Anda di halaman 1dari 12

PRAKTIKUM V

ARGENTOMETRI
1. Tujuan Praktikum
Tujuan praktikum ini adalah sebagai sebagai berikut:
1.1 Dapat melakukan titrasi blanko dengan metode mohr,
1.2 Dapat melakukan penentuan Cl dengan metode mohr,
1.3 Dapat melakukan analisis klorida dengan metode volhard,
1.4 Dapat melakukan standarisasi perak nitrat dengan menggunakan metode fajans,
1.5 Dapat melakukan penentuan konsentrasi NaCl dengan menggunakan metode
fajans

2. Rumusan Masalah
2.1 Bagaimana melakukan titrasi blanko dengan metode mohr?
2.2 Bagaimana melakukan penentuan Cl dengan metode mohr?
2.3 Bagaimana melakukan analisis klorida dengan metode volhard?
2.4 Bagaimana melakukan standarisasi perak nitrat dengan menggunakan metode
fajans ?
2.5 Bagaimana melakukan penentuan konsentrasi NaCl dengan menggunakan metode
fajans ?

3. Kajian Pustaka

3.1 Pengertian Titrasi Pengendapan


Titrasi pengendapan adalah salah satu golongan titrasi dimana hasil reaksi titrasinya
merupakan endapan atau garam yang sukar larut. Prinsip dasarnya ialah reaksi pengendapan
yang cepat mencapai kesetimbangan pada setiap penambahan titran, tidak ada pengotor yang
mengganggu serta diperlukan indikator untuk melihat titik akhir titrasi. Hanya reaksi
pengendapan yang dapat digunakan pada titrasi. (Khopkar, 1990)

3.2 Pengertian Argentometri


Istilah argentometri diturunkan dari bahasa latin argentum, yang berarti perak. Jadi
argentometri merupakan salah satu cara untuk menentukan kadar zat dalam suatu larutan
yang dilakukan dengan titrasi berdasar pembentukan endapan dengan ion Ag +. Pada titrasi
argentometri, zat pemeriksaan yang telah dibubuhi indikator dicampur dengan larutan standar
garam perak nitrat AgNO3. Dengan mengukur volume larutan standar yang digunakan
sehingga seluruh ion Ag+ dapat tepat diendapkan, kadar garam dalam larutan pemeriksaan
dapat ditentukan. (Underwood, 1992)
Argentometri adalah suatu cara titrasi yang berdasarkan pembentukan endapan,
sehingga titrasi ini dapat juga disebut dengan titrasi presipimetri. Tetapi karena perak nitrat
yang digunakan sebagai larutan standard, maka titrasi ini lebih dikenal dengan argentometri.
(Tim Kimia Analitik, 2014)
3.3 Cara Mohr
Pada metode ini, titrasi halide dengan AgNO3 dilakukan dengan K2CrO4. Pada titrasi ini
akan terbentuk endapan baru yang berwarna. Pada titik akhir titrasi, ion Ag + yang berlebih
diendapkan sebagai Ag2CrO4 yang berwarna merah bata. Larutan harus bersifat netral atau
sedikit bas, tetapi tidak boleh terlalu basa sebab Ag akan diendapkan sebagai Ag(OH) 2. Jika
larutan terlalu asam maka titik akhir titrasi tidak terlihat sebab konsentrasi CrO4- berkurang.
Pada kondisi yang cocok, metode mohr cukup akurat dan dapat digunakan pada
konsentrasi klorida yang rendah. Pada jenis titrasi ini, endapan indikator berwarna harus lebih
larut disbanding endapan utama yang terbentuk selama titrasi. Indikator tersebut biasanya
digunakan pada titrasi sulfat dengan BaCl2, dengan titik akhir akhir terbentuknya endapan
garam Ba yang berwarna merah. (Khopkar, 1990)
Dalam cara ini, ke dalam larutan yang dititrasi ditambahkan sedikit larutan kalium
kromat (K2CrO4) sebagai indikator. Pada akhir titrasi, ion kromat akan bereaksi dengan
kelebihan ion perak membentuk endapan berwarna merah dari perak kromat, dengan reaksi :

CrO42- + 2Ag+ Ag2CrO4

Untuk menghindari terjadinya pengendapan perak kromat sebelum pengendapan


perak halida sempurna, maka konsentrasi ion kromat yang ditambahkan sebagai indikator
harus sangat kecil, umumnya konsentrasi ion kromat dalam larutan berkisar 3.10 -3 M hingga
5.10-3 M (Harrizul Rival, 1995).

3.4 Cara Volhard


Titrasi Ag dengan NH4SCN dengan garam Fe(III) sebagai indikator adalah contoh
metode volhard, yaitu pembentukan zat berwarna didalam larutan. Selama titrasi, AgSCN
terbentuk sedangkan titik akhir tercapai bila NH 4SCN yang berlebih bereaksi dengan Fe(III)
membentuk warna merah gelap [FeSCN]2+.
Pada metode volhard, untuk menentukan ion klorida suasana haruslah asam karena pada
suasana basa Fe3+ akan terhidrolisis. AgNO3 berlebih yang ditambahkan ke larutan klorida
tentunya tidak bereaksi. Larutan Ag+ tersebut kemudian dititrasi balik dengan menggunakan
Fe(III) sebagai indikator. (Khopkar, 1990)
Titik akhir titrasi lebih tercapai bila larutan mulai berwarna merah. jika larutan bersifat
netral atau alkalis, harus diasamkan dengan sedikit asam nitrat atau asam sulfat. (Tim Kimia
Analitik, 2014)
3.5 Cara Fajans
Dalam titrasi fajans digunakan indikator adsorpsi. Indikator adsorpsi ialah zat yang
dapat diserap pada permukaan endapan dan menyebabkan timbulnya warna. Penyerapan ini
dapat diatur agar terjadi pada titik ekuivalen, antara lain dengan memilih macam indikator
yang dipakai dan pH.
Indikator ini ialah asam lemah atau basa lemah organic yang dapat membentuk endapan
dengan ion perak. Misalnya flouresein yang digunakan dalam titrasi ion klorida. Dalam
larutan, flouresein akan mengion (untuk mudahnya ditulis HFI) :
HFI H+ + FI-
Ion FI- inilah yang diserap oleh endapan AgX dan menyebabkan endapan berwarna
merah muda.
Flouresein sendiri dalam larutan berwarna hijau kuning, sehingga titik akhir dalam
titrasi ini diketahui berdasar tiga macam perubahan, yakni (i) endapan yang semula putih
menjadi merah muda dan endapan terlihat menggumpal, (ii) larutan yang semula keruh
menjadi lebih jernih, dan (iii) larutan yang semula kuning hijau hampir tidak berwarna lagi.
(Harjadi, 1990)
Jika titrasi menggunakan indicator fluorescein, eosin, atau dikloro fluorescein, maka
titik akhir titrasi ditandai dengan timbulnya warna merah jambu pada endapan. Sedangkan
dengan indicator rhodamin 6-G, titik akhir titrasi ditandai dengan timbulnya ungu pada
endapan. (Tim Kimia Analitik, 2014)
3.6 Penetapan Titik Akhir Dalam Reaksi Pengendapan
A. Pembentukan suatu endapan berwarna
Ini dapat diilustrasikan dengan prosedur mohr untuk penetapan klorida dan
bromide. Pada titrasi suatu larutan netral dari ion klorida dengan larutan
perak nitrat, sedikit larutan kalium kromat ditambahkan untuk berfungsi
sebagai indikator. Pada titik akhir, ion kromat ini bergabung dengan ion
perak untuk membentuk perak kromat merah yang sangat sedikit sekali dapat
larut. Titrasi ini hendaknya dilakukan dalam suasana netral atau sangat
sedikit sekali basa, yakni dalam jangkauan pH 6,59 (Bassett, 1994).

B. Pembentukan suatu senyawaan berwarna yang dapat larut


Contoh prosedur ini adalah metode volhard untuk titrasi perak dengan adanya
asam nitrat bebas dengan larutan kalium atau ammonium tiosianat standar.
Indikatornya adalah larutan besi(III) ammonium sulfat. Penambahan larutan
tiosianat menghasilkan mula-mula endapan perak klorida. Kelebihan
tiosianat yang paling sedikitpun akan menghasilkan pewarnaan coklat
kemerahan, disebabkan oleh terbentuknya suatu ion kompleks.
Ag+ + SCN- AgSCN
Fe3+ + SCN- [FeSCN]2+
Metode ini dapat diterapkan untuk penetapan klorida, bromide dan iodide
dalam larutan asam. Larutan perak nitrat standar berlebih ditambahkan dan
kelebihannya dititrasi balik dengan larutan tiosianat standar. (Bassett, 1994)
Ag+ + Cl- AgCl
Ag+ + SCN- AgSCN

C. Penggunaan indikator adsorpsi


Aksi dari indikator-indikator ini disebabkan oleh fakta bahwa pada titik
ekuivalen, indikator itu diadsorpsi oleh endapan dan selama proses adsorpsi
terjadi suatu perubahan dalam indikator yang menimbulkan suatu zat dengan
warna berbeda, maka dinamakan indikator adsorpsi.
Zat-zat yang digunakan adalah zat-zat warna asam, seperti warna deret
flouresein misalnya flouresein an eosin yang digunakan sebagai garam
natriumnya.
Untuk titrasi klorida, boleh dipakai flouresein. Suatu larutan perak klorida dititrasi
dengan larutan perak nitrat, perak klorida yang mengendap mengadsorpsi ion-ion klorida. Ion
flouresein akan membentuk suatu kompleks dari perak yang merah jambu. (Bassett, 1994)
4. Alat dan Bahan
4.1 Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum argentometri ini adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1 Alat Praktikum Argentometri
No. Nama Alat Ukuran Jumlah
1 Batang pengaduk 1
2 Botol semprot 2
3 Buret 3
4 Erlenmeyer 250 mL 4
5 Kaca arloji 10
6 Klem 3
7 Penjepit tabung reaksi 8
8 Pipet tetes 10
9 Pipet volume 1
10 Statif 3
11 Sudip 10
12 Tabung reaksi 8
13 Timbangan 1

4.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum argentometri ini adalah sebagai berikut:
Tabel 4.2 Bahan Praktikum Argentometri
No Nama Bahan Rumus Kimia Wujud
(Bentuk)
1 Amonium NH4SCN Padat
Tiosianat
2 Aquadest H2O Cair
3 Asam Nitrat HNO3 Padat
4 Indikator Ferri (NH4)2SO4 . Fe2(SO4). 24 Padat
Amonium Sulfat H2O
5 Indikator Padat
Fluorescence
6 Kalium Kromat K2CrO4 Padat
7 Kalsium Karbonat CaCO3 Padat
8 Klorida Cl Padat
9 Natrium Klorida NaCl Padat
10 Nitrobenzene C6H5NO2 Padat
11 Perak Nitrat AgNO3 Padat

5. Prosedur Kerja
5.1 Analisis Klorida dengan Metode Mhor
5.1.1 Titrasi Blanko
CaCO3
5.1.1.1 10 mL suspensi kapur ) ditambahkan 2 mL Kalium Kromat

5%.
5.1.1.2 Kemudian dititrasi dengan larutan AgNO3 0,1 N sampai memberikan
suatu warna tertentu.
5.1.1.3 Simpan hasil ini sebagai blanko.

5.1.2 Penentuan Cl
5.1.2.1 Pipet 10 mL larutan klorida encer dan tambahkan 2 mL indikator
Kalium Kromat 5%.
5.1.2.2 Teteskan AgNO3 0,1 N dari buret sambil diaduk kuat-kuat.
5.1.2.3 Titrasi dihentikan bila warna endapan sudah menyerupai blanko.
5.1.2.4 Hitung persentase klorida dalam sampel.

5.2 Analisis Klorida dengan Metode Volhard

5.2.1 Pipet 10 mL larutan klorida yang akan diperiksa, masukkan


kedalam erlenmeyer.

5.2.2 Tambahkan 5 mL HNO3 1N.


5.2.3 Tambahkan 25 mL AgNO3 0,1 N, kemudian ditambahkan 1 mL
indikator ferri amonium sulfat 30 mL dan 1 mL larutan nitrobenzene.

5.2.4 Campuran dikocok dengan kuat, setelah itu dititrasi dengan


NH4SCN 0,1 N. Titik akhir titrasi ditandai dengan timbulnya warna
merah gading.

5.2.5 Hitung kadar dalam sampel!

5.3 Analisis Klorida dengan Metode Fajans

5.3.1 Standarisasi larutan perak nitrat

5.3.1.1 Larutan NaCl dipipet sebanyak 25 mL dengan pipet volume dan


dimasukkan kedalam erlenmeyer.

5.3.1.2 Kemudian larutan ditambahkan dengan 2 s.d 3 tetes indikator


fluorescence.

5.3.1.3 Larutan NaCl yang telah ditetesi indikator dititrasi dengan perak
nitrat hingga terjadi perubahan warna dari kuning kehijauan
menjadi larutan putih keruh dengan endapan berwarna merah
muda keunguan.Titrasi dan lakukan duplo

5.3.2 Penentuan konsentrasi sampel NaCl


5.3.2.1 Sebanyak 25 mL sampel dipipet dengan pipet volume dan
dimasukkan kedalam labu erlenmeyer
5.3.2.2 Kemudian larutan ditambahkan dengan 2 s.d 3 tetes indikator
fluorescence
5.3.2.3 Larutan sampel dititrasi dengan larutan perak nitrat standar
hingga terjadi perubahan dari kuning kehijauan menjadi putih
keruh dengan endapan merah muda keunguan.

6. Data Pengamatan
6.1 Analisis Klorida dengan Metode Mhor
6.1.1 Titrasi Blanko

Perlakuan Pengamatan
Suspensi kapur + kalium Warna larutan kuning bening
kromat
Larutan tersebut Warna berubah menjadi warna kuning dan
dititrasi dengan AgNO3 terdapat endapan berwarna merah
0,1 N

6.1.2 Penentuan Cl

Perlakuan Pengamatan

10 mL klorida encer + 2 Warna larutan orange


mL kalium kromat
Larutan tersebut Warna larutan berubah menjadi warna
dititrasi dengan AgNO3 kuning dan menghasilkan endapan berwarna
0,1 N putih

6.2 Analisis Klorida dengan Metode Volhard

HASIL PENGAMATAN
PERLAKUAN WARNA ENDAPAN
10 mL larutan klorida Bening Tidak ada
5 mL larutan klorida HNO3 1 N Bening Tidak ada
Larutan klorida + HNO3 1N Keruh Sedikit ada
Ditambah 25 mL AgNO3 0,1 N Keruh Sedikit ada
Ditambah 1 mL indicator ferri Bening Sedikit ada
ammonium sulfat
Ditambah 1 mL larutan nitro benzene Bening Sedikit ada
Dikocok dengan kuat Bening Sedikit ada
Dititrasi dengan NH4SCN 0,1 Merah Gading Ada

7. Pembahasan

Cawan porslen = 55,9364 gram


Kertas saring = 1,0473 gram
Cawan + kertas saring = 56.9837 gram
Cawan + kertas saring +sampel
Pemanasan I = 57,4313 gram
Pemanasan II = 57.4317 gram
Massa sample
Massa sample I = 0.4476 gram
Massa sample II = 0.4480 gram
Massa sampel rata rata = 0.4478 gram
Volume titrasi awal = 49 ml
Volume titrasi akhir = 38 ml
Volume AgNO3 = 11 ml
Perhitungan
M 1 V 1 =AgNO 3

M 2 V 2=MgCl2

M 1 V 1 =M 2 V 2

0,1 0,011 L=M 2 0,005 L

M 2=0,22 M

N=n M =1 0,22=0,22 N

Sehingga, ion Cl=N 35,45 g / L


= 0.22 x 35,45 g/L = 7,799 g/L

= 7,799 x 1000 mg/L


= 7799 ppm

7,799
= 100 =22
Kadar % 35,45
Cl

Persamaan reaksi :
Ag+ + Cl- AgCl (endapan putih)
2Ag+ + CrO42- Ag2CrO4 (endapan merah)
Ag2CrO4 + 2Cl- 2AgCl + CrO42-

Pada percobaan argentometri ini, praktikan hanya melakukan percobaan argentometri


dengan metode Mohr sedangkan dengan metode volhard praktikan mendapatkan data dari
kelompok lain dan sebagian sumber dari literatur. Pada percobaan pertama ini ini, kami
terlebih dahulu membuat blanko yang dilakukan menambahkan indikator kalium kromat 5 %
sebanyak 2 ml ke dalam erlenmeyer yang telah berisi larutan suspensi kapur (CaCO 3) 10 ml,
dan didapatkanlah larutan yang berwarna kuning keruh. Warna ini diperoleh dari
pencampuran kedua larutan tersebut. Kemudian dititrasi dengan AgNO31ml dan diperoleh
larutan yang berwarna kuning dengan endapan merah bata. Hasil akhir ini kami jadikan
sebagai blanko.
Kemudian pada penentuan Cl, kami mencampurkan larutan klorida encer 10 ml dengan
indikator kalium kromat 5 % sebanyak 2 ml, maka diperolehlah larutan yang berwarna
orange. Lalu kami titrasi dengan AgNO3 0,1 N. Volume AgNO3 yang terpakai sebanyak 4
ml.dan akhirnya warna larutan berubah menjadi warna kuning seperti warna blanko dengan
endapan AgCl yang berwarna putih..
Setelah dilakukan percobaan maka didapatkanlah berat endapan AgCl sebesar 0,5 gram,
sehingga dapat diketahui massa Cl dalam endapan yaitu 7,79 gram/l dan kadar Cl sebesar
22%
Selanjutnya yaitu analisis klorida dengan metode volhard dalam Standarisasi NH4CNS
dengan AgNO3 0,1 N yang mana praktikan mengambil data dari kelompok lain dan literatur.
Proses standarisasi NH4CNS dengan AgNO3 bertujuan untuk menentukan normalitas dari
NH4CNS dari volume rata-rata NH4CNS yang diperlukan untuk menstandarisasi AgNO3.
AgNO3 yang sudah distandarisasi digunakan untuk menstandarisasi NH4CNS dengan
indikator ferri ammonium sulfat (Fe(NH4)2(SO4)2). Metode ini disebut metode volhard .
Sebelum dititrasi, larutan berwarna keruh. Pada awal penetesan NH4CNS, terjadi reaksi yang
menyebabkan timbulnya endapan AgCNS yang berwarna putih dengan persamaan reaksi :
NH4CNS (aq) + AgNO3 (aq) AgCNS (s) + NH4NO3 (aq) AgCNS yang dihasilkan
berupa endapan putih, tetapi larutan masih bening. Sebelum dititrasi tadi, larutan AgNO3 0,1
N ditambah dengan 2,5 ml HNO3 1N dan 1 ml indikator ferri ammonium sulfat. Setelah Ag+
dalam AgNO3 habis bereaksi maka sedikit kelebihan NH4CNS dalam sistem akan
menyebabkan ion CNS- bereaksi dengan Fe3+ dari ferri ammonium sulfat membentuk
[Fe(CNS)6]3- dengan reaksi : Fe3+ + 6 CNS [Fe(CNS)6]3-
Reaksi 1M harus terjadi pada pH asam (rendah). Setelah terjadi perubahan warna kompleks
Fe(CNS) yang memberikan warna merah bata, maka titrasi segera dihentikan.
Pada percobaan,volume NH4CNS yang dibutuhkan untuk titrasi 25 ml AgNO3 rata-rata
adalah 24,93 ml. dengan rumus mol grek, didapat konsentrasi NH4CNS / normalitas
NH4CNS sebesar 0,095 N (anggap sebagai P).

Reaksi-reaksi yang terjadi :

NaCl + NH4SCN(aq) NH4Cl + NaCN


NaCl + AgNO3(aq) AgCl + NaNO3
Ag+(aq) + Cl-(aq) AgCl putih
Ag+(aq) + SCN- AgSCN putih

Fe+3(aq) + SCN Fe(SCN)2 putih kompleks merah gading

Sehingga kita dapat menentukan kadar klorida dengan cara, garam dapur kasar yang
dilarutkan dalam akuades dan diencerkan hingga 100 ml didalam labu ukur, kadar NaCl
murni yang terkandung dalam 0,45 gram sample tadi dapat ditentukan dengan 19 menentukan
ion Cl- nya menggunakan titrasi argentometri dan AgNO3 sebagai larutan standar.
Dari larutan garam dapur yang telah dibuat, diambil 10 ml untuk dititrasi. Indikator yang
digunakan adalah kalium kromat (K2CrO4). Pada awal penambahan, ion Cl- dan NaCl yang
tergantung dalam larutan bereaksi dengan ion Ag+ yang ditambah sehingga membentuk
endapan AgCl yang berwarna putih. Sedangkan larutan pada awalnya berwarna kuning
karena penambahan indikator K2CrO4. Saat terjadi tiik ekuivalen yaitu saat ion Cl- tepat
bereaksi dengan ion Ag+ yang berarti ion Cl- habis dalam sistem.
Dengan penambahan AgNO3 yang sedikit berlebih menyebabkan ion Ag+ bereaksi dengan
ion CrOdalam indikator kalium kromat membentuk endapan putih dengan warna merah bata.
Reaksi-reaksi yang terjadi sebagai berikut : Saat sebelum TE sampai saat TE
AgNO3 (aq) + NaCL (aq) AgCl (putih) + NaNO3 (aq) Saat setelah TE2 Ag+ (aq)+
CrO42-(aq) Ag2CrO4 (s) (endapan putih berwarna merah bata)
Pada percobaan ini diperoleh volume rata-rata AgNO3 yang digunakan unt\uk titrasi adalah
7,0 ml, kemudian berat NaCl dapat dihitung dengan rumus :
Berat NaCl = Z1/Z2 x Mr NaCl x V AgNO3 Dimana : Z1 = N AgNO3 (percobaan I) Z2 = N
AgNO3 (percobaan II) Setelah dihitung, diperoleh berat NaCl sebesar 38,902 mgram. Dari
berat tersebut dapat kita hitung kadarnya yaitu : Kadar NaCl = 100% x mula mula NaCl berat
dihasilkan yang NaCl berat. Dari perhitungan didapat kadar NaCl dalam sample sebesar
8,64%.

7 Diskusi

Dalam praktikum argentometri ini praktikan hanya mendapatkan data dari


percobaan mohr maka Blanko dibuat dengan melakukan penambahan indikator kalium
kromat 5 % sebanyak 2 ml ke dalam erlenmeyer yang telah berisi larutan suspensi kapur
(CaCO3) 10 ml, dan didapatkanlah larutan yang berwarna kuning keruh. Warna ini diperoleh
dari pencampuran kedua larutan tersebut. Kemudian dititrasi dengan AgNO31ml dan
diperoleh larutan yang berwarna kuning dengan endapan merah bata. Hasil akhir ini kami
jadikan sebagai blanko.

Penentuan Cl, dilakukan dengan mencampurkan larutan klorida encer 10 ml dengan


indikator kalium kromat 5 % sebanyak 2 ml, maka diperolehlah larutan yang berwarna
orange. Lalu dititrasi dengan AgNO3 0,1 N. Volume AgNO3 yang terpakai sebanyak 4 ml.dan
akhirnya warna larutan berubah menjadi warna kuning seperti warna blanko dengan endapan
AgCl yang berwarna putih.
Kendala dalam praktikum kali ini sangat beragam, yaitu pertama adanya
perbedaan presepsi warna yang terjadi dalam masa praktikum dalam percobaan
analisis klorida dengan metode volhard, dan seperti biasanya ada kesalahan
kesalahan teknis yang melanda dalam praktikum kali ini

8 Kesimpulan
Dari praktikum kali ini dapat disimpulkan antara lain :

Prinsip metode mohr adalah melakukan titrasi terhadap sampel dengan


menggunakan larutan perak nitrat (AgNO3) sehingga terbentuk endapan AgCl
berwarna putih dengan K2CrO4 sebagai indicator

Titrasi dengan metode Volhard merupakan titrasi tidak langsung yang dilakukan
dalam suasana asam.

Kadar ion klorida dari percobaan dengan metode mohr ini adalah 7.799 g/L
dengan persentasi 22%.
Argentometri adalah titrasi pengendapan dengan larutan standar AgNO 3. Ada 4
metode argentometri yaitu metode Mohr, Volhard, Vajans, Duckel.
Normalitas AgNO3 hasil standarisasi dengan NaCl :
Dengan indikator K2CrO4
N AgNO3 = 0,09 N
Dengan indikator adsorbsi ( fluorescein )
N AgNO3 = 0.095 N
Standarisasi NH4CNS dengan AgNO3 dihasilkan normalitas NH4CNS adalah
0,095 N.
Kadar NaCl dalam garam kasar sebesar 86,45%, dengan berat NaCl dalam larutan
sample garam dapur kasar adalah 38,902 mgram.
.
9 Daftar Pustaka

Bassett. 1994. Titrasi Pengendapan. Jakarta : Erlangga

Harjadi. 1990. Kimia Analitik. Surabaya: Erlangga.

Khopkar, 1990. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta : Gramedia Pustaka

Rival, Harrizul. 1995. Asas Pemeriksaan Kimia. Jakarta : Universitas Indonesia.


Tim Kimia Analitik. 2014. Penuntun Praktikum Dasar-Dasar Kimia Analitik. Jambi :

Universitas Jambi

Underwood, A. L dan R. A. Day, JR. 1992. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Kelima.

Jakarta : Penerbit Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai