Anda di halaman 1dari 9

Apa sih maksud Koreksi Positip dan Negatip di SPT PPh Badan?.

Mohon dijelaskan beserta contoh kalau rekan-rekan tidak


keberatan .trms

Tanggapan Member Ortax :

begawan5060
Koreksi positif = menambah laba komersial
Koreksi negatif = mengurangi laba komersial

kevink
Koreksi Positif = Koreksi atas biaya - biaya yang menurut Fiskal
tidak dapat dikurangkan dari penghasilan
Koreksi Negatif = Koreksi atas biaya-biaya yang menurut Fiskal
dapat dikurangkan dari penghasilan

Contoh :

Koreksi Positif :
Pada RL Komersial ada biaya entertainment atau biaya keperluan
pribadi, pada RL fiskal biaya tersebut tidak boleh dikurangkan dari
penghasilan.

Koreksi Negatif :
Pada RL Komersial, biaya penyusutan kelompok II ( 8 tahun ),
namun dikoreksi oleh Fiskus masuk ke kelompok I ( 4 tahun )
Biaya penyusutan kelompok II menurut WP = Rp.1.000.000,-
Biaya penyusutan tsb oleh Fiskus dikoreksi jadi kelompok I =
Rp.2.000.000,-
Sehingga ada koreksi negatif Rp.1.000.000,- menambah biaya.

Salam

ecooce
Sangat sendapat dengan pendapat rekan begawan, rekan hanif
dan semuanya,
Hanya menambahkan ...mohon izin..
Bagi perusahaan, semua pemasukan adalah pendapatan yang
akan menambah laba kena pajak , dan semua pengeluaran
adalah beban yang akan mengurangi laba kena pajak. tetapi
Menurut perpajakan tidak semua pemasukan adalah faktor
penambah laba kena pajak, ada beberapa jenis pendapatan yang
bukan merupakan faktor penambah laba kena pajak karena
pendapatan tersebut sudah dikenakan pajak bersifat final, dan
tidak semua pengeluaran adalah faktor pengurang laba kena
pajak karena ada beberapa jenis pengeluaran yang sesungguhnya
bukan merupakan bagian dari kegiatan perusahaan. Di dalam
Akuntansi Perpajakan perbedaan tersebut adalah :

1. Beda Tetap/ Permanent,


2. Beda Waktu/ Sementara

Dengan adanya perbedaan tersebut diatas dilakukan


penyesuaian-penyesuaian atas laba komersial yang berbeda
dengan ketentuan fiskal untuk menghasilkan laba yang sesuai
dengan ketentuan perpajakan, Penyesuaian tersebutlah yang
dikenal dengan istilah Rekonsiliasi fiskal/ koreksi fiskal

Koreksi fiskal terdiri dari dua :


A. Koreksi Positif dilakukan apabila pendapatan menurut fiskal
bertambah, dan dilakukan karena adanya :

1. Beban-beban atau pengeluaran yang tidak diakui oleh


pajak

2. Penyusutan komersial yang berbeda dengan penyusutan


fiskal

3. Amortisasi komersil yang berbeda dengan penyusutan


fiskal

4. Biaya yang ditangguhkan pengakuannya

5. Penyesuaian fiskal positif lainnya


B. Koreksi Negatif yaitu koreksi-koreksi untuk mengurangi Laba
Akuntansi :

1. 1. Penghasilan yang dikenakan PPh final

2. 2. Penghasilan yang tidak termasuk objek pajak

3. 3. Penyesuaian fiskal negatif lainnya

Oleh karena itu atas akun perkiraan yang telah dihitung dan
sesuai dengan ketentuan Perpajakan tidak perlu lagi dilakukan
Koreksi Fikal.
Salam

hanif
mantaaap rekan ecooce
tapi koreksi dikit ya...
koreksi positif harusnya bila penyusutan ato amortisasi komersial
lebih besar dari penyusutan fiskal. bila sebaliknya, dikoreksi
negatif.
Salam

Tanggapan Tim Redaksi Ortax :


Untuk menghitung besarnya Pajak Penghasilan (PPh) Terutang,
Wajib Pajak harus terlebih dahulu mengetahui besarnya
Penghasilan Kena Pajak (PhKP). PhKP inilah yang merupakan
dasar penghitungan PPh Terutang. PhKP merupakan penghasilan
neto secara fiskal yang mungkin tidak sama dengan penghasilan
neto (laba) secara komersial (pembukuan). Hal ini disebabkan
adanya perbedaan metode pengakuan pendapatan dan biaya
secara komersial dan fiskal. Secara komersial, pengakuan
pendapatan dan biaya mengacu pada Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan (PSAK), sedangkan secara fiskal,
pengakuan pendapatan dan biaya didasarkan pada peratuan
perundang-undangan perpajakan.
Oleh karena itu, untuk mengetahui besarnya PhKP, Wajib Pajak
harus terlebih dahulu melakukan penyesuaian fiskal sehingga
besarnya penghasilan yang dilaporkan sesuai dengan peratuan
perundang-undangan perpajakan. Dengan kata lain, penyesuaian
fiskal dimaksudkan untuk menyesuaikan laba komersial menjadi
laba fiskal.

Laba fiskal merupakan penghasilan neto secara fiskal yang


biasanya berasal dari usaha dan atau pekerjaan bebas karena
yang melakukan kegiatan pembukuan adalah Wajib Pajak yang
melakukan usaha dan atau pekerjaan bebas. Penghasilan neto
dari usaha dan atau pekerjaan bebas ini akan digabungkan
dengan penghasilan neto lainnya, baik dari dalam negeri maupun
dari luar negeri, sehingga akan diperoleh jumlah keseluruhan
penghasilan neto.

Jumlah penghasilan neto ini mungkin tidak sama dengan PhKP.


Untuk menghitung PhKP, Wajib Pajak diperkenankan untuk
mengurangkan jumlah penghasilan neto dengan kompensasi
kerugian selama lima tahun terakhir.

Latar Belakang Rekonsiliasi Fiskal

1. Perbedaan antara laba (rugi) komersial dengan f iscal

2. Wajib pajak tidak perlu membuat pembukuan ganda,


melainkan cukup pada waktu mengisi SPT Tahunan PPh
terlebih dahulu harus dilakukan koreksi-koreksi iscal.

3. Koreksi f iscal dilakukan baik terhadap penghasilan


maupun terhadap biaya-biaya (pengurang penghasilan bruto).

Penyesuaian Fiskal
Penyesuaian fiskal dimaksudkan untuk menyesuaikan
penghasilan neto komersial menjadi penghasilan neto fiskal.
Penghasilan neto fiskal ini merupakan dasar pengitungan PPh
Terutang. Penyesuaian fiskal dilakukan atas penghasilan Badan
yang berasal dari usaha.

Dasar penyelenggaraan pembukuan Badan yang melakukan


usaha biasanya adalah Standar Akuntansi Keuangan. Oleh karena
itu, untuk menyesuaikan jumlah penghasilan, sebagai dasar
penghitungan PPh Terutang, pembukuan Badan tersebut harus
disesuaikan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan. Inilah yang dimaksud dengan penyesuaian fiskal,
menyesuaikan jumlah penghasilan dalam pembukuan menjadi
penghasilan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan.

Bagan 1
Penghitungan Penghasilan Badan

Koreksi Fiskal dapat dibedakan menjadi koreksi fiskal positif


dan koreksi fiskal negatif

1. Koreksi Fiskal Positif


koreksi fiskal yang mengakibatkan bertambahnya jumlah PPh
terutang, laba fiskal menjadi meningkat, akibat dari berkurangnya
biaya dan meningkatnya penghasilan.
Contoh : Koreksi biaya penelitian di luar negeri
2. Koreksi Fiskal negatif
koreksi fiskal yang mengakibatkan berkurangnya jumlah PPh
terutang, laba fiskal menjadi menurun, akibat dari bertambahnya
biaya dan menurunnya penghasilan
Contoh : Koreksi penghasilan yang bersifat final

Penyesuaian fiskal positif dapat berasal dari:

1. Biaya yang dibebankan/dikeluarkan untuk kepentingan


pribadi Wajib Pajak atau orang yang menjadi tanggungannya;

2. Dana cadangan

3. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan


atau jasa yang diberikan dalam bentuk natura atau
kenikmatan;

4. Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada


pihak yang mempunyai hubungan istimewa sehubungan
dengan pekerjaan yang dilakukan;

5. Harta yang dihibahkan, bantuan, atau sumbangan;

6. Pajak penghasilan;

7. Gaji yang dibayarkan kepada pemilik;

8. Sanksi administrasi;

9. Selisih penyusutan/amortisasi komersial di atas


penyusutan/amortisasi fiskal;
10. Biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara
penghasilan yang dikenakan PPh Final dan penghasilan yang
tidak termasuk objek pajak;

11. Penyesuaian fiskal positif lain yang tidak berasal dari hal-
hal yang telah disebutkan di atas.

Sebaliknya, penyesuaian fiskal negatif akan menyebabkan


berkurangnya jumlah PPh terutang. Hal ini dapat disebabkab oleh
lebih kecilnya jumlah penghasilan secara komersial dibandingkan
dengan jumlah penghasilan secara fiskal atau karena beban
secara komersial lebih besar dari pada biaya yang dapat
dikurangkan secara fiskal.
Penyesuaian fiskal negatif dapat berasal dari:

1. Penghasilan yang dikenakan PPh Final dan penghasilan


yang tidak termasuk objek pajak tetapi termasuk dalam
peredaran usaha;

2. Selisih penyusutan/amortisasi komersial komersial di


bawah penyusutan/amortisasi fiskal;

3. Penyesuaian fiskal negatif lain yang tidak berasal dari hal-


hal yang telah disebutkan di atas.

Bagan 2
Skema Rekonsiliasi Fiskal (1)
Bagan 3
Format Rekonsiliasi Fiskal (2)
Referensi :

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008


Tentang Perubahan Keempat Atas Undang-Undang Nomor 7
Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan

Anda mungkin juga menyukai