Laporan Argentometri
Laporan Argentometri
ANALISA KUALITATIF
PERCOBAAN VI
ARGENTOMETRI
DI SUSUN OLEH :
Pengertian Argentometri
Istilah argentometri diturunkan dari bahasa latin argentum, yang berarti
perak. Jadi argentometri merupakan salah satu cara untuk menentukan
kadar zat dalam suatu larutan yang dilakukan dengan titrasi berdasar
pembentukan endapan dengan ion Ag+. Pada titrasi argentometri, zat
pemeriksaan yang telah dibubuhi indikator dicampur dengan larutan
standar garam perak nitrat AgNO3. Dengan mengukur volume larutan
standar yang digunakan sehingga seluruh ion Ag+ dapat tepat
diendapkan, kadar garam dalam larutan pemeriksaan dapat ditentukan.
(Underwood, 1992)
Cara Mohr
Pada metode ini, titrasi halide dengan AgNO3 dilakukan dengan
K2CrO4. Pada titrasi ini akan terbentuk endapan baru yang berwarna.
Pada titik akhir titrasi, ion Ag+ yang berlebih diendapkan sebagai
Ag2CrO4 yang berwarna merah bata. Larutan harus bersifat netral atau
sedikit bas, tetapi tidak boleh terlalu basa sebab Ag akan diendapkan
sebagai Ag(OH)2. Jika larutan terlalu asam maka titik akhir titrasi
tidak terlihat sebab konsentrasi CrO4- berkurang.
Pada kondisi yang cocok, metode mohr cukup akurat dan dapat
digunakan pada konsentrasi klorida yang rendah. Pada jenis titrasi ini,
endapan indikator berwarna harus lebih larut disbanding endapan
utama yang terbentuk selama titrasi. Indikator tersebut biasanya
digunakan pada titrasi sulfat dengan BaCl2, dengan titik akhir akhir
terbentuknya endapan garam Ba yang berwarna merah. (Khopkar,
1990)
Cara Volhard
Titrasi Ag dengan NH4SCN dengan garam Fe(III) sebagai indikator
adalah contoh metode volhard, yaitu pembentukan zat berwarna
didalam larutan. Selama titrasi, AgSCN terbentuk sedangkan titik akhir
tercapai bila NH4SCN yang berlebih bereaksi dengan Fe(III)
membentuk warna merah gelap [FeSCN]2+.
Pada metode volhard, untuk menentukan ion klorida suasana haruslah
asam karena pada suasana basa Fe3+ akan terhidrolisis. AgNO3
berlebih yang ditambahkan ke larutan klorida tentunya tidak bereaksi.
Larutan Ag+ tersebut kemudian dititrasi balik dengan menggunakan
Fe(III) sebagai indikator. (Khopkar, 1990)
Cara Fajans
Dalam titrasi fajans digunakan indikator adsorpsi. Indikator adsorpsi
ialah zat yang dapat diserap pada permukaan endapan dan
menyebabkan timbulnya warna. Penyerapan ini dapat diatur agar
terjadi pada titik ekuivalen, antara lain dengan memilih macam
indikator yang dipakai dan pH.
Indikator ini ialah asam lemah atau basa lemah organic yang dapat
membentuk endapan dengan ion perak. Misalnya flouresein yang
digunakan dalam titrasi ion klorida. Dalam larutan, flouresein akan
mengion (untuk mudahnya ditulis HFI) :
HFI H+ + FI-
Ion FI- inilah yang diserap oleh endapan AgX dan menyebabkan
endapan berwarna merah muda.
Flouresein sendiri dalam larutan berwarna hijau kuning, sehingga titik
akhir dalam titrasi ini diketahui berdasar tiga macam perubahan, yakni
(i) endapan yang semula putih menjadi merah muda dan endapan
terlihat menggumpal, (ii) larutan yang semula keruh menjadi lebih
jernih, dan (iii) larutan yang semula kuning hijau hampir tidak
berwarna lagi. (Harjadi, 1990)
Alat-alat Bahan-bahan
a. Batang pengaduk a. Larutan AgNO3 0,1 N
b. Buret 50 ml b. Larutan NaCl 0,1 N
c. Corong c. Larutan K2CrO4 5%
d. Erlenmeyer 250 ml d. Indikator flouresein
e. Klem dan statif e. HNO3
f. Labu ukur 100 ml f. Aquadest
g. Pipet gondok 25 ml
h. Pipet tetes
i. Pipet volume 10 ml dan 25
ml
j. Gelas kimia
VI. KESIMPULAN
Standarisai larutan AgNO3 dilakukan dengan metode mohr; larutan
standar primer yang digunakan adalah NaCl 0,1 N dan larutan K2CrO4
sebagai indikator.
VII. DAFTRA PUSTAKA