A. Hasil Penelitian
1. Analisis Data
Analisis data merupakan kegiatan yang dilakukan oleh peneliti dalam
mengungkapkan makna dari data yang telah diperoleh dari proses penelitian yang
telah dilakukan. Analisis data dalam penelitian ini adalah upaya menyelidiki
secara mendalam tentang data yang berhasil diperoleh peneliti selama penelitian
berlangsung, sehingga akan diketahui makna dan keadaan yang sebenarnya dari
apa yang akan diteliti. Proses analisis data data dilakukan sesuai dengan prosedur
a. Seleksi Data
Seleksi data dilakukan setelah data berhasil dikumpulkan dengan tujuan
agar dapat diolah lebih lanjut. Dalam seleksi data ini dibahas mengenai lengkap
tidaknya angket yang akan disebar, cara pengisian jawaban dan isian angket.
Dari hasil penyelesaian diperoleh kesimpulan bahwa semua angket
lanjut dalam tahap berikutnya. Hasil kegiatan tersebut dapat dilihat dari tabel
berikut :
Tabel 4.1
Hasil Sleksi Data
JUMLAH ANGKET
VARIABEL SUMBER
TIDAK
PENELITIAN DATA DISEBAR TERKUMPUL DIOLAH
DIOLAH
Pembelajaran Kuesioner
400 397 397 3
Kewirausahaan
Pelatihan Kerja Kuesioner 400 397 397 3
121
Industri
Sikap Kuesioner 400
397 397 3
Kewirausahaan
Sumber : Hasil Penelitian
Berdasarkan tabel 4.1 di atas dapat diketahui bahwa angket yang disebar
b. Tabulasi Data
yang diberikan oleh responden sesuai bobot yang telah ditetapkan. Setiap
skor dimulai dari 1,2,3,4 dan 5, dengan ketentuan untuk pernyataan positif, yaitu :
Skor 3 = Ragu-Ragu/Netral
Skor 4 = Setuju/Tinggi
Skor 3 = Ragu-Ragu/Netral
Skor 2 = Setuju/Tinggi
122
Skor 1 = Sangat Setuju/Sangat Tinggi
Pada bagian dari bab ini secara berturut-turut akan disajikan gambaran
kewirausahaan.
Ketiga jenis data yang akan dideskripsikan ini terdiri dari dua variabel
hipotesis.
1. Pembelajaran Kewirausahaan
butir pernyataan yang didasarkan pada skala sikap model Likert yang
123
setuju, dan 1 untuk pernyataan sangat tidak setuju. Hal ini berlaku untuk
maksimum 39, rata-rata sebesar 32,10 dan simpangan baku sebesar 2,632.
ini:
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Skor Pembelajaran Kewirausahaan
N KELAS FREKUENSI
FREKUENSI
NO INTERVAL RELATIF
1 28 30 135 34 %
2 31 33 139 35 %
3 34 36 105 26 %
4 37 - 39 18 5%
Total 397 100 %
Sumber : Hasil perhitungan SPSS, diolah
124
Untuk histogram skor Pembelajaran Kewirausahaan dapat dilihat
Bagan 4.3
Tabel 4.4
Kriteria Ketercapaian Pembelajaran Kewirausahaan
Interval tingkat
Klasifikasi
intensitas
Sangat Rendah 3.573 6.431
Rendah 6.432 9.290
Sedang 9.291 12.148
125
Tinggi 12.149 15.006
Sangat Tinggi 15.007 17.865
Sumber: Hasil perhitungan, diolah
2. Pelatihan Kerja
yang didasarkan pada skala sikap model Likert yang dimodifikasi dengan
pernyataan sangat tidak setuju. Hal ini berlaku untuk pernyataan positif dan
Setelah melalui proses uji coba, instrumen Pelatihan Kerja yang layak
Pelatihan Kerja adalah skor minimum 103 dan skor maksimum 152. Rata-
126
rata sebesar 132,98 dan simpangan baku sebesar 9,628. Untuk perhitungan
Distribusi frekuensi data tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4.5
Distribusi Frekuensi Pelatihan Kerja
KELAS FREKUENSI
NO FREKUENSI
INTERVAL RELATIF
1 103 - 117 32 8%
2 118 - 130 120 30%
3 131 - 144 183 46%
4 145 - 152 62 16%
Total 397 100%
Sumber : Hasil perhitungan SPSS, diolah
berikut ini:
Bagan 4.6
127
Untuk menentukan kriteria skor berdasarkan standar kuantitas
tinggi.
128
tidak setuju, dan 1 untuk pernyataan sangat tidak setuju. Hal ini berlaku
ini:
Tabel 4.8
Distribusi Frekuensi Sikap kewirausahaan
N KELAS FREKUENSI
FREKUENSI
NO INTERVAL RELATIF
1 36 40 32 8%
2 41 45 120 30%
3 46- 50 183 46%
129
4 51 55 62 16%
Total 397 100%
Sumber : Hasil perhitungan SPSS, diolah
Bagan 4.9
130
Untuk menentukan kriteria skor berdasarkan standar kuantitas
Tabel 4.10
Kriteria Ketercapaian Skor Sikap Kewirausahaan
Interval tingkat
Klasifikasi
intensitas
Sangat Rendah 4.764 4.575
Rendah 4.576 8.386
Sedang 8.387 12.197
Tinggi 12.198 16.009
Sangat Tinggi 16.010 19.820
Sumber : Hasil perhitungan, diolah
131
Berdasarkan tabulasi tangggapan responden, diperoleh total skor
b. Normalitas Data
Lebih lanjut karakter data penelitian akan menentukan teknik analisis data
yang akan digunakan untuk membuktikan atau menguji hipotesis, oleh karena itu
atau pengujian terhadap data itu. Pengujian persyaratan analisis data yang
digunakan di sini adalah uji normalitas dengan menggunakan uji Chi kuadrat (2) .
1. Tolak hipotesis nol, jika Chi kuadrat (2) hitung > Chi kuadrat (2) tabel atau sig.
Tabel 4.11
Hasil Uji Normality
132
Pembelajaran Pelatihan Kerja
Kewirausahaan Industri Sikap wirausaha
df 10 24 14
menghasilkan Sig. (porb.) sebesar 0,058 maka lebih besar dari 0,05
sebesar 0,078 maka lebih besar dari 0,05 dengan df = 24, yang berarti
normal
133
Pengujian terhadap data Sikap kewirausahaan menghasilkan Sig.
(porb.) sebesar 0,082 maka lebih besar dari 0,05 dengan df = 14, yang
berdistribusi normal.
Jika hasil uji normalitas dari ketiga jenis data tersebut yaitu
Tabel 4.12
Hasil Pengujian Normalitas Data
Pembelajaran
Kewirausahaan
0,058 Normal
134
B. Pengujian Pengaruh Pembelajaran Kewirausahaan dan Pelatihan Kerja
Tabel 4.13
Hasil Uji Korelasi
Correlations
Pembelajaran
Pelatihan Kerja Sikap wirausaha
Kewirausahaan
(probability dibawah 0,05 bahkan 0,01). Dari hasil perhitungan korelasi dengan
model 2-tailed atau dua sisi diperoleh hubungan antara variabel Pembelajaran
135
Kewirausahaan memiliki nilai keterkaitan sebesar 0,821, variabel Pelatihan Kerja
Karena semua hubungan antar variabel signifikan maka semua hipotesis tetap
berikut :
Tabel 4.14
Hasil Uji Regresi
Coefficientsa
Standardize
Unstandardized
d
Model Coefficients t Sig.
Coefficients
B Std. Error Beta
(Constant) -.244 .049 -5.028 .000
Pembelajaran .836 .018 .816 45.412 .000
1
Kewirausahaan
Pelatihan Kerja .219 .020 .195 10.879 .000
a. Dependent Variable: Sikap kewirausahaan
Sumber : Hasil perhitungan SPSS
136
Dengan memperhatikan tabel di atas, maka dapat diperoleh persamaan
jalur , yaitu :
Dimana :
Y = Sikap kewirausahaan
X1 = Pembelajaran Kewriausahaan
X2 = Pelatihan Kerja
21,9%. Dari persamaan tersebut juga dapat diartikan bahwa setiap peningkatan
nilainya positif) prestasi belajar sebesar sebesar 83,6% dan setiap peningkatan
positif) prestasi belajar sebesar sebesar 21,92%, dan sebaliknya. Nilai koefisien
sebesar 94,8%, sisanya sebesar 5,2% sikap kewirausahaan siswa SMK kelas 3 se-
137
3. Uji Hipotesis
a. Pengujian Secara Parsial (Individu)
Tabel 4.15
Hasil Uji t (Parsial)
Unstandardized Standardize
Model Coefficients d t Sig.
Coefficients
B Std. Error Beta
t (Constant) -.244 .049 -5.028 .000
Pembelajaran
Kewirausahaa .836 .018 45.412 .000
.816.
n
Sumber : Hasil perhitunga SPSS
Dari tabel diperoleh nilai t hitung setiap variabel bebas. Nila t hitung akan
hitung > t tabel, yaitu 45,412 > 1,97 dan probabilitas 0,000 < 0,05, maka Ho
138
2). Pengujian Pelatihan Kerja Terhadap Sikap Wirausaha :
Ho diterima, jika t hitung t tabel pada = 5% atau probabilitas (sig) > 0,05
Ho ditolak, jika t hitung >t tabel pada = 5% atau probabilitas (sig) > 0,05
Tabel 4.16
Hasil Uji t (Parsial)
Unstandardized Standardize
Model Coefficients d t Sig.
Coefficients
B Std. Error Beta
t (Constant) -.244 .049 -5.028 .000
Pelatihan
.195
Kerja .219 .020 10.879 .000
Sumber : Hasil perhitunga SPSS
Dari tabel diperoleh nilai t hitung setiap variabel bebas. Nila t hitung akan
tabel (0,025 ;128) = 1,97. Pengaruh parsial dari variabel Pelatihan Kerja(X2)
diperoleh nilai t hitung sebesar 10,879 dengan demikian t hitung > t , yaitu
tabel
10,879 > 1,97 dan probabilitas 0,000 < 0,05, maka Ho ditolak dan Ha
139
b. Pengujian Secara Simultan (Serempak)
pada =5% dan tolak Ho (Ha diterima ) jika F hitung < F tabel pada = 5%.
Tabel 4.17
Hasil Uji Koefisien Determinasi
ANOVAb
(=0,05) maka nilai F tabel (3,02) Dengan demikian F hitung F tabel, yaitu 3576,1
140
>. 3,02 Oleh karena itu Ho ditolak dan Ha diterima, yang berarti bahwa
Bandung. Hal ini dapat dilihat juga dari nilai signifikansi pada uji F yaitu
0,000 yang lebih kecil dari = 0,05. Maknanya adalah highly significance
menarik siswa.
141
pembelajaran kewirausahaan sebesar 1 persen, maka akan meningkatkan (karena
nilainya positif) prestasi belajar sebesar sebesar 83,6% dan sebaliknya. Dengan
lamanya belajar, melainkan intensitas interaksi dalam belajar, dan terjadi transfer
sekolah, bukan hanya hubungan antara guru dan siswa, tetapi terjadinya interaksi
antara siswa dengan materi pelajaran kewirausahaan dan pelajaran itu bermakna
bagi siswa. Suatu pelajaran akan bermakna jika dalam proses belajarnya dapat
kewirausahaan ialah guru, karena guru merupakan salah satu sumber pengaruh
dan (3) peniruan (modeling). Guru harus mampu menciptakan kondisi belajar
142
yang menyebabkan konsekuensi menyenangkan bagi siswa, dan guru merupakan
(psikomotor). Ini berarti bahwa selain ranah kognitif, komponen sikap merupakan
sekolah menengah kejuruan dapat diukur melalui indikator yaitu bagaimana sikap
kecenderungan untuk memberikan reaksi terhadap objek tertentu, yang terdiri dari
pekerjaan yang sifatnya mandiri yang merupakan objek sikap, maka hakikat sikap
yang sifatnya mandiri. Sikap siswa SMK terhadap kewirausahaan dapat diukur
kewirausahaan, yaitu: (a) sifat, persyaratan, dan suasana kerja wiraswasta, terdiri
percaya pada kemampuan diri, berani mengambil resiko, kemauan bekerja keras
dan tekun, jujur dan dapat dipercaya, serta disiplin; (b) manfaat atau kegunaan
diri.
143
2. Pengaruh Pelatihan Kerja Terhadap Sikap Kewirausahaan Siswa Kelas 3
evaluasi magang. Hal ini menunjukkan bahwa sumber materi yang berasal dari
sumber materi dalam pelatihan kerja perlu ditambah dengan materi terkini.
didapatkan bahwa responden lebih banyak menyatakan ragu-ragu dan tidak setuju
melaksanakan evaluasi magang. Hal ini dapat terjadi, karena instruktur tidak
memiliki pengetahuan dalam membuat alat evaluasi dengan baik dan benar. Untuk
dalam menilai, Dalam membuat evaluasi yang obyektif maka perlu dibuatkan kisi-
kisi penilaian sehingga instruktur dapat menilai dengan berpedoman pada kisi-kisi
tersebut.
pelatihan kerja industri sebesar 21,9% yakni setiap peningkatan pelatihan kerja
144
industri sebesar 1 persen, maka akan meningkatkan (karena nilainya positif)
prestasi belajar sebesar 21,92%, dengan demikian bahwa terdapat pengaruh yang
positif dan signifikan pelatihan kerja industri terhadap sikap wirausaha SMK se-
Kota Bandung. Semakin tinggi pelatihan kerja industri dilaksanakan, maka akan
pelatihan kerja industri, maka akan semakin rendah pula sikap kewirausahaan
siswa .
atau prilaku (penetahuan, skill dan sikap) untuk mencapai tujan-tujuan tertentu
dunia usaha tidak terlepas dari berbagai komponen pembelajaran yang meliputi :
tujuan, bahan ajar, metoda, alat dan sumber serta evaluasi (Djamarah dan Zain,
melakukan pelatihan kerja. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh
145
Kemampuan kompetensi di atas dapat menumbuh-kembangkan
dunia usaha yang dilakukan oleh siswa SMK ini tidak terlepas dari peran
instruktur memiliki peran yang penting sebagai orang yang berarti khusus atau
orang lain yang dianggap penting (significant others) yang akan memperngaruhi
pembentukan sikap. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Saifuddin
(1955:32) bahwa salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pembentukan sikap
adalah pengaruh orang lain yang dianggap penting. Pemahaman ini dapat
diartikan bahwa sikap sikap terbentuk karena adanya interaksi sosial yang dialami
individu interasi sosial yang dialami siswa pada pelatihan kerja di industri adalah
interaksi antara siswa dengan instruktur sebagai orang yang akan mempengaruhi
146
3. Pengaruh Pelatihan Kerja Dan Pembelajaran Kewirausahaan Terhadap
diartikan bahwa setiap peningkatan pelatihan kerja industri sebesar 1 persen, maka
wirausaha sebesar 94,8%, sisanya sebesar 5,2% sikap kewirausahaan siswa kelas
bahwa secara umum: (a) Pelatihan kerja telah dilaksanakan dengan katagori
tinggi; dan (c) Sikap kewirausahaan siswa kelas 3 SMK se-Kota Bandung sudah
147
dikatagorikan sangat tinggi; (2) Pembelajaran Kewirausahaan dan Pelatihan kerja
variabel pelatihan kerja hal ini juga dapat dilihat dari hasil penelitian Sunaryo
Tanggapan dunia industri dalam rangka program link and match pada
indikator penyusunan program, penyusunan kurikulum, dan pelaksanaan
pendidikan cukup positif dan cenderung bersedia terlibat langsung.
Namun, kesediaan industri dalam evalusi dan pemasaran lulusan
cenderung rendah.hal ini karena mereka merasa kurang kompeten pada
bidang evalusi, sedangkan pemasaran lulusan merupakan suatu masalah
rumit karena terjadi ketidakseimbangan antara besarnya lulusan dengan
daya tampung dunia industri untuk tenaga kerja. (Sunaryo, 20026)
Selama ini, praktek kerja memang sudah menjadi salah satu persyaratan
kompetensi yang harus dilalui siswa SMK .sayangnya, tidak banyak dunia industri
di dalam negeri yang mau menerima siswa untuk melakukan praktek kerja.
Kalaupun ada, praktek kerja yang disediakan sering kali kurang sesuai dengan
kompetensi yang dicapai oleh siswa SMK. Padahal dunia usaha dan industri dapat
menyerap lulusan SMK yang sudah terlatih baik, tanpa perlu mengeluarkan biaya
tambahan untuk memberikan pelatihan. Kalaupun ada biaya atau upah tenaga
kerja yang harus dikeluarkan, maka besarnya pun tidak sebesar jika
mempekerjakan pekerja.
148
Hasil penelitian sesuai dengan penelitian Hari Mulyadi (2010) melalui
penelitiannya bahwa (1) analisis deskriptif menunjukkan bahwa secara umum: (a)
Pendidikan dan Latihan telah dilaksanakan dengan baik; (b) Sikap Kewirausahaan
terbentuk secara lebih positif setelah mendapatkan Diklat; dan (c) Perilaku
kewirausahaan mahasiswa peserta PMW UPI sudah tinggi; (2) Pendidikan dan
mahasiswa peserta PMW UPI. Dalam hal ini, aspek proses pembelajaran
dan Latihan (Diklat) dan sikap kewirausahaan secara langsung maupun melalui
kewirausahaan mahasiswa peserta PMW UPI. Dalam hal ini, aspek Percaya Diri
dan aspek Berorintasi ke masa depan dan prestatif pada merupakan aspek yang
melalui unit produksi maupun Koperasi Sekolah. Sedangkan faktor lainnya adalah
dipengaruhi oleh bagaimana orang tua memaknai nilai-nilai yang baik, yang
149
Soemanto (1993:95) bahwa penerapan nilai-nilai serta potensi kewirausahaan
yang baik harus sudah dimulai di lingkungan keluarga. Kedua faktor di atas, pada
penelitian ini merupakan faktor yang tidak diukur dengan suatu pemahaman
bahwa kedua faktor tersebut terletak pada tingkatan pemahaman dan motivasi
saja. Sedangkan aktualiasai dari pemahaman dan motovasi ini dilaksanakan pada
suatu proses pembelajaran pelatihan kerja, sebab dengan pelatihan kerja siswa
dituntut untuk kerja keras, inovatif serta kreatif serta menginternalisasikan nilai-
sebenarnya.
pemahaman teori, studi kasus, dan pemberian motivasi, ketiga tahapan ini dapat
melalui perbuatan sesuatu, sebab keliru untuk menganggap bahwa segala sesuatu
yang perlu di ketahui dalam hidup ini dapat di ajarkan melalui pendidikan di
lingkungan sekolah saja. Artinya siswa harus berusaha mencarinya sendiri dan
150