Anda di halaman 1dari 20

DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN.............................................................................................1
1. Latar belakang........................................................................................................1
2. Rumusan Masalah..................................................................................................2
3. Tujuan Penulisan....................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................3
1. PENGERTIAN UUD 1945....................................................................................3
1.1 Sejarah Terbentuknya UUD 1945....................................................................3
1.2 Pengertian UUD..............................................................................................3
1.3 Kedudukan Pembukaan UUD 1945.................................................................4
1.4 Hakekat Pembukaan UUD 1945......................................................................5
1.5 Makna setiap alinea dalam pembukaan UUD..................................................6
2. DINAMIKA PELAKSANAAN UUD 1945 PADA MASA AWAL
KEMERDEKAAN (17 AGUSTUS 1945 29 DESEMBER 1949).........................7
3. DINAMIKA PELAKSANAAN UUD 1945 PADA MASA ORDE LAMA (5
JULI 1959 11 MARET 1966)...............................................................................10
4. DINAMIKA PELAKSANAAN UUD 1945 PADA MASA ORDE BARU (11
MARET 1966 22 MEI 1998)................................................................................12
5. DINAMIKA PELAKSANAAN UUD 1945 PADA MASA REFORMASI (22
MEI 1998 SEKARANG)......................................................................................14
5.1. Krisis Multidimensi dan Munculnya Reformasi.......................................15
5.1.1 Krisis Ekonomi............................................................................................16
5.1.2 Krisis Sosial.................................................................................................16
5.1.3 Krisis Politik................................................................................................17
5.2. Kelebihan dan Kekurangan pada Masa Reformasi.......................................17
5.2.1 Kelebihan Kelebihan pada Masa Reformasi............................................17
5.2.2 Kekurangan Kekurangan pada Masa Reformasi......................................18
BAB III PENUTUP.....................................................................................................19
1. Kesimpulan.......................................................................................................19
BAB 1
PENDAHULUAN

1. Latar belakang
Undang-Undang Dasar 1945 merupakan keseluruhan naskah yang terdiri
dari Pembukaan dan Pasal-pasal. Pembukaan terdiri dari 4 Alinea. Pasal-pasal
terdiri dari 16 Bab, Bab I sampai dengan Bab XVI, pasal 1 sampai dengan pasal
37. Setelah amandemen IV, UUD 1945 terdiri dari 20 Bab, Bab I sampai dengan
Bab XVI (Bab IV dihapus), dan 72 pasal, Pasal 1 sampai dengan Pasal 37,
ditambah dengan 3 pasal Aturan Peralihan dan 2 pasal Aturan Tambahan.
Pembukaan dan Pasal-pasal merupakan satu kesatuan. Disamping hukum
dasar tertulis, di Negara Indonesia juga berlaku hukum dasar yang tidak tertulis,
yaitu konvensi sebagai kebiasaan yang hidup dan terpelihara dalam praktek
penyelenggaraan kenegaraan.
Sebagai hukum dasar tertulis UUD 1945 mengikat: Pemerintah, Lembaga
Negara, Lembaga Masyarakat, setiap Warga Negara Indonesia, dan setiap
Penduduk yang berada di Wilayah Negara Republik Indonesia.
UUD 1945 bukan hukum biasa melainkan hukum dasar yang merupakan
sumber hukum yang tertinggi, sehingga seluruh hukum yang berlaku tidak boleh
bertentangan dengan UUD 1945. UUD 1945 terbentuk melalui sejarah yang amat
panjang melalui pasang surutnya kejayaan bangsa dan masa-masa penderitaan
penjajahan, dan masa-masa perjuangan untuk merdeka, menentukan sendiri hidup
dan masa depannya.
UUD 1945 untuk pertama kalinya diberlakukan pada tanggal 18 Agustus
1945, naskahnya pertama kali dimuat secara resmi dalam Berita Negara yaitu
Berita Republik Indonesia Tahun II Nomor 7 tanggal 15 Februari 1946.
Sebagai warga negara Republik Indonesia, Anda perlu mengetahui apakah
yang dimaksud dengan UUD 1945, bagaimana fungsi dan kedudukannya dalam
Tata Hukum Negara Republik Indonesia, dan perlu juga mengetahui bagaimana
terjadinya (pembentukannya) serta keterangan suasana pada waktu UUD 1945 itu
dibuat.

2. Rumusan Masalah
Pada penulisan makalah ini, Kami akan merumuskan masalah antara lain :
1. Apakah yang dimaksud dengan UUD 1945?
2. Bagaimana dinamika pelaksanaan UUD 1945 pada masa awal kemerdekaan?
3. Bagaimana dinamika pelaksanaan UUD 1945 pada masa orde lama?
4. Bagaimana dinamika pelaksanaan UUD 1945 pada masa orde baru?
5. Bagaimana dinamika pelaksanaan UUD 1945 pada masa reformasi?

3. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penyusunan makalah yang berjudul pelaksanaan dinamika UUD
1945 yaitu:
1. Mengetahui tentang sejarah, kedudukan, hakikat pembukaan ,makna setiap
alinea UUD 1945
2. Mengetahui dinamika pelaksanaan UUD 1945 pada masa awal kemerdekaan
3. Mengetahui dinamika pelaksanaan UUD 1945 pada masa orde lama
4. Mengetahui dinamika pelaksanaan UUD 1945 pada masa orde baru
5. Mengetahui dinamika pelaksanaan UUD 1945 pada masa reformasi
BAB II
PEMBAHASAN

1. PENGERTIAN UUD 1945

1.1 Sejarah Terbentuknya UUD 1945


Undang-Undang Dasar 1945 dirancang sejak 29 Mei 1945 sampai 16 Juni
1945 oleh Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia
( BPUPKI ) yang beranggotakan 21 orang, diketuai Ir. Soekarno dan Drs. Moh.
Hatta sebagai wakil ketua, dengan 19 orang anggota yang terdiri dari 11 orang
wakil dari Jawa, 3 orang dari Sumatera dan masing-masing 1 wakil dari
Kalimantan, Maluku, dan Sunda Kecil. Badan ini kemudian menetapkan tim
khusus yang bertugas menyusun konstitusi bagi Indonesiamerdeka yang kemudian
dikenal dengan nama Undang-Undang 1945( UUD 1945 ). Para tokoh perumus itu
adalah : dr. Radjiman Widiodiningrat, Ki Bagus Hadikoesoemo, Oto
Iskandardinata, Pangeran Purboyo, Pangeran Soerjohamidjojo, Soetardjo
Kartohamidjojo, Prof. Dr. Mr. Soepomo, Abdul Kadir, Drs. Yap Tjwan Bing, Dr.
Mohammad Amir ( Sumatera ), Mr. Abdul Abbas ( Sumatera), Dr. Ratulangi, Andi
Pangerang ( keduanya dari Sulawesi ), Mr. Latuharhary, Mr. Pudja ( Bali ), AH.
Hamidan ( Kalimantan ), R.P. Soeroso, Abdul Wachid Hasyim dan Mr.
Mohammad Hassan (Sumatera ).
Latar belakang terbentuknya UUD 1945 bermula dari janji Jepang untuk
memberikan kemerdekaan bangsa Indonesia di kemudian hari.Janji tinggalah janji,
setelah Jepang berhasil memukul mundur tentara Belanda, malah mereka sendiri
yang menindas kembali bangsa Indonesia, bahkan lebih sadis dari sebelumnya.

1.2 Pengertian UUD


UUD Negara adalah peraturan perundang-undangan yang tertinggi dalam
Negara dan merupakan hukum dasar Negara tertulis, yang mengikat berisi aturan
yang harus ditaati. Hukum dasar Negara meliputi keseluruhan system
ketatanegaraan yang berupa kumpulan peraturan yang membentuk Negara dan
mengatur pemerintahannya.UUD merupakan dasar tertulis (convensi).
UUD menentukan cara-cara bagaimana pusat kekuasaan itu bekerja sama
dan menyesuaikan diri satu sama lainnya. UUD merekam hubungan-hubungan
kekuasaan dalam suatu Negara. UUD disebutkan bersifat singkat dan super karena
hanya memuat 37 pasal adapun pasal-pasal yang lain, hanya memuat aturan
peralihan dan aturan tambahan. Hal ini bermakna :
a. UUD 1945 hanya memuat aturan pokok, memuat GBHN intruksi
kepala pemerintahan pusat dan lain-lain untuk menyelenggarakan
Negara.
b. Sifatnya yang super atau elastis maksudnya senantiasa harus ingat
bahwa masyarakat harus berkembang seiring dengan perubahan
zaman. Memang sifat aturan yang tertulis semakin supel sifat
aturannya semakin baik agar tidak ketinggalan zaman.

1.3 Kedudukan Pembukaan UUD 1945


Pembukaan UUD 1945 bersama sama dengan pasal pasal UUD 1945,
disahkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945, dan diundangkan dalam Berita
Republik Indonesia Tahun II NO.7.
Pembukaan UUD 1945 terdiri atas empat alinea, pada bagian alinea IV
memuat pernyataan mengenai keadaan setelah Negara Indonesia terbentuk dan
memiliki hubungan yang bersifat kausal dan organis dengan pasal pasal UUD
1945.
Hubungan tersebut menyangkut beberapa hal, antara lain :
a. Undang undang Dasar ditentukan akan ada
b. Yang diatur dalam UUD adalah tentang pembentukan pemerintahan
Negara
c. Negara Indonesia adalah bentuk Republik yang berkedaulatan Rakyat
d. Ditetapkannya Pancasila sebagai dasar falsafat Negara Indonesia

Hal hal tersebut bersifat fundamental dan asasi bagi Negara Indonesia,
sehingga Pembukaan UUD 1945 berkedudukan tetap dan tidak dapat diubah
Hal ini sesuai dengan ketetapan MPR / MPRS, yang menyatakan :
Pembukaan UUD 1945 sebagai pernyataan kemerdekaan yang terperinci yang
mengandung cita cita luhur dari Proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 dan
yang memuat Pancasila sebagai dasar Negara, merupakan satu rangkaian dengan
proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 dan oleh karena itu tidak dapat diubah
oleh siapapun juga termasuk MPR hasil Pemilu, karena merubah pembukaan UUD
1945 berarti sama halnya dengan pembubaran Negara RI.

1.4 Hakekat Pembukaan UUD 1945


a. Pembukaan UUD 1945 sebagai tertib hukum tertinggi
Oleh sebab itu, maka kedudukan Pancasila sebagaimana tercantum dalam
Pembukaan UUD 1945 adalah sebagi sumber dari segala sumber hukum
Indonesia, sehingga semua peraturan perundangan yang digunakan di Indonesia
harus berdasarkan dan bersumber pada Pancasila.
Hubungan antara Pembukaan UUD 1945 dengan pasal pasal UUD 1945,
bahwa Pembukaan UUD 1945 memuat pokok pokok pikiran , yaitu :
Pokok pikiran Persatuan
Pokok pikiran Keadilan Sosial
Pokok pikiran Kedaulatan Rakyat
Pokok pikiran Ketuhanan YME, menurut dasar kemanusiaan yang adil dan
beradab
Dan, keempat pokok pikiran yang termuat dalam Pembukaan UUD 1945
tersebut, dijabarkan dalam pasal pasal UUD 1945.Jadi, Pasal pasal UUD
1945 merupakan penjabaran dari pokok pikiran yang termuat dalam
pembukaan UUD 1945.Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa
pembukaan UUD 1945 adalah sebagai sumber hukum positif Indonesia.
b. Pembukaan UUD 1945 Sebagai Pokok kaidah Negara yang Fundamental
(Staatsfundamentalnorm)
Sebagai pokok kaidah negara yang fundamental, Pembukaan UUD 1945 , memiliki
beberapa ciri,antara lain:
a. Sebagai norma dasar yang memberikan arah serta dasr-dasar cita-cita hukum
bagi Undang-Undang Dasar negara.
b. Memiliki kedudukan hukum yang tinggi dari pada pasal UUD 1945
c. Mengandung pokok-pokok pikiran yang dijabarkan dalam pasal-pasalnya.
d. Mengandung norma yang harus dipatuhi
e. Memiliki hakikat kedudukan hukum yang bersifat tetap.

1.5 Makna setiap alinea dalam pembukaan UUD


a. Alinea Pertama
Adalah suatu pengakuan hak azasi kebebasan atau kemerdekaan semua
bangsa dari segala bentuk penjajahan dan penindasan oleh bangsa lain(dalil
obyektif),dan untuk mempertanggungjawabkan bahwasanya pernyataan
kemerdekaan adalah sesuatu yang sudah selayaknya,karena berdasar atas hak
kodrat yang sifatnya mutlak dari moral bangsa Indonesia untuk merdeka
(pernyataan subyektif).
b. Alinea Kedua
Adalah pengakuan hak azasi sosial yang berupa keadilan dan pengakuan
azasi ekonomi yang berupa kemakmuran dan kesejahteraan,sesuai dengan
cita-cita bangsa Indonesia.
c. Alinea Ketiga
adalah hak kodrat yang dianugerahkan oleh Tuhan Yang Maha Esa
kepada semua bangsa. Memiliki nilai religious.
d. Alinea Keempat
Adalah memuat tujuan Negara ,sebagai ketentuan pedoman dan pegangan
yang tetap serta praktis,yaitu dalam realisasi hidup bersama dalam Negara
Indonesia yang berdasar pada Pancasila. Kelanjutan berdirinya NKRI.

2. DINAMIKA PELAKSANAAN UUD 1945 PADA MASA AWAL


KEMERDEKAAN (17 AGUSTUS 1945 29 DESEMBER 1949)
Pada masa awal kemerdekaan UUD 1945 belum dapat dijalankan
sebagaimana yang diatur mengingat kondisi lembaga negara yang masih belum
tertata dengan baik. Faktor lainnya adalah UUD 1945 masih sangat sederhana
karena dibuat dalam waktu yang sangat singkat kurang lebih 49 hari oleh BPUPKI
pada 29 Mei-16 Juli 1945 dan PPKI tanggal 18 Agustus. Pada tahun ini di
bentuklah DPA sementara, sedangkan DPR dan MPR belum dapat dibentuk karena
harus melalui pemilu. Waktu itu masih di berlakukan pasal aturan peralihan pasal
IV yang menyatakan, Sebelum Majelis Permusyawaratan Rakyat,Dewan
Perwakilan Rakyat, dan Dewan Pertimbangan Agung dibentuk menurut Undang-
Undang Dasar, segala kekuasaannya dijalankan oleh Presiden dengan bantuan
sebuah komite nasional.
Pada saat itu terjadilah suatu perkembangan ketatanegaraan indonesia yaitu :
berubahnya fungsi komite nasional Indonesia pusat dari pembantu
presiden menjadi badan yang diserahi kekuasaan legislatif dan ikut menetapkan
Garis-garis Besar Haluan Negara. Hal ini berdasarkan maklumat wakil presiden
No. X tanggal 16 Oktober 1945. Selain itu dikeluarkan juga maklumat
pemerintah tanggal 14 Nopember 1945. Yang isinya perubahan sistem
pemerintahan negara dari sistem Kabinet Presidensial menjadi sistem Kabinet
Parlementer, berdasarkan usul Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat
(BP-KNIP). Akibat perubahan tersebut pemerintah menjadi tidak stabil, Perdana
Menteri hanya bertahan beberapa bulan serta berulang kali terjadi pergantian.
Tanggal 3 November 1945 di keluarkan juga suatu maklumat yang
ditandatangani oleh Wakil Presiden yang isinya tentang pembentukan partai
politik. Hal ini bertujuan agar berbagai aliran yang ada didalam masyarakat dapat
di arahkan kepada perjuangan untuk memperkuat mempertahankan dengan
persatuan dan kesatuan.
Sejak tanggal 14 November 1945 kekuasaan pemerintah (eksekutif)
dipegang oleh Perdana Menteri sebagai pimpinan kabinet. Secara bersama-sama
atau sendiri-sendiri, perdana menteri atau para menteri itu bertanggung jawab
kepada KNPI, yang berfungsi sebagai DPR, dan tidak bertanggung jawab kepada
presiden sebagaimana yang dikehendaki oleh UUD 1945. Hal ini berakibat
semakin tidak setabilnya Negara Republik Indonesia baik di bidang politik,
ekonomi, pemerintahan maupun keamanan. Semangat ideologi liberal itu
kemudian memuncak dengan dibentuknya Negara Federal yaitu negara kesatuan
Republik Indonesia Serikat dengan berdasar pada konstitusi RIS, pada tanggal 27
Desember 1949. Konstitusi RIS tersebut sebagai hasil kesepakatan Konferensi
Meja Bundar (KMB) di Den Haag negeri Belanda. Syukurlah konstitusi itu tidak
berlangsung lama dan Indonesia kembali bersatu pada tahun 1950.Dalam negara
RIS tersebut masih terdapat negara bagian Republik Indonesia yang beribukota di
Yogyakarta. Kemudian terjadilah suatu persetujuan antara Negara RI Yogyakarta
dengan negara RIS yang akhirnya membuahkan kesepakatan untuk kembali, untuk
membentuk negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan pada Undang-
Undang Dasar Sementara sejak 17 agustus 1950 isi UUDS ini berbeda dengan
UUD 1945 terutama dalam sistem pemerintahan negara yaitu menganut sistem
Parlementer, sedangkan UUD 1945 menganut sistem Presidensial.
Pada bulan September 1955 dan Desember 1955 diadakan pemilihan
umum,yang masing-masing untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan
anggota konstituante.
Tugas konstituante adalah untuk membentuk, menyusun Undang-Undang
Dasar yang tetap sebagai pengganti UUDS 1950. Untuk mengambil putusan
mengenai Undang-Undang dasar yang baru ditentukan pada pasal 137 UUDS 1950
sebagai berikut :
1. Untuk mengambil putusan tentang rancangan Undang-Undang Dasar baru
sekurang-kurangnya 2/3 jumlah anggota konstituante harus hadir.
2. Rancangan tersebut diterima jika disetujui oleh sekurang-kurangnya 2/3 dari
jumlah anggota yang hadir.
3. Rancangan yang telah diterima oleh konstituante dikirimkan kepada
Presiden untuk disahkan oleh pemerintah.
4. Pemerintah harus mengesahkan rancangan itu dengan segera serta
mengumumkan Undang-Undang Dasar itu dengan keluhuran.
Dalam kenyataannya konstituante selama dua tahun dalam bersidang
belum mampu menghasilkan suatu keputusan tentang Undang-Undang Dasar
yang baru. Hal ini dikarenakan dalam sidang konstituante , muncullah suatu usul
untuk mengembalikan Piagam Jakarta dalam pembukaan UUD baru. Oleh karena
itu Presiden pada tanggal 22 april 1959 memberikan pidatonya didepan
sidang Konstituante untuk kembali kepada UUD 1945. Hal ini diperkuat dengan
suatu alasan bahwa sidang Konstituante telah mengalami jalan buntu. Terutama
setelah lebih dari separuh anggota Konstituante menyatakan untuk tidak akan
menghadiri sidang lagi.
Atas dasar kenyataan tersebut maka Presiden mengeluarkan suatu dekrit
yang didasarkan pada suatu hukum darurat negara (Staatsnoodrecht). Hal ini
menginggat keadaan ketata negaraan yang membahayakan kesatuan, persatuan,
keselamatan serta keutuhan bangsa dan negara Repubik Indonesia.
Dekrit presiden 5 juli 1959 :
Menetapkan pembubaran konstituante.
Menetapkan Undang-Undang dasar 1945 berlaku lagi bagi segenap bangsa
Indonesia serta tumpah darah Indonesia, terhitung mulai hari tanggal
penetapan dekrit ini, dan tidak berlakunya lagi Undang-Undang Dasar 1950.
Pembentukan majelis permusyawaratan rakyat sementara yang terdiri atas
anggota-anggota Dewan Perwakilan Rakyat ditambah dengan utusan-utusan
dari daerah-daerah dan golongan-golongan serta Dewan Agung Sementara,
akan diselenggarakan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Dekrit itu
diumumkan oleh Presiden dari Istana Merdeka di hadapan rakyat pada
tanggal 5 juli 1959, pada hari minggu pukul 17.00 Dekrit tersebut dimuat
dalam keputusan Presiden No.150 tahun 1959 dan di umumkan dalam
lembaran Negara Republik Indonesia no.75 tahun 1959.

3. DINAMIKA PELAKSANAAN UUD 1945 PADA MASA ORDE LAMA (5


JULI 1959 11 MARET 1966).
Sejak dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 juli 1959 itu maka UUD 1945
berlaku kembali di Negara Republik Indonesia. Sekalipun UUD 1945 secara
yuridis formal sebagai hukum dasar tertulis yang berlaku di Indonesia namun
realisasi ketatanegaraan Indonesia tidak melaksanakan makna dari UUD 1945 itu
sendiri. Sejak itu mulai berkuasa kekuasaan Orde Lama yang secara ideologis
banyak dipengaruhi oleh paham komunisme. Hal ini nampak adanya berbagai
macam penyimpangan ideologis yang dituangkan dalam berbagai bidang
kebijaksanaan dalam negara.
Dikukuhkannya ideologi Nasakom, dipaksakannya doktrin Negara dalam
keadaan revolusi. Oleh karena revolusi adalah permanen maka Presiden sebagai
Kepala Negara yang sekaligus juga sebagai Pemimpin Besar Revolusi, diangkat
menjadi Pemimpin Besar Revolusi, sehingga Presiden masa jabatannya seumur
hidup.Penyimpangan ideologis maupun konstitusional ini berakibat pada
penyimpangan-penyimpangan konstitusional lainnya sebagai berikut,
1. Demokrasi di Indonesia diarahkan menjadi demokrasi terpimpin, yang
dipimpin oleh presiden, sehingga praktis bersifat otoriter. pada sebenarnya di
negara Indonesia yang berdasarkan Pancasila berazas-kan
kerakyatan,sehingga seharusnya rakyatlah sebagai pemegang serta asal mula
kekuasaan negara, demikian juga sebagaimana yang tercantum dalam UUD
1945.
2. Oleh karena Presiden sebagai pemimpin besar revolusi maka memiliki
wewenang yang melebihi sebagaimana yang sudah di tentukan oleh Undang-
Undang Dasar 1945, yaitu mengeluarkan produk hukum yang setingkat
denganUndang-Undang tanpa melalui persetujuan DPR dalam bentuk
penetapan presiden.
3. Dalam tahun 1960, karena DPR tidak dapat menyetujui rancangan
pendapatan dan Belanja Negara yang di ajukan oleh pemerintah. Kemudian
presiden waktu itu membubarkan DPR hasil pemilu 1955 dan kemudian
membentuk DPR gotong royong. Hal ini jelas-jelas sebagai pelanggaran
konstitusional yaitu kekuasaan eksekutif di atas kekuasaan legislatif.
4. Pimpinan lembaga tertinggi dan tinggi negara dijadikan menteri negara,
yang berarti sebagai pembantu presiden. Selain penyimpangan-
penyimpangan tersebut masih banyak penyimpangan-penyimpangan dalam
pelaksanaan ketatanegaraan yang seharusnya berdasarkan pada UUD 1945.
Karena pelaksanaan yang inskonstitusional itulah maka berakibat pada
ketidak stabilan dalam bidang politik, ekonomi terutama dalam bidang
keamanan. Puncak dari kekuasaan Orde Lama tersebut ditandai dengan
pemberontakan G30S.PKI. dan pemberontakan tersebut dapat digagalkan
oleh rakyat Indonesia terutama oleh generasi muda. Dengan dipelopori oleh
pemuda, pelajar, dan mahasiswa rakyat Indonesia menyampaikan Tritula (Tri
Tuntutan Rakyat) yang meliputi,
a. Bubarkan PKI.
b. Bersihkan kabinet dari unsur-unsur KPI.
c. Turunkan harga/perbaikan ekonomi.
Gelombang gerakan rakyat semakin besar, sehingga presiden tidak mampu
lagi mengembalikannya ,maka keluarlah surat perintah 11 maret 1966
yangmemberikan kepada Letnan Jenderal Soeharto untuk mengambil langkah-
langkah dalam mengembalikan keamanan negara. Sejak peristiwa inilah sejarah
ketatanegaraan Indonesia dikuasai oleh kekuasaan Orde Baru.
4. DINAMIKA PELAKSANAAN UUD 1945 PADA MASA ORDE BARU
(11 MARET 1966 22 MEI 1998)
Masa orde baru berada dibawah kepemimpinan Soeharto dalam misi
mengembalikan keadaan setelah pemberontakan PKI, masa orde baru juga
mempelopori pembangunan nasional sehingga sering dikenal sebagai orde
pembangunan. MPRS mengeluarkan berbagai macam keputusan penting, antara
lain :
1. Tap MPRS No. XVIII/MPRS/1966 tentang kabinet Ampera yang
menyatakan agar presiden menugasi pengemban Super Semar, Jenderal
Soeharto untuk segera membentuk kabinet Ampera.
2. Tap MPRS No. XVII/MPRS/1966 yang dengan permintaan maaf, menarik
kembali pengangkatan pemimpin Besar Revolusi menjadi presiden seumur
hidup.
3. Tap MPRS No. XX/MPRS/1966 tentang memorandum DPRGR mengenai
sumber tertib hukum republik Indonesia dan tata urutan perundang
-undangan.
4. Tap MPRS No. XXII/MPRS/1966 mengenai penyederhanaan kepartaian,
keormasan dan kekaryaan.
5. Tap MPRS No. XXV/MPRS/1966 tentang pembubaran partai komunis
Indonesia dan pernyataan tentang partai tersebut sebagai partai terlarang
diseluruh wilayah Indonesia, dan larangan pada setiap kegiatan untuk
menyebar luaskan atau mengembangkan faham ajaran
komunisme/Marxisme, Leninisme.
Pada saat itu bangsa Indonesia dalam keadaan yang tidak menentu baik yang
menyangkut bidang politik, ekonomi maupun keamanan. Dalam keadaan
yangdemikian inilah pada bulan Februari 1967 DPRGR mengeluarkan suatu
resolusi yaitu meminta MPR(S) agar mengadakan sidang istimewa pada bulan
maret 1967. Sidang istimewa tersebut mengambil suatu keputusan sebagai
berikut :
1. Presiden Soekarno tidak dapat memenuhi tanggungjawab konstitusional dan
tidak menjalankan GBHN sebagaimana diatur dalam Undang-Undang
Dasar 1945.
2. Sidang menetapkan berlakunya Tap No. XV/MPRS/1966 tentang pemilihan/
penunjukan wakil presiden dan tata cara pengangkatan pejabat presiden dan
mengangkat Jenderal Soeharto. Pengembangan Tap. No. 6 IX/MPRS/1966,
sebagai pejabat presiden berdasarkan pasal 8 Undang-Undang Dasar 1945
hingga dipilihnya presiden oleh MPR hasil pemilihan umum.
Dalam masa orde baru ini (1967-1997) pelaksanaan UUD 1945 belum juga
murni dan konsekuen, praktis kekuasaan presiden tidak secara langsung kekuasaan
lembaga tertinggi dan tinggi negara dibawah kekuasaan presiden tetapi seluruhnya
hampir dituangkan dalam mekanisme peraturan antara lain :
1. UU no.16/1969 dan UU no.5/1975 tentang kedudukan DPR, MPR, DPRD.
2. UU no.3/1975 dan UU no.3/1985 tentang parpol dan golkar.
3. UU no.15/969 dan UU no.4/1975 tentang pemilu.
Pada masa awal kekuasaan Orde Baru berupaya untuk memperbaiki nasib
bangsa dalam berbagai bidang antara lain dalam bidang politik, ekonomi, sosial,
budaya maupun keamanan. Di bidang politik dilaksanakanlah pemilu yang
dituangkan dalam Undang-Undang No.15 tahun 1969 tentang pemilu umum,
Undang-Undang No.16 tentang susunan dan kedudukan majelis permusyawaratan
rakyat, dewan perwakilan rakyat dan dewan perwakilan rakyat daerah. Atas
dasar ketentuan undang-undang tersebut kemudian pemerintah Orde Baru berhasil
mengadakan pemilu pertama.
Pada awalnya bangsa Indonesia memang merasakan perubahan peningkatan
nasib bangsa dalam berbagai bidang melalui suatu program negara yang
dituangkan dalam GBHN yang disebut pelita (pembangunan lima tahun). Hal ini
wajar dirasakan oleh bangsa Indonesia karena sejak tahun 1945 setelah
kemerdekaan nasib bangsa Indonesia senantiasa dalam kesulitan
dan kemiskinan.Namun demikian lambat laun program-program negara buakannya
diperuntukan kepada rakyat melainkan demi kekuasaan. Mulailah ambisi
kekuasaan orde baru menjalar keseluruh sandi-sandi kehidupan ketatanegaraan
Indonesia. Kekuasaan orde baru menjadi otoriter namun seakan-akan dilaksanakan
secara demokratis.
Penafsiran dan penuangan pasal-pasal Undang-Undang Dasar 1945 tidak
dilaksanakan sesuai dengan amanat sebagaimana tertuang dan terkandung dalam
Undang-Undang Dasar tersebut melainkan dimanipulasikan demi kekuasaan.
Bahkan pancasila pun diperalat demi legitimasi kekuasaan dan tindakan
presiden.Hal ini terbukti dengan adanya ketetapan MPR No.II/MPR/1978.
Tentang P-4 yang dalam kenyataannya sebagai media untuk propaganda kekuasaan
orde baru. Realisasi UUD 1945 lebih banyak memberikan porsi atas kekuasaan
presiden. Walaupun sebenarnya UUD 1945 tidak mengamanatkan demikian.

5. DINAMIKA PELAKSANAAN UUD 1945 PADA MASA REFORMASI


(22 MEI 1998 SEKARANG)
Masa Orde Baru di bawah kepemimpinan presiden Soeharto sampai tahun
1998 membuat pemerintahan Indonesia tidak mengamanatkan nilai-nilai
demokrasi seperti yang tercantum dalam Pancasila, bahkan juga tidak
mencerminkan pelaksanaan demokrasi atas dasar norma-norma dan pasal-pasal
UUD 1945. Pemerintahan dicemari korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN).
Keadaan tersebut membuat rakyat Indonesia semakin menderita. Terutama karena
adanya krisis moneter yang melanda Indonesia yang membuat perekonomian
Indonesia hancur. Hal itu menyebabkan munculnya berbagai gerakan masyarakat
yang dipelopori oleh generasi muda Indonesia terutama mahasiswa sebagai
gerakan moral yang menuntut adanya reformasi disegala bidang Negara.
Keberhasilan reformasi tersebut ditandai dengan turunnya presiden Soeharto
dari jabatannya sebagai presiden dan diganti oleh Prof. B.J Habibie pada tanggal
21 mei 1998. Kemudian bangsa Indonesia menyadari bahwa UUD 1945 yang
berlaku pada zaman orde baru masih memiliki banyak kekurangan, sehingga perlu
diadakan amandemen lagi. Berbagai macam produk peraturan perundang-
undangan yang dihasilkan dalam reformasi hukum antara lain UU. Politik Tahun
1999, yaitu UU. No.2 tahun 1999, tentang partai politik, UU. No.3 tahun 1999,
tentang pemilihan umum dan UU. No. 4 tahun 1999 tentang susunan dan
kedudukan MPR, DPR, dan DPRD; UU otonomi daerah, yaitu meliputi UU. No.25
tahun 1999. Tentang pemerintahan daerah, UU. No.25 tahun 1999, tentang
pertimbangan keuangan antar pemerintahan pusat dan daerah dan UU. No.28
tahun 1999 tentang penyelenggaraan Negara yang bersih dan bebas dari KKN.
Berdasarkan reformasi tersebut bangsa Indonesia sudah mampu melaksanakan
pemilu pada tahun 1999 dan menghasilkan MPR, DPR dan DPRD hasil aspirasi
rakyat secara demokratis.

5.1. Krisis Multidimensi dan Munculnya Reformasi


Krisis moneter di Indonesia dimulai dengan menurunnya nilai tukar rupiah.
Hal itu memicu penurunan produktivitas ekonomi serta munculnya fungsi institusi
ekonomi dalam mengatasi krisis tersebut. Hal ini kemudian mengarah pada
munculnya krisis legitimasi kepercayaan atas pemerintahan Orde Baru yaitu krisis
kepercayaan pada bidang politik, bidang hukum, bidang sosial dan bidang
ekonomi. Permasalahan krisis kepercayaan terhadap pemerintahan Orde Baru
makin meningkat dengan diangkatnya kembali Soeharto sebagai presiden
Republik Indonesia. Dimulai dari krisis ekonomi yang menghantam Indonesia
pada medio 1997, efek domino pun langsung mendera masyarakat Indonesia
diberbagai lini. Penurunan tingkat daya beli, munculnya krisis sosial, dan
meningkatnya pengangguran karena PHK menjadi permasalahan sosial yang
krusial. Krisis politik, krisis social, dan krisis legitimasi atas pemerintahan Orde
Baru kemudian bermunculan sebagai reaksi pertama.
5.1.1 Krisis Ekonomi
Krisis ekonomi melanda Indonesia pada 1997, merupakan sebuah efek
domino dari krisis ekonomi Asia yang melanda berbagai Negara, seperti Thailand,
Filipina, dan Malaysia. Perkembangan ekonomi Indonesia telah mengalami
stagnansi sejak 1990-an.. barang-barang produksi Indonesia menjadi tidak
memiliki daya saing apabila dibandingkan dengan barang-barang luar negeri yang
secara bebas memasuki pasaran Indonesia. Oleh bank dunia, pembangunan
ekonomi tergolong berhasil apabila memenuhi syarat-syarat yang ditentukan oleh
Bank Dunia. Syarat-syarat tersebut diantaranya adalah adanya peningkatan
investasi di bidang pendidikan, yang ditandai dengan peningkatan sumber daya
manusia, rendahnya tingkat korupsi yang ada di tataran pemerintahan, dan adanya
stabilitas dan kredibilitas politik.. adanya krisis moneter ditandai dengan
rendahnya mutu sumber daya manusia, tingginya tingkat korupsi di instansi-
instansi pemerintah, dan kondisi instabilitas politik. Perekonomian Indonesia
mengalami penurunan hingga mencapai 0% pada 1998.

5.1.2 Krisis Sosial


Kerusuhan sistematis yang terjadi dibeberapa daerah di Indonesia pada 13-
14 Mei 1998, menjadi bukti dari adanya pergesekan social antar masyarakat.
Munculnya berbagai kerusuhan horizontal ini merupakan implikasi dari kebijakan
ekonomi sentralistik yang menimbulkan jurang pemisah kesejahteraan yang begitu
tinggi antara pusat dan daerah

5.1.3 Krisis Politik


Proses aspirasi politik ke pemerintahan tidak terdistribusi secara sempurna.
Dengan demikian, proses penyaluran aspirasi rakyat pun terhambat. Segala
peraturan yang dibentuk oleh MPR/DPR pada prinsipnya tidak berorientasi jangka
panjang, melainkan semata-mata bertujuan untuk memenuhi keinginan dan
kepentingan para oknum-oknum tertentu. Selain itu, budaya korupsi, kolusi dan
nepotisme (KKN) telah mengakar kuat didalam tubuh birokrasi pemerintahan.
Unsure legislative yang sejatinya dilaksanakan oleh MPR dan DPR dalam
membuat dasar-dasar hukum dan haluan Negara menjadi sepenuhnya dilakukan
oleh Presiden Soeharto. Kondisi ini memicu munculnya kondisi status quo yang
berakibat pada munculnya krisis politik, baik itu dalam tataran elite politik
maupun masyarakat yang mulai mempertanyakan legitimasi pemerintahan Orde
baru.

5.2. Kelebihan dan Kekurangan pada Masa Reformasi


5.2.1 Kelebihan Kelebihan pada Masa Reformasi
Munculnya kesadaran masyarakat akan pentingnya reformasi bagi bangsa
Indonesia.
Kebebasan berpendapat kembali ditegakkan.
Pengurangan masalah Dwi Fungsi ABRI dalam pemerintahan.
Melakukan reformasi hukum dan perundang-undangan di Indonesia.
Adanya jaminan terhadap Hak Asasi Manusia.
Sector social politik Indonesia menjadi terbuka.
Pemilu yang tadinya hanya dapat diikuti oleh 3 parpol saja sekarang dapat
diikuti oleh 48 parpol melalui seleksi.
Kekakuan hukum masa Orde Baru menjadi terpecah atau mulai lenyap.
Pemerintah memikirkan masalah social yang dialami masyarakat dengan
mewujudkan program membentuk lapangan pekerjaan bagi pengangguaran.
Corak karya sastra menjadi lebih berwarna dan banyak jenisnya sesuai dengan
kondisi social-politik saat itu.
Pemublikasian karya sastra menjadi lebih mudah dan terbantu karena adanya
media komunikasi.
5.2.2 Kekurangan Kekurangan pada Masa Reformasi
Adanya perpecahan presepsi antara mahasiswa dan kelompok masyarakat
mengenai pengangkatan B.J Habibie sebagai Presiden.
Tidak adanya pemberian subsidi terhadap masyarakat.
Keputusan reformasi ekonomi yang dibutuhkan tidak sesuai dengan apa yang
diinginkan masyarakat.
Terlalu dibebani oleh program penyesuaian structural dari IMF.
Posisi militer tidak mendapat tempat yang cukup baik dihati masyarakat.
Penanganan masalah ekonomi dan social menjadi tidak optimal karena konflik
politik internal dalam negeri.
Adanya krisis multidimensi yang dihadapi oleh Indonesia.
Pemerintah hanya terfokus pada perbaikan ekonomi.
Kurangnya minat para pembaca pada karya sastra angkatan reformasi.
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
UUD 1945 merupakan peraturan perundang-undangan tertinggi dalam
Negara dan menjadi hukum dasar tertulis Negara, yang bersifat mengikat dan
berisi aturan yang harus ditaati oleh setiap warga Negara.
Pada awal masa Indonesia setelah memproklamasikan kemerdekaan, Sistem
pemerintahan berdasarkan UUD 1945 belum dapat dilaksanakan. Pada tahun ini di
bentuklah DPA sementara, sedangkan DPR dan MPR belum dapat dibentuk karena
harus melalui pemilu. Waktu itu masih di berlakukan pasal aturan peralihan pasal
IV yang menyatakan, Sebelum Majelis Permusyawaratan Rakyat,Dewan
Perwakilan Rakyat, dan Dewan Pertimbangan Agung dibentuk menurut Undang-
Undang Dasar, segala kekuasaannya dijalankan oleh Presiden dengan bantuan
sebuah komite nasional. Beberapa peristiwa pada Orde Lama yang mengaburkan
identitas nasional kita adalah; Pemberontakan PKI pada tahun 1948, Demokrasi
Terpimpin, Pelaksanaan UUD Sementara 1950, Nasakom dan Pemberontakan PKI
1965.
Pelaksanaan UUD 1945 pada masa Orde Baru masih terjadi banyak
penyimpangan meskipun telah dilakukan berbagai upaya oleh MPRS untuk
mengatasinya yakni salah satunya dengan mengeluarkan Tap MPRS dan sidang
istimewa yang dilakukan oleh MPRS.
Pelaksanaan dinamika UUD 1945 pada orde reformasi masih banyak
penyimpangan yang terjadi karena pada masa ini belum semua UUD 1945
dilaksanakan dan masih adanya korupsi, kolusi dan nepotisme. Sehingga
memunculkan orde ini terjadi krisis ekonomi, krisis social, krisis politik dan krisis
hukum.

Anda mungkin juga menyukai