Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS DASAR

ANALISA KUALITATIF
PERCOBAAN VI
ARGENTOMETRI

DI SUSUN OLEH :

NAMA : AFRIZA DWI SINTA


NPM : 10060314051
KELOMPOK :5
SHIFT :B
ASISTEN : TUTUH MAFTUHAH,S.FARM
TANGGAL PRAKTIKUM : SENIN 9 MARET 2015
TANGGAL PENGUMPULAN LAPORAN : SENIN 16 MARET 2015

PROGRAM STUDI FARMASI


LABORATORIUM TERPADU UNIT A
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
TAHUN 2015/1436 H
I. TUJIAN
II. TEORI
Titrasi pengendapan merupakan titrasi yang melibatkan
pembentukan endapan dari garam yang tidak mudah larut antara titran
dan analit. Hal dasar yang diperlukan dari titrasi jenis ini adalah
pencapaian keseimbangan pembentukan yang cepat setiap kali titran
ditambahkan pada analit, tidak adanya interferensi yang mengganggu
titrasi, dan titik akhir titrasi yang mudah diamati.
Salah satu jenis titrasi pengendapan yang sudah lama dikenal adalah
melibatkan reaksi pengendapan antara ion halida ( Cl-, I-, Br- ) dengan
ion perak Ag+. Titrasi ini biasanya disebut sebagai argentometri, yaitu
titrasi penentuan analit yang berupa ion halida dengan menggunakan
larutan standar perak nitrat AgNO3.
Dasar titrasi argentometri adalah pembentukan endapan yang tidak
mudah larut antara titrant dan analit. Sebagai contoh yang banyak
dipakai adalah titrasi penentuan NaCl dimana ion Ag+ dari titran akan
bereaksi dengan ion Cl- dari analit membentuk garam yang tidak
mudah larut.
Pengertian Titrasi Pengendapan
Titrasi pengendapan adalah salah satu golongan titrasi dimana hasil
reaksi titrasinya merupakan endapan atau garam yang sukar larut.
Prinsip dasarnya ialah reaksi pengendapan yang cepat mencapai
kesetimbangan pada setiap penambahan titran, tidak ada pengotor yang
mengganggu serta diperlukan indikator untuk melihat titik akhir titrasi.
Hanya reaksi pengendapan yang dapat digunakan pada titrasi.
(Khopkar, 1990)

Pengertian Argentometri
Istilah argentometri diturunkan dari bahasa latin argentum, yang berarti
perak. Jadi argentometri merupakan salah satu cara untuk menentukan
kadar zat dalam suatu larutan yang dilakukan dengan titrasi berdasar
pembentukan endapan dengan ion Ag+. Pada titrasi argentometri, zat
pemeriksaan yang telah dibubuhi indikator dicampur dengan larutan
standar garam perak nitrat AgNO3. Dengan mengukur volume larutan
standar yang digunakan sehingga seluruh ion Ag+ dapat tepat
diendapkan, kadar garam dalam larutan pemeriksaan dapat ditentukan.
(Underwood, 1992)

Cara Mohr
Pada metode ini, titrasi halide dengan AgNO3 dilakukan dengan
K2CrO4. Pada titrasi ini akan terbentuk endapan baru yang berwarna.
Pada titik akhir titrasi, ion Ag+ yang berlebih diendapkan sebagai
Ag2CrO4 yang berwarna merah bata. Larutan harus bersifat netral atau
sedikit bas, tetapi tidak boleh terlalu basa sebab Ag akan diendapkan
sebagai Ag(OH)2. Jika larutan terlalu asam maka titik akhir titrasi
tidak terlihat sebab konsentrasi CrO4- berkurang.
Pada kondisi yang cocok, metode mohr cukup akurat dan dapat
digunakan pada konsentrasi klorida yang rendah. Pada jenis titrasi ini,
endapan indikator berwarna harus lebih larut disbanding endapan
utama yang terbentuk selama titrasi. Indikator tersebut biasanya
digunakan pada titrasi sulfat dengan BaCl2, dengan titik akhir akhir
terbentuknya endapan garam Ba yang berwarna merah. (Khopkar,
1990)

Cara Volhard
Titrasi Ag dengan NH4SCN dengan garam Fe(III) sebagai indikator
adalah contoh metode volhard, yaitu pembentukan zat berwarna
didalam larutan. Selama titrasi, AgSCN terbentuk sedangkan titik akhir
tercapai bila NH4SCN yang berlebih bereaksi dengan Fe(III)
membentuk warna merah gelap [FeSCN]2+.
Pada metode volhard, untuk menentukan ion klorida suasana haruslah
asam karena pada suasana basa Fe3+ akan terhidrolisis. AgNO3
berlebih yang ditambahkan ke larutan klorida tentunya tidak bereaksi.
Larutan Ag+ tersebut kemudian dititrasi balik dengan menggunakan
Fe(III) sebagai indikator. (Khopkar, 1990)

Cara Fajans
Dalam titrasi fajans digunakan indikator adsorpsi. Indikator adsorpsi
ialah zat yang dapat diserap pada permukaan endapan dan
menyebabkan timbulnya warna. Penyerapan ini dapat diatur agar
terjadi pada titik ekuivalen, antara lain dengan memilih macam
indikator yang dipakai dan pH.
Indikator ini ialah asam lemah atau basa lemah organic yang dapat
membentuk endapan dengan ion perak. Misalnya flouresein yang
digunakan dalam titrasi ion klorida. Dalam larutan, flouresein akan
mengion (untuk mudahnya ditulis HFI) :
HFI H+ + FI-
Ion FI- inilah yang diserap oleh endapan AgX dan menyebabkan
endapan berwarna merah muda.
Flouresein sendiri dalam larutan berwarna hijau kuning, sehingga titik
akhir dalam titrasi ini diketahui berdasar tiga macam perubahan, yakni
(i) endapan yang semula putih menjadi merah muda dan endapan
terlihat menggumpal, (ii) larutan yang semula keruh menjadi lebih
jernih, dan (iii) larutan yang semula kuning hijau hampir tidak
berwarna lagi. (Harjadi, 1990)

Penetapan Titik Akhir Dalam Reaksi Pengendapan


A. Pembentukan suatu endapan berwarna
Ini dapat diilustrasikan dengan prosedur mohr untuk penetapan klorida
dan bromide. Pada titrasi suatu larutan netral dari ion klorida dengan
larutan perak nitrat, sedikit larutan kalium kromat ditambahkan untuk
berfungsi sebagai indikator. Pada titik akhir, ion kromat ini bergabung
dengan ion perak untuk membentuk perak kromat merah yang sangat
sedikit sekali dapat larut. Titrasi ini hendaknya dilakukan dalam
suasana netral atau sangat sedikit sekali basa, yakni dalam jangkauan
pH 6,59. (Bassett, 1994)

B. Pembentukan suatu senyawaan berwarna yang dapat larut


Contoh prosedur ini adalah metode volhard untuk titrasi perak dengan
adanya asam nitrat bebas dengan larutan kalium atau ammonium
tiosianat standar. Indikatornya adalah larutan besi(III) ammonium
sulfat. Penambahan larutan tiosianat menghasilkan mula-mula endapan
perak klorida. Kelebihan tiosianat yang paling sedikitpun akan
menghasilkan pewarnaan coklat kemerahan, disebabkan oleh
terbentuknya suatu ion kompleks.
Ag+ + SCN- AgSCN
Fe3+ + SCN- [FeSCN]2+
Metode ini dapat diterapkan untuk penetapan klorida, bromide dan
iodide dalam larutan asam. Larutan perak nitrat standar berlebih
ditambahkan dan kelebihannya dititrasi balik dengan larutan tiosianat
standar. (Bassett, 1994)
Ag+ + Cl- AgCl
Ag+ + SCN- AgSCN

C. Penggunaan indikator adsorpsi


Aksi dari indikator-indikator ini disebabkan oleh fakta bahwa pada
titik ekuivalen, indikator itu diadsorpsi oleh endapan dan selama
proses adsorpsi terjadi suatu perubahan dalam indikator yang
menimbulkan suatu zat dengan warna berbeda, maka dinamakan
indikator adsorpsi.
Zat-zat yang digunakan adalah zat-zat warna asam, seperti warna deret
flouresein misalnya flouresein an eosin yang digunakan sebagai garam
natriumnya.
Untuk titrasi klorida, boleh dipakai flouresein. Suatu larutan perak
klorida dititrasi dengan larutan perak nitrat, perak klorida yang
mengendap mengadsorpsi ion-ion klorida. Ion flouresein akan
membentuk suatu kompleks dari perak yang merah jambu. (Bassett,
1994)

III. ALAT DAN BAHAN

Alat-alat Bahan-bahan
a. Batang pengaduk a. Larutan AgNO3 0,1 N
b. Buret 50 ml b. Larutan NaCl 0,1 N
c. Corong c. Larutan K2CrO4 5%
d. Erlenmeyer 250 ml d. Indikator flouresein
e. Klem dan statif e. HNO3
f. Labu ukur 100 ml f. Aquadest
g. Pipet gondok 25 ml
h. Pipet tetes
i. Pipet volume 10 ml dan 25
ml
j. Gelas kimia

IV. CARA KERJA


V. PEMBAHASAN
Dasar teori argentometri adalah pembentukan endapan yang tidak
mudah larut antara titran dan analit. Sebagai contoh yang banyak
dipakai adalah titrasi penentuan NaCl dimana Ag+ dari titran akan
bereaksi dengan Cl- dari analit membentuk garam yang tidak mudah
larut.
Metode yang digunakan pada standarisasi AgNO3 dengan NaCl adalah
metode mohr dengan indikator K2CrO4. Penambahan indikator ini
akan menjadikan warna larutan menjadi kuning. Titrasi dilakukan
hingga mencapai titik ekuivalen. Titik ekuivalen ditandai dengan
berubahnya warna larutan menjadi merah bata dan munculnya endapan
putih secara permanen.
A. PERHITUNGAN
B. REAKSI
Metode Mohr
AgNO3 + NaCl AgCl + NaNO3
putih

2 AgNO3 + K2CrO4 Ag2CrO4 + 2KNO3


merah coklat

VI. KESIMPULAN
Standarisai larutan AgNO3 dilakukan dengan metode mohr; larutan
standar primer yang digunakan adalah NaCl 0,1 N dan larutan K2CrO4
sebagai indikator.
VII. DAFTRA PUSTAKA

Bassett, J. 1994. Buku Ajar Vogel : Kimia Analisis Kuantitatif


Anorganik. Buku Kedokteran : EGC. Jakarta.

Harjadi, W. 1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Gramedia. Jakarta.

Khopkar, S. M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Universitas


Indonesia. Jakarta.
Day, RA. Jr dan Al Underwood. 1992. Analisis Kimia Kuantitatif edisi
kelima. Erlangga. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai