Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masalah kesehatan pada anak terdiri atas berbagai macam aspek mulai aspek fisik, psikologis
maupun sosialnya. Aspek kesehatan fisik merupakan salah satu hal yang perlu dipelihara
salah satunya adalah kesehatan gigi. Gigi merupakan organ yang memegang peranan penting
dalam proses mencerna karena gigi merupakan alat yang digunakan untuk mengunyah dan
menghancurkan makanan agar dapat diproses dalam lambung dan usus.

Perawatan gigi merupakan hal yang harus diperhatikan agar gigi tetap sehat dan terbebas dari
penyakit. Gigi dapat diserang oleh penyakit yang disebabkan oleh bakteri, jamur maupun
virus. Salah satu penyakit yang sering terjadi pada gigi disebabkan oleh infeksi bakteri adalah
karies gigi.

Karies gigi merupakan penyakit gigi yang sering dijumpai pada anak. Penyakit ini merupakan
masalah utama kesehatan gigi dan mulut anak anak diseluruh dunia. Karies gigi merupakan
suatu penyakit jaringan keras gigi yaitu email, dentil dan sementum yang disebabkan oleh
aktivitas jasad renik. Tandanya adalah demineralisasi jaringan keras gigi yang kemudian
diikuti oleh kerusakan jaringan organiknya. Akibatnya terjadi invasi bakteri dan kematian
pulpa serta penyebaran infeksi ke jaringan periapeks yang dapat menyebabkan nyeri (Edwina,
dkk., 2008).

Diperkirakan bahwa 90% dari anak-anak usia sekolah di seluruh dunia dan sebagian besar
orang dewasa pernah menderita karies. Prevalensi karies tertinggi terdapat di Asia dan
Amerika Latin. Prevalensi terendah terdapat di Afrika. Di Amerika Serikat, karies gigi
merupakan penyakit kronis anak-anak yang sering terjadi dan tingkatnya 5 kali lebih tinggi
dari asma. Karies merupakan penyebab patologi primer atas penanggalan gigi pada anak-
anak. Antara 29% hingga 59% orang dewasa dengan usia lebih dari lima puluh tahun
mengalami karies (White, 2011).

Laporan riset kesehatan dasar nasional tahun 2013 menunjukkan bahwa prevalensi kasus
karies gigi di Indonesia sekitar 4,6%. Prevalensi kasus karies gigi tertinggi terjadi di provinsi
Bangka Belitung yakni 8,5% dan yang

terendah di Papua Barat 2,6%. Di Pulau Kalimantan untuk prevalensi kasus karies gigi
tertinggi terjadi di Kalimantan Selatan yakni 7,2%, Kalimantan Tengah 5%, Kalimantan
Timur 4,7% dan Kalimantan Barat 3,2% (Depkes RI 2013). Data ini menunjukkan bahwa
kasus karies gigi di Kalimantan Selatan jauh lebih tinggi dibandingkan di wilayah
Kalimantan lainnya.

Faktor yang dapat menyebabkan karies gigi pada anak di Indonesia ialah perawatan gigi yang
masih kurang baik dan kebiasaan mengonsumsi makanan kariogenik (PDGI KalSel, 2012).

Perawatan gigi adalah proses pemeliharaan kesehatan gigi yang dilakukan seseorang dengan
cara cara tertentu. Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk merawat gigi yaitu menggosok
gigi secara teratur, menjaga pola makan yang sehat seperti menghindari makanan yang terlalu
manis, terlalu dingin atau terlalu panas, serta memeriksakan gigi secara teratur.

Menyikat gigi perlu memperhatikan jenis sikat yang digunakan yaitu lembut dan mampu
menjangkau permukaan yang sulit dibersihkan serta menggunakan pasta gigi yang
mengandung flour. Cara menyikat gigi harus benar dan waktu menyikat gigi pun harus
senantiasa diperhatikan. Tidak hanya itu anak juga perlu memeriksakan kesehatan giginya
secara berkala minimal 6 bulan sekali. Jika hal ini tidak dilakukan maka dapat menyebabkan
terjadinya masalah gigi seperti karies (Gupte, 2009). Kurang baiknya perawatan gigi dapat
menyebabkan sisa makanan menumpuk dipermukaan gigi sehingga dapat menyebabkan
bakteri mudah berkembang biak dan merusak gigi. Pembusukan terjadi di dalam lapisan gigi
yang paling luar dan keras, tumbuh secara perlahan. Setelah menembus pada lapisan kedua
(dentin, lebih lunak), pembusukan akan menyebar lebih cepat dan masuk ke dalam pulpa
lapisan gigi paling dalam yang mengandung saraf dan pembuluh darah).

Dibutuhkan waktu 2-3 tahun untuk menembus email, tetapi perjalanannya dari dentin ke
pulpa hanya memerlukan waktu 1 tahun. Proses karies berkembang berdasarkan tiga tahap
yaitu: berbagai bakteri yang ada dalam mulut membentuk asam, dari gula yang terkandung
dalam makanan, yang melekat pada permukaan gigi. Asam ini melarutkan email pelapis gigi
berwarna putih yang menghancurkan susunan gigi. Proses ini dikenal dengan karies gigi dan
menyebabkan gigi berlubang. Lebih jauh lagi asam tersebut menyebabkan penetrasi karies
dari email ke gigi bagian dalam di bawah gigi kepala (Gupte, 2009).

Karies gigi juga dapat terjadi karena konsumsi makanan kariogenik. Makanan kariogenik
adalah makanan manis yang dapat menyebabkan terjadinya karies gigi. Sifat makanan
kariogenik adalah banyak mengandung karbohidrat, lengket dan mudah hancur di dalam
mulut kariogenitas suatu makanan tergantung dari bentuk fisik makanan yang lunak, lengket
dan manis yang mudah menempel pada permukaaan gigi dan sela-sela gigi yang jika
dibiarkan akan menghasilkan asam yang lebih banyak pula sehingga mempertinggi resiko
terkena karies gigi.

Selain itu karbohidrat dalam bentuk tepung yang mudah hancur di dalam mulut juga harus
dihindari, misalnya kue-kue, roti, es krim, susu, permen dan lain-lain. Mengonsumsi
makanan kariogenik dengan frekuensi yang lebih sering akan meningkatkan kemungkinan
terjadinya karies dibandingkan dengan mengonsumsi dalam jumlah banyak tetapi dengan
frekuensi yang lebih jarang (Arisman, 2009).

Perawatan gigi yang kurang baik dan frekuensi mengonsumsi makanan kariogenik yang
sering banyak dijumpai pada kelompok anak sekolah di berbagai wilayah di Indonesia. Salah
satu sekolah di Kalimantan Selatan yang ditemukan peneliti dimana anak di sana sering
mengonsumsi makanan kariogenik namun kurang melakukan perawatan pada gigi ialah anak
anak di SDN Juran Kecamatan Haruai Kabutapen Tabalong.

Sampel diperoleh sebanyak 94 orang dengan teknik pengambilan sampel simple random
sampling, yaitu dengan mengambil kasus atau responden yang kebetulan ada atau tersedia di
tempat sesuai dengan konteks penelitian.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Tentang Karies Gigi

a. Definisi

1) Gigi

Gigi adalah jaringan tubuh yang sangat keras dibanding yang lainnya. Strukturnya berlapis-
lapis mulai dari email yang keras, dentin (tulang gigi) di dalamnya, pulpa yang berisi
pembuluh darah, pembuluh saraf, dan bagian lain yang memperkokoh gigi. Namun demikian,
gigi merupakan jaringan tubuh yang mudah sekali mengalami kerusakan. Gigi merupakan
bagian dari alat pengunyahan pada sistem pencernaan dalam tubuh manusia. (Irma, Intan,
2013: 10).

Manusia mempunyai 2 macam gigi dalam hidupnya yaitu gigi susu (gigi primer) dan gigi
tetap (gigi permanen). Gigi susu yaitu gigi yang tumbuh mulai usia 6 bulan yang jumlahnya
20 buah. Sedangkan gigi permanen (sekunder) yaitu gigi yang berangsurangsur tanggal,
berjumlah 32 buah yang terjadi muncul usia 6 tahun sampai 14 tahun. Gigi terakhir (molar 3)
akan bererupsi pada masa usia 17 sampai 21 tahun. (Isroin, Andarmoyo, 2012: 33).

Adapun macam macam gigi antara lain:

a) Gigi Seri (Incisivus)

Gigi ini letaknya berada di depan, bentuknya seperti pahat dan berfungsi untuk memotong
makanan (mastikasi) dan mengiris makanan. Jumlahnya ada 8, dengan pembagian 4 berada di
rahang atas dan 4 berada di rahang bawah. Gigi seri susu mulai tumbuh pada bayi usia 46
bulan, kemudian diganti dengan gigi seri permanen pada usia 56 tahun pada rahang bawah
dan pada usia 78 tahun pada rahang atas.

b) Gigi Taring (Caninus)

Posisi gigi ini terletak pada sudut mulut, bentuknya runcing di sebelah gigi seri, dan
merupakan gigi yang paling panjang dalam rongga mulut. Fungsinya adalah untuk mengiris
makanan. Jumlahnya ada 4, dengan pembagian 2 ditiap rahang, 1 di kiri dan 1 di kanan. Gigi
susu caninus ini diganti dengan gigi caninus permanen pada usia 1113 tahun.

c) Gigi Geraham Kecil (Premolar)

Gigi ini jumlahnya 8, dengan pembagian 4 ditiap rahang, 2 di kiri dan 2 di kanan. Gigi ini
hanya ada pada gigi dewasa, dan letaknya berada di belakang caninus. Tumbuh pada usia 10
11 tahun dan menggantikan posisi dari gigi molar susu. Bersama gigi molar, gigi ini berfungsi
untuk melumatkan makanan.

d) Gigi Geraham (Molar)

Gigi molar susu berjumlah 8 seperti gigi premolar, kemudian lepas pada usia 1011 tahun dan
digantikan oleh gigi premolar. Sedangkan gigi molar permanen tumbuh di belakang gigi
premolar setelah gigi molar susu lepas dan digantikan oleh gigi premolar. Jumlah dari gigi
molar permanen adalah 12, dengan pembagian 6 di tiap rahang, 3 di tiap sisi kanan dan kiri.

2) Karies Gigi

Karies dalam bahasa Indonesia, sebenarnya bukan istilah untuk lubang gigi. Dalam sebuah
situs kedokteran gigi dijelaskan bahwa Karies adalah istilah untuk penyakit infeksi, dimana
karies yang terjadi pada gigi disebut karies gigi. (Mumpuni, Pratiwi, 2013:6).

Karies gigi adalah kerusakan jaringan keras gigi yang disebabkan oleh asam yang ada dalam
karbohidrat melalui perantara mikroorganisme yang ada dalam saliva. (Irma, Intan, 2013: 18).

Karies gigi pada anak umumnya terjadi pada saat mereka masih memiliki gigi susu. Hal
tersebut terjadi karena adanya plak yang menumpuk dari sisa makanan pada gigi. Proses
lepasnya gigi susu dan berganti dengan gigi tetap biasanya terjadi sejak anak usia sekolah
dasar berusia 6 sampai 8 tahun. Pada usia 12 tahun semua gigi primer telah tanggal dan
mayoritas gigi permanen telah tumbuh.

Adapun perlu diketahui jenis-jenis karies berdasarkan Klasifikasi Karies Gigi G.V. Black:

Kelas I

Karies pada permukaan occlusal yaitu pada 2/3 occlusal, baik pada permukaan
labial/lingual/palatal dari gigi-geligi dan juga karies yang terdapat pada permukaan lingual
gigi-geligi depan.

Gambar Kelas I

Kelas II

Karies yang terdapat pada permukaan proximal dari gigi-geligi belakang temasuk karies yang
menjalar ke permukan occlusalnya.

Gambar Kelas II
Kelas III

Karies yang terdapat pada permukaan proximal dari gigi-geligi depan dan belum mengenai
incisal edge.

Gambar Kelas III

Kelas IV

Karies pada permukaan proximal gigi-geligi depan dan telah mengenai incisal edge.

Gambar Kelas IV

Kelas V

Karies yang terdapat pada 1/3 cervical dari permukaan buccal/labial atau lingual palatinal
dari seluruh gigi-geligi

Gambar Kelas V
Kelas VI

Karies yang terdapat pada daerah incisal edge gigi depan atau pada ujung cups dari gigi
belakang

Gambar Kelas VI

b. Etiologi

Ada empat kriteria utama yang diperlukan untuk pembentukan karies: permukaan gigi (email
atau dentin), bakteri penyebab karies, substrat atau makanan (seperti sukrosa), dan waktu.
Proses karies tidak memiliki hasil yang tak terelakkan, dan setiap individu berbeda terhadap
kerentanan tergantung pada bentuk gigi, kebiasaan kebersihan mulut, dan kapasitas produksi
saliva mereka. (Hongini, Aditiawarman, 2012: 40).

Faktor Penyebab Terjadinya Karies:

1) Host (Gigi)

Gigi sebagai tuan rumah untuk hidupnya mikroorganisme yang ada dalam mulut. Sembilan
puluh enam persen dari enamel gigi terdiri dari mineral, mineral ini terutama hidroksiapit,
akan menjadi larut bila terkena lingkungan asam. Pada gigi produksi saliva memainkan
peranan penting terhadap kemungkinan terjadinya karies gigi. Kuman akan menempel pada
permukaan gigi dan bagian yang tidak dapat dibersihkan dengan air liur. Jika gigi kesulitan
dibersihkan oleh air liur maka bakteri akan diubah menjadi asam yang dapat membentuk
lubang kecil pada permukaan gigi.

2) Bakteri

Mulut mengandung berbagai bakteri mulut, tetapi hanya beberapa spesies tertentu dari bakteri
yang diyakini menyebabkan gigi karies: Streptococcus Mutans dan Lactobacillus diantara
mereka. Lactobacillus Acidopilus, Actynomices Piscoccus, Nocardiaspp, dan Streptococcus
Mutans yang paling dekat hubungannya dengan karies. Bakteri akan memanfaatkan makanan
terutama yang mengandung tinggi gula untuk energi dan menghasilkan asam.

3) Substrat atau makanan

Dalam kehidupan sehari-hari kita makan-makanan yang bermacam-macam. Makanan seperti


nasi, sayuran, kacang-kacangan. Selain itu juga jenis makanan yang lengket, lunak, dan
mudah terselip di gigi dan sisa makanan yang tertinggal pada permukaan gigi bila tidak
segera dibersihkan maka akan menimbulkan bakteri sehingga merusak gigi. Frekuensi makan
lebih dari tiga kali sehari, seperti 20 menit 1 kali makan makanan manis sehingga kerusakan
gigi akan lebih cepat. (Irma, Intan, 2013:19).

4) Waktu

Proses karies dapat mulai dalam beberapa hari gigi tersebut meletus ke dalam mulut jika diet
tersebut cukup kaya karbohidrat yang cocok. Adanya kemampuan saliva untuk
mendepositkan kembali mineral selama berlangsungnya proses karies, menandakan bahwa
proses karies tersebut terdiri atas periode perusakan dan perbaikan yang silih berganti. Oleh
karena itu, bila saliva ada didalam lingkungan gigi, maka karies tidak menghancurkan gigi
dalam hitungan hari atau minggu, melainkan dalam bulan atau tahun. (Hongini,
Aditiawarman, 2012: 42).

c. Proses Pembentukan Karies Gigi

Mulut merupakan tempat berkembangnya bakteri. Bakteri akan mengubah gula dan
karbohidrat yang dimakan menjadi asam. Bakteri ini ada yang membentuk suatu lapisan
lunak dan lengket yang disebut sebagai plak yang menempel pada gigi. Plak ini biasanya
sangat mudah menempel pada permukaan kunyah gigi, sela-sela gigi, keretakan pada
permukaan gigi, dan batasan antara gigi dan gusi. Proses hilangnya mineral dari struktur gigi
dinamakan demineralisasi, sedangkan bertambahnya mineral dari struktur gigi dinamakan
remineralisasi. Kerusakan gigi terjadi apabila demineralisasi lebih besar dari pada proses
remineralisasi.

Asam yang merusak dalam bentuk plak menyerang mineral pada permukaan luar email gigi.
Erosi yang ditimbulkan plak akan menciptakan lubang kecil pada permukaan email yang
awalnya tidak terlihat. Bila email berhasil ditembus, maka dentin yang lunak dibawahnya
dapat terkena. Bila bakteri sampai ke pulpa yang sensitif maka terjadi peradangan pulpa.
Pembuluh darah dalam pulpa akan membengkak, sehingga timbul rasa nyeri. (Ramadhan,
2010: 56).

d. Tanda dan Gejala Karies Gigi

Tanda awal dari lesi karies adalah bercak putih pada permukaan gigi, ini menunjukkan area
demineralisasi enamel, dan dapat berubah menjadi cokelat tapi akhirnya akan berubah
menjadi sebuah kavitasi (rongga). Sebuah lesi yang muncul cokelat dan mengkilat
menunjukkan karies gigi pernah hadir tapi proses demineralisasi telah berhenti,
meninggalkan noda. Sebuah bercak cokelat yang kusam dalam penampilan mungkin tanda
karies aktif. Setelah pembusukan melewati email, dentin, yang memiliki bagian-bagian ke
saraf gigi, dapat menyebabkan sakit gigi serta linu pada gigi yang berlubang apabila gigi
tersebut terkena ransangan dingin, panas, makanan asin dan manis. Rasa sakit dan linu akan
menghilang sekitar 1 sampai 2 detik setelah ransangan dihilangkan. Gigi karies juga dapat
menyebabkan bau mulut. (Hongini, Aditiawarman, 2012: 39).

e. Pencegahan Karies Gigi Pada Anak

Pengenalan karies pada tahap dini sangat diperlukan sehingga akan didapatkan hasil yang
maksimal dari tindakan preventif dan restorasi. Pada saat ini, sebagian besar anakanak usia
5 tahun masih banyak yang belum melakukan pemeriksaan pertamanya ke dokter gigi. Orang
tua seharusnya mendorong dan membawa anak mereka untukchek up kesehatan gigi sesegera
mungkin setelah anak memiliki gigi, yaitu biasanya pada usia 6 bulan.

Usaha usaha pencegahan karies gigi:

1) Penyuluhan diet

Diet merupakan salah satu faktor yang penting dalam melakukan pencegahan karies. Untuk
anakanak dengan masalah karies yang berat, dokter gigi harus mengevaluasi semua faktor
etiologi termasuk pola makan dan diet. (Achmad, 2012: 19).

2) Pemberian fluor

Pemberian fluor merupakan hal yang efektif dalam mencegah karies karena kombinasi dalam
penggunaannya untuk tujuan yang sama. Tujuan utama pemberian fluor adalah untuk
meningkatkan remineralisasi email gigi dan meningkatkan resistensi email terhadap
demineralisasi serta menurunkan produksi asam di dalam plak. Tambahan pemberian flour
dapat berupa tetes atau tablet. Obat ini biasanya dikumurkan dalam mulut sekitar 30 detik
kemudian dibuang.

3) Pemeliharaan oral hygiene

Pemeliharaan oral hygiene sangat penting dilakukan untuk mencegah terjadinya karies gigi.
Tujuan dari kebersihan mulut adalah untuk meminimalkan penyakit etiologi di mulut.
(Achmad, 2010: 20).

4) Penyuluhan kesehatan gigi di sekolah

Penyuluhan tentang kesehatan gigi ini sering ditujukan pada anakanak diharapkan mampu
menjaga dirinya untuk mencegah terjadinya penyakit gigi dan mulut setelah dilaksankan
penyuluhan di sekolah, serta mampu mengambil tindakan yang tepat apabila ada gejala
gejala pada kelainan pada gigi dan mulutnya. Peningkatan pemahaman kesehatan gigi dan
mulut siswa dapat diwujudkan dengan mendirikan Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS).
Kegiatan dari UKGS meliputi pendidikan, pencegahan, dan pengobatan akan tetapi dapat
juga menghadirkan seorang dokter gigi yang melakukan kunjungan rutin ke sekolah tersebut
bila diperlukan. (Achmad, 2010:20).

f. Perawatan Karies Gigi Pada Anak

Perawatan gigi anak memerlukan suatu perencanaan yang baik dan sehingga anak
mendapatkan perawatan yang seoptimal mungkin. Pada dasarnya perawatan gigi anak harus
tuntas artinya harus selesai tanpa menimbulkan sakit lagi.(Achmad, 2013:14).

1) Perawatan awal adalah perawatan pada masing-masing gigi yang mengawali perawatan
selanjutnya. Perawatan awal antara lain adalah pembersihan gigi, pemberian obat sistemik
(misalnya antibiotik), perawatan endodontik, dan pencabutan. Antibiotik yang diberikan
misalnya obat yang tidak berpengaruh terhadap perubahan warna gigi antara lain
preparat eritromisin, amoxillin, dan ampicillin.

2) Perawatan akhir seperti pembuatan gigi palsu, pencabutan dan penambalan gigi.

g. Pengobatan Karies

Tujuan pengobatan adalah untuk melestarikan struktur gigi dan mencegah kerusakan lebih
lanjut pada gigi. Secara umum, pengobatan dini kurang menyakitkan dan lebih murah
dibandingkan pengobatan kerusakan yang luas. Anastesia, nitroksida atau medicantiosa resep
lain mungkin diperlukan dalam beberapa kasus untuk menghilangkan rasa sakit selama atau
setelah pengobatan atau untuk mengurangi kecemasan selama pengobatan.
Sebuah handpiece gigi (bor) digunakan untuk menghapus sebagaian besar bahan yang
membusuk dari gigi. (Hongini Aditiawarman, 2012: 53).

2. Tinjauan Tentang Pola Makan


a. Definisi Pola Makan

Pola makan adalah berbagi informasi yang memberikan gambaran mengenai macam dan
jumlah bahan makanan yang dimakan setiap hari oleh satu orang dan merupakan ciri khas
untuk suatu kelompok masyarakat tertentu. (Sri Karjati dalam Sulistyoningsih, 2012, p. 52).

Menurut Suhardjo (dalam Sulistyoningsih, 2012, p.52) Pola makan diartikan sebagai cara
seseorang atau sekelompok orang untuk memilih makanan dan mengonsumsinya sebagai
reaksi terhadap pengaruh fisiologis, psikologis, budaya dan sosial.

Pola makan adalah suatu cara atau usaha dalam pengaturan jumlah dan jenis makan dengan
maksud tertentu seperti memertahankan kesehatan, status nutrisi, mencegah atau membantu
kesembuhan penyakit. (Depkes RI, 2009).

Pola makan anak dipengaruhi oleh media massa dan lingkungan (guru, dan teman sebaya).
Anakanak ingin mencoba makanan yang diiklankan di media televisi. Pengaruh teman
sebaya juga menjadi lebih besar karena anak usia sekolah lebih banyak menghabiskan waktu
dengan teman sebayanya dibandingkan dengan keluarganya. Peningkatan pengaruh teman
sebaya berdampak pada perilaku perihal pola dan jenis makanan pilihan mereka. Anak secara
tibatiba meminta suatu jenis makanan yang baru atau menolak makanan pilihan mereka
terdahulu, akibat rekomendasi dari temanteman sebayanya. Pengaruh guru juga besar
terhadap sikap seseorang anak terhadap jenis dan pola makan. Apa yang dipelajari didalam
kelas tentang kesehatan dan makanan bergizi harus ditunjang dengan makanan yang tersedia
di kafetaria sekolah (sulistyoningsih, 2011: 187).

b. Jenis Makanan Penyebab Karies Gigi Anak Usia Sekolah Dasar

Pola makan dan minum yaitu kebiasaan makan dan minum anak. Dimana adapun jenis
makanan yang biasa dikonsumsi yang dapat menyebabkan karies yaitu:

1) Jenis makanan yang dapat menyebabkan karies gigi

Jenis makanan yang dapat menyebabkan karies gigi meliputi : makanan yang manis
(kariogenik) dan mudah terselip disela gigi seperti permen, cokelat, kue manis, snack, keripik
manis, daging, dan sejenisnya. (Rahmadhan, 2010: 35).

Sedangkan jenis makanan karbohidrat non kariogenik seperti nasi, jagung, mie instan,
kentang, ubi jalar, singkong, sayuran, kacangan, dan buah buahan. Jenis makanan lain yang
dapat dijadikan sebagai cemilan seperti buah buahan segar, pop corn tawar, atau kacang.

Jenis minuman yaitu minuman murni (non kemasan) dan minuman kemasan. Minuman murni
seperti susu murni, teh murni, kopi murni, sirup murni, jus buah murni yaitu minuman yang
dibuat secara sederhana, dalam skala rumah tangga. Minuman kemasan seperti susu kemasan,
teh kemasan, kopi kemasan, sirup kemasan dan jus buah kemasan yaitu minuman yang
dikemas, dapat diminum secara langsung tanpa melalui proses pembuatan terlebih dahulu.
(Worotitjan, Mintjelungan, Gunawan, 2013: 61).

2) Frekuensi makan makanan yang dapat menimbulkan karies gigi.


Konsumsi makanan manis pada waktu senggang di luar jam makan. Tidak terpikirkan untuk
membersihkan gigi dan mulut setelah makan, sehingga makanan lebih berbahaya dari pada
saat dimakan bersama makanan utama seperti makan pagi dan makan siang. Frekuensi makan
lebih dari 3 kali perhari, seperti 20 menit 1 kali makan makanan manis sehingga kerusakan
gigi lebih cepat. Kuman akan menempel pada permukaan gigi karena tidak dibersihkan
giginya setelah makan dan terbentuk plak kemudian diubah menjadi asam. Upayakan selalu
membersihkan mulut dengan minum air putih setelah makanan manis masuk ke dalam
mulut. (Rahmadhan, 2010: 37).

3) Faktor yang memengaruhi pemilihan jenis makanan

Faktor yang memengaruhi pemilihan jenis makanan anak meliputi:

a) Teman sebaya

Minat, perilaku dan rutinitas makan anak berubah saat jumlah makanan yang dimakan di luar
rumah semakin banyak. Hal ini berubah karena pergaulan dengan teman sebaya dan rasa
ikutan ingin merasakan apa yang sedang dimakan temannya.

b) Media elektronik

Iklan di televisi mengenai makanan menonjolkan karakteristik makanan meliputi rasa renyah,
manis dan cokelat, sehingga anak ingin mencoba. Anak tertarik makanan yang manis dengan
warna dan bentuk yang beragam seperti permen, cokelat, biskuit dan snack manis.

c) Keberadaan tempat jajan

Di lingkungan tempat tinggal dan sekolah anak, banyak terdapat pedagang yang menjual
berbagai macam makanan, sehingga menimbulkan keinginan anak untuk membeli makanan
tersebut.

4) Pengaturan jenis makanan agar tidak terjadi karies gigi anak usia sekolah dasar

Pengaturan jenis makanan agar tidak terjadi karies gigi anak usia sekolah dasar menurut
Rahmadhan, 2010 sebagai berikut :

a) Makan-makanan yang mengandung kalsium, vitamin C, vitamin D berguna untuk


memperkuat gigi. Jenis makanan yang mengandung bahan tersebut antara lain susu, telur dan
buah-buahan.

b) Makan-makanan yang mengandung protein karena dapat menghambat terjadinya


proses karies seperti tahu, tempe, daging, ikan, telur dan kacang-kacangan.

c) Makan sayur-sayuran karena sayuran mempunyai kandungan nitrat. Bahan tersebut


dapat menghambat kerja bakteri seperti bayam dan selada.

d) Makanan yang mempunyai daya pembersih terdapat pada makanan berserat. Makanan
terdapat pada apel, jeruk, seledri, jambu air. Makanan ini baik dimakan sesudah makan atau
diantara waktu makan.
e) Atur seberapa sering dan kapan saja menikmati makanan manis. Sebaiknya dilakukan
saat jam makan utama seperti makan pagi, makan siang dan makan malam.

3. Tinjauan Tentang Kebiasaan Menyikat Gigi

a. Definisi Menyikat Gigi

Menyikat gigi adalah membersihkan gigi dari partikel makanan, plak, bakteri, dan
mengurangi ketidaknyamanan dari bau dan rasa yang tidak nyaman. Kebiasaan menyikat gigi
merupakan suatu kegiatan atau rutinitas dalam hal membersihkan gigi dari sisasisa makanan
untuk menjaga kebersihan dan kesehatan gigi dan mulut (Tamrin, Afrida, Jamaluddin, 2014:
17).

Dengan melihat efisiensi waktu dan saat makannya serta hasilnya, frekuensi sikat gigi yang
baik bagi anak adalah dua kali sehari. Teknik menyikat gigi pada anak harus merupakan
teknik menyikat sederhana dan mudah dimengerti.

Anak usia sekolah biasanya kurang kesadaran untuk memerhatikan perilaku kebersihan mulut
sehingga kesehatan gigi anak berkurang. Peningkatan kebersihan mulut dilakukan dengan
menggunakan sikat gigi yang dikombinasikan dengan pemeriksaan gigi secara teratur. Usia
paling rentan terjadi karies gigi adalah usia 4-8 tahun pada gigi primer dan 12-18 tahun pada
gigi tetap.

b. Cara menyikat gigi

Cara menyikat gigi yang benar 4 tepat 5 sempurna. Dimana saat ini banyak yang bertanya
bagaimanakah cara menyikat atau membersihkan gigi yang tepat dan efektif?

Kita hanya perlu mengingat 4 tepat saja yaitu tepat alat, tepat cara, tepat waktu, dan tepat
target. Sementara kebanyakan orang maunya yang cepat cepat saja yaitu cepat mulai dan
cepat selesai yang akhirnya gigi juga jadi cepat berlubang. (Erwana, 2013:19).

1) Tepat alat

Tepat alat disini maksudnya adalah harus benar dalam memilihalat yang digunakan untuk
membersihkan gigi, yaitu sikat gigi. Berikut adalah kriteria sikat gigi yang baik ialah gagang
sikat harus lurus supaya memudahkan mengontrol gerakan penyikatan. Kepala sikat tidak
lebar, bulu sikat halus dan membuat supaya tidak melukai jaringan lunak lain seperti pipi,
gusi, saat menyikat gigi bagian belakang. Sikat gigi hendaknya diganti sekurang-kurangnya
setiap tiga bulan sekali.

2) Tepat cara

Berikut adalah gerakan menyikat gigi yang tepat :

a) Gerakan untuk bagian luar gigi depan yaitu ke atas dan ke bawah jangan digosok dengan
gerakan menyamping bolak-balik karena bisa menyebabkan gusi menjadi iritasi.
b) Bagian luar gigi belakang jangan digosok dengan gerakan naik turun, tetapi dengan
gerakan majumundur atau memutar. Gerakan naik turun tidak efektif membersihkan gigi
belakang bagian luar.

c) Untuk bagian dalam dari gigi depan dan belakang harus disikat dengan gerakan menarik.

3) Tepat waktu

Menyikat gigi pagi hari dilakukan setelah sarapan bukan saat mandi pagi, kecuali jika mandi
paginya setelah sarapan. Sedangkan waktu menyikat gigi pada malam hari adalah sebelum
tidur, bukan setelah makan malam. Namun terdapat pula waktu menyikat gigi sebaiknya lebih
dari 2 kali sehari yaitu pada waktu selesai makan dan menjelang tidur. Menyikat gigi
setidaknya 2-3 menit. Pada kesempatan dimana kita tidak mungkin melakukannya segera
setelah makan, dianjurkan untuk berkumur dengan air putih.

4) Tepat target

Meliputi tepat membersihkan daerah yang perlu dibersihkan. Gigi bukan hanya bagian depan
dan bagian luar saja namun, gigi juga ada di bagian belakang dan dalam. Bagian ini biasanya
tidak bahkan lupa untuk dibersihkan, sehingga memudahkan terjadinya plak.

5) 5 Sempurna

Setelah 4 tepat, saatnya untuk 5 Sempurna dengan menggunakan alat bantu. Daerah gigi dan
mulut yang perlu dibersihkan adalah gigi, pipi, lidah, dan langitlangit. Jadi selain sikat gigi,
kita perlu menggunakan alat bantu. Pilihan yang bisa digunakan sebagai alat bantu dalam
membersihkan gigi adalah pembersih lidah, obat kumur, dan benang gigi.

Menurut Dingwal (2013: 52-54) peralatan yang dapat digunakan dalam pembersihan gigi
adalah sebagai berikut:

(a) Pasta gigi

Pasta gigi adalah produk pembersih mulut yang paling banyak digunakan meskipun tidak
signifikan dalam menghilangan plak. Jenis pasta gigi tertentu bermanfaat dalam pencegahan
kerusakan. Pasta gigi anak dimaksudkan untuk membersihkan dan menghaluskan permukaan
gigi geligi dan dapat memberikan rasa serta aroma yang nyaman dalam rongga mulut. Pasta
gigi untuk anak diproduksi dengan kemasan yang bergambar dan berwarna. (Sariningsih,
2012: 206).

Dosis toksik fluorida untuk anak-anak adalah 5 mg/kg berat badan. Pasta gigi reguler
mengandung ion fluorida sampai 1 mg per gram pasta sehingga pasta seukuran kepala sikat
penuh mengandung sekitar 1,5 mg ion fluorida. (Tarigan, 2013:82).

(b) Penggunaan obat kumur


Membersihkan mulut sebagai bagian dari hygiene dasar memerlukan larutan yang efektif dan
lembut bagi pasien. Berkumur dengan menggunakan kadar flour. Berkumur flour
diindikasikan untuk anak yang berumur di atas enam tahun dan orang dewasa yang mudah
terserang karies. Kumur-kumur antiseptik yang lebih murah dan cukup efektif untuk anak
adalah air garam hangat.

(c) Benang gigi

Penggunaan benang gigi merupakan metode pilihan untuk membersihkan permukaan celah
diantara dua gigi. Benang gigi tersebut terbuat dari bundel nilon tipis atau plastik atau pita
sutra yang digunakan untuk menghilangkan makanan dan plak gigi dari gigi. Benang ini
lembut disisipkan diantara gigi dan digoreskan disepanjang sisi gigi, terutama dekat dengan
gusi.

4. Tinjauan Tentang Produksi Saliva

a. Definisi Saliva

Saliva adalah suatu cairan oral yang kompleks yang terdiri atas campuran sekresi dan
kelenjar ludah besar dan kecil yang ada pada mukosa oral. Saliva yang terbentuk di rongga
mulut, sekitar 90 persennya dihasilkan oleh kelanjar sub maksiler dan kelenjar parotis, lima
persen oleh kelenjar sublingual, dan lima persen lagi oleh kelenjar-kelenjar ludah yang kecil.
Sebagian besar saliva ini dihasilkan saat makan, sebagai reaksi atau ransang yang berupa
pengecapan dan pengunyahan makanan.

Komposisi saliva yang terdiri dari 99% air, dan bahan non organik, organik, serta molekul
molekul makro termasuk bahanbahan antimikroba sangat penting artinya dalam menjaga
integritas jaringan dalam rongga mulut. Pada malam hari pengeluaran saliva lebih sedikit.
Dalam setiap militer air ludah dijumpai 10-200 juta bakteri. Jumlah maksimal bakteri ini
dijumpai pada pagi hari atau setelah sarapan. (Tarigan, 2013: 20).

Kecukupan saliva dalam rongga mulut adalah 1 cc per menit. Jika aliran produksi saliva
berkurang, di bawah cc per menit, maka harus dipertimbangkan untuk diperbaiki dengan
cara minum air lebih banyak, mengunyah permen karet untuk meransang bertambahnya air
liur dalam rongga mulut yang berguna untuk membersihkan gigi. Berkurangnya air liur dapat
meningkatkan risiko terjadinya karies pada gigi. (Sariningsih, 2014: 11).

Aliran laju saliva normal adalah 1,5-2,5 ml/menit. Laju aliran yang berkurang dari 0,7
ml/menit disebut xerostomia dimana penyakit ini menimbulkan tenggorokan kering, anak
biasa mengisap bibir, dan mengeluh sering ingin minum. (Tarigan, 2013: 83).

Mengunyah permen karet yang mengandung xylitol atau sorbitol sesudah makan makanan
yang mengandung karbohidrat akan mencegah pembentukan asam dan menetralkan asam
yang telah terbentuk karena makanan yang mengandung karbohidrat. Hal ini dapat
menyebabkan terjadinya peningkatan keluarnya air liur sehingga akan meningkatkan efek
pembersih terhadap sisa makanan yang mengandung karbohidrat. (Tarigan, 2013:71).
b. Fungsi Saliva

1) Membentuk lapisan pelindung pada membran mukosa yang akan bertindak sebagai
iritan dan mencegah kekeringan.

2) Membantu membersihkan mulut dari makanan dan bakteri yang akhirnya akan
menghambat pembentukan plak.

3) Mambantu menjaga integritas gigi dengan berbagai cara karena kandungan kalsium
dan fosfatnya.

4) Saliva membantu menyediakan mineral yang dibutuhkan oleh email yang belum
sempurna terbentuk pada saat awal setelah erupsi.

5) Mengatur pH rongga mulut karena mengandung bikarbonat, fosfat, dan protein


amfoter.

B. Kerangka Konseptual Penelitian

Berdasarkan tinjauan pustaka di atas maka untuk meneliti faktor yang berhubungan dengan
timbulnya karies gigi pada anak umur 10 Tahun adalah sebagai berikut:

Gambar 2. 6. Kerangka Konseptual

Variabel Independen Variabel Dependen

Karies Gigi

Kebiasaan Menyikat gigi

Produksi Saliva

Pola Makan

Keterangan:

: Variabel Independen
: Variabel Dependen
: Penghubung Antar Variabel
C. Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan proposisi keilmuan yang dilandasi oleh kerangka konseptual penelitian
dan merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan yang dihadapi, yang dapat diuji
kebenarannya berdasarkan fakta empiris.

1. Hipotesis Nol atau Nihil (H0)

a. Tidak ada hubungan antara pola makan dengan timbulnya karies gigi pada anak umur 10
tahun di Madrasah Diniyah Islamiyah Muhammadiyah 1-2 Sei Kindaung Banjarmasin.

b. Tidak ada hubungan antara pola makan dengan timbulnya karies gigi pada anak umur 10
tahun di Madrasah Diniyah Islamiyah Muhammadiyah 1-2 Sei Kindaung Banjarmasin.

c. Tidak Ada hubungan antara pola makan dengan timbulnya karies gigi pada anak umur 10
tahun di Madrasah Diniyah Islamiyah Muhammadiyah 1-2 Sei Kindaung Banjarmasin.

2. Hipotesis alternatif (Ha)

a. Ada hubungan antara pola makan dengan timbulnya karies gigi pada anak umur 10 tahun di
Madrasah Diniyah Islamiyah Muhammadiyah 1-2 Sei Kindaung Banjarmasin.

b. Ada hubungan antara kebiasaan menyikat gigi dengan timbulnya karies gigi pada anak
umur 10 tahun di SDI Madrasah Diniyah Islamiyah Muhammadiyah 1-2 Sei Kindaung
Banjarmasin.

c. Ada hubungan antara produksi saliva dengan timbulnya karies gigi pada anak umur 10
tahun di Madrasah Diniyah Islamiyah Muhammadiyah 1-2 Sei Kindaung Banjarmasin.

D. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif

1. Pola makan

Yang dimaksud pola makan dalam penelitian ini adalah pola makan atau kebiasaan makanan
yang dikonsumsi oleh responden baik kebiasaan jenis dan frekuensi makanan jajan yang
manis atau minuman manis seperti minuman kemasan, dan makanan yang mudah terselip di
gigi.

Kriteria objektif :

Baik : Jika responden mempunyai skor 5

Kurang baik : Jika responden mempunyai skor < 5


2. Kebiasaan menyikat gigi

Kebiasaan menyikat gigi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan kebiasaan
menyikat gigi anak secara mandiri. kebiasaan yang dilakukan responden setiap hari yang
berhubungan dengan tata cara atau kebiasaan menyikat gigi serta frekuensi menyikat gigi
dalam sehari.

Kriteria objektif :

Baik : Jika responden mempunyai skor 5

Kurang baik : Jika responden mempunyai skor < 5

3. Produksi saliva

Produksi saliva yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan mulut menghasilkan
saliva atau air liur saat makan ataupun dalam keadaan mulut kosong, dan mengetahui apakah
tenggorokan atau mulut sering terasa kering serta kebiasaan yang biasanya dilakukan saat
produksi saliva berkurang.

Kriteria objektif :

Baik : Jika responden mempunyai skor 5

Kurang baik : Jika responden mempunyai skor < 5

4. Karies gigi

Yang dimaksud karies gigi dalam penelitian ini adalah suatu infeksi pada gigi dan mulut
dimana keadaan yang menunjukan adanya lesi atau lubang gigi yang ditandai oleh kerusakan
jaringan, dimulai dari permukaan gigi (email, dentin) sehingga meluas kearah pulpa yang
dapat dilihat secara langsung, dengan adanya plak (bercak) pada gigi baik bercak putih,
cokelat, ataupun gigi yang telah berlubang serta data pendukung diketahuinya karies telah
mengenai pulpa dengan adanya keluhan nyeri pada gigi anak. Dapat diketahui melalui
observasi dan wawancara langsung pada anak tanpa adanya sebuah angket berupa kuesioner .
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam proposal ini adalah Korelasi Deskriptif dengan
menggunakan model pendekatan Cross Sectional, dimana peneliti melakukan pengukuran
variabel pada saat yang bersamaan yang tujuannya untuk mengetahui faktor yang
berhubungan dengan timbulnya karies gigi pada anak umur 10 tahun di Madrasah Diniyah
Islamiyah Muhammadiyah 1-2 Sei Kindaung Banjarmasin. (Suyanto, 2011:35).

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat

Penelitian akan dilaksanakan di

Madrasah Diniyah Islamiyah Muhammadiyah 1-2 Sei Kindaung Banjarmasin

2. Waktu penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan mulai bulan Mei 2015

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini sebanyak 37 siswa yang berumur 10 Tahun.

2. Sampel

Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik
yang dimiliki oleh populasi (Hidayat, 2007: 32).

Sampel dalam penelitian ini adalah siswa yang berumur 10 Tahun yang berada di Madrasah
Diniyah Islamiyah Muhammadiyah 1-2 Sei Kindaung Banjarmasin sebesar 37 sampel
diambil secara total sampling untuk semua populasi yang ada.

3. Teknik Sampling

Teknik sampling yang digunakan adalah Total Sampling yaknisuatu teknik pengambilan
sampel dengan mengambil seluruh jumlah populasi yang ada.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen pada penelitian ini adalah prosedur pengumpulan data penelitian, peneliti
menggunakan alat ukur berupa daftar pertanyaan(kuesioner), wawancara, observasi, dan
dokumentasi, yang dikembangkan berdasarkan acuan tinjauan teoritis. Hasil kuesioner
didapatkan dengan menggunakan skala Guttman yaitu dengan jawaban Ya dan Tidak.

Skor untuk pertanyaan Positif Ya = 1 dan Tidak = 0, Skor untuk pertanyaan Negatif Ya
= 0 dan Tidak = 1

E. Prosedur Pengumpulan Data

1. Pengumpulan data terdiri dari :

a. Data Primer

Data primer yaitu data yang diperoleh penelitian melalui:

1) Wawancara yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan peneliti melalui wawancara
langsung dengan responden.

2) Kuesioner yaitu teknik pengumpulan data yang ditempuh peneliti dengan membagikan
kuesioner (angket) kepada respondendengan cara mengirimkan suatu daftar pertanyaan
kepada responden untuk diisi.

3) Observasi yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan peneliti melalui pengamatan
dilokasi penelitian untuk mendapatkan data.

4) Dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan untuk mendapatkan


informasi dan hasil penelitian dari responden, dalam bentuk tulisan, dan sebagian besar data
yang tersedia adalah bentuk surat, catatan harian, foto, dan laporan hasil penelitian.

b. Data Sekunder

Data sekunder juga digunakan sebagai data pelengkap untuk data primer yang berhubungan
dengan masalah yang diteliti seperti jumlah keseluruhan siswa Madrasah Diniyah Islamiyah
Muhammadiyah 1-2 Sei Kindaung Banjarmasin yang berumur 10 tahun.

2. Tahap pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan secara manual (dengan mengisi kuesioner yang disediakan).
Adapun langkah langkah pengolahan data yaitu sebagai berikut:

a. Editing

Editing dilakukan untuk memeriksa ulang atau mengecek jumlah dan meneliti kelengkapan
data yang diperlukan.

b. Coding

Setelah data masuk, setiap jawaban dikonversi ke dalam angka-angka (pengkodean) sehingga
memudahkan dalam pengolahan data selanjutnya.
c. Data entry

Mengisi kolomkolom atau kotak lembar kode sesuai dengan jawaban masingmasing.

d. Tabulating

Dilakukan untuk memudahkan dalam pengolahan data ke dalam suatu tabel menurut sifat-
sifat yang dimiliki sesuai dengan tujuan penelitian, sehingga tabel mudah untuk dianalisa.

e. Cleaning

Yaitu kegiatan pengecekan kembali data-data yang sudah dimasukan ke dalam kotak lembar
kode apakah ada kesalahan atau tidak.

F. Teknik Analisis data

Setelah data tersebut dilakukan editing, koding, dan tabulasi maka selanjutnya dilakukan
analisa dengan beberapa cara:

1. Analisa Univariat

Dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian, dimana analisis ini menghasilkan
distribusi, frekuensi dan presentasi dari setiap variabel diteliti, baik variabel independen
maupun variabel dependen.

2. Analisa Bivariat

Dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel bebas secara sendiri dengan variabel
terikat digunakan uji statistic Chi-Square. Analisa data akan diolah dengan menggunakan
SPSS. Uji satistik digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara variabel
dependen dengan variabel independen.

G. Etika Penelitian

1. Informed Consent (Persetujuan)

Lembar persetujuan diberikan kepada calon responden yang bersedia untuk diteliti. Bila
subjek menolak, maka peneliti tidak memaksa dan tetap menghormati hak subjek tersebut.

2. Anonymity (Tanpa nama)

Untuk menjaga kerahasiaan, peneliti tidak akan mencantumkan nama responden, tetapi
lembar tersebut diberikan kode.

3. Contidentiality (Kerahasiaan)

Kerahasiaan informasi responden dijamin peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan
dilaporkan sebagai hasil penelitian.

Anda mungkin juga menyukai