3. Alat Permainan
Alat permainan yang digunakan harus sesuai dengan usia dan tahap
perkembangan anak. Orang tua hendaknya memperhatikan hal ini,
sehingga alat permainan yang diberikan dapat berfungsi dengan benar.
4. Ruang Untuk Bermain

8
Aktivitas bermain dapat dilakukan dimana saja, di ruang tamu, di
halaman, bahkan di ruang tidur.
5. Pengetahuan Cara Bermain
Dengan diberitahu oleh orang tuanya, merupakan cara yang terbaik
karena anak akan lebih terarah dan berkembang pengetahuannnya dalam
menggunakan permainan tersebut. Selain itu, dengan cara tersebut akan
membuat hubungan orang tau dan anak menjadi lebih hangat.
6. Teman bermain
Dalam bermain, anak memerlukan teman, bisa teman sebaya,
saudara, atau orang tuanya. Dari sinilah peran orang tua dalam bermain
pada anak tampak, yaitu orang tua sebagai mitra dalam bermain anak.
Bermain yang dilakukan bersama dengan orang tua akan mengakrabkan
hubungan orang tua dan anak, sedangkan bermain bersama teman
diperlukan utnuk mengembangkan sosialisasi anak dan membantu anak
dalam memahami perbedaan.

2.1.4. Jenis Permainan


Jenis permainan juga dapat dijelaskan berdasarkan kelompok usia.
Mengingat penggunaan alat permainan tidak selalu sama dalam setiap usia
tumbuh kembang, hal tersebut dikarenakan setiap tahap usia tumbuh
kembang memiliki tugas perkembangan yang berbeda-beda sehingga dalam
permainan juga harus memperhatikan masing-masing usia tumbuh
kembang. Menurut Hidayat, (2011) terdapat beberapa jenis permainan yang
dapat digunakan untuk anak dalam setiap tahap usia tumbuh kembang anak
yaitu :

1. Usia 0-1 Tahun


Pada usia ini perkembangan anak mulai dapat dilatih dengan
adanya refleks: melatih kerjasama antara mata dan tangan atau mata dan
telinga dalam berkoordinasi; melatih mencari obyek yang ada tetapi tidak
kelihatan; serta melatih mengenal suara, kepekaan perabaan, dan

9
ketrampilan dengan gerakan yang berulang. Fungsi bermain pada usia ini
adalah untuk memperbaiki pertumbuhan dan perkembangan.
Jenis permainan yang digunakan pada usia ini antara lain
merupakan benda atau permainan yang aman sehingga dapat dimasukkan
ke mulut seperti boneka, alat permainan yang dapat digoyang-goyang
dan menimbulkan suara dan lain-lain.
2. Usia 1-2 Tahun
Jenis permainan yang dapat digunakan pada usia 1-2 tahun pada
dasarnya bertujuan untuk melatih anak melakukan gerakan mendorong
atau menarik, melatih melakukan imajinasi, melatih anak melakukan
kegiatan sehari-hari, serta memperkenalkan beberapa bunyi dan mampu
membedakannya. Jenis permainan ini menggunakan semua alat
permainan yang dapat didorong dan ditarik, misalnya alat rumah tangga,
balok-balok, buku bergambar, kertas berwarna, pensil berwarna dan lain-
lain.
3. Usia 2-3 Tahun
Pada usia ini anak dianjurkan bermain dengan tujuan menyalurkan
perasaan atau emosi anak, mengembangkan ketrampilan berbahasa,
melatih motorik kasar dan halus, mengembangkan kecerdasan, melatih
daya imajinasi, serta melatih kemampuan membedakan permukaan dan
warna benda.
Adapun alat permainan pada usia ini yang dapat digunakan antara
lain peralatan menggambar, puzzle sederhana, manik-manik ukuran besar,
serta berbagai benda yang mempunyai permukaan dan warna yang
berbeda-beda.

4. Usia 3-6 Tahun


Pada usia 3-6 tahun anak sudah mulai mampu mengembangkan
kreativitas dan sosialisainya, sehingga sangat diperlukan permainan yang
dapat mengembangkan kemampuan menyamakan dan membedakan;
kemampuan berbahasa; mengembangkan kecerdasan; menumbuhkan

10
sportivitas; mengembangkan koordinasi motorik; mengembangkan dalam
mengontrol emosi, motorik kasar dan halus; memperkenalkan pengertian
yang bersifat ilmu pengetahuan; serta memperkenalkan suasana
kompetisi dan gotong royong.
Alat permainan yang dapat digunakan pada anak usia ini misalnya
benda-benda disekitar rumah, buku bergambar, majalah anak-anak, kertas
lipat, gunting dan air.

2.2. Konsep Mewarnai Gambar


2.2.1. Definisi Mewarnai
Mewarnai gambar merupakan terapi permainan yang kreatif untuk
mengurangi stres dan kecemasan serta meningkatkan komunikasi pada anak.
(www.pediatric.com)
2.2.2. Manfaat
1. Memberikan kesempatan pada anak untuk bebas berekspresi dan sangat
terapeutik (sebagai permainan penyembuh/ therapeutic play).
2. Dengan menggambar berarti anak dapat mengekspresikan feelingnya
atau memberikan pada anak suatu cara untuk berkomunikasi, tanpa
menggunakan kata.
3. Sebagai terapi kognitif, pada saat anak menghadapi kecemasan karena
proses hospitalisasi, karena pada keadaan cemas dan sterss, kognitifnya
tidak akurat dan negatif.
4. Mewarnai gambar dapat memberikan peluang untuk meningkatkan
ekspresi emosional anak, termasuk pelepasan yang aman dari rasa marah
dan benci.
5. Dapat digunakan sebagai terapi permainan kreatif yang merupakan
metode penyuluhan kesehatan untuk merubah perilaku anak selama
dirawat di rumah sakit.(www.pediatric.com).
2.3. Konsep Anak Pra Sekolah
2.3.1. Definisi Anak Pra Sekolah
Anak prasekolah adalah mereka yang berusia antara 3-6 tahun
(Patmonodewo, 2000).

11
Anak usia prasekolah adalah anak usia 4-6 tahun dimana pada usia
ini anak telah mencapai kematangan dalam berbagai fungsi motorik dan
diikuti dengan perkembangan intelektual dan sosioemosional. Selain itu,
imajinasi intelektual dan keinginan untuk mencari tahu dan bereksplorasi
terhadap lingkungan juga merupakan ciri utama pada anak usia ini (Yogi,
2009).
2.3.2. Ciri Ciri Anak Pra Sekolah
Banyak para ahli menemukakan ciri-ciri anak prasekolah,
diantaranya Snowman yang dikuti dalam Susanto (2011) memaparkan ciri-
ciri anak prasekolah antara usia 3-6 tahun, sebagai berikut :
1. Ciri Fisik
Anak prasekolah umumnya sangat aktif. Mereka telah memiliki
penguasaan (control) terhadap tubuhnya, sangat menyukai kegiatan yang
dilakukan sendiri. Otot-otot besar pada anak prasekolah lebih berkembang
dari kontrol jari dan tangan. Oleh karena itu, biasanya anak belum terampil
dalam kegiatan yang rumit seperti mengikat tali sepatu. Anak masih sering
mengalami kesulitan apabila harus memfokuskan pandangannya pada
obyek-obyek yang kecil ukurannya, itu sebabnya koordinasi tangan dan
matanya masih kurang sempurna. Walaupun tubuh anak ini lentur, tetapi
tengkorak kepala yang melindungi otak masih lunak. Oleh karena itu,
hendaknya berhati-hati bila anak berkelahi dengan temanya. Orang tua
atau guru harus senantiasa mengawasi dengan cermat dan telaten.
2. Ciri Sosial
Anak prasekolah biasanya mudah bersosialisasi dengan orang
sekitarnya. Umumnya anak prasekolah memiliki satu atau dua sahabat,
tetapi sahabat ini mudah berganti. Mereka umumnya mudah dan cepat
menyesuaikan diri secara sosial. Sahabat yang dipilih biasanya yang
memiliki jenis kelamin yang sama, kemudian berkembang kepada jenis
kelamin yang berbeda. Kelompok bermain anak usia prasekolah ini
cenderung kecil dan tidak terorganisasi secara baik, oleh karena itu
kelompok ini cepat berganti.
3. Ciri Emosional

12
Anak prasekolah cenderung mengekspresikan emosinya dengan
bebas dan terbuka. Sikap marah sering diperlihatkan oleh anak pada usia
ini. Iri hati pada anak usia ini sering terjadi mereka sering memperebutkan
perhatian guru. Emosi yang tinggi umumnya disebabkan oleh masalah
psikologis dibanding masalah fisiologis. Orang tua hanya
memperbolehkan anak melakukan beberapa hal, padahal anak merasa
mampu melakukan lebih banyak lagi. Disamping itu, anak menjadi marah
bila tidak dapat melakukan sesuatu yang dianggap dapat dilakukannya
dengan mudah.
4. Ciri Kognitif
Anak usia prasekolah umumnya telah terampil dalam berbahasa.
Sebagian besar dari mereka senang berbicara, khususnya dalam
kelompoknya. Selain diberi kesempatan berbicara, sebaiknya anak diberi
kesempatan pula untuk berlatih menjadi pendengar yang baik. Dengan
meningkatnya kemampuan intelektual, terutama kemampuan berpikir dan
melihat hubungan-hubungan, dengan meningkatnya kemampuan untuk
bertanya, dengan menggunakan kata-kata yang dapat dimengerti orang
lain, maka pengertian anak tentang orang, benda, dan situasi meningkat
dengan pesat. Anak-anak mulai memperhatikan hal-hal kecil yang tadinya
tidak diperhatikan. Dengan demikian anak-anak tidak lagi mudah bingung
jika menghadapi benda-benda, situasi atau orang-orang yang memiliki
unsur yang sama. Konsepnya menjadi lebih khusus dan menjadi lebih
berarti bagi dirinya. Kondisi seperti ini oleh Piaget disebut sebagai tahap
berpikir praoperasional.

BAB III
RENCANA PELAKSANAAN KEGIATAN

3.1. Waktu dan Pelaksanaan


1. Jenis Permainan : Mewarnai gambar
2. Peserta : Pasien dengan usia pra sekolah
3. Jumlah Peserta : 7 anak

13
4. Pelaksanaan : Kamis, 6 April 2017
5. Waktu : Pukul 09.30 10.45 WIB (75 menit)
6. Media : Kertas Bergambar
Crayon
7. Tempat : Ruang Anak Dahlia RSUD
dr.Soedomo Trenggalek
3.2. Kriteria Peserta
1. Pasien anak usia prasekolah (3 6 tahun)
2. Tidak bed rest
3. Tidak sesak
4. Bersedia mengikuti terapi bermain
3.3. Pengorganisasian
1. Leader : M. Asep Riski
Bertanggung jawab terhadap terlaksananya terapi bermain, yaitu membuka
dan menutup kegiatan ini.
2. Co Leader : Asta Bayu Ardhani
Menjelaskan pelaksanaan dan mendemonstrasikan aturan dan cara bermain
dalam terapi bermain.
3. Observer : Veni Oktayani
Memfasilitasi pelaksanaan terapi bermain; mengobservasi, mengamati, dan
mencatat jalannyaterapi bermain.
4. Fasilitator : Dwi Nur Anggraeni
Fidelia Maria Gomes
Mempersiapkan alat dan tempat permainan serta mendampingi setiap peserta
dalam terapi bermain

3.4. Pelaksanaan Terapi Bermain


N WAKTU
KEGIATAN RESPON
O PETUGAS
1. PERSIAPAN Ruangan,alat,anak dan 09.15 09.30
1. Menyiapkan ruangan. keluarga siap (15 menit)
2. Menyiapkan alat-alat.
3. Menyiapkan anak dan keluarga Semua anggota
kelompok
2. PEMBUKAAN Menjawab salam, 09.30 09.40
1. Salam Terapetik Memperkenalkan diri (10 menit)
- Salam terapeutik kepada
adik-adik

14
- Perkenalan nama lengkap Co Leader
dan nama panggilan semua
struktur Menanyakan nama
lengkap dan nama panggilan
dari semua adik

2. Evaluasi/validasi
Menanyakan perasaan adik-
adik saat ini

3. KEGIATAN INTI
Kontrak 1. Anak 09.40 09.45
- Menjelaskan tujuan kegiatan memperhatikan (5 menit)
dengan seksama
- Menjelaskan aturan main Leader
i. Ketika kakak berbicara adik-
adik mendengarkan
ii. Ketika akan bertanya atau
menjawab mengangkat
tangan terlebih dahulu,
setalah itu berbicara
iii. Tidak diperkenankan merebut
alat permainan dan alat
permainan digunakan
secara bersama
iv. Tidak diperkenankan berkelahi
v. Merapikan alat permainan
setelah melakukan
permainan.
vi. Lama kegiatan 45 menit

Kegiatan bermain
Mewarnai gambar 2. Bermain bersama 09.45 10.30
Evaluasi dengan antusias (45 menit)
Mengevaluasi respon anak dan Leader
keluarga 10.30 10.40
3. mengungkapkan
perasaannya dan (10 menit)
tanya jawab Leader

N WAKTU
KEGIATAN RESPON
O PETUGAS
4. PENUTUP Memperhatikan dan 10.40 10.45
Menyimpulkan, mengucapkan menawab salam (5 menit)
salam Co Leader

15
3.5. Setting Tempat

Keterangan :

= Leader

= Co Leader

= Observer

= Fasilitator

= Peserta
16
3.6. Job Description
3.6.1. Leader
1. Membuka acara dan mempersilakan masing-masing anggota
kelompok memperkenalkan diri..
2. Mepersilakan adik-adik memperkenalkan diri
3. Menjelaskan tujuan diadakannya terapi
4. Menjelaskan teknik bermain

3.6.2. Co Leader
1. Membantu leader mengkoordinasi seluruh kegiatan
2. Menyampaikan informasi dari fasilitator ke leader dan sebaliknya
3. Mengingatkan leader jika ada kegiatan yang menyimpang
4. Membantu memimpin jalannya kegiatan
5. Menggantikan leader jika terhalang tugas

3.6.3. Observer
1. Mengamati semua proses kegiatan yang berkaitan dengan waktu,
tempat dan jalannya permainan serta perilaku yang diharapkan
2. Melaporkan hasil pengamatan pada leader dan semua angota
kelompok dengan evaluasi kelompok
3. Mencatat perilaku verbal dan non verbal selama berlangsungnya
proses kegiatan

3.6.4. Fasilitator
1. Memotivasi adik-adik dalam terapi bermain
2. Memotivasi anggota dalam ekspresi perasaan
3. Mengatur posisi kelompok dalam lingkungan untuk melaksanakan
kegiatan
4. Membimbing kelompok selama permainan
5. Membantu leader dalam melaksanakan kegiatan
6. Bertanggung jawab terhadap program antisipasi masalah
7. Sabagai role model bagi klien dalam kagiatan

17
BAB IV
PELAKSANAAN DAN EVALUASI KEGIATAN

4.1. Pelaksanaan Kegiatan


Kegiatan terapi bermain mewarnai gambar dilaksanakan pada hari
Kamis, 06 April 2017 di Ruang Dahlia RSUD dr. Soedomo Trenggalek.
Persiapan dilakukan oleh pelaksana mulai pukul 09.00 WIB. Persiapan
meliputi persiapan tempat, persiapan alat, dan persiapan peserta itu sendiri.
Pukul 09.30 WIB pelaksana mulai mengingatkan peserta yang telah dikontrak
untuk terapi bermain, namun beberapa peserta yang telah dikontrak sedang
tidur, sehingga menunggu peserta bangun untuk bisa hadir pada terapi
bermain.
Terapi bermain dimulai pukul 10.00 WIB dengan pembukaan yang
dipimpin oleh mahasiswa M.Asep Rizki. Pembukaan diawali dengan

18
mengucapkan salam dan perkenalan para anggota kelompok, dilanjutkan
perkenalan peserta terapi bermain. Peserta dan orang tua merespon baik salam
dan perkenalan dari anggota kelompok dan peserta dan orang tua juga
merespon dengan menjawab salam dan memperkenalkan diri. Setelah
pembukaan dan perkenalan, co leader (mahasiswa Asta Bayu Ardhani)
menyerahkan kegiatan inti kepada leader (mahasiswa Asep Riski) untuk
memimpin terapi bermain.
Kegiatan inti terapi bermain dimulai pukul 10.10 WIB. Diawali
dengan leader menjelaskan tujuan kegiatan, aturan main dan lama kegiatan
berlangsung. Setelah peserta mengerti, kegiatan terapi bermain dimulai
dengan fasilitator membagian crayon dan gambar yang akan diwarnai.
Selama peserta mewarnai, fasilitator dan observer memfasilitasi dan
mengobservasi peserta terapi bermain. Fasilitator dan observer berbaur
bersama sama dengan peserta. Dalam pelaksanaan mewarnai gambar, ada
beberapa peserta yang terkendala dengan pemasangan infus pada tangan
kanan, sehingga beberapa peserta harus dibantu orang tua. Ada juga peserta
yang belum bisa memilih warna yang tepat untuk gambar tersebut, tetapi ada
juga perserta yang sudah paham mengenai warna. Walaupun begitu, semua
peserta kooperatif, mau mewarnai gambar sampai selesai dan mengikuti
kegiatan sampai selesai.
Pukul 11.15 WIB, semua peserta telah selesai mewarnai gambar,
leader mengevaluasi respon peserta selama kegiatan terpi bermain. Setelah
itu leader kembali menyerahkan kepada co leader untuk menutup acara terapi
bermain. Co leader memberi kesimpulan dari kegiatan terapi bermain
mewarnai gambar tersebut, lalu masing-masing peserta dikasih roti sebagai
reward karena telah berpartisipasi dalam mewarnai gambar. Kegiatan selesai
pukul 11.30 WIB, dan seluruh anggota kelompok merapikan kembali alat dan
tempat yang telah digunakan.

19
BAB V
PENUTUP

1.1. Kesimpulan
Bermain merupakan aspek penting dalam kehidupan anak yang
mencerminkan kemampuan fisik, intelektual, emosional, dan social anak
tersebut, tanpa mempergunakan alat yang menghasilkan atau memberikan
informasi, memberi kesenangan maupun mengembangkan imajinasi anak,
dimana dalam bermain anak akan menemukan kekuatan serta kelemahannya
sendiri, minatnya, serta cara menyelesaikan tugas-tugas dalam bermain.
Bermain bagi anak adalah suatu kebutuhan selayaknya bekerja pada orang
dewasa, oleh sebab itu bermain di rumah sangat diperlukan guna untuk
mengatasi adanya dampak hospitalisasi yang diasakan oleh anak. Dengan
bermain, anak tetap dapat melanjutkan tumbuh kembangnya tanpa
terhambat oleh adanya dampak hospitalisasi tersebut.
1.2. Saran

20
1.2.1. Bagi Orang Tua
Sebaiknya orang tua lebih selektif dalam memilih permainan bagi
anak agar anak dapat tumbuh dengan optimal. Pemilihan permainan yang
tepat dapat menjadi poin penting dari stimulus yang akan didapat dari
permainan tersebut. Faktor keamanan dari permainan yang dipilih juga
harus tetap diperhatikan.
1.2.2. Bagi Rumah Sakit
Sebagai tempat pelayanan kesehatan, sebaiknya rumah sakit dapat
menyediakan tempat bermain khusus untuk anak yg sedang dirawat di
rumah sakit.
1.2.3. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa diharapkan dapat tetap membantu anak untuk
mengurangi dampak hospitalisasi dengan terapi bermain yang sesuai dengan
tahap tumbuh kembang anak. Karena dengan terapi bermain yang tepat,
maka anak dapat terus melanjutkan tumbuh kembang anak walaupun
dirumah sakit.
LEMBAR OBSERVASI

No PENILAIAN
. NAMA Mengikuti dari
PESERTA awal sampai Kooperatif Dapat berinteraksi Pemahaman gambar
akhir
1. An.
2. An.
3. An.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.

21
22
23
24

Anda mungkin juga menyukai