Referat Mata
Referat Mata
Definisi
Lapangan pandang mata adalah luas lapangan penglihatan seorang
individu.Terdapat tiga jenis lapangan pandang yaitu lapangan makular yaitu
lapangan pandang yang paling jelas dilihat oleh kedua mata, lapangan binokular
yang dilihat oleh kedua mata secara umumnya dan lapangan monokular yaitu kawasan
yang bisa dilihat oleh salah satu mata saja. (Ginsberg Lionel, 2008)
Jaringan neural penglihatan terjadi apabila cahaya yang masuk ke dalam
mata sampai ke fotoreseptor di retina. Setelah itu, transmisi impuls pada nervus
optikus kepada kiasma optik. Traktus optikus, yaitu serabut saraf optik dari
kiasma optik, membawa impuls ke lobus serebral dimana penglihatan
diinterpretasikan. (Ginsberg Lionel, 2008)
Untuk suatu objek terfokus ke atas retina, semakin jauh objek itu, semakin
menipis lensa mata untuk memfokusnya. Pengubahan bentuk lensa dikawal oleh
3
otot siliari yang terdapat pada badan siliari, disebut akomodasi. Apabila terjadi
kontraksi, fiber dalam ligamen suspensori meregang dan menyebabkan lensa menebal dan
menjadi lebih konveks. (Lauralee Sherwood, 1996)
2. Anatomi Mata
Yang termasuk media refraksi antara lain kornea, pupil, lensa, dan vitreous.
Media refraksi targetnya di retina sentral (macula). Gangguan media refraksi
menyebabkan visus turun (baik mendadak aupun perlahan). (Marieb EN &
Hoehn K, 2007).
Bagian berpigmen pada mata: uvea bagian iris, warna yang tampak
tergantung pada pigmen melanin di lapisan anterior iris (banyak pigmen = coklat,
4
sedikit pigmen = biru, tidak ada pigmen = merah / pada albino). (Marieb EN &
Hoehn K, 2007).
Hasil pembiasan sinar pada mata ditentukan oleh media penglihatan yang
terdiri atas kornea, aqueous humor (cairan mata), lensa, badan vitreous (badan
kaca), dan panjangnya bola mata. Pada orang normal susunan pembiasan oleh
media penglihatan dan panjang bola mata sedemikian seimbang sehingga
bayangan benda setelah melalui media penglihatan dibiaskan tepat di daerah
makula lutea. Mata yang normal disebut sebagai mata emetropia dan akan
menempatkan bayangan benda tepat di retinanya pada keadaan mata tidak
melakukan akomodasi atau istirahat melihat jauh (H. Sidarta Ilyas, 2004).
2.1 Kornea
5
Kornea (Latin cornum=seperti tanduk) adalah selaput bening mata, bagian
selaput mata yang tembus cahaya. Kornea dipersarafi oleh banyak saraf sensoris
terutama berasal dari saraf siliar longus, saraf nasosiliar, saraf V. saraf siliar
longus berjalan supra koroid, masuk ke dalam stroma kornea, menembus
membran Boeman melepaskan selubung Schwannya. Seluruh lapis epitel
dipersarafi samapai kepada kedua lapis terdepan tanpa ada akhir saraf. Bulbus
Krause untuk sensasi dingin ditemukan di daerah limbus. Daya regenerasi saraf
sesudah dipotong di daerah limbus terjadi dalam waktu 3 bulan. (H. Sidarta Ilyas,
2004).
2.2 Sklera
Dikenal sbg putih mata dan merupakan 5/6 dinding luar bola mata dengan
ketebalan 1 mm. Strukturnya adalah jaringan fibrosa yg kuat dan tidak elastis
untuk mempertahankan bentuk bola mata dan proteksi bangunan-bangunan halus
di bawahnya. Permukaan luar ditutup oleh jaringan vascular longgar. Pada anak-
anak, sklera mungkin berwarna biru karena sklera tipis dan pigmen koroid di
bawahnya dapat terlihat. Pada orang dewasa atau orang tua timbunan lemak
dapat memberikan warna kuning pada sklera. (H. Sidarta Ilyas, 2004)
2.3 Konjungtiva
Adalah membrana mukosa (selaput lendir) yg melapisi kelopak dan melipat
ke bola mata untuk melapisi bagian depan bola mata sampai limbus. Konjungtiva
ada 2, yaitu konjungtiva palpebra (melapisi kelopak) dan konjungtiva bulbi
6
(menutupi bagian depan bola mata). Fungsi konjungtiva adalah sebagai proteksi
pada sklera dan memberi pelumasan pada bola mata. (Lauralee Sherwood, 1996)
2.4 Iris
Lapisan tengah bola mata terdiri atas tiga bagian, yaitu iris, badan siliar,
dan koroid. Iris merupakan membran sirkuler yang berwarna, terletak di
belakang kornea, tepat di depan lensa. Pada bagian pusatnya terdapat lubang
yang disebut pupil. Otot pada iris adalah otot polos yang tersusun sirkuler dan
radier. Otot sirkuler bila kontraksi akan mengecilkan pupil, dirangsang oleh
cahaya sehingga melindungi retina terhadap cahaya yang sangat kuat. Otot radier
dari tepi pupil, bila kontraksi menyebabkan dilatasi pupil. Bila cahaya lemah,
otot radier akan kontraksi, sehingga pupil dilatasi untuk memasukkan cahaya
lebih banyak. Fungsi iris adalah mengatur jumlah cahaya yang masuk mata.
Pengendaliannya oleh saraf otonom. (Lauralee Sherwood, 1996)
2.6 Koroid
Koroid adalah membran berwarna coklat yang melapisi permukaan dalam
sclera dan mengandung banyak pembuluh darah dan sel-sel pigmen yg memberi
warna gelap. Fungsinya yaitu memberi nutrisi ke retina dan badan kaca dan
mencegah refleksi internal cahaya. (Lauralee Sherwood, 1996)
7
mengganggu lewatnya cahaya ke fotoreseptor. Aqueous humor dibentuk dengan
kecepatan 5 ml/hari oleh jaringan kapiler di dalam korpus siliaris, turunan khusus
lapisan koroid di sebelah anterior. Cairan ini mengalir ke suatu saluran di tepi
kornea dan akhirnya masuk ke darah. (Lauralee Sherwood, 1996)
2.8 Lensa
8
mempunyai konsistensi lebih keras dibanding korteks lensa yang lebih muda. Di
bagian perifer kapsul lensa terdapat zonula Zinn yang menggantungkan lensa di
seluruh ekuatornya pada badan siliar (H. Sidarta Ilyas, 2004).
9
aksonnya yang membentuk saraf optik sebenamya adalah perpanjangan sistem
saraf pusat, maka bila sel-sel tersebut rusak tidak akan mampu beregenerasi.
Araknoid melekat pada saraf optik di ujung kanal optik intrakranial dan
bersama-sama dengan saraf optik itu kebola mata, dan berakhir di sklera dan
dura yang meliputinya. Selubung ini merupakan membran jaringan ikat yang
bening dan yang mengandung banyak hubungan sekat dengan pia mater.
Selubung ini sangat mirip pia. Hubungan selubung ini dengan pia lebih erat
daripada dengan dura.
Dura mater membatasi permukaan dalam roogga kranial dan melekat pada
saraf optik di tempat saraf itu meninggalkan kanal optik. Pada tempat saraf
optik ini masuk ke orbita dan kanal optik, dura membelah. satu lapisan
(periorbita) melapisi rongga orbita dan lapisan lainnya membentuk lapisan dural
luar yang menutupi saraf optik. Dura menyatu dengan dua per-tiga bagian luar
sklera. Dura terdiri atas jaringan yang relatif avaskular, fibrosa dan liat yang
dilapisi endotel di permukaan dalamnya.
Rongga subdural ada di antara dura dan araknoid: rongga subaraknoid ada
di antara pia dan araknoid. Kedua rongga ini lebih merupakan rongga potensial
daripada rongga sesungguhnya yang ada dalam ke-adaan normal, tetapi
10
menyatu dengan rongga-rongga intrakranial yang berkaitan. Dengan tekanan
yang me-madai cairan subaraknoid dan cairan subdural mengisi rongga-rongga
potensial ini di sekitar saraf optik. Lapisan-lapisan meningen saling melekat
sesamanya, melekat pada saraf optik dan melekat pada tulang-tulang di
sekitarnya di dalam foramen optik. sehingga saraf optik mampu menahan tarikan
dan kedua ujung-nya.
11
Gambar 5. Pendarahan saraf optik.
12
separuh retina bagian nasal) mengalami dekusasi dan menyatu dengan se-rabut-
serabut temporal yang tidak menyilang dari nervus opticus kontralateral untuk
membentuk traktus optikus. Masing-masing traktus optikus berjalan
mengelilingi pe-dunculus cerebri menuju ke nukleus genikulatus lateralis,
tempat traktus tersebut akan bersinaps. Semua serabut yang menerima impuls
dari separuh kanan lapangan pandang tiap-tiap mata membentuk traktus
optikus kiri dan berproyeksi pada hemisfer serebrum kiri. Demikian juga,
separuh kiri lapangan pandang berproyeksi pada hemisfer serebrum kanan.
Dua puluh persen serabut di traktus menjalankan fungsi pupil. Serabut-serabut
ini me-ninggalkan traktus tepat di sebelah anterior nukleus dan melewati
brachium coliculli superioris menuju ke nucleus pretectalis otak tengah. Serat-
serat lainnya bersinaps di nukleus genikulatus lateralis. Badan-badan sel
struktur ini membentuk tractus geniculocalcarinae. Traktus ini berjalan melalui
crus posterius capsula interna dan kemudian menyebar seperti kipas dalam
radiatio optica yang me-lintasi lobus temporalis dan parietalis dalam perjalanan
ke korteks oksipitalis (korteks kalkarina, striata, atau korteks penglihatan
primer). (Isselbacher, 1999)
13
Gambar 6
Magnetic resonance imaging (MRI) otak normal dalam potongan sagital (kiri
atas), potongan koronal (kanan atas), dan potongan aksial (kiri bawah). Tanda
panah putih menunjukkan kiasma.
14
Gambar7. Jaras optik. Garis putus-putus mewakili serat saraf yang membawa
impuls aferen penglihatan dan pupil dari separuh kiri lapangan pandang.
15
pada pasien dengan hemianopia homonim dapat disebabkan oleh lesi korteks
visual yang tidak mengenai kutub oksipital yang merupakan representasi daerah
macula. (Ginsberg Lionel, 2008)
Saraf optik adalah bagian dari sistem saraf sentral, karena secara
embrilologik merupakan tonjolan dari diensefalon. Struktur jaringan saraf optik
juga sama dengan struktur jaringan otak yaitu merupakan jaringan sel-sel
saraf yang dibungkus oleh dura mater, araknoid dan pia mater. Dari panjangnya
perjalanan rangsangan saraf ini dapat dimengerti bahwa adanya gangguan terhadap
sistem saraf sentral akan memberikan pengaruh terhadap sistem sensorik visual,
yang dapat dibaca dari adanya kelainan-kelainan kampi-metrik. (Ginsberg
Lionel, 2008)
Gangguan kiasma
Persilangan kedua saraf optik di daerah Sela tursika ini di kelilingi oleh
ujung depan dari ventrikel III di bagian atas, arteri karotis interna di bagian
lateral, sedang di bagian dasar-nya dialasi oleh rongga sub araknoid, diafragma
selia, dan sella tursika. Lesi kiasma dapat disebabkan oleh :
1. Tumor Pituitari
2. Kraniofaringioma
3. Meningioma Supraselar
16
Gangguan post-kiasma terdiri atas: lesi mulai dari traktus optik hingga
korteks kalkarina serta gangguan fungsi dari korteks otak yang terlibat dalam
sistem sensorik visual. (Daniel Vaughan, 1995)
Bentuk lain dari ischemic optic neuropathy adalah arteritic ION yang
menyerang penderita usia lebih tua dan dikaitkan dengan penyakit kolagen.
Gambaran klinik
17
detik atau menit yang kemudian kembali menjadi normal (amaurosis fugaks).
Serangan gelap ini bisa juga hanya mengenai sebagian lapang pandangan. (Daniel
Vaughan, 1995)
Pada pemeriksaan didapatkan edema papil saraf optik yang sektora atau
tidak menyeluruh kadang-kadang ditemukan adanya perdarahan peripapil tapi
tidak pemah dikemukakan adanya eksudat pada retina. (Daniel Vaughan, 1995)
18
proses radang terdapat pada saraf optik yang berada di dalam bola mata (papil
saraf optik) serta tampak sebagai edema papil yang kemerahan. Sedangkan
neuritis retrobulbar adalah bila proses radangnya terdapat saraf optik dibela.kang
bola mata dan tidak tampak kelainan pada papil saraf optik. (Daniel Vaughan,
1995)
Gambaran klinik
c. Edema Papil
Edema papil adalah suatu kongesti tanpa peradangan pada papil saraf optik
yang berhubungan dengan meninggi nya tekanan intra kranial. Faktor terpenting
pada mekanisme tejadinya edema papil adalah obstruksi aliran vena retina
sentral setelah keluar dari saraf optik yang melalui rongga sub araknoid dan sub
dural-dengan demikian edema papil merupakan suatu gejala dari suatu kelainan
atau penyakit lain yang harus dicari. (Daniel Vaughan, 1995)
19
Edema papil dapat disebabkan oleh keadaan-keadaan sebagai berikut:
- Hipotoni
- Glaukoma akut
- Oftalmopati tiroid
Kelainan sistemik
- Hipertensi maligna
- Kelainan darah/anemia
- Hipovolemi
Edema papil juga didapatkan pada papilitis dan AAION akan tetapi warna
papil yang membengkak masih lebih merah (hiperemi) dan ekskavasi papil masih
tampak. Pada edema papil karena kongesti tampak ukuran papil menjadi lebih
besar dari normal, pulsasi vena menghilang dan kadang-kadang dapat dilihat
adanya edema retina disekitar papil serta perdarahan radial sekeliling papil.
Edema papil yang disebabkan oleh tekanan intrakranial yang meninggi
disebut sebagai papil edema. Penonjolan papil pada papil edema dapat
diukur dengan menggunakan oftalmoskop, edema papil dengan
penonjolan melebihi 3 Dioptri disebut choked disk dan dapat
ditimbulkan oleh adanya :
20
Hidrosefalus
Kraniostenosis
Pada edema papil fungsi saraf optik pada awalnya tidak terganggu
sehingga tajam penglihatan normal, luas lapang pandang-an normal,
hanya didapatkan pembesaran bintik buta. Akan tetapi bila edema papil
berlangsung berminggu-minggu atau kronis dapat menimbulkan atrofi
serabut saraf optik sehingga terjadi gangguan serabut saraf optik yang
ditandai dengan kontraksi atau defek lapang pandangan. (Daniel
Vaughan, 1995)
21
Atrofi papil sekunder
Atrofi papil sekunder selalu terjadi oleh karena proses yang terjadi
pada papil sendiri, dapat berupa radang (papilitis), kelainan pembuluh
darah (AAION) atau edema papil akibat peninggian tekanan
intrakranial. Seperti telah di utarakan diatas, atrofi papil adalah stadium
akhir suatu proses pada serabut saraf optik sehingga yang perlu dicari
adalah penyebab atrofi papil ini, yang mungkin masih ber langsung.
(Daniel Vaughan, 1995)
Di dalam kiasma optik terdapat semua akson aferen darl saraf optik
kanan dan kiri yang bersilang dengan bentuk arsltektur persilangan saraf seperti
gambar di bawah.
22
Secara teoritis lesi terhadap kiasma optik dapat terjadi dan arah depan,
belakang, lateral kanan dan kiri, dari atas, dari bawah atau berbagai kombinasi
misalnya lesi dari arah antero inferior Dari berbagai arah lesi ini dapat
diperkirakan berbagai bentuk skotoma yang terjadi misalnya lesi dari arah
anterior atau posterior akan menyebabkan skotoma bitemporal. (Daniel
Vaughan, 1995)
Secara klinis yang sering ditemukan adalah skotoma bitemporal dan ini
mengindikasikan adanya lesi pada kiasma, selanjut-nya penyebab lesinya yang
perlu dicari. Pengobatan ditujukan dan prognosis tergantung dari penyebab
lesinya. Penyebab Lesi antara lain:
a. Tumor Pituitari
Kejenjar pitujtari lobus anterior adalah tempat asal tumor pituitari. Keluhan
dan gejalanya adalah menurunnya penglihatan, defek lapang pandang, disfungsi
pituitari, paralisis saraf ekstraokular, dan dengan CT-scan tampak adanya tumor
sela dan suprasela. Pengobatan biasanya adalah pembedahan. Sebagai indikasi
adalah menurunnya penglihatan atau disfungsi endokrin. Tajam penglihatan
dan lapang pandang bisa membaik secara dramatis jika tekanan pada kiasma
telah dihilangkan. (Daniel Vaughan, 1995)
b. Kraniofaringioma
23
bagianbagian tumor memberikan gambaran yang khas pada skan-CT.
Pengobatan di-lakukan dengan cara pembedahan, bila mungkin, tetapi
umumnya yang bisa dilakukan hanyalah pengosongan dan pengangkatan dinding
kista saja. (Daniel Vaughan, 1995)
c. Meningioma Supraselar
Bagian post kiasma saraf optik dimulai dari traktus optik yang keluar
dari kiasma optik menuju ke nukleus genikulatum lateral dimana serabut-
serabut aferen dari sistem sensorik visual berakhir. Di sini serabut-serabut saraf
yang menyilang maupun tidak menyilang dipresentasikan ke dalam lapisan-
lapisan dan berlanjut menjadi neuron visual yang membentuk radiatio optik atau
genikulo kalkarina menuju ke korteks kalkarina, dimana informasi aferen di
analisis, dikenal, dan diinterpretasi. Dikenal daerah 17, 18, dan 19 hemisfer
kanan dan hemisfer kiri yang saling berhubungan serta hubungan-hubungan
fronto oksipital, parieto oksipital, dan temporo oksipital. (Daniel Vaughan, 1995)
24
genikulatum lateralis biasanya tidak berdiri sendiri melainkan disertai gejala
hemi anestesia atau se-baliknya rasa sakit. Gangguan pada radiatio optik
dibedakan dengan mencari gejala-gejala neurologik yang lain. (Daniel Vaughan,
1995)
25
Gambar diatas memperlihatkan jenis-jenis defek lapang pandang yang
disebabkan oleh lesi di berbagai lokasi dalam jaras penglihatan. Lesi di sebelah
anterior kiasma (retina atau nervus opticus) menyebabkan defek lapang
pandang unilateral; lesi di mana saja di jaras pengglihatan yang terletak posterior
terhadap kiasma menyebabkan defek homonim kontralateral. Lesi di kiasma
biasanya menyebabkan defek bitemporal. (Paul Riordan, 2009)
26
sebagai macular sparing. Lesi oksipital juga dapat menimbulkan fenomena
penglihatan residual. Pada fenomena ini, respons terhadap gerakan mungkin
dapat dipertunjukkan di lapangan pandang yang hemianopia tanpa adanya
penglihatan yang terbentuk. (H. Sidarta Ilyas, 2004).
Jika terdapat lesi di sepanjang lintasan nervus optikus (N.II) hingga korteks
sensorik, akan menunjukkan gejala gangguan penglihatan yaitu pada lapang
pandang atau medan penglihatan. Lesi pada nervus optikus akan menyebabkan
hilangnya penglihatan monokular atau disebut anopsia pada mata yang
disarafinya. Hal ini disebabkan karena penyumbatan arteri centralis retina yang
mendarahi retina tanpa kolateral, ataupun arteri karotis interna yang akan
bercabang menjadi arteri oftalmika yang kemudian menjadi arteri centralis retina.
Kebutaan tersebut terjadi tiba-tiba dan disebut amaurosis fugax. (H. Sidarta Ilyas,
2004).
Lesi pada bagian lateral khiasma optikum akan menyebabkan hemianopsia
abinasal sedangkan lesi pada bagian medial kiasma akan menghilangkan medan
penglihatan temporal yang disebut hemianopsia bitemporal. Kelainan seperti ini
banyak disebabkan oleh lesi khiasma, seperti tumor dan kista intrasellar, erosi
dari rocessus clinoid seperti yang terjadi dengan tumor ataua neurisma dorsal dari
sella tursica, kalsifikasi di antara atau di atas sella tursika seperti yang terjadi
dengan kista dan aneurisma kraniofaringioma, dan juga pada meningioma
suprasellar. Juga dapat disebabkan oleh trauma dan tumor pada region kiasma.
(H. Sidarta Ilyas, 2004).
27
Hemianopsia bitemporal bisa didapatkan pada kista suprasellar.Bisajuga
ditemukan pada pasien dengan tumor pituitari tapi bersifat predominan
parasentral. Pada adenoma pituitari juga bisa terkadi kebutaan atau anopsia pada
salah satu mata dan hemianopsia temporal pada mata yang lainnya. Lesi pada
traktus optikus akan menyebabkan hemianopsia homonim kontralateral. Serabut-
serabut dari retina pada bagian temporal akan rusak, bersamaan dengan serabut
dari bagian nasal retina mata yang lain yang bersilangan. Lesi pada radiasio
optika bagian medial akan menyebabkan kuadroanopsia inferior homonim
kontralateral sedangkan lesi pada serabut lateralnya akan menyebabkan
quadrananopsia super ior homonim kontralateral. (H. Sidarta Ilyas, 2004).
Quadroanopsia atau kuadranopia biasanya terjadi pada lesi yang terdapat
pada bagian temporo parietal. Lesi pada bagian posterior radiasi optika akan
mengakibatkan hemianopsia homonym yang sama dan sebangun dengan
mengecualikan penglihatan makular. Selain hemianopsia klasik dan kuadranopia,
gangguan lapang pandang lain dan fenomena terkait yang dapat terdeteksi pada
pemeriksaan lapangan pandang adalah skotoma sentral merupakan hilangnya
penglihatan sentral yang umumnya berhubungan dengan penurunan ketajaman
penglihatan dan merupakan karakteristik penyakit nervus optikus dan penyakit
makula retina. Perluasan bintik buta fisiologis, yang terlihat dengan
pembengkakan diskus optikus (edema papil) ang disebabkan oleh peningkatan
tekanan intrakranial, dan umumnya terjadidengan ketajaman penglihatan yang
masih baik. Penglihatan seperti terowongan (tunnel vision) merupakan hilangnya
lapang pandang perifer dengandipertahankannya daerah sentral yang disebabkan
oleh beberapa penyebab, antara lain penyakit oftalmologi, yaitu glaukoma kronik
sederhana, retinitis pigmentosa,dan penyakit korteks, yaitu hemianopia homonim
bilateral dengan makula yangmasih baik (macular spar ing ). (H. Sidarta Ilyas,
2004).
Retina mendapat darah dari arteri retina sentralis, yang merupakan end
arteri, yaitu arteri yang tidak mempunyai kolateral. Karena itu, lesi pada
retinaakibat penyumbatan arteri retina sentralis tidak akan diperbaiki lagi oleh
28
perdarahan kolateral. Arteri retina sentralis adalah cabang dari arteri
oftalmika.Pada thrombosis arteri karotis, pangkal arteri oftalmika dapat ikut
tersumbat juga.Gambaran klinik thrombosis tersebut terdiri dari hemiparesis
kontralateral dan buta ipsilateral. (H. Sidarta Ilyas, 2004).
Lesi pada nervus optikus sering disebabakan oleh infeksi dan intoksikasi.
Di samping itu, sebab mekanik, seperti jiratan karena araknoiditis atau
penyempitan foramen optikum (osteitis jenis Paget) atau penekanan karena
tumor hipofisis, kraniofaringioma, meningioma, aneurisme arteri oftalmika dapat
mengakibatkan kerusakan pada nervus optikus, baik sesisi maupun
bilateral.Gangguan pada nervus optikus, baik yang bersifat radang, maupun
demielinisasi atau degenerasi atau semuanya dinamakan neuritis optika. (H.
Sidarta Ilyas, 2004).
29
Adakah riwayat hipertensi?
Adakah riwayat penyakit neurologis?
Pernahkah paien menjalani terapi mata tertentu? Misalnya laser.
Obat-obatan
Adakah riwayat pemakaian obat yang mungkin menyebabkan gejala
gangguan penglihatan atau pemakaian obat untuk mengobati penyakit
mata misalnya obat tetes mata untuk glaukoma. (Jonathan Gleadle,
2005)
Riwayat keluarga dan sosial
Adakah riwayat masalah penglihatan turunan dalam keluarga
misalnya glaukoma?
Adakah riwayat gejala gangguan mata dalam keluarga misalnya
penularan konjungtivitis infektif?
Bagaimana tingkat ketidakmampuan penglihatan pasien?
Apakah pasien teregistrasi sebagai orang buta?
Pernahkah pasien menjalani adaptasi di rumah?
Apakah pasien memiliki anjing pemandu?
7.2 Pemeriksaan Fisik
Lakukan inspeksi mata
Adakah kelainan yang terlihat jelas misalnya proptosis, mata
merah, asimetris, nistagmus yang jelas, atau ptosis?
Lihat konjungtiva, kornea, iris, pupil, dan kelopak mata. Apakah
pupil simetris, bagaimana ukurannya, apakah keduanya merespon
normal dan seimbang pada cahaya dan akomodasi?
Adakah ptosis? Periksa menutupnya kelopak mata.
Lakukan tes mata, satu per satu
30
Lakukan tes ketajaman penglihatan di kedua mata, misalnya
dengan kartu Sneellen untuk penglihatan jauh dan dengan kartu
Jaeger untuk penglihatan dekat.
Lakukan tes penglihatan warna misalnya dengan menggunakan
kartu Ishihara.
Lakukan tes lapang pandang dengan tes konfrontasi dan periksa
adanya titik buta.
Lakukan tes gerak bola mata dan tanyakan mengenai diplopia dan
cari nistagmus. (Jonathan Gleadle, 2005)
Periksa mata dengan oftalmoskop
Pemeriksaan oftalmoskopik pada mata adalah bagian vital dari
pemeriksaan fisik lengkap. Pemeriksaan ini bisa mengungkap efek
keadaan sistemik seperti hipertensi dan diabetes melitus, yang
menyebabkan disfungsi penglihatan seperti atrofi optik, dan
mengungkap keadaan seperti peningkatan intrakranial dengan
ditemukannya edema papil. Komplikasi pada mata akibat penyakit
seperti diabetes melitus dapat asimtomatik sampai terjadi kompikasi
yang membahayakan penglihatan maka penyinng untuk melakukan
pemeriksaan skrining. (Jonathan Gleadle, 2005)
Optimalkan kondisi untuk pemeriksaan funduskopi. Pasien
maupun pemeriksa harus merasa nyaman. Periksa pasien dalam
ruangan gelap dengan oftalmoskopi yang bagus yang bisa
menghasilkan cahaya terang, dan jika perlu gunakan zat untuk dilatasi
pupil. Minta pasien untuk memusatkan pandangan ke objek yang jauh.
Periksa mata kanan pasien dengan mata kanan Anda dan mata kiri
pasien dengan mata kiri Anda. (Jonathan Gleadle, 2005)
Mula-mula periksa dari jarak jauh adakah refleks merah dan
jika tidak ada pertimbangkan opasitas lensa seperti katark. Kemudian
periksa diskus optikus, bagian perifer retina dengan mengikuti
pembuluh darah, denyut vena, perdarahan, eksudat, dan makula.
31
Adanya edema papil, perdarahan, atau eksudat, atau keluhan utama
hilangnya penglihatan, memerlukan penjelasan dari pasien. (Jonathan
Gleadle, 2005)
Kelainan penting yang sering ditemukan
1. Retinopati diabetikum
Mikroaneurisma
Perdarahan bintik dan bercak
Eksudat halus
Perubahan proliferatif
Parut bekas terapi laser
2. Retinopati hipertensif
Garis perak
Arteriovena mengecil perdarahan dan eksudat
Edema papil
3. Edema papil
Batas diskus yang meninggi kabur
Mungkin disertai perdarahan
Hilangnya denyut vena, terkadang pembuluh berkelok-kelok
Diskus mungkin berwarna merah muda (hiperemik)
Mungkin ada pembesaran bintik buta
4. Atrofi optik
Diskus optik pucat
5. Retinitis pigmentosa
Pigmentasi retina. (Jonathan Gleadle, 2005)
32
a. Anamnesis
b. Tanda
c. Pemeriksaa Penunjang
33
CT scan dan MRI akan mengidentifikasi suatu lesi desak ruang atau pem-
besaran ventrikel. Setelah dilakukan konsultasi neurologis (dan normalnya setelah
pemindaian), tekanan intrakranial dapat diukur dengan pungsi lumbal. (Bruce
James, 2005)
Neuritis optik
a. Anamnesis
b. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan memperlihatkan:
34
c. Pemeriksaan Penunjang
d. Prognosis
Ini merupakan penyakit autoimun yang timbul pada pasien yang umumnya
berusia lebih dari 60 tahun. Penyakit ini mengenai arteri dengan lamina elastika
interna. Dapat timbul dengan kombinasi:
a. Tanda
35
Lempeng optik yang membengkak dan mengalami perdarahan dengan
retina dan pembuluh darah retina normal (ingat pasokan darah ke saraf
optik anterior dan retina berbeda). Pada neuropati optik iskemik arteritis,
lempeng dapat terlihat pucat.
Lempeng pada mata kontralateral memiliki mangkuk optik yang kecil
b. Pemeriksaan Penunjang
Jika didapatkan arteritis sel raksasa, LED dan protein reaktif-C biasanya
sangat meningkat (meski 1 dari 10 pasien dengan arteritis sel raksasa memiliki
LED normal). Biopsi arteri temporal sering membantu namun mungkin tidak dapat
mengarahkan diagnosis, terutama jika hanya spesimen kecil yang diperiksa karena
penyakit ini dapat melewati suatu bagian arteri. Arteritis sel raksasa juga dapat
timbul sebagai oklusi arteri retina sentral di mana pembuluh darah terkena
secara sekunder akibat arteritis pada arteri oftalmika. (Bruce James, 2005)
Penyakit ini juga didapatkan pada pasien yang mengalami kehilangan darah
akut, sebagai contoh pada hematemesis yang muncul beberapa hari setelah
perdarahan akut. Episode hipotensif juga dapat mengakibatkan neuropati optik
36
iskemik. Kadang kelainan pembekuan atau penyakit autoimun dapat menyebabkan
terjadinya kondisi ini. (Bruce James, 2005)
d. Prognosis
Atrofi optik
-i
37
(a) (b)
Kiasma
Lesi yang paling umum ditemukan adalah tumor hipofisis dan pasien hams
ditanya mengenai gejala yang berkaitan dengan gangguan hormonal (Gambar
14.5). Terapi bergantung pada jenis tumor yang ditemukan; beberapa dapat
diberikan terapi medis namun banyak yang membutuhkan eksisi bedah.
Meningioma dan kraniofaringioma juga dapat menyebabkan kompresi kiasma.
(Bruce James, 2005)
38
Pada pemeriksaan fisik dapat pula dilakukan tes lapang pandang dengan
berbagai cara,yaitu:
a. Tes Konfrontasi
39
sederhana, satu objek berwarna merah dapat dipegang di tiap kuadran atau
setengah lapang pandang dan pasien diminta untuk membandingkan kualitas
warna merah di tiap lokasi. Pada defek lapang pandang hemianopik, warna merah
akan tampak lebih buram di lapang pandang yang terkena. (Bruce James, 2005)
b. Perimeter
c. Tekanan Intraokular
40
berbeda-beda untuk menghasilkan pendataran kornea dan bukannya menggunakan
kan prisma tonometer Goldmann. Berbagai tonometer lain juga dapat
digunakan termasuk alat elektronik genggam kecil. (Bruce James, 2005)
Edema Papil
Neuritis Optik
41
MRI akan membantu mengidentifikasi plak 'tersembunyi' tambahan pada
demielinisasi namun pasien harus diberi konseling terlebih dulu sebelum
dilakukan pemindaian. Terapi steroid mungkin berperan dalam memper-cepat
pemulihan visual. (Daniel Vaughan, 1995)
Jika diduga terdapat arteritis sel raksasa, maka terapi tidak boleh ditunda
sementara diagnosis dikonfirmasi. Steroid dosis tinggi diberikan secara intravena
dan oral, dan dosis diturunkan secara perlahan-lahan (tappereo< selama minggu-
minggu berikutnya sesuai gejala dan respons LED atau protein reaktif-C.
Tindakan pencegahan umum harus dilakukan, seperti pada pasien lain yang
mendapatkan steroid, untuk menyingkirkan kondis medis lain yang dapat muncul
atau memburuk dengan penggunaan steroic (misal tuberkulosis, diabetes,
hipertensi, dan peningkatan kerentanar terhadap infeksi). Steroid tidak akan
mengembalikan hilangnya penglihatar namun akan mencegah terlibatnya mata
kontralateral. Sayangnya, tidak ada terapi untuk neuropati optik iskemik
nonarteritis selain mendiagnosis kondisi yang mendasarinya. (Daniel Vaughan,
1995)
42
Sementara itu survei kebutaan dan morbiditas mata di Jawa Barat pada
tahun 2005 menunjukan hasil survey prevalensi kebutaan 3,6%, gangguan
penglihatan sedang 7,0%, gangguan penglihatan berat 7,8%. Distribusi penyebab
kebutaan adalah sebagai berikut: lensa: 80,6%, retina: 5,5 %, kornea: 5,5%,
neuropati optik: 2,8%, kelainan refraksi: 2,8%, ptisis bulbi: 2,8%. (Depkes,
2007)
43
REFERAT
PEMERIKSAAN LAPANGAN PANDANG
Disusun oleh :
DEVI SARAH INTAN PERMATASARI
22010113210100
44