Anda di halaman 1dari 22

LABORATORIUM TEKNIK KIMIA Nama : HASAN DJADID A.

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI NPM/Semester : 1431010056/II


UPN VETERAN JAWA TIMUR Romb./Grup : III /D
NPM/Teman Praktek : 1431010058/AMALIA IMAS
Praktikum : KIMIA ANALISA
Percobaan : ARGENTOMETRI DAN
PERMANGANOMETRI
Tanggal : 12 MEI 2015
Pembimbing : IR.ATIK WIDIATI, MT DRAFT

BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Argentometri merupakan salah satu cara untuk menentukan
kadar zat dalam suatu larutan yang dilakukan dengan titrasi
berdasar pembentukan endapan dengan ion Ag+. Salah satu
cara untuk menentukan kadar asam-basa dalam suatu larutan
adalah dengan volumetri (titrasi). Volumetri (titrasi) merupakan
cara penentuan kadar suatu zat dalam larutannya didasarkan
pada pengukuran volumenya. Permanganometri merupakan metode titrasi
yang didasarkan atas reaksi oksidasi-reduksi. Untuk keperluan titrasi ini maka
digunakan senyawa permanganate. Kalium permanganate merupakan oksidator
kuat yang dapar bereaksi dengan cara berbeda-beda, tergantung dari pH
larutannya.
Permanganometri merupakan titrasi yang dilakukan
berdasarkan reaksi oleh kalium permanganat (KMnO4). Reaksi ini
difokuskan pada reaksioksidasi dan reduksi yang terjadi antara
KMnO4 dengan bahan baku tertentu. Sedangkan Argentometri
merupakan salah satu cara untuk menentukan kadar zat dalam suatu larutan yang
dilakukan dengan titrasi berdasar pembentukan endapan dengan ion Ag+. Salah
satu cara untuk menentukan kadar asam-basa dalam suatu larutan adalah dengan
volumetri (titrasi).
Secara khusus Teknik titrasi untuk Argentometri dan permanganometri biasa
digunakan untuk menentukan kadar oksalat atau besi dalam suatu sample. Kalium
permanganat adalah oksidator yang paling baik untuk menentukan kadar besi
yang terdapat dalam sampel dalam suasana asam menggunakan larutan asam.
I.2 Tujuan Praktikum
Argentometri
1. Untuk menentukan kadar halida Cl- dengan metode Mohr
2. Untuk menentukan kadar halida Cl- dengan metode Fajans
3. Untuk menentukan kadar halida Cl- dengan metode Volhard
Permanganometri
1. Untuk menentukan
kadar Fe dalam
sampel secara
permanganometri
.
2. Untuk mengetahui
dan memahami cara
standarisasi larutan
3. Untuk mengetahui
konsentrasi
KMnO4 dengan bahan
baku asam oksalat.

I.3 Manfaat Praktikum


Argentometri
1. Praktikan dapat mengetahui cara penentuan kadar halida Cl- dengan
metode Mohr
2. Praktikan dapat mengetahui cara penentuan kadar halida Cl- dengan
metode Fajans
3. Praktikan dapat mengetahui cara penentuan kadar halida Cl- dengan
metode Volhard
Permanganometri
1. Praktikan dapat mengetahui bagaimana cara menentukan kadar zat dalam
sampel
2. Praktikan dapat mengetahui metode-metode yang digunakan dalam
menentukan kadar zat
3. Praktikan dapat mengetahui fungsi pemanasan 70C - 80C.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Secara Umum


ARGENTOMETRI
Argentometri merupakan metode umum untuk menetapkan kadar
halogenida dan senyawa-senyawa lain yang membentuk endapan dengan perak
nitrat (AgNO3) pada suasana tertentu. Metode argentometri disebut juga dengan
metode pengendapan karena pada argentometri memerlukan pembentukan
senyawa yang relative tidak larut atau endapan.
Metode argentometri yang lebih luas lagi digunakan adalah metode titrasi
kembali. Perak nitrat (AgNO3) berlebihan ditambahkan ke sampel yang
mengandung ion klorida atau bromide. Sisa AgNO3, selanjutnya dititrasi kembali
dengan ammonium tiosianat menggunakan indikator besi (III) ammonium sulfat.
(Vogel.1998. A Textbook of Quantitive Inorganic Analysis. London)
Titrasi Argentometri terbagi menjadi beberapa metoda penetapan
disesuaikan dengan indicator yang diperlukan dalam penetapan kadar, diantara
metoda tersebut adalah:

1. Metode Mohr : Metode ini dapat digunakan untuk menetapkan kadar


klorida dan bromide dalam suasana netral dengan larutan baku perak nitrat
dengan penambahan larutan kalium kromat sebagai indikator. Pada
permulaan titrasi akan terjadi endapan perak nitrat klorida dan setelah
mencapai titik ekuivalen, maka penambahan sedikit perak nitrat akan
bereaksi dengan kromat dengan membentuk endapan dengan kromat yang
berwarna merah.

(Jones Smith.1999.Analisis kimia kuantitatif.penerbit erlangga:Jakarta)

2. Metode Volhard, yang didasarkan pada pembentukan larutan senyawa


kompleks Volhard menggunakan NH4SCN atau KSCN sebagai titran dan Fe3+
sebagai indicator. Sampai dengan titik ekivalen harus terjadi reaksi antara titran
dan Ag, membentuk endapan Ag+ + SCN- AgSCN Karena titrannya SCN dan
reaksinya berlangsung dengan Ag+, maka dengan cara Volhard, titrasi langsung
hanya dapat digunakan untuk penentuan Ag atau SCN-, sedang untuk anion-anion
lain harus ditempuh cara titrasi kembali.

3. Metode Fajans yang didasarkan pada penyerapan indikator berwarna oleh


endapan pada titik ekivalen. Metode Fajans menggunakan senyawa organik
yang dapat diserap (adsorpsi) pada permukaan endapan yang terbentuk selama
titrasi argentometri berlangsung. Zat yang diserap pada permukaan
menyebabkan timbulnya warna. Penyerapan ini dapat diatur agar terjadi pada
titik ekivalen, antara lain dengan memilih macam indikator yang dipakai. Suatu
kesulitan dalam menggunakan indicator adsorpsi adalah banyak diantara zat
warna tersebut membuat endapan perak menjadi peka terhadap cahaya dan
menyebabkan endapan terurai. Titrasi menggunakan indicator adsorpsi
biasanya cepat, akurat dan terpercaya. Sebaliknya penerapan agak terbatas
karena memerlukan endapan berbentuk koloid dan juga harus terbentuk dengan
cepat.

(Jones Smith.1999.Analisis kimia kuantitatif.penerbit erlangga:Jakarta)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGENDAPAN


ARGENTOMETRI

1. Temperatur

Kelarutan semakin
meningkat dengan
naiknya suhu, jadi
dengan meningkatnya
suhu maka
pembentukan endapan
akan berkurang
disebabkan banyak
endapan yang berada
pada larutannya.

2. Sifat alami pelarut

Garam anorganik
mudah larut dalam air
dibandingkan dengan
pelarut organik seperti
alkohol atau asam
asetat. Perbedaan
kelarutan suatu zat
dalam pelarut organik
dapat dipergunakan
untuk memisahkan
campuran antara dua
zat. Setiap pelarut
memiliki kapasitas
yang berbeda dalam
melarutkan suatau zat,
begitu juga dengan zat
yang berbeda
memiliki kelarutan
yang berbeda pada
pelarut tertentu.

3. Pengaruh ion
sejenis

Kelarutan
endapan akan
berkurang jika
dilarutkan dalam
larutan yang
mengandung ion
sejenis dibandingkan
dalam air saja.
Sebagai contoh
kelarutan Fe(OH)3
akan menjadi kecil
jika kita larutkan
dalam larutan
NH4OH dibanding
dengan kita
melarutkannya dalam
air, hal ini disebabkan
dalam larutan
NH4OH sudah
terdapat ion sejenis
yaitu OH- sehingga
akan mengurangi
konsentrasi Fe(OH)3
yang akan terlarut.
Efek ini biasanya
dipakai untuk
mencuci endapan
dalam metode
gravimetri.

4. Pengaruh pH

Kelarutan
endapan garam yang
mengandung anion
dari asam lemah
dipengaruhi oleh pH,
hal ini disebabkan
karena penggabungan
proton dengan anion
endapannya. Misalnya
endapan AgI akan
semakin larut dengan
adanya kenaikan pH
disebabkan H+ akan
bergabung dengan I-
membentuk HI.

(Vogel.1998. A
Textbook of
Quantitive Inorganic
Analysis. London)

5. Pengaruh hidrolisis

Jika garam
dari asam lemah
dilarutkan dalam air
maka akan dihasilkan
perubahan konsentrasi
H+ dimana hal ini
akan menyebabkan
kation garam tersebut
mengalami hidrolisis
dan hal ini akan
meningkatkan
kelarutan garam
tersebut.

6. Pengaruh ion
kompleks

Kelarutan
garam yang tidak
mudah larut akan
semakin meningkat
dengan adanya
pembentukan
kompleks antara ligan
dengan kation garam
tersebut. Sebagai
contoh AgCl akan
naik kelarutannya jika
ditambahkan larutan
NH3, hal ini
disebabkan karena
terbentuknya
kompleks
Ag(NH3)2Cl.

(Anonim.http://muthia
ura.wordpress.com/20
12/04/24/titrasi-
argentometri/ Diakses
pada 4 Mei 2015
pukul 22.08)

PERMANGANOMETRI
Titrasi permanganometri adalah salah satu bagian dari titrasi redoks
(reduksi-oksidasi). Rekasinya adalah merupakan serah terima elektron yaitu
elektron diberikan oleh pereduksi (proses oksidasi) dan diterima oleh
pengoksidasi (proses reduksi). Oksidasi adalah pelepasan elektron oleh suatu
zat,sedangkan reduksi adalah pengambilan elektron oleh suatu zat. Reaksi
oksidasi ditandai dengan bertambahnya bilangan oksidasi sedangkan reduksi
sebaliknya.
(Herbert.1999.Chemical Analysis. London)
Kalium permanganat secara luas digunakan sebagai larutan standar
oksidimetri dan ia dapat bertindak sebagai indikatornya sendiri
(autoindikator).Perlu diketahui bahwa larutan Kalium permanganat sebelum
digunakan dalam proses permanganometri harus distandarisasi terlebih dahulu,
untuk menstandarisasi kalium permanganat dapat dapat dipergunakan zat reduktor
seperti asam oksalat, natrium oksalat, kalium tetra oksalat, dan lain-lain.
Larutan Kalium permanganat yang telah distandarkan dapat dipergunakan
dalam 3 jenis titrasi, yaitu:
a. Dipergunakan dalam suasana asam untuk titrasi langsung kation-kation
atau ion-ion yang dapat dioksidasi. Zat-zat tersebut antara lain adalah
Fe2+, Sn2+, Vo2+, C2O4, SO3, H2O2, Mo3+,Ti 3+, As3+.
Dalam suasana asam reaksi paro kalium permanganat adalah sebagai
berikut:
MnO4 + 8 H + 5 e Mn2+ + 4H2O
potensial standar dalam larutan asam ini adalah sebesar (E0 = 1,51 volt).
Jadi kalium permanganat merupakan oksidator yang sangat kuat. Dari
persamaan reaksi di atas dapat diketahui bahwa berat ekivalen (BE) dari KMnO4
adalah 1/5 dari berat molekulnya, karena tiap mol kalium permanganat setara
dengan 5 elektron sehingga valensinya 5 dan BE=1/5 BM.
b. Dipergunakan dalam suasana asam utuk titrasi tidak langsung zat-zat
yang dapat direduksi (oksidator).
c. Digunakan dalam suasana netral atau basa untuk menitrasi beberapa zat.
Dalam hal ini permanganat direduksi menjadi MnO2 yang berbentuk
endapan. Beberapa zat yang dapat ditentukan dengancara ini adalah:
Mn2+, HCOOH.
(Herbert.1999.Chemical Analysis. London)

Asam Sulfat merupakan asam yang paling cocok digunakan sebagai


pelarutnya karena jika digunakan asam klorida maka kemungkinan akan terjadi
reaksi seperti di bawah ini:
2 MnO4 - + 16 H+ + 10 Cl- 2 Mn + 5Cl2 + 8 H2O
Dengan demikian, sebagian permanganatnya digunakan untuk
pembentukan klorin. Reaksi ini terutama terjdi dengan garam-garam besi. Adanya
mangan dioksida dapat mempercepat peruraian permanganat karena mangan
dioksida tersebut memperbanyak pembentukan mangan dioksida sehingga
peruraian bertambah cepat . Ion-ion mangan juga dapat beraksi dengan
permanganat membentuk mangan dioksida menurut reaksi:
2 MnO4- + 2H2O 4MnO2 + 3 O2 + 4 OH dan sebagaimana dijelaskan
diatas, reaksi ini dikatalisis oleh MnO2 padat.Kalium permanganat jika digunakan
sebagai oksidator dalam larutan alkalis kuat,maka ada 2 kemungkinan reaksi,
yaitu pertama: reaksi yang berjalan relatif cepat:MnO4- + e- MnO42-
dan reaksi kedua yang berlangsung relatif lambat:
MnO42- + 2H2O + e- MnO2 + 4OH
(Herbert.1999.Chemical Analysis. London)
potensial standar reakasi yang pertama E0 = 0,56 volt, sedangkan pada
reaksi kedua sebesar E0 = 0,60 volt. Dengan mengatur suasana sebaik-baiknya
(misalnya menambah ion barium yang dapat membentuk endapan barium
manganat) maka reaksi pertama dapat berjalan baik sekali.
Dalam membuat larutan baku kalium permanganat harus dijaga faktor-
faktor yang dapat menyebabkan penurunan yang besar dari kekuatan larutan baku
tersebut, antara lain dengan pemanasan dan penyaringan untuk menghilangkan
zat-zat yang mudah dioksidasi.
(Herbert.1999.Chemical Analysis. London)
II.2 Sifat sifat Bahan
1. Natrium Oksalat
a. Memiliki massa molar 134.00 gr/mol
b. Densitas 2.34 gr/cm3
c. Kelarutan dalam air 3.7 gr/100 ml (20C)
d. Tidak larut dalam alkohol
[http://en.wikipedia.org/wiki/Sodium_oxalate Diakses pada 4 Mei 2015 pukul
22.12]

2. Perak Nitrat (AgNO3)


a. Berupa padatan berwarna putih.
b. Memiliki massa jenis 169.87 gr/cm3.
c. Densitas 4.35 gr/cm3.
d. Larut dalam etanol dan aseton
[http://id.wikipedia.org/wiki/Perak_nitrat Diakses pada 4 Mei 2015 pukul 22.12]

3. K2CrO4 (Kalium Kromat)


a. Berupa serbuk kuning tak berbau.
b. Memiliki massa molar 194.185 gr/mol.
c. Densitas 2.7320 gr/cm3 pada fase padatan.
d. Memiliki titik lebur 968C dan titik didih 1000C.
e. Kelarutan dalam air 62.9 gr/100 ml pada suhu 0C.
f. Tidak larut di dalam alkohol
[http://en.wikipedia.org/wiki/Potassium_chromate Diakses pada 4 Mei 2015
pukul 22.12]

4. KMnO4
a. Berupa padatan berwarna abu abu hitam.
b. Memiliki massa molar 158.034 gr/mol.
c. Densitas 2.073 gr/cm3.
d. Memiliki titik lebur 240C.
e. Larut dalam air, alkohol dan pelarut organik
[http://en.wikipedia.org/wiki/Potassium_permanganate Diakses pada 4 Mei 2015
pukul 22.12]

5. HgCl2
a. Berupa padatan berwarna putih.
b. Memiliki massa molar 271.52 gr/mol.
c. Densitas 5.43 gr/cm3.
d. Memiliki titik lebur 276C.
e. Memiliki titik didih 304C.
f. Larut di dalam air, alkohol, aseton, etil asetat
[http://en.wikipedia.org/wiki/Mercury(II)_chloride Diakses pada 4 Mei 2015
pukul 22.12]

6. SnCl2
a. Berupa kristal berwarna putih.
b. Memiliki massa molar 189.6 gr/mol.
c. Densitas 3.95 gr/cm3.
d. Memiliki titik lebur 247C dan titik didih 623C.
e. Larut di dalam etanol, aseton, eter, tetrahydrofuran
[http://en.wikipedia.org/wiki/Tin(II)_chloride Diakses pada 4 Mei 2015 pukul
22.12]

7. NH4CNS
a. Massa molar 76.122gr/mol.
b. Berupa kristal/ padatan berwarna.
c. Densitas 1.305 gr/cm3.
d. Memiliki titik lebur 149.5C dan titik didih 170C.
e. Larut dalam cairan amonia, alkohol dan aseton
[http://id.wikipedia.org/wiki/Amonium_tiosianat Diakses pada 4 Mei 2015 pukul
22.12]
8. Indikator Fluorescein
a. Massa molar 332.32 gr/mol.
b. Berupak serbuk berwarna merah kecoklatan.
c. Memiliki titik lebur 314-316C.
d. Tidak larut dalam air tetapi sedikit larut dalam dietil eter dan alkali
[http://de.wikipedia.org/wiki/Fluorescein Diakses pada 4 Mei 2015 pukul 22.12]

9. Ferri Amonium Sulfat


a. Memiliki rumus molekul FeNH4(SO4)2.
b. Massa molar 482.25 gr/mol.
c. Berupa kristal berwarna violet.
d. Memiliki titik lebur 39-41C
[http://en.wikipedia.org/wiki/Ammonium_iron(III)_sulfate Diakses pada 4 Mei
2015 pukul 22.12]

10. H2SO4 (Asam Sulfat)


a. Asam mineral (anorganik) yang kuat.
b. Larut dalam air
c. Berupa cairan bening (seperti minyak).
d. Senyawa yang sangat polar.
e. Idensitas air < idensitas H2SO4
[wikipedia.org/wiki/H2SO4 Diakses pada 4 Mei 2015 pukul 22.12]

11. HNO3 (Asam Nitrat)


a. Massa Molar : 63,012 gr/mol.
b. Fase : cairan bening tak berwarna.
c. Densitas : 1,51 gr/cc.
d. Titik leleh : - 42 0C.
e. Titik didih : 83 0C (Lar 68%).
f. Kelarutan dalam air tercampur penuh
(http://id.wikipedia.org/wiki/Asam_nitrat Diakses pada 4 Mei 2015 pukul 22.12)
12. Natrium Klorida

a. Berbentuk Kristal.

b. Tidak berwarna.

c. Higroskopis.

d. Sedikit larut dalam alkohol dan larut dalam air dan gliserol .

e. Memiliki berat molekul 58,44.

f. Berbentuk padatan putih dengan struktur bongkahan Kristal.

g. Titik lelehnya 800,6oC.

h. Titik didihnya 1,413oC

(http://id.wikipedia.org/wiki/Natrium_klorida Diakses pada 4 Mei 2015 pukul


22.12)
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM

III.1 Bahan yang digunakan


1. AgNO3 8. HCl
2. NaCl 0,1N 9. KMnO4
3. K2CrO4 5% 10. Larutan Sampel
4. NaC2O4 11. Indikator Fluorescein
5. H2SO4 12. Ferri Amonium Sulfat
6. SnCl2 13. NH4CNS
7. HgCl2
14.
15. III.2 Alat yang digunakan
1. Gelas ukur 7. Beaker glass
2. Spatula 8. Waterbath
3. Erlenmeyer 9. Buret
4. Kertas saring 10. Statif
5. Corong 11. Pipet
6. Labu ukur
12. 23.
13. 24.
14. 25.
15. 26.
16. 27.
17. 28.
18. 29.
19. 30.
20. 31.
21. 32.
22. 33.
34. III.3 Gambar Alat
35.
36.
37.
38.
39.
40.
41.
42.
43.
44. gelas ukur
spatula erlenmeyer kertas saring
45.
46.
47.
48.
49.
50.
51. corong labu ukur beaker glass waterbath
52.
53.
54.
55.
56.
57. buret statif pipet
58.
59.
60.
61.
62.
63.
64.
65.
66. III.4. Prosedur Praktikum
A. Argentometri
1. Standarisasi AgNO3 0,1 N dengan NaCl 0,1 N
- Mengambil 10 ml larutan standar NaCl 0,1 N, masukkan dalam
erlenmeyer
- Tambahkan 0,4 ml K2CrO4 5%
- Dititrasi dengan AgNO3 sampai timbul warna merah pertama yang
tidak hilang pada pengocokan. Catat kebutuhan titran AgNO3.
67.
68.
2. Standarisasi larutan NH4CNS dengan AgNO3
- ambil 10 ml larutan AgNO3 yang sudah distandarisasi. Masukkan
dalam erlenmeyer
- tambahkan 2 ml HNO3 6 N dan 0,4 ml ferri amonium sulfat
- titrasi dengan NH4CNS sampai timbul warna merah kecoklatan
pertama yang tidak hilang pada pengocokan. Catat kebutuhan
titran.
69.
3. Menetapkan kadar Cl- dengan Metode Mohr.
- masukkan 10 ml larutan sampel keadaan erlenmeyer
- tambahkan 0,4 ml K2CrO4
- titrasi dengan AgNO3 sampai timbul warna merah muda pertama
yang tidak hilang pada pengocokan. Catat kebutuhan titran.
70.
71.
72. fp = faktor pengenceran
4. Menetapkan kadar Cl- dengan Metode Fajans
- masukkan 10 ml larutan sampel kedalam erlenmeyer
- tambahkan 10 tetes indikator fluorescein, atur pH 7-8, panaskan
80o.
- Titrasi dengan AgNO3 sampai timbul warna merah muda pertama
yang tidak hilang pada pengocokan. Catat kebutuhan titran.
73.
74.
75. fp = faktor pengenceran
5. Menetapkan kadar Cl- dengan Metode Volhard
- Mengambil 10 ml sampel, ditambah 2 ml HNO 3 6 N dan AgNO3
berlebih ( 12 ml), dikocok, saring dan cuci dengan air beberapa
kali, air cucian dijadikan satu dengan filtrat.
- Tambahkan 0,4 ml feri amonium sulfat
- Titrasi dengan NH4CNS sampai timbul warna merah kecoklatan
pertama yang tidak hilang pada pengocokan. Catat kebutuhan
titran.
76.

77. fp = faktor pengenceran


B. Permanganometri
1. Standarisasi KMnO4 dengan Na2C2O4
- Ambil 10ml larutan Na2C2O4 0,1N, masuk dalam Erlenmeyer.
- Tambahkan 6ml larutan H2SO4 6N
- Panaskan 70-80 C.
- Titrasi dalam keadaan panas dengan KMnO4
- Titik akhir titrasi ditandai dengan munculnya warna merah muda
yang tidak hilang dalam pengocokan.
- Catat kebutuhan KMnO4 :
78.
79.
2. Menentukan kadar Fe dalam sample
- Sample dilarutkan dengan HCl pekat 10ml dalam
Erlenmeyer.
- Panaskan hingga warna kekuningan
- Tambahkan 100ml aquadest.
- Saring, tamping filtrate dalam erlenmeyer 250ml.
- Cuci endapan dengan HCl encer ( larutan jadikan satu
dengan filtrate ),
- Encerkan filtrat sampai tanda batas.
- Ambil 10ml filtrat, masukkan ke Erlenmeyer. Panaskan
hingga mendidih.
- Tambahkan 4ml HCl encer, panaskan sampai mendidih
lagi.
- Tambahkan tetes demi tetes SnCl2 sampai warna kuning
hilang ( sambil diaduk ) jika berubah menjadi kehijauan tambah 2
tetes SnCl2 dan tutup dengan gelas arloji.
- Dinginkan larutan sampai suhu kamar. Tambahkan 40ml
aquadest dan 8ml HgCl2 5%.
- Setelah terbentuk endapan putih tambahkan 80ml air panas
dan 6-8ml larutan preventive.
- Titrasi dengan KMnO4 pada 70-80C. Catat kebutuhan
KMnO4 :
80. DAFTAR PUSTAKA
81.
82. Anonim.http://de.wik
ipedia.org/wiki/Fluorescein
83. Diakses pada 4
Mei 2015 pukul 22.12
84. Anonim.http://en
wikipedia.org/wiki/H2SO4
85. Diakses pada 4
Mei 2015 pukul 22.08
86. Anonim.http://en.wik
ipedia.org/wiki/Ammonium_iron(III)_sulfate
87. Diakses pada 4
Mei 2015 pukul 22.12
88. Anonim.http://en.wik
ipedia.org/wiki/Mercury(II)_chloride
89. Diakses pada 4
Mei 2015 pukul 22.12
90. Anonim.http://en.wik
ipedia.org/wiki/Potassium_chromate
91. Diakses pada 4
Mei 2015 pukul 22.12
92. Anonim.http://en.wik
ipedia.org/wiki/Potassium_permanganate
93. Diakses pada 4
Mei 2015 pukul 22.43
94. Anonim.http://en.wik
ipedia.org/wiki/Sodium_oxalate
95. Diakses pada 4
Mei 2015 pukul 22.12
96. Anonim.http://en.wik
ipedia.org/wiki/Tin(II)_chloride
97. Diakses pada 4
Mei 2015 pukul 22.12
98. Anonim.http://id.wiki
pedia.org/wiki/Amonium_tiosianat
99. Diakses pada 4
Mei 2015 pukul 22.38
100. Anonim.http://id.wiki
pedia.org/wiki/Asam_nitrat
101. Diakses pada 4
Mei 2015 pukul 22.47
102. Anonim.http://id.wiki
pedia.org/wiki/Natrium_klorida
103. Diakses pada 4
Mei 2015 pukul 22.34
104. Anonim.http://id.wiki
pedia.org/wiki/Perak_nitrat
105. Diakses pada 4
Mei 2015 pukul 22.22
106. Anonim.im.http://mu
thiaura.wordpress.com/2012/04/24/titrasi-argentometri/
107. Diakses pada 4
Mei 2015 pukul 22.45
108. Herbert.1999.Chemi
cal Analysis. London
109. Jones
Smith.1999.Analisis kimia kuantitatif.penerbit erlangga:Jakarta
110. Vogel.1998. A
Textbook of Quantitive Inorganic Analysis. London

Anda mungkin juga menyukai