KATA PENGANTAR
1.
i
Laporan Tahunan Direktorat Produksi Tahun 2013, Direktorat
Jenderal Perikanan Budidaya, KKP
DAFTAR ISI
Hal
I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
ii
1.
ii
Laporan Tahunan Direktorat Produksi Tahun 2013, Direktorat
Jenderal Perikanan Budidaya, KKP
V PERMASALAHAN ........................................................................................... 38
VI PENUTUP ...................................................................................................... 42
iii
1.
iii
Laporan Tahunan Direktorat Produksi Tahun 2013, Direktorat
Jenderal Perikanan Budidaya, KKP
DAFTAR TABEL
Hal
iv
1.
iv
Laporan Tahunan Direktorat Produksi Tahun 2013, Direktorat
Jenderal Perikanan Budidaya, KKP
DAFTAR GAMBAR
Hal
1.
v
Laporan Tahunan Direktorat Produksi Tahun 2013, Direktorat
Jenderal Perikanan Budidaya, KKP
BAB I
PENDAHULUAN
Program peningkatan produksi perikanan budidaya, yang merupakan penjabaran dari Visi
dan Misi pembangunan perikanan budidaya, dengan sasaran (outcomes) yang ingin dicapai
adalah meningkatnya produksi, produktivitas dan mutu hasil perikanan budidaya untuk
memenuhi kebutuhan konsumsi ikan dalam negeri dan ekspor, serta menyerap tenaga
kerja.
Sistem usaha perikanan budidaya juga harus diletakan dengan mempertimbangkan untuk
daya dukung lahan serta memperhatikan kelestarian sumberdaya dan lingkungan hidup,
sehingga usaha perikanan budidaya yang dikembangkan dapat dilaksanakan secara
berkesinambungan, sejalan dengan Tata laksana Perikanan yang bertanggung jawab (Code
of Conduct for Responsible Fisheries). Dalam kaitan ini, peran aparat pembina di lapangan,
petugas penyuluh dan petugas pengawas perikanan budidaya akan lebih dioptimalkan untuk
dapat membina, memantau dan mengendalikan cara-cara pelaksanaan kegiatan perikanan
budidaya agar secara konsisten menerapkan standar pembudidayaan ikan yang berwawasan
1
Laporan Tahunan Direktorat Produksi Tahun 2013, Direktorat
Jenderal Perikanan Budidaya, KKP
Dalam kaitan ini, keberpihakan dan perlindungan secara lebih memadai akan diberikan
kepada usaha skala kecil dan menengah, utamanya dalam kemudahan memperoleh modal
usaha melalui skim kredit khusus, pengelolaan lingkungan kawasan usaha perikanan
budidaya, serta dalam memperoleh sarana produksi dan dalam pemasaran hasil, utamanya
dalam upaya menembus pasar ekspor. Untuk itu, proses perizinan usaha perikanan
budidaya harus dapat difungsikan sebagai sarana pengaturan pengelolaan sumberdaya
lahan budidaya dan perdagangan produk perikanan budidaya secara konsisten
memperhatikan prinsip keadilan.
2
Laporan Tahunan Direktorat Produksi Tahun 2013, Direktorat
Jenderal Perikanan Budidaya, KKP
BAB II
PROGRAM KERJA DAN ANGGARAN
2.1. Visi
Dalam Rencana Strategis (RENSTRA) Tahun 2010-2014 yang telah disesuaikan, Kementerian
Kelautan dan Perikanan menetapkan Visi Pembangunan Kelautan dan Perikanan yang
Berdaya Saing dan Berkelanjutan untuk Kesejahteraan Masyarakat.
Dengan pembangunan perikanan budidaya yang berdaya saing, ingin diwujudkan usaha
perikanan budidaya dalam bentuk sistem yang terpadu, dimana masing-masing sub sistem
didalamnya secara konsisten mampu menghasilkan produk perikanan budidaya yang
berkualitas, efisien, serta memiliki daya saing baik di pasar domestik maupun internasional.
Sistem usaha perikanan budidaya yang efisien akan mampu menghasilkan produk yang
berdaya saing mampu menembus pasar yang pada gilirannya akan mampu meningkatkan
pendapatan, kesejahteraan masyarakat pembudidaya ikan dan sekaligus pengurangi
3
Laporan Tahunan Direktorat Produksi Tahun 2013, Direktorat
Jenderal Perikanan Budidaya, KKP
2.2. Misi
Dalam rangka mewujudkan visi di atas, maka ditetapkan misi pembangunan perikanan
budidaya yaitu Mengoptimalkan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Budidaya secara
Efisien dan Berwawasan Lingkungan
2.3. Tujuan
Ditjen Perikanan Budidaya sesuai dengan visi dan misinya menetapkan tujuan pokok dalam
pembangunan perikanan budidaya yaitu Meningkatnya produksi dan mutu hasil
perikanan budidaya melalui pengelolaan sumberdaya perikanan budidaya secara
berkelanjutan
4
Laporan Tahunan Direktorat Produksi Tahun 2013, Direktorat
Jenderal Perikanan Budidaya, KKP
Pembangunan Perikanan Budidaya pada Tahun 2013 difokuskan kepada program yang
diarahkan kepada pencapaian indikator kinerja utama yaitu meningkatnya produksi
perikanan budidaya dengan volume produksi perikanan budidaya sebanyak 11.632.122 ton
(target revisi) dengan rincian sebagai berikut :
a) Produksi Perikanan Budidaya Air Tawar sebanyak 3.354.668 ton;
b) Produksi Perikanan Budidaya Air Payau sebanyak 1.440.781 ton; dan
c) Produksi Perikanan Budidaya Laut sebanyak 6.836.673 ton.
5
Laporan Tahunan Direktorat Produksi Tahun 2013, Direktorat
Jenderal Perikanan Budidaya, KKP
Selanjutnya, strategi yang akan dilakukan untuk melaksanakan arah kebijakan sebagaimana
tersebut di atas adalah melalui :
6
Laporan Tahunan Direktorat Produksi Tahun 2013, Direktorat
Jenderal Perikanan Budidaya, KKP
dan telah tersedia; (iii) Permintaan pasar yang tinggi baik lokal maupun luar negeri; dan (iv)
Dapat dibudidayakan dan dikembangkan secara massal. Sepuluh komoditas budidaya
unggulan tersebut adalah: (1) Udang; (2) Rumput laut; (3) Nila; (4) Lele; (5) Patin; (6)
Gurame; (7) Kerapu; (8) Kakap; (9) Bandeng; dan (10) Ikan lainnya. Disamping sepuluh
komoditas unggulan tersebut, pengembangan komoditas lainnya yang potensial dan spesifik
daerah tetap dikembangkan baik dalam rangka meningkatkan penerimaan devisa negara,
pemenuhan konsumsi di dalam negeri, peningkatan pendapatan masyarakat, maupun untuk
pelestarian jenis - jenis ikan lokal yang cenderung akan mengalami kepunahan.
meningkatnya skala dan kualitas produksi, produktivitas, daya saing, dan nilai tambah
sumberdaya kelautan dan perikanan. Pengembangan industrialisasi perikanan budidaya
dilakukan dengan pendekatan Blue Economy yang dilandasi dengan prinsip-prinsip: a)
Terintegrasi, yaitu integrasi ekonomi dan lingkungan, jenis investasi dan sistem produksi; b)
Berbasis kawasan, yaitu berbasis pengembangan kawasan ekonomi potensial; c) Sistem
produksi bersih, yaitu sistem produksi efisien, hemat bahan baku, bebas pencemaran dan
tidak merusak lingkungan; d) Investasi kreatif dan inovatif, yaitu penanaman modal dan
bisnis dengan model blue economy; e) Berkelanjutan, yaitu keseimbangan antara
pemanfaatan sumber daya alam dan pelestarian lingkungan.
2.6. Anggaran
Guna mendukung rencana kinerja tersebut, Ditjen Perikanan Budidaya mengalokasikan
anggarannya yang berjumlah Rp. 17.399.185.000,- yang didistribusikan berdasarkan
kegiatan untuk mendukung pencapaian Indikator Kinerja Kegiatan, sebagai berikut :
a. Jumlah RSNI-3 yang disusun sebesar Rp. 879.804.000,-
b. Jumlah Pembudidaya yang Menerapkan Teknologi Anjuran Rp. 6.195.213.000,-
c. Jumlah Unit Pembudidayaan Ikan Tersertifikasi dan Memenuhi Standar Rp.
2.681.489.000,-
d. Jumlah Pakan Ikan Terdaftar Rp. 2.156.743.000,-
e. Jumlah Dokumen Statistik Perikanan Budidaya yang diterbitkan Rp. 3.812.575.000,-
f. Layanan Perkantoran Rp. 1.473.361.000,-
g. Perangkat pengolah data dan komunikasi Rp. 170.000.000,-
h. Peralatan dan fasilitas perkantoran Rp. 30.000.000,
8
Laporan Tahunan Direktorat Produksi Tahun 2013, Direktorat
Jenderal Perikanan Budidaya, KKP
BAB III
PELAKSANAAN ANGGGARAN
Dari total alokasi anggaran Tahun 2013 sebesar Rp. 17.399.185.000, -(tujuh belas milyar tiga
ratus sembilan puluh sembilan juta seratus delapan puluh lima ribu rupiah) dalam
mendukung kegiatan dan program kerja Direktorat Produksi sebagai upaya pencapaian
indikator kinerja kegiatan, sampai dengan akhir Tahun 2013 capaian realisasi anggaran
mencapai Rp.16.847.830.350,- (enam belas milyar delapan ratus empat puluh tujuh juta
delapan ratus tiga puluh ribu tiga ratus lima puluh rupiah) atau sebesar 96,83% dari pagu
yang ditetapkan.
9
Laporan Tahunan Direktorat Produksi Tahun 2013, Direktorat
Jenderal Perikanan Budidaya, KKP
BAB IV
CAPAIAN KINERJA PEMBANGUNAN TAHUN 2013
Satuan: Ton
Kenaikan
2010 2011 2012 2013*
Target Rata-rata
Indikator Kinerja 2010 - 2013
Target Capaian Target Capaian Target Capaian Target Capaian % 2014
(%)
Volume perikanan budidaya (Ton) 5,376,200 6,277,923 6,847,500 7,928,963 9,415,700 9,675,532 11,632,122 13,703,369 117.81 13,927,947 29.99
- Produksi budidaya air tawar (Ton) 1,391,805 1,246,909 1,821,820 1,586,261 2,479,210 1,982,161 3,354,668 3,630,406 108.22 4,025,602 45.11
- Produksi budidaya air payau (Ton) 911,575 890,121 1,063,700 933,161 1,263,750 1,001,032 1,440,781 2,323,626 161.28 8,204,008 48.08
- Produksi budidaya laut (Ton) 3,072,820 4,140,893 3,961,980 5,409,541 5,672,740 6,692,339 6,836,673 7,749,337 113.35 1,698,337 23.38
*): Angka Sementara
Selama empat Tahun pelaksanaan Renstra DJPB yaitu Tahun 2010 - Tahun 2013, produksi
perikanan budidaya memperlihatkan trend yang positif yaitu mengalami peningkatan
dengan kenaikan rata - rata perTahun mencapai 29,99%. Dari angka tersebut, realisasi
pencapaian produksi terbesar yaitu pada jenis budidaya air payau dengan rata - rata
kenaikan per Tahun sebesar 48,08%, disusul oleh budidaya air tawar dengan rata - rata
kenaikan per Tahun sebesar 45,11% dan budidaya air laut dengan rata - rata kenaikan per
Tahun sebesar 23,38%. Terkait dengan prediksi capaian target pada Tahun terakhir renstra
2014, dengan melihat trend kinerja positif capaian produksi terhadap target pada 4 (empat)
Tahun terakhir (Tahun 2010 - Tahun 2013), maka capaian IKU ini diprediksi akan tercapai.
Adapun trend capaian volume dan nilai produksi perikanan budidaya per jenis komoditas
pada 4 (empat) Tahun terakhir (2010 2013) sebagaimana pada Tabel 3 di bawah ini.
10
Laporan Tahunan Direktorat Produksi Tahun 2013, Direktorat
Jenderal Perikanan Budidaya, KKP
Tabel 3. Target dan Capaian Volume Produksi Perikanan Budidaya Menurut Komoditas
Utama, 2010 - 2014
Satuan : Ton
2010 2011 2012 2013* 2014
Kenaikan
Rata-rata
No Komoditas Target Capaian Target Capaian Target Capaian Target Capaian Target
% % % % 2010 -
(Ton) (Ton) (Ton) (Ton) (Ton) (Ton) Revisi (Ton) (Ton) (Ton) 2013 (%)
Total 5,376,200 6,277,923 116.77 6,847,500 7,928,963 115.80 9,415,700 9,675,533 102.76 11,632,122 13,703,369 117.81 13,927,946 29.99
1 Udang 400,300 380,972 95.17 460,000 372,577 81.00 529,000 415,703 78.58 608,000 619,400 101.88 699,000 19.46
2 Rumput Laut 2,672,800 3,915,017 146.48 3,504,200 5,170,201 147.50 5,100,000 6,514,854 127.74 6,500,000 8,181,654 125.87 7,800,000 27.88
3 Nila 491,800 464,191 94.39 639,300 567,078 88.70 850,000 695,063 81.77 1,200,000 1,110,810 92.57 1,440,000 34.85
4 Patin 225,000 147,888 65.73 383,000 229,267 59.90 651,000 347,000 53.3 750,000 972,778 129.70 900,000 95.57
5 Lele 270,600 242,811 89.73 366,000 337,577 92.20 495,000 441,217 89.13 700,000 758,455 108.35 840,000 47.21
6 Mas 267,100 282,695 105.84 280,400 332,206 118.50 300,000 374,366 124.79 500,000 340,863 68.17 600,000 7.09
7 Gurame 40,300 56,889 141.16 42,300 64,252 151.90 44,400 84,681 190.72 125,000 86,773 69.42 150,000 15.74
8 Kakap 5,000 5,738 114.76 5,500 5,236 95.20 6,500 6,198 95.36 7,000 7,504 107.20 8,400 10.23
9 Kerapu 7,000 10,398 148.54 9,000 10,580 117.60 11,000 11,950 108.64 11,000 14,400 130.91 13,200 11.73
10 Bandeng 349,600 421,757 120.64 419,000 467,449 111.60 503,400 518,939 103.09 700,000 667,116 95.30 840,000 16.80
11 Lainnya 646,700 349,567 54.05 738,800 372,540 50.40 925,400 265,561 28.7 531,122 943,616 177.66 637,346 77.73
*): Angka Sementara
Jika dikaitkan dengan perbandingan total produksi perikanan budidaya Indonesia terhadap
total produksi perikanan budidaya dunia, menunjukkan bahwa pada Tahun 2011, Indonesia
menempati urutan ke-2 (dua) terbesar sebagai penghasil produk perikanan budidaya
dengan memberikan share sekitar 9,5% terhadap total produksi perikanan budidaya dunia di
bawah dominasi China yang menguasai share mencapai 65%. (sumber : Fishstat FAO, Maret
2013). Capaian volume dan nilai produksi untuk setiap komoditas unggulan perikanan
budidaya dapat dijelaskan sebagai berikut :
11
Laporan Tahunan Direktorat Produksi Tahun 2013, Direktorat
Jenderal Perikanan Budidaya, KKP
a. Udang
Dilihat dari trend Tahunan yakni Tahun 2010 sampai dengan Tahun 2013,
perkembangan produksi udang nasional mengalami kenaikan rata-rata sebesar 19,46%.
Namun demikian, Berdasarkan trend capaian terhadap target Tahunan selama kurun
waktu Tahun 2010 Tahun 2012, capaian produksi udang nasional masih dibawah
target Tahunan dengan rata-rata pencapaian sebesar 89,6%. Sedangkan pada Tahun
2013 capaian produksi udang mampu melampaui target Tahunan sebesar 101,88%.
Jika dikaitkan total produksi udang nasional terhadap total produksi udang dunia,
menunjukkan bahwa pada Tahun 2011, Indonesia menempati urutan ke-4 (empat)
terbesar sebagai penghasil produk udang dengan memberikan share sekitar 9,1%
terhadap total produksi udang dunia. Posisi Indonesia tersebut masih jauh di bawah
China yang memberikan share sebesar 43,6%, disusul Thailand sebesar 12,1% dan
Vietnam sebesar 11,5%. (sumber : Fishstat FAO, Maret 2013).
Tidak tercapainnya target produksi udang pada kurun waktu Tahun 2010 Tahun 2012
tersebut disebabkan oleh masih mewabahnya serangan penyakit yaitu WSSV, TSV,
IMNV dan IHHNV disamping terjadinya degradasi lahan (penurunan daya dukung lahan)
pada beberapa kawasan, hal ini secara langsung berdampak pada kekhawatiran
pembudidaya untuk kembali berbudidaya udang. Kedua masalah tersebut
menyebabkan munculnya tambak - tambak idle (tidak operasional) di beberapa daerah.
Program industrialisasi udang melalui revitalisasi tambak baru dimulai pada akhir 2012
sehingga dampaknya belum bisa dirasakan pada Tahun tersebut.
Sedangkan tercapaianya target volume pada Tahun 2013 didorong oleh beberapa
kebijakan strategis yang dilakukan Ditjen Perikanan Budidaya. Kebijakan revitalisasi
tambak melalui pengembangan demfarm di beberapa daerah pada kenyataannya telah
secara nyata mampu membangkitkan kembali animo masyarakat untuk terjun
berbudidaya udang. Disisi lain, Melemahnya nilai rupiah terhadap dollar USA justru
memicu tingginya harga udang dalam negeri, hal ini semakin memicu kembali gairah
usaha budidaya udang di beberapa daerah. Fenomena merebaknya penyakit EMS (Early
Mortality Syndrome) pada beberapa Negara pesaing seperti Thailand, Vietnam,
12
Laporan Tahunan Direktorat Produksi Tahun 2013, Direktorat
Jenderal Perikanan Budidaya, KKP
Malaysia dan Mexico telah memaksa pasar udang dunia berkurangnya suplly. Kondisi ini
tentunya menjadi peluang emas bagi Indonesia untuk merebut pasar udang dunia, ini
mengingat Indonesia hingga saat ini menjadi satu - satunya produsen yang terbebas
dari wabah EMS sebagai dampak atas penerapan sistem kesehatan ikan dan lingkungan
yang ketat selama ini.
Dengan adanya kebijakan strategis melalui industrialisasi udang nasional yang mampu
mendorong optimalisasi pemanfaatan lahan tambak non-produktif, didorong oleh
kembali meningkatnya kepercayaan masyarakat dan stakeholders lain terhadap usaha
budidaya udang serta peluang besar bagi Indonesia sebagai pemain tunggal
perdagangan udang dunia, maka capaian volume dan nilai produksi udang nasional
pada Tahun 2014 diprediksi akan tercapai. Sebagai gambaran pada Tahun 2013
produksi udang telah berhasil mencapai 88,6% terhadap target pada Tahun 2014.
Langkah nyata yang dilakukan dalam upaya peningkatan volume produksi udang adalah
(i) Pengembangan percontohan usaha budidaya (Demfarm) sebagai upaya dalam
memperkenalkan model pengelolaan budidaya yang baik serta mengembalikan
kepercayaan diri pembudidaya untuk kembali berbudidaya udang; (ii) Rehabilitasi
saluran dan infrastruktur tambak untuk mengembalikan performance tambak sesuai
standar kelayakan teknis; (iii) Bantuan sarana budidaya udang yang merupakan stimulus
bagi pembudidaya untuk meningkatkan usaha budidaya udang; (iv) Melakukan berbagai
kerjasama lintas sektoral dan stakeholders lain untuk mempermudah akses baik
13
Laporan Tahunan Direktorat Produksi Tahun 2013, Direktorat
Jenderal Perikanan Budidaya, KKP
infrastruktur, sarana dan prasarana budidaya, serta akses pasar dan permodalan; (v)
Pengembangan pola budidaya berbasis manajemen kawasan/klaster; (vi) Penguatan
kelembagaan dan pengembangan kemitraan usaha; (vii) Peningkatan input teknologi
budidaya yang aplikatif, efektif dan efisien berbasis wawasan lingkungan; (viii)
pendampingan teknologi secara intensif dan massive terhadap pelaku usaha budidaya
udang.
b. Kerapu
Perkembangan produksi ikan kerapu dari Tahun 2010 s/d Tahun 2013 menunjukkan
kinerja yang cukup baik ditandai dengan kenaikan produksi rata - rata per Tahun
sebesar 11,73%. Jika dibandingkan terhadap target Tahunan, maka produksi dalam
kurun waktu Tahun 2010 - Tahun 2013 telah mampu melapau target dengan rata - rata
capaian 126,4%.
Pencapaian volume produksi yang cukup baik ini dikarenakan (i) Penyediaan benih ikan
kerapu yang bermutu di UPT dan unit pembenihan skala rumah tangga (HSRT); (ii)
Jaminan harga pemasaran yang cukup baik, dengan harga ikan kerapu yang cukup
tinggi; serta (iv) adanya kebijakan program demfarm budidaya ikan kerapu di beberapa
daerah potensial yang memicu perkembangan kawasan budidaya kerapu di beberapa
daerah potensial. Dalam upaya pencapaian target pada Tahun 2014, maka perlu ada
upaya - upaya maksimal antara lain mendorong pengembangan jenis ikan kerapu
lainnya selain ikan kerapu bebek khususnya pengembangan ikan kerapu macan,
14
Laporan Tahunan Direktorat Produksi Tahun 2013, Direktorat
Jenderal Perikanan Budidaya, KKP
penyediaan induk dan benih berkualitas, serta kemungkinan dalam melakukan ekpansi
pasar tujuan ekspor selain China dan Hongkong. Program pengembangan kawasan
budidaya laut melalui optimalisasi pemanfaatan lahan off-shore berbasis pada teknologi
budidaya yang berkelanjutan, menjadi alternatif dalam mendorong pencapian target
produksi tersebut.
Perbandingan total produksi ikan kerapu nasional terhadap total produksi ikan kerapu
dunia, menunjukkan bahwa pada Tahun 2011 Indonesia menempati urutan ke-3 (tiga)
terbesar sebagai penghasil produk ikan kerapu dengan memberikan share sekitar
(12,1% terhadap total produksi ikan kerapu dunia). Posisi Indonesia tersebut masih di
bawah China yang memberikan share sebesar (68,3%), disusul Taiwan sebesar (15,4%).
(sumber : Fishstat FAO, Maret 2013).
c. Kakap
Perkembangan produksi ikan kakap dari Tahun 2010 - Tahun 2013 menunjukkan rata -
rata peningkatan per Tahun sebesar 10,23%. Dilihat dari perbandingan antara capaian
dengan target Tahunan menunjukkan kinerja yang fluktuatif seperti tersaji pada gambar
di bawah, yaitu masing - masing pada Tahun 2010 tercapai (114,76% dari target); Tahun
2011 tercapai (95,2% dari target), Tahun 2012 tercapai (95,36% dari target); dan Tahun
2013 mampu mencapai (107,20% dari target).
Perbandingan total produksi ikan kakap nasional terhadap total produksi ikan kakap
dunia, menunjukkan bahwa pada Tahun 2011 Indonesia menempati urutan ke-4
(empat) terbesar sebagai penghasil produk ikan kakap dengan memberikan share
sekitar (7,6% terhadap total produksi ikan kakap dunia). Posisi Indonesia tersebut masih
di bawah Taiwan yang memberikan share sebesar (34,8%), disusul Malaysia sebesar
(25,5%), dan Thailand (23,6%). (sumber : Fishstat FAO, Maret 2013).
Kinerja capaian volume produksi ikan kakap yang fluktuatif tersebut antara lain lebih
disebabkan fenomena bahwa saat ini aktivitas usaha budidaya ikan kakap masih belum
memasyarakat dan secara umum didominasi oleh beberapa perusahaan sehubungan
nilai investasi yang besar, disamping itu penyediaan benih unggul ikan kakap masih
terbatas pada pemenuhan kebutuhan bagi beberapa perusahaan.
15
Laporan Tahunan Direktorat Produksi Tahun 2013, Direktorat
Jenderal Perikanan Budidaya, KKP
Prospek pasar ikan kakap baik ekspor maupun dalam negeri yang semakin menjanjikan,
diharapkan akan mendorong tumbuhnya usaha budidaya ikan kakap di beberapa
daerah. Disisi lain, Kebijakan dalam mendorong transformasi teknologi untuk
pengembangan komoditas budidaya laut potensial seperti ikan kakap akan terus
dilakukan yaitu melalui pengembangan marikultur pada perairan off-shore.
Mempertimbangkan hal tersebut di atas, maka target capaian volume dan nilai produksi
ikan kakap pada Tahun 2014 optimis akan mampu tercapai.
d. Bandeng
Bandeng mempunyai nilai strategis bukan hanya dari aspek ekonomi, namun yang
sangat penting komoditas yang satu ini adalah menjadi komoditas strategis dalam
menopang ketahanan pangan dan gizi masyarakat Indonesia. Rata - rata kenaikan
produksi bandeng dari Tahun 2010 - Tahun 2013 menunjukan trend yang positif yaitu
sebesar 16,80%. Dilihat dari trend capaian produksi terhadap target Tahunan
menunjukkan bahwa selama kurun waktu Tahun 2010 - Tahun 2013 target tersebut
telah mampu dicapai dengan rata-rata capaian 107,6%, kecuali untuk Tahun 2013.
Pencapaian ini distimulus dengan stabilitas harga pasar yang cukup baik serta berbagai
teknologi diversifikasi olahan bandeng yang menyebabkan minat masyarakat akan
produk bandeng tetap tinggi. Selain itu juga didukung oleh kegiatan industrialisasi
bandeng yang dimulai sejak Tahun 2012. Terkait tidak tercapainnya target volume
produksi bandeng pada Tahun 2013 secara umum pelaku usaha masih menghadapi
beberapa tantangan dan permasalahan khususnya terkait pengembangan bandeng di
16
Laporan Tahunan Direktorat Produksi Tahun 2013, Direktorat
Jenderal Perikanan Budidaya, KKP
Terkait posisi Indonesia terhadap produksi bandeng dunia, pada Tahun 2011 Indonesia
mampu menjadi produsen bandeng terbesar dunia dengan menguasai share sebesar
(52,4% terhadap produksi bandeng dunia), disusul Philipina dengan share sebesar
41,8%. (sumber : Fishstat FAO, Maret 2013).
17
Laporan Tahunan Direktorat Produksi Tahun 2013, Direktorat
Jenderal Perikanan Budidaya, KKP
e. Patin
Produksi ikan patin dari Tahun 2010 hingga Tahun 2013 menunjukan trend yang positif
dengan rata - rata kenaikan per Tahun sebesar 95,57%. Namun demikian produksi pada
kurun waktu Tahun 2010 s/d Tahun 2012 ini masih jauh dari target Tahunan yang telah
ditetapkan dengan capaian rata - rata 77,1% sebagaimana pada grafik dibawah.
Belum tercapainya produksi ikan patin di Tahun 2010 - Tahun 2012 antara lain
disebabkan terjadinya over suplly di beberapa sentra produksi seperti di Sumatera
Selatan, Riau dan Jambi yang secara langsung mempengaruhi terhadap penurunan
18
Laporan Tahunan Direktorat Produksi Tahun 2013, Direktorat
Jenderal Perikanan Budidaya, KKP
harga ikan patin di pasar secara signifikan, disisi lain permasalahan tingginya biaya
produksi sebagai akibat dari tingginya harga pakan pabrikan tidak sebanding dengan
harga yang berlaku di pasaran, sehingga secara ekonomis tingkat efesiensi masih cukup
rendah. Kedua kondisi tersebut cukup mempengaruhi animo dan aktivitas usaha
budidaya masyarakat.
Sedangkan kinerja positif capaian volume produksi Tahun 2013 yang mencapai 129,70%
dari target yang ditetapkan tidak terlepas dari upaya - upaya untuk mendorong
pengembangan budidaya ikan patin melalui kerjasama sinergi, baik lintas sektoral,
swasta maupun stakeholders lain. Kerjasama tersebut diarahkan dalamg rangka : (i)
Penciptaan peluang pasar yang lebih luas; (ii) Pengembangan input teknologi yang
aplikatif, efektif dan efisiien; (iii) Pengembangan kawasan budidaya ikan patin secara
terintegrasi, serta (iv) Peningkatan ikan nilai tambah produk menjadi hal mutlak dan
terus dilakukan yaitu melalui pengembangan diversifikasi olahan ikan patin,
pengembangan unit pengolahan ikan patin. Melalui upaya diatas, maka secara langsung
akan mampu memberikan jaminan terhadap jalannya siklus bisnis yang positif dan
berkesinambungan. Jika upaya ini mampu terimplementasikan, maka prediksi terhadap
pencapaian target volume dan nilai produksi ikan patin Tahun 2014 akan bisa tercapai.
Perbandingan total produksi ikan patin nasional terhadap total produksi ikan patin
dunia, menunjukkan bahwa pada Tahun 2011 Indonesia menempati urutan ke-2 (dua)
terbesar sebagai penghasil produk patin dengan memberikan share sekitar (16,1%
terhadap total produksi ikan patin dunia). Posisi Indonesia tersebut masih di bawah
Vietnam yang memberikan share sebesar (80,9%). (sumber : Fishstat FAO, Maret 2013).
f. Nila
Produksi ikan nila dari Tahun 2010 hingga Tahun 2013 mengalami peningkatan yang
cukup signifikan dengan rata - rata kenaikan 34,85%, sebagaimana tersaji dalam gambar
dibawah. Jika dilihat dari trend capaian produksi terhadap target Tahunan menunjukkan
bahwa selama kurun waktu Tahun 2010 - Tahun 2013 target tersebut belum mampu
dicapai yaitu dengan rata-rata capaian 89,4%.
19
Laporan Tahunan Direktorat Produksi Tahun 2013, Direktorat
Jenderal Perikanan Budidaya, KKP
Ada beberapa hal yang menjadi penyebab tidak tercapainnya target volume produksi
pada kurun waktu tersebut, antara lain dikarenakan secara umum kapasitas usaha yang
dijalankan pembudidaya masih dalam skala kecil, disisi lain permasalahan tingginya
biaya produksi sebagai akibat dari tingginya harga pakan pabrikan tidak sebanding
dengan harga yang berlaku di pasaran, sehingga secara ekonomis tingkat efesiensi
masih cukup rendah. Rencana aksi dalam upaya pencapaian kinerja antara lain melalui
(i) Pengembangan gerakan minapadi, (ii) Pengembangan budidaya ikan nila melalui
intensifikasi dengan bioflok dan running water; (iii) Mendorong pemanfaatan bahan
baku lokal untuk pembuatan pakan ikan secara mandiri yang berkualitas; (iv)
Ekstensifikasi pada kawasan potensial; (v) Memberikan stimulan penguatan modal
melalui Pengembangan Usaha Mina Pedesaan Perikanan Budidaya (PUMP-PB); serta (vi)
Penciptaan peluang pasar yang lebih luas. Jika upaya ini mampu terimplementasikan,
maka prediksi terhadap pencapaian target produksi ikan patin Tahun 2014 akan bisa
tercapai. Perbandingan total produksi ikan nila nasional terhadap total produksi ikan
nila dunia, menunjukkan bahwa pada Tahun 2011 Indonesia menempati urutan ke-3
(tiga) terbesar sebagai penghasil produk ikan nila dengan memberikan share sekitar
(20,3% terhadap total produksi ikan nila dunia). Posisi Indonesia tersebut masih di
bawah China yang memberikan share sebesar (38,7%), disusul Mesir sebesar (21,9%).
(sumber : Fishstat FAO, Maret 2013).
20
Laporan Tahunan Direktorat Produksi Tahun 2013, Direktorat
Jenderal Perikanan Budidaya, KKP
g. Ikan Mas
Perkembangan produksi ikan mas menunjukkan kinerja yang cukup baik dengan
peningkatan produksi rata - rata dari Tahun 2010 - Tahun 2013 sebesar 7,09%
sebagaimana tersaji dalam gambar dibawah. Pencapaian yang cukup tinggi ini didorong
oleh kegiatan budidaya ikan mas melalui minapadi, penerapan running water system,
serta paket bantuan PUMP-PB.
Dilihat dari kinerja capaian terhadap target Tahunan menunjukan bahwa capaian
produksi ikan mas telah mampu melapaui target Tahunan yang ditetapkan dengan rata-
rata capaian sebesar 104,3%, kecuali untuk Tahun 2013 dimana produksi belum mampu
mencapai target (68,17% dari target) begitu juga dengan angka nilai produksi yang
hanya mencapai 90,89% dari target. Ada beberapa hal yang menjadi penyebab tidak
tercapainnya target tersebut, antara lain dikarenakan secara umum kapasitas usaha
yang dijalankan pembudidaya masih dalam skala kecil, disisi lain permasalahan
tingginya biaya produksi sebagai akibat dari tingginya harga pakan pabrikan tidak
sebanding dengan harga yang berlaku di pasaran, sehingga secara ekonomis tingkat
efesiensi masih cukup rendah Fenomena masih munculnya penyakit yang disebabkan
virus KHV pada beberapa sentral produksi menjadi penyebab utama penurunan capaian
produksi ikan mas.
Dalam upaya pencapaian target volume produksi Tahun 2014, maka perlu upaya -
upaya yang secara langsung mendorong peningkatan efesiensi produksi, diantaranya :
(i) Intensifikasi melalui pengembangan teknologi baik budidaya maupun aspek nutrisi
(pakan) yang berkualitas berbasis bahan baku lokal; (ii) Pengembangan kapasitas usaha
dengan dukungan penguatan modal bagi usaha skala kecil melalui penguatan kemitraan
usaha; (iii) Perluasan akses pasar dan peningkatan nilai tambah. Jika upaya di atas
mampu dilakukan, maka target produksi pada Tahun 2014 diprediksi akan mampu di
capai. Perbandingan total produksi ikan mas nasional terhadap total produksi ikan mas
dunia, menunjukkan bahwa pada Tahun 2011 Indonesia menempati urutan ke-2 (dua)
terbesar sebagai penghasil produk ikan mas dengan memberikan share sekitar (8,9%
terhadap total produksi ikan mas dunia). Namun demikian posisi Indonesia tersebut
masih jauh di bawah China yang memberikan share sebesar (72,8%). (sumber : Fishstat
FAO, Maret 2013).
21
Laporan Tahunan Direktorat Produksi Tahun 2013, Direktorat
Jenderal Perikanan Budidaya, KKP
h. Lele
Selama kurun waktu produksi ikan lele Tahun 2010 - Tahun 2013 menunjukkan kinerja
yang cukup baik dengan peningkatan produksi rata - rata sebesar 47,21%, namun
demikian produksi ikan lele Tahun 2010 - Tahun 2012 masih dibawah dari target
Tahunan dimana prosentase pencapaiannya cenderung menurun setiap Tahunnya
sebagaimana grafik dibawah. Tidak tercapainnya target pada kurun waktu tersebut
dikarenakan secara umum kapasitas usaha yang dijalankan masih dalam skala kecil,
sehingga secara ekonomis tidak efisien. Disisi lain tingginya cost produksi sebagai akibat
dari tingginya harga pakan pabrikan secara langsung berpengaruh terhadap margin
keuntungan yang didapat.
22
Laporan Tahunan Direktorat Produksi Tahun 2013, Direktorat
Jenderal Perikanan Budidaya, KKP
Melalui upaya langkah strategis yang telah dilakukan pada Tahun 2013 capaian produksi
ikan lele mampu melampaui target yang telah ditetapkan, yaitu dengan capaian
(108,35%) yang diikuti oleh capaian positif nilai produksi yang mencapai 140,86% dari
target. Upaya -upaya tersebut antara lain melalui (i) Pengembangan budidaya secara
intensifikasi dengan bioflok untuk efisiensi pakan; (ii) Penggunaan teknologi budidaya
ikan lele dengan terpal sebagai upaya efesiensi pemanfaatan lahan; dan (iii)
Extensifikasi melalui program Pengembangan Usaha Mina Pedesaan (PUMP) Perikanan
Budidaya. Melihat kinerja yang telah dicapai pada Tahun 2013 serta upaya - upaya
strategis yang terus dilakukan, maka target volume dan nilai produksi pada Tahun 2014
diprediksi akan tercapai. Perbandingan total produksi ikan lele nasional terhadap total
produksi ikan lele dunia, menunjukkan bahwa pada Tahun 2011 Indonesia menempati
posisi teratas yang mendominasi produk lele dunia dengan memberikan share sekitar
(75,6% terhadap total produksi ikan lele dunia), disusul Malaysia dengan share sebesar
(10,5%). (sumber : Fishstat FAO, Maret 2013)
i. Gurame
Produksi gurame Tahun 2010 - Tahun 2013 menunjukkan kinerja yang positif, dengan
kenaikan rata-rata per Tahun sebesar 15,74%. Dilihat dari kinerja capaian terhadap
target Tahunan menunjukan bahwa capaian produksi ikan gurame telah mampu
melapaui target Tahunan yang ditetapkan dengan rata - rata capaian sebesar 138,3%,
kecuali untuk Tahun 2013 dimana produksi belum mampu mencapai target (69,42% dari
target) begitu juga dengan angka nilai produksi yang hanya mencapai 99,18%.
23
Laporan Tahunan Direktorat Produksi Tahun 2013, Direktorat
Jenderal Perikanan Budidaya, KKP
Perbandingan total produksi ikan gurame nasional terhadap total produksi ikan gurame
dunia, menunjukkan bahwa pada Tahun 2011 Indonesia menempati posisi teratas yang
mendominasi produk gurame dunia dengan memberikan share sekitar (95,6% terhadap
total produksi ikan gurame dunia), disusul Thailand dengan share sebesar (4,06%).
(sumber : Fishstat FAO, Maret 2013).
j. Rumput Laut
Poduksi rumput laut memberikan kontribusi yang paling besar terhadap total produksi
perikanan budidaya, dimana secara nasional produksi rumput laut memberikan share
sebesar 60% terhadap produksi perikanan budidaya. Perkembangan produksi rumput
laut dari Tahun 2010 - Tahun 2013 menunjukan trend yang sangat positif, dimana
kenaikan produksi rata - rata perTahun mencapai 27,88% dimana angka ini juga mampu
melebihi target yang ditetapkan per Tahunnya dengan rata - rata capaian sebesar
136,9%.
Beberapa hal yang mendasari tingginya pencapaian komoditas ini karena budidaya
rumput laut mempunyai masa pemeliharaan yang cukup singkat yaitu 45 hari sehingga
perputaran modal usaha dapat lebih cepat, serta cara budidaya yang mudah. Rumput
laut juga cocok untuk dibudidayakan di daerah - daerah dengan curah hujan rendah
yang merupakan salah satu ciri dari daerah kantong kemiskinan. Keuntungan lainnya
adalah modal kerja yang relatif kecil (hanya + Rp 6 juta), penggunaan teknologi yang
24
Laporan Tahunan Direktorat Produksi Tahun 2013, Direktorat
Jenderal Perikanan Budidaya, KKP
relatif sederhana, dan peluang pasar yang masih terbuka lebar mengingat rumput laut
merupakan bahan baku untuk beberapa industri, seperti biofuel, agar-agar, karaginan,
kosmetik, obat-obatan dan lain-lain. Selain itu, pemerintah juga terus menerus
melakukan upaya terobosan diantaranya adalah pengembangan industrialisasi rumput
laut.
Merujuk pada data FAO, bahwa pada Tahun 2011 Indonesia merupakan produsen
rumput laut untuk jenis Eucheuma Cottoni dan Gracilaria terbesar di dunia dengan
memberikan share masing - masing untuk Eucheuma Cottoni sebesar (98,2%) dan
Gracilaria sebesar (90,5%) terhadap produksi rumput laut dunia. (sumber : Fishstat FAO,
Maret 2013).
Sasaran kegiatan sistem produksi pembudidayaan ikan dengan mutu terjamin adalah
terpenuhinya kebutuhan pakan yang teregistrasi dalam rangka penerapan teknologi, unit
usaha budidaya yang tersertifikasi dan tersedianya data statistik perikanan budidaya yang
akurat dan mutakhir, meliputi :
a. Jumlah unit pembudidayaan ikan tersertifikat dan memenuhi standar sebanyak
7.000 unit;
b. Jumlah luas lahan minapadi seluas 250.000 hektar;
25
Laporan Tahunan Direktorat Produksi Tahun 2013, Direktorat
Jenderal Perikanan Budidaya, KKP
26
Laporan Tahunan Direktorat Produksi Tahun 2013, Direktorat
Jenderal Perikanan Budidaya, KKP
Sebaran capaian penilaian sertifikasi berdasarkan provinsi tersaji pada table 4. Sedangkan
komposisi unit usaha yang dinilai sampai dengan Tahun 2013 meliputi (i) unit usaha
perorangan sebanyak 5.608 unit, (ii) POKDAKAN sebanyak 1.100 unit, dan (iii) Perusahaan
sebanyak 392 unit dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Jumlah Penilaian Sertifikasi CBIB berdasarkan jenis usaha Tahun 2010 2013
Satuan : Unit
Ke na i ka n Ra ta -
Uni t Budi da ya 2010 2011 2012 2013 ra ta pe r ta hun Ke te ra nga n
(%)
1 Pe rora nga n 221 1,372 2,916 5,608 241.89 Kumul a ti f
2 Pokda ka n 115 357 563 1,100 121.17 Kumul a ti f
3 Pe rus a ha a n 139 289 332 392 46.95 Kumul a ti f
Juml a h 475 2,018 3,811 7,100 166.67
27
Laporan Tahunan Direktorat Produksi Tahun 2013, Direktorat
Jenderal Perikanan Budidaya, KKP
Tabel 6. Realisasi Capaian Kinerja Sertifikasi CBIB Menurut Provinsi 2013 - 2014 (Unit)
Pencapaian Tahun 2013 ini didorong oleh terobosan yaitu (i) Optimalisasi kinerja
pembinaan, sosialiasi penerapan CBIB bagi pembudidaya oleh fasilitator dan penyuluh; (ii)
Menetapkan target kinerja bagi fasilitator dalam melakukan pembinaan penerapan CBIB
dan pembuatan dokumen sistem mutu unit pembudidayaan ikan; (iii) Menambah jumlah
Auditor Sertifikasi CBIB dengan Surat Keputusan Dirjen Perikanan Budidaya No. KEP.63/DJ-
PB/2013 tentang Tim Sertifikasi Cara Budidaya Ikan yang Baik; (iv) Peningkatan sinergitas
kerja pusat dan daerah, diantaranya pendelegasian wewenang kepada daerah untuk
melakukan, penilaian pendahuluan, penilaian sertifikasi CBIB dengan penerbitan SPT oleh
kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi (Per.Dirjen PB No : 30/PER-DJPB/2013); (v)
Menjadikan target sertifikasi CBIB sebagai IKK di masing - masing daerah dan dievaluasi
secara periodik; (vi) Meningkatkan kualitas pelaksanaan sertifikasi maka dilakukan pula
harmonisasi pelaksanaan sertifikasi dengan peraturan internasional.
28
Laporan Tahunan Direktorat Produksi Tahun 2013, Direktorat
Jenderal Perikanan Budidaya, KKP
Registrasi atau pendaftaran pakan ikan dan udang merupakan kegiatan implementasi dari
sistem jaminan mutu dan keamanan hasil perikanan budidaya. Melalui
registrasi/pendaftaran pakan diharapkan dapat tersedianya pakan ikan yang berkualitas
sesuai Standar Nasional Indonesia, tidak membahayakan kesehatan ikan, manusia,
lingkungan dan merupakan salah satu sarana pembudidayaan ikan yang efektif dan efisien
dalam meningkatkan produksi. Sampai dengan Desember 2013, jumlah pakan yang sudah
terdaftar pada Ditjen Perikanan Budidaya mencapai 909 merk dari 55 perusahaan
produsen/importir pakan ikan atau mencapai 180% dari target sebesar 505 merk/jenis,
seperti dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Perkembangan Pakan Ikan Terdaftar, Tahun 2006 - 2013
2 Perusahaan 14 23 15 29 -
Selain menyediakan pangan sumber karbohidrat, mina padi juga menyediakan protein asal
ikan sehingga dapat mendukung peningkatan kebutuhan gizi masyarakat dan menambah
pendapatan (income) petani sehingga pada saat harga gabah turun, petani tetap
mendapatkan pendapatan tambahan dari pemeliharaan ikan. Capaian luas lahan mina padi
30
Laporan Tahunan Direktorat Produksi Tahun 2013, Direktorat
Jenderal Perikanan Budidaya, KKP
pada Tahun 2013 yaitu seluas 160.000 Ha atau baru mencapai 64% dari luas lahan yang
ditargetkan seluas 250.000 Ha.
5.
Belum tercapainnya target luasan minapadi pada Tahun 2013 disebabkan oleh beberapa hal
antara lain : (i) Sosialisasi Program Gerakan Sejuta Hektar Minapadi (Gentanadi) baik di tingkat
Pusat, Provinsi, dan Kabupaten/Kota belum dilaksanakan secara menyeluruh dan maksimal; (ii)
Dukungan penganggaran untuk mendukung program Gentanadi masih sebatas pada
percontohan dan temu lapang teknologi mina padi dan ugadi; (iii) Penetapan target luasan
lahan minapadi (1.000.000 Ha) terlalu besar jika dibanding dengan potensi lahan sawah irigasi
teknis dan non teknis (4.000.000 Ha). Guna mendukung pengembangan usaha mina padi di
Indonesia, Direktorat Produksi-Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya juga telah menyusun
leaflet yang berjudul Gerakan Sejuta Hektar Mina Padi. Leaflet ini selanjutnya disebar ke
pembudidaya mina padi melalui pembinan dan supervisi ke daerah - daerah, temu lapang serta
berbagai kegiatan (event) yang menyangkut pengembangan usaha mina padi.
31
Laporan Tahunan Direktorat Produksi Tahun 2013, Direktorat
Jenderal Perikanan Budidaya, KKP
Capaian kinerja pada Tahun 2013 sebesar 167 pokdakan (126,52%) dari target 132
Pokdakan, yang merupakan kumulatif dari kelompok yang menerapkan teknologi anjuran
bidang budidaya air payau/laut, air tawar dan ikan hias. Dilihat dari trend capaian terhadap
target pada Tahun sebelumnya capaian Tahun 2013 mengalami sedikit penurunan
(sebagimana tabel 9 dibawah). Jika dibandingkan dengan target pada Tahun 2014 maka
target IKU tersebut telah memenuhi dengan capaian 115,17%. Sebaran kelompok yang
menerapkan teknologi anjuran sebagaimana pada Lampiran 1.
32
Laporan Tahunan Direktorat Produksi Tahun 2013, Direktorat
Jenderal Perikanan Budidaya, KKP
Dalam pencapaian IKU diatas, beberapa kendala yang dihadapi antara lain : (a) Penyebaran
informasi teknologi anjuran belum seluruhnya menjangkau unit - unit usaha budidaya yang
ada di Indonesia; (b) Masih terbatasnya jumlah pelaku pembina khususnya yang ada di
daerah; (c) Keterbatasan alokasi anggaran baik di pusat maupun daerah; (d) Belum
terbangunnya kelembagaan yang kuat di sentra - sentra produksi
Guna mengatasi kendala diatas, maka rencana aksi yang akan dilakukan di Tahun
mendatang yaitu : (i) Penciptaan inovasi teknologi yang aplikatif, efisien, dan mampu
diadopsi masyarakat ; (ii) Percepatan penyebaran teknologi anjuran secara massive ke
masyarakat; (iii) Pengembangan dan sosialisasi standarisasi teknologi budidaya (SNI dan
CBIB) ; (iv) Peningkatan kapasitas dan peran pembinaan dan pendampingan; (v) Penguatan
Kelembagaan di sentra-sentra produksi.
33
Laporan Tahunan Direktorat Produksi Tahun 2013, Direktorat
Jenderal Perikanan Budidaya, KKP
Tabel 10. Target dan Realisasi Kinerja Penerbitan Buku Statistik Perikanan Budidaya
Tahun 2011 dan Tahun 2012
RSNI 3 bidang perikanan budidaya merupakan kumulatif capaian RSNI bidang perbenihan,
produksi, kesehatan ikan dan lingkungan serta bidang sarana dan prasarana, dengan capaian
sebagaimana pada Tabel 11 dibawah.
Tabel 11. RSNI 3 Bidang Produksi Perikanan Budidaya selama 2010 2013
Pada Tahun 2013 target RSNI-3 bidang produksi perikanan budidaya yang disusun sebanyak
16 RSNI-3 dan telah tercapai sebanyak 16 RSNI-3 (100%). Rincian RSNI 3 selengkapnya pada
Lampiran 5. Penetapan jenis standar ini dipilih dengan pertimbangan komoditas diatas telah
berkembang luas dimasyarakat serta memiliki permintaan pasar yang cukup tinggi namun
belum ada standar yang mengatur tentang proses produksinya. Penyusunan RSNI-3 tersebut
dilakukan melalui tahapan rapat gugus kerja dengan output RSNI-1, rapat teknis dengan
output RSNI-2, rapat konsensus dengan output RSNI-3 dan lebih lanjut akan diproses oleh
Badan Standarisasi Nasional (BSN) untuk ditetapkan menjadi SNI.
35
Laporan Tahunan Direktorat Produksi Tahun 2013, Direktorat
Jenderal Perikanan Budidaya, KKP
BAB V
PERMASALAHAN
5.1. Permasalahan
Dalam pencapaian target Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) Direktorat Produksi tidak terlepas
dari permasalahan yang dihadapi. Dapat dipetakan beberapa permasalahan utama dalam
pencapaian IKK Tahun 2013, sebagai berikut :
A. Penyebaran Informasi dan Implementasi Teknologi Anjuran
a) Penyebaran informasi teknologi anjuran belum seluruhnya menyentuh unit-unit
usaha budidaya yang ada di Indonesia.
b) Masih terbatasnya jumlah pelaku Pembina khususnya yang ada di daerah.
c) Kondisi jarak beberapa lokasi binaan yang jauh, sehingga pada kawasan-kawasan
tertentu khususnya budidaya laut pembinaan dan pendampingan teknologi belum
bisa dilakukan secara intensif.
d) Keterbatasan alokasi anggaran baik di pusat maupun daerah
e) Belum terbangunnya kelembagaan yang kuat di sentra-sentra produksi
36
Laporan Tahunan Direktorat Produksi Tahun 2013, Direktorat
Jenderal Perikanan Budidaya, KKP
C. Pakan Ikan
a) Harga pakan ikan terdaftar realtif mahal, karena sebagian besar bahan baku diimpor,
yang terpengaruh nilai tukar dolar dan 3F (Food, Feed & Fuel)
b) Sebagian pembudidaya masih menggunakan pakan yang belum terdaftar, yang
umumnya bermutu rendah dan harga relatif lebih murah
E. Pengembangan Minapadi
a) Sosialisasi Program Gerakan Sejuta Hektar Minapadi (Gentanadi) baik di tingkat Pusat,
Provinsi, dan Kabupaten/Kota belum dilaksanakan secara menyeluruh dan maksimal.
b) Dukungan penganggaran untuk mendukung program Gentanadi masih sebatas pada
percontohan dan temu lapang teknologi mina padi dan ugadi
C. Pakan Ikan
a) Diperlukan riset untuk penyediaan bahan baku lokal dengan mutu baik, kontinyu dan
dalam jumlah yang besar, serta formula pakan yang baik
b) Perlu dilakukan pelatihan kepada pembudidaya untuk pembuatan pakan mandiri
dengan sumber bahan baku lokal
38
Laporan Tahunan Direktorat Produksi Tahun 2013, Direktorat
Jenderal Perikanan Budidaya, KKP
E. Pengembangan Minapadi
c) Meningkatkan sosialisasi Program Gerakan Sejuta Hektar Minapadi (Gentanadi) baik di
tingkat Pusat, Provinsi, dan Kabupaten/Kota secara intensif dan menyeluruh.
d) Meningkatkan dukungan penganggaran untuk mendukung program Gentanadi
e) Menindaklanjuti Kerjasama lintas sektoral dalam hal ini dengan Kementerian Pertanian
39
Laporan Tahunan Direktorat Produksi Tahun 2013, Direktorat
Jenderal Perikanan Budidaya, KKP
BAB VI
PENUTUP
Hasil evaluasi tehadap capaian kinerja Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) Direktorat Produksi
Tahun 2013 secara umum sudah tercapai dengan rincian capaian kinerja sebagai berikut :
1. Capaian jumlah Unit Pembudidayaan Ikan tersertifikasi dan memenuhi kebutuhan
standar mencapai 7.100 unit atau 101,43% dari target yang ditetapkan sebesar 7.000
unit
2. Capaian jumlah jenis Pakan Ikan Terdaftar mencapai 909 jenis atau 180% dari target 505
jenis
3. Capaian jumlah Kelompok yang menerapkan teknologi anjuran perikanan budidaya
sebanyak 167 Pokdakan atau 122,72% dari target sebanyak 132 Pokdakan
4. Jumlah RSNI 3 yang disusun/standar teknologi produksi pembudidaya ikan mencapai 12
judul atau 100% dari target 12 judul
5. Capaian jumlah Luasan Minapadi mencapai 160.000 Ha atau 64% dari target 250.000 Ha
6. Capaian jumlah Produksi Ikan Hias mencapai 1.036.841.000 Ekor atau 94,26% dari
target 1.100.000.00 ekor
7. Data Statistik Perikanan Budidaya mencapai 100% (5 Dokumen) dari target 5 Dokumen
8. Layanan perkantoran mencapai 93,92% (12 bulan) dari target 12 bulan
40