Anda di halaman 1dari 34

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Komunikasi Satelit
Prinsip dasar komunikasi satelit adalah sistem
komunikasi radio dengan satelit sebagai stasiun
pengulang. Menurut Ginanjar (2013) Satelit adalah
suatu perangkat microwave repeater station (stasiun
pengulang gelombang mikro) yang berfungsi untuk
memperkuat sinyal yang berasal dari stasiun bumi
serta memproses translasi frekuensi dari uplink
frekuensi yang terletak pada lebar bidang frekuensi
mulai dari 5,925 GHz sampai dengan 6,425 GHz
menjadi downlink frequensi dari 3,7 GHz sampai
dengan 4,2GHz.

Konfigurasi suatu sistem komunikasi satelit terbagi


atas dua bagian, yaitu: ruas bumi (ground segment)
dan ruas angkasa (space segment). Ruas bumi terdiri
dari beberapa stasiun bumi yang berfungsi sebagai
stasiun bumi pengirim dan stasiun bumi penerima,
sedangkan ruas angkasa berupa satelit yang menerima
sinyal yang dipancarkan dari stasiun bumi pengirim,
kemudian memperkuatnya dan mengirimkan sinyal
tersebut ke stasiun bumi penerima.

7
8

Gambar 1.1. Sistem Komunikasi Satelit

Pada sistem komunikasi satelit yang


menggunakan orbit geosinkron, jarak yang
harus ditempuh sangat jauh, yaitu sekitar
36.000 Km. Hal ini menyebabkan redaman
lintasan menjadi sangat besar, sehingga level
daya terima sangat lemah. Untuk mengatasi
masalah ini, diperlukan peralatan yang
mempunyai keandalan tinggi, baik dari
segmen angkasa maupun segmen bumi.

B. Link Komunikasi Satelit


Dalam link komunikasi satelit terdapat dua lintasan
utama, yaitu uplink dan downlink. Uplink merupakan
lintasan dari stasiun bumi ke satelit, sedangkan
downlink merupakan lintasan dari satelit ke stasiun
bumi. Untuk lintasan full duplex antara dua satelit
disebut Inter Satellite Link (ISL).
9

Hubungan link komunikasi dapat dilakukan melalui


beberapa konfigurasi, yaitu: hubungan point-to-point,
point-to-multipoint, multipoint-to-point, dan multipoint-to-
multipoint. Dalam sistem komunikasi satelit, untuk
uplink biasa digunakan konfigurasi multipoint-to-point,
sedangkan untuk downlink biasanya menggunakan
konfigurasi point-to-multipoint (broadcast).

Gambar 1.2 Proses Sistem Uplink dan Downlink

C. Jenis Rentang Frekuensi Uplink dan Downlink


Adapun jenis rentang frekuensi satelit,
akan dijelaskan secara rinci berikut ini.
a) L-band, S-band, dan C-band merupakan
spektrum frekuensi berdaya rendah.
Diperlukan piringan antena yang
berdiameter lebih besar yaitu 2-3 meter
untuk menerima dan mengirim sinyal.
Hujan, salju, dan kondisi cuaca buruk
10

lainnya dapat menggangu frekuensi


radio ini. Gambar 2.2. merupakan
contoh ilustrasi antena C-Band.

Gambar 1.3 Antena C-Band

b) X-Band, Ku-Band, Ka-Band, dan V-Band


merupakan spektrum frekuensi satelit
berdaya lebih tinggi. Piringan antena
parabola yang diperlukan berdiameter
45 cm (18 inci), sedangkan pada Ku-
Band dan Ka-Band diperlukan ukuran
antena berdiameter yang jauh lebih kecil
lagi yaitu 2-5 inci untuk menerima dan
mengirimkan sinyal. Frekuensi lebih
tinggi dari Ku-Band signifikan lebih
rentan terhadap masalah kualitas sinyal
yang disebabkan oleh hujan, yang
dikenal sebagai rainfade. Oleh
karenanya Ku-Band dan Ka-Band
merupakan spektrum frekuensi yang
ideal untuk penyiaran Direct To Home
11

(DTH) seperti, broadband komunikasi


data, telepon seluler, dan aplikasi data
layanan internet. Berikut adalah Gambar
2.3 yang merupakan contoh antenna Ka-
Band dan pada gambar 2.4 adalah
contoh antenna Ku-Band.

Gambar 1.4. Antena Ku-Band

Gambar 1.5 Antena Ka-Band


12

Dari dua jenis antena yang telah dijelaskan di


atas, tentunya masing-masing jenis rentang
atau daya spektrum frekuensi memiliki ukuran
set frekuensi tertentu untuk frekuensi
downlink-nya. Berikut tabel 2.1 frekuensi Uplink
dan tabel 2.2 frekuensi Downlink.

Tabel 2.1 Rentang Frekuensi Uplink


Band Satelit Rentang Frekuensi uplink
C-Band 5,925 - 6.425 GHz
Ku-Band 14 - 14,5 GHz
Ka-Band 27,5 - 31 GHz

Tabel 2.2 Rentang Frekuensi Downlink


Band Satelit Rentang Frekuensi downlink
C-Band 3,7 - 4,2 GHz
Ku-Band 11,7 - 12,7 GHz
Ka-Band 18,3 - 20,2 GHz

Secara umum ukuran 3 jenis spektrum frekuensi


transmisi yang biasa sering digunakan tersebut
dituliskan sebagai berikut.
a. C-Band (4/6 GHz)
b. Ku-Band (11/14 GHz)
c. Ka-Band (18/31 GHz).
Bagian satelit yang berfungsi melakukan
komunikasi data adalah antena dan
transponder. Suatu satelit bisa dilengkapi
13

banyak antena yang memiliki sensor, sehingga


memungkinkan untuk menerima sinyal
Downlink.

D. Sistem Downlink
1. Spesifikasi sistem Downlink RRI Surabaya
Sejak tahun 1997, RRI di seluruh Indonesia mulai
menggunakan sistem komunikasi satelit. Pada saat itu
RRI telah bekerja sama dengan PT Telkom yang mana
nama satelit yang digunakan adalah satelit Palapa B4
nomor 9 dengan polarisasi vertikal. Untuk tipe satelit
ini, arah orbitnya 1180 Bujur Timur. Pada tahun 2005,
RRI beralih ke satelit Telkom 1. Hal ini membuat arah
orbitnya berubah pula yakni 1080 Bujur Timur dengan
transponder nomor 7 polarisasi vertikal yang mana
juga milik PT. Telkom Indonesia.

Pada satelit Telkom-1 yang digunakan oleh RRI


memiliki bandwith 2 MHz, frekuensi uplink 6.207.780 -
6.208.780 (1 MHz) dan 6.211.400 - 6.212.400 (1 MHz).
Sedangkan untuk frekuensi Downlink pada 3.982.780-
3.983.780 (1MHz) dan 3.986.400 3.987.400 (1 MHz).

Dalam komunikasi satelit, bandwidth (BW), symbol


rate dan bit rate merupakan faktor terpenting dalam
transmisi sinyal. Diluar sana banyak sekali software
penghitungan komersial BW, Symbol rate dan bit rate
untuk transmisi sinyal . Tapi persamaan perhitungan
parameter tersebut adalah sebagai berikut.

BW= (1+Roll of factor)* Simbol rate .... (2.1)


14

Umumnya Roll of factor sebesar 20% atau 35%, besaran


nilai tersebut telah ditentukan oleh operator satelit
guna memberikan ruang tambah bagi sinyal carrier
akan tetapi beberapa operator satelit tidak mengijinkan
roll of factor sebesar 20% (Sumber
http://en.allexperts.com/q/Satellite-Communications-
2436/2011/1/Roll-Factor-6.htm)

Simbol Rate = BW / (1+Roll of factor)..... (2.2)

dan

Bit Rate = Symbol rate * Modulasi* FEC* (188/204)....


(2.3)

[dimana 188 adalah panjang paket encoder]


atau

Bit Rate = Symbol rate * Modulasi* FEC*

(204/188)...... (2.4)

[dimana 204 adalah panjang paket encoder]


Berdasarkan (Bell System Technical Journal, 29: 2.
April 1950 pp 147-160. Error Detecting and Error
Correcting Codes. (Hamming, R.W.) dan
Wikipedia) FEC (Forward Error Correction) atau
Koding kanal merupakan teknik yang digunakan
untuk mengendalikan kesalahan dalam transmisi
data melalui saluran komunikasi yang tidak
dapat diandalkan atau penuh noise. Ide ini
15

berpusat pada pengirim mengkodekan pesan


dengan cara berlebihan dengan menggunakan
kode error-correcting (ECC). Umumnya range
FEC mulai dari 1/2 hingga 7/8.
188/204 = constant
Satuan
BW= Hz, KHz, MHz, GHz
Symbol Rate= sps atau baud, Ksps atau
Kbaud, Msps atau Mbaud, Gsps atau
Gbaud
Bit Rate= bps, Kbps, Mbps, Gbps

Berikut dijelaskan pembagian frekuensi di masing-


masing cabang RRI dapat dilihat dalam tabel 2.3.
berikut.

Tabel 2.3. Data Frekuensi Uplink-Downlink RRI

Orbit Satelit : 108 BT


Transponder : Nomor 7 (Tujuh)
Polarisasi : Vertikal
16

Frekuensi
No. RRI Carrier IF Rx(ABR) L-Band
(MHz) (MHz) (MHz) (MHz)
1 Yogyakarta 6.212,000 77,000 3.987.000 1.163.000
2 Pro 3 Jakarta 6.201,212 66,212 3.976.212 1.177.388
3 Pro 2 Jakarta 6.201.572 66.572 3.976.212 1.177.748
4 Temporer 1 6.202.472 67.472 3.977.472 1.178.648
5 Temporer 2 6.202.292 67.292 3.977.292 1.178.468
Pro 1
6 6.200.492 65.492 3.975.492 1.174.508
Surabaya
Korwil I
7 6.207.980 72.980 3.982.980 1.167.020
Medan
Korwil II
8 6.208.180 73.180 3.983.180 1.166.820
Palembang
Korwil III
9 6.208.380 73.380 3.983.180 1.166.620
Bandung
Korwil IV
10 6.211.600 76.600 3.986.600 1.163.400
Semarang
Korwil V
11 6.208,780 73,780 3.983.780 1.166.220
Surabaya
Korwil VI
12 6.208.580 73.580 3.983.580 1.166.420
Banjarmasin
Korwil VII
13 6.211.800 76.800 3.986.800 1.163.200
Makasar
Korwil VIII
14 6.212.200 77.200 3.987.200 1.162.800
Denpasar
17

Korwil IX
15 6.212.400 77.400 3.987.400 1.162.600
Jayapura
16 Pro 4 Jakarta 3.976.752

2. Proses sistem downlink RRI Surabaya

Gambar 1.6. Blok Diagram Sistem Downlink RRI Surabaya

Dari gambar 2.7 dapat dijelaskan proses sistem


Downlink sebagai berikut.
1) Pada Sistem RRI Surabaya,
Programma 3 dijadikan input
untuk ditransmisikan ke satelit
Telkom-1. Programma 3 berisi
Berita Nasinal, sehingga semua
radio di RRI di Indonesia dapat
melakukan proses downlink
mengenai program di Programma 3.
Input dari Programma 3 ini berupa
sinyal audio digital.

2) Data input Programma 3 kemudian


diproses melalui ABR202A.
ABR202A berfungsi sebagai
encoder digital sinyal audio.
Kemudian sinyal input data yang
18

akan ditransmisikan dari perangkat


remote/user, terlebih dahulu
memasuki modem CM 701.

3) Dalam modem CM701 ini data


dimodulasi namun sebelumnya
terjadi beberapa pengkodean ulang
menggunakan teknik scrambling,
differential encoder, convolution
encoder dengan tujuan untuk
mengecek error correction decoding.
Proses modulasi ini menggunakan
teknik QPSK. Kemudian data
informasi digital yang telah di
coding kemudian dirubah menjadi
sinyal audio analog. Setelah data
menjadi sinyal analog akan
dilakukan proses modulasi.
modulasi ini bertujuan untuk
mentranslasikan gelombang
frekuensi informasi ke dalam
gelombang lain pada frekuensi
yang lebih tinggi untuk dibawa ke
media transmisi. Modem ini
memiliki kecepatan data transmisi
sebesar 128.000 bps.

4) Setelah dari modem CM 701 sinyal


dihubungkan oleh antena splitter.
Antena ini berfungsi sebagai untuk
19

membuat satu sinyal input menjadi


keluaran satu atau beberapa output.

5) Setelah data tersebut dimodulasi,


selanjutnya akan memasuki
perangkat C-Band Converter 5700.
Pada C-Band Converter terjadi
proses modulasi yang disebut RFT
( RF Transceiver) atau driver.
Dalam RFT ini terdapat Up dan
Down Converter. Untuk proses
transmit yang digunakan adalah
Up Converter. Up Converter ini
berfungsi untuk mentranslasikan
sinyal dari frekwensi menengah IF
(Intermediate Frequency) menjadi
suatu sinyal RF (Radio Frequency).
Output sinyal yang dihasilkan
adalah 5850 - 6425 MHz.

6) Proses selanjutnya adalah memasuki


SSPA (Solid State Power Amplifier)
yang berfungsi sama dengan HPA
yaitu untuk memperkuat sinyal RF
agar dapat diterima oleh satelit.
Penguatan di sini dikuatkan
menjadi 70 dB.

7) Sinyal masuk ke dalam feedhorn,


sinyal dari feedhorn dipantulkan ke
satelit dengan antena parabola.
20

8) Selanjutnya Satelit Telkom-1


menerima input dari sistem
antenna parabola Surabaya.

3. Komponen perangkat keras sistem Downlink


Berikut dijelaskan perangkat pada umumnya
yang digunakan untuk komunikasi satelit.
a) Power Supply Unit (PSU)
1) Pengertian dan Fungsi
Power Supply Unit (PSU) adalah salah
satu jenis power supply yang bagus jika
dibandingkan dengan berbagai-macam power
supply. PSU merupakan power supply yang
dirancang untuk memberikan tegangan
Output 48 VDC sebagai tegangan input yang
dibutuhkan oleh transceiver C-band.
Power Supply Unit ini juga tidak bisa
diatur dan atau diubah-ubah tegangan seperti
tegangan transformator / rectifier sederhana.
21

Gambar 1.7. Power Supply Unit 5582B

2) Spesifikasi
Adapun spesifikasi Power Supply yang
digunakan dapat dijelaskan berikut ini.
a. Parameter Fisik

Ukuran : 200 mm (W) X


160 mm (D) x
370 mm (H)

Berat : 10 Kg

b. Persyaratan Daya

Tegangan Input : 115/230 VAC


50/60Hz

Tegangan Output : 37 72 VDC


22

c. Enviromental

Temperatur : -40C sampai 55C

Cooling : Convection

Weatherproofing : Tertutup oleh IP65

b) C-Band Converter 5700


1) Pengertian dan fungsi
C-Band Converter 5700 merupakan alat
untuk pengiriman sinyal dari stasiun bumi
ke satelit. C-Band Converter berfungsi
bersama parabola mengirimkan sinyal ke
satelit dalam proses Uplink.
Perangkat ini dikemas dalam satu
kemasan tetapi memiliki dua fungsi yaitu
sebagai up converter dan sebagai down
converter.
Up Converter
DAC 7000 sebagai Up Converter
berfungsi untuk mengkonversi sinyal
Intermediate Frequency (IF) atau sinyal
frekuensi menengah dengan frekuensi
centernya sebesar 70 MHz menjadi sinyal RF
Up link (5,925 6,425 GHz). Berikut disajikan
gambar blok diagram DAC sebagai Up
Converter.
23

Gambar 1.8. Blok diagram Up Converter

Down Converter
DAC 7000 sebagai Down Converter
berfungsi untuk mengkonversi sinyal RF
Down link (3,7 MHz 4,2 MHz) menjadi
sinyal Intermediate Frequency (IF) dengan
frekuensi center sebesar 70 MHz. Berikut
disajikan gambar blok diagram DAC sebagai
Down Converter.

Gambar 1.9 Blog Diagram Down Converter

2) Spesifikasi
Adapun Spesifikasi dari C-Band
Converter 5700 adalah sebagai berikut.
24

a. Umum

Tegangan Input : 42-72 VDC

Arus : 1,1A (Maks)

Konsumsi Daya : 200W DC (On) , 40W


DC (Off)

b. Fisik

Ukuran : 110mm (W) x 410mm


(D) x 240mm (H)

Berat : 8 Kg

c. Enviromental

Temperatur : -40C sampai +50C

Cooling : Forced Air

d. Proses Pengiriman (transmit) IF Input

Range Frekuensi:

Narrow BW : 70 20MHz /140


20MHz
Wide BW
: 140 20MHz

Konektor : N-Type female

Return Loss : 18 dB (Minimum)

Gain : 71 dB

Range Antenuator : 0-25 dB


25

RF Output

Range Frekuensi

Band 2 (Extanded) : 5.850 sampai 6425 GHz

Band 3 (Insat) : 6.725 sampai 7.025


GHz
Band 4 (Palapa C &
Intelsat VIII-A) : 6.424 sampai 6.725
GHz, 6.425 sampai 6.700
GHz

Gambar 1.10. C-Band Converter 5700

c) Solid State Power Amplifier 5720 (SSPA 5720)


1) Pengertian dan fungsi
SSPA berfungsi untuk memperkuat
daya sehingga sinyal dapat dipancarkan
26

pada jarak yang jauh. SSPA ini merupakan


penguat akhir dalam rangkaian sisi pancar
(transmit side) yang merupakan penguat
daya frekuensi sangat tinggi dalam orde
Gega Hertz.
Tujuan penggunaan SSPA
adalah untuk memperkuat sinyal RF pancar
pada band frekuensi 5,850
GHz sampai dengan 6,425 GHz dari Ground
Communication Equipment (GCE) pada
suatu level tertentu yang jika digabungkan
dengan gain antena akan menghasilkan daya
pancar (EIRP) yang dikehendaki ke satelit.
Ada hal yang perlu diperhatikan dalam
mengoperasikan penguat daya frekuensi tinggi ,
diantaranya :
Besar daya output yang
dihasilkan
Lebar band frekuensi yang
harus dicakup
Pengaruh intermodulasi
yang muncul
Input dan output Back off

2) Spesifikasi
Adapun spesifikasi dari Solid State
Power Amplifier dapat dijelaskan
sebagai berikut.
a) Umum
27

Tegangan Input : 42 -
72 V
DC
Current : 1.1
A Max
Power Consumption : 200
W
DC
(on)
40 W DC (off)
b) Fisik
Ukuran : 165 mm (W) x 415
mm
(D) x 185 mm (H)
Berat : 9 Kg

c) Environmental
Temperatur : -400C sampai +
500C
Cooling :
(Forced air)

d) Proses Transmisi
Output Power (1dB GCP) :
+43.8 dBm min
Connector : N-Type
female, or CPR137-G(Band
2 only)
28

Carrier to Intermodulation : -
27 dBc, two Carriers at 6 dBm
OPBO from 1 dB GCP

Gambar 1.11. 5720 C-Band SSPA

d) Low Noise Amplifier (LNA)


1. Pengertian dan fungsi
Low-noise amplifier (LNA)
merupakan suatu bentuk dari
penguat elektronik atau penguat
yang digunakan dalam sistem
telekomunikasi untuk menguatkan
sinyal yang sangat lemah yang
diterima oleh suatu antena. Lokasi
LNA berada sangat dekat dengan
antena sehingga rugi-rugi dalam
feedline menjadi sedikit berkurang.
LNA merupakan komponen kunci
29

yang diletakkan diujung-ujung


rangkaian penerima radio. Dengan
menggunakan LNA, noise dari
seluruh tahapan selanjutnya
berkurang dengan gain yang
diperoleh dari LNA, sementara noise
LNA, dengan sendirinya disuntikkan
langsung ke dalam sinyal yang
diterima. Oleh karena itu, perlu agar
LNA untuk meningkatkan sinyal
yang dikehendaki dengan
menambah sedikit noise dan distorsi
sedemikian mungkin sehingga media
sinyal ini menjadi mungkin dalam
tahapan selajutnya di dalam sistem
rangkaian ini mampu menambah
tingkat sinyal selama penambahan
rasio signal-to-noise (SNR) pada
sinyal yang datang. Dalam hal ini
terdapat dua bagian yang selalu
tidak mudah untuk dicapai,
utamanya disebabkan noise
impedance matching dan input
impedance matching tidak selalu
berada pada impedansi sumber yang
sama.
30

Gambar 1.12. Low Noise Amplifier (LNA)

2. Spesifikasi

Adapun spesifikasi alat dapat dijelaskan


sebagai berikut.
a) Input
Range Frekuensi : 3.625 sampai 4.200 GHz
Interface : COR229-G
b) Temperatur
Temperatur Noise : pada 25 0C 40K
c) Gain : 50 dB minimum
d) Output :
1 dB GCP : + 5 dBm minimum
Impedance : 50 Ohm
Connector : N-Type female

e) Antena Parabola C-Band

1. Pengertian dan fungsi


Antena berfungsi untuk memancarkan
dan menerima gelombang radio RF. Antena
31

yang dipakai dalam komunikasi VSAT yaitu


sebuah solid disk antena yang memiliki
bentuk parabola.

Fungsi antena pada komunikasi VSAT


adalah sebagai berikut :
Memancarkan gelombang radio RF
dari stasiun bumi ke satelit yang mana
besar frekuensinya dari 5,925 GHz
sampai dengan 6,425 GHz.
Menerima gelombang radio RF dari
satelit ke stasiun bumi yang mana
besar frekuensinya dari 3,7 GHz
sampai dengan 4,2 GHz.

Gambar 1.13 Antena Parabola RRI Surabaya

3) Spesifikasi
Adapun spesifikasi dari antena parabola
akan dijelaskan sebagai berikut.
Model : HY-C-210 cm
Diameter : 210 cm
32

Panjang fokus : 798 mm


f/d : 0.38
Bahan : baja
Permukaan : semprot
plastik
Berdiri : Umum digunakan
sudut eleven : 00 - 900
azimuth : 00 - 3600
dapat menerima : 25
m/sec
Kelembaban relative : 0-
100 %
Bekerja suhu sekitarnya : -
400 C - 600C

f) ABR202A
1. Pengertian dan fungsi
ABR202A merupakan suatu perangkat
keras pendukung sistem Downlink yang
fungsinya sebagai integritas encoder audio
digital dan fungsi ini juga sama dengan
DAC namun pada proses Downlink. Jadi
ABR202A mengkodekan sinyal audio
berupa sinyal digital sebelum data atau
informasi di transmisikan ulang ke modem.
33

Gambar 1.14. Tampilan Depan dan Belakang


ABR202A

2. Spesifikasi Alat
Untuk Spesifikasi alat ABR202A dapat
dijelaskan sebagai berikut.

AUDIO SPECIFICATIONS
Audio 12:1, 8:1, 6:1 compression factors
Decoding 64, 96, 128, 192, 256, 384 Kb/s
ISO/MPEG Mono, Dual Mono (stereo), joint
Layer II stereo modes
Audio Ports Analog output, L/R stereo pair,
balanced, DB9 Male connector
Digital output, AES/EBU,
balanced stereo, DB15 Female
connector
RF Input BPSK/QPSK, 9501700 MHz, 64
Kb/s 384 Kb/s, 75 Ohm Type
F Female connector
FEC Rates Sequential 1/2, 3/4, Intelsat
Viterbi 1/2, DVBS 1/2, 2/3, 3/4,
5/6, 7/8
34

Scrambling Legacy and IESS308 (IDR)


Sensitivity 75 dBm to 20 dBm
LNB Power Selectable 0VDC, 13VDC, 14VDC,
18VDC, 19VDC

AUXILIARY DATA PROCESSING

ASYNC Channel: 1200, 2400, 4800, 9600 bps, EIA232;


DB9 Female connector or DB25 Female connector
Auxiliary input/output for external storeand
forward; DB15 Female connector

RELAY AND CONTROL OUTPUTS


8 FormC relay contact closures, individually
controlled, DB25 Male connector

MANAGEMENT AND CONTROL


RS232 proprietary command line monitor and control
(ASCII) or RS485 packet protocol, DB9 Female
connector
Smart front panel control with security
10/100 BaseT RJ45 Female connector
Telnet for monitor and control
Status fault relay

POWER REQUIREMENTS
Supply Autosensing,Autoranging
Voltage 85265 VAC, 5060 Hz
Power
60 Watts maximum
Consumption
35

PHYSICAL PARAMETERS
Chassis 1RU rackmount

Dimensions (H, W, D) 4.5 cm x 48 cm x 58 cm (1.75 x 19


x 22)

Weight 2.7 kg (6 lbs.)

ENVIRONMENTAL CONDITIONS
Operang 0 to 45 C (32 to 113 F)
Temperature
Storage 20 to 70 C (4 to
Temperature 158 F)
Humidity Max 90% relative, non
condensing
Safety and CE Certification
Emissions

g) Modem CM 701
1. Pengertian dan fungsi
Comstream CM 701 merupakan PSK
digital modem yang digunakan dalam
aplikasi komunikasi satelit yang
dibutuhkan secara terus-menerus dalam
penerima dan transmisi dari ke satelit.
Desain CM 701 ini tergolong unik, karena
menggunakan desain modular. Desain ini
membuat on-sait konfigurasi ulang
36

sehingga mudah untuk digunakan.


Berikut adalah gambar fisik dari CM 701.

Gambar 1.15. Tampilan Depan CM-701

2. Spesifikasi
Adapun spesifikasi alat dapat dijelaskan
sebagai berikut.
a) Ukuran
Panjang : 48.2 cm (19 in.) rack-mountable
: 8.9 cm (3.5 in.) (2 rack units)
Tinggi : 45.7 cm (18 in.)
Lebar : 11.34 kg (25 lbs)
Berat
b) Temperatur
Operasi : 0C to +50C
Gradien : 2C/minute maximum
Non operasi : -20C to +70C
c) Daya
37

Tegangan AC
input : 90 to 264 V, 47 to 63 Hz,
Konsumsi daya autoranging
: 48 W, standard configuration

h) Antenna Splitter
Antena splitter adalah persambungan
antenna yang hanya mempunyai input
satu arah yaitu satu sinyal input dan
membuat dua output (Indoor).

Gambar 1.16. Antena Splitter

Penggunaan yang paling umum


dari splitter adalah untuk menambah
jumlah penggunaan televisi atau radio
dalam komunikasi satelit dengan
menggunakan kabel yang ada. Jadi
antenna splitter digunakan untuk
membuat suatu antenna yang dapat
38

menghubungkan dan tersalur ke lebih


dari satu televisi atau radio.
Dalam penggunaan antena splitter
pada persinyalan, tentunya di samping
memiliki kelebihan yakni dengan satu
antena dapat digunakan untuk beberapa
alat komunikasi juga memiliki kelemahan
yakni, setiap memisahkan sinyal
menggunakan alat ini berarti secara tidak
langsung akan memotong kekuatan
setengah dari kekuatan sinyal tersebut

i) Satelit
Satelit merupakan alat di orbit
bumi khusus untuk menerima/
menghantar maklumat secara nirkabel,
berkomunikasi melalui frekuensi radio.
Salah satu contoh misalnya Satelit Telkom
2 (Indonesia). Satelit ini digunakan untuk
Depdagri, dengan teknologi C band yang
lebih tahan dengan cuaca di Indonesia
(berhubungan dengan masalah curah
hujan yang cukup tinggi di Indonesia).
Menggunakan Komunikasi 2 arah,
menerima dan menghantar isyarat.
Daerah yang dipasang VSAT dikenali
sebagai remote terminal, dikawal oleh
hub station. Semua isyarat dari satelit
dikirim ke hub terlebih dahulu sebelum
dikirim kembali ke terminal remote lain,
yaitu Provinsi / Kabupaten.
39

Adapun kecepatan uplink dan downlink-


nya sebagai berikut.
a) Kapasitas muat turun (download)
ialah 1 Mbps tetapi boleh dinaik taraf
sehingga mencapai 45 Mbps.
b) Kapasitas muat naik (upload) pula
ialah 128 Kbps tetapi boleh dinaik taraf
sehingga mencapai 1.1 Mbps.
c) Kontrak perjanjian SchoolNet hanya 1
Mbps download dan 128 Kbps upload.
40

Halaman ini sengaja dikosongkan

Anda mungkin juga menyukai