PENDAHULUAN
(Santrock, 2003). Pada masa tersebut keadaan fisik seorang remaja mengalami
perubahan fisik itu yang terbesar pengaruhnya pada perkembangan remaja adalah
seksual sekunder yang tumbuh. Perubahan itu terjadi karena mulai aktifnya
hormon seks dalam tubuh. Hormon seks tersebut sangat besar pengaruhnya dalam
menimbulkan dorongan seksual. Hal ini menjadi titik rawan karena remaja
mempunyai sifat selalu ingin tahu dan mempunyai kecenderungan untuk selalu
benar mengenai persoalan seksual yang sehat adalah akumulasi faktor penyebab
faktor tersebut yaitu meliputi jenis kelamin, usia pubertas, pengetahuan, sikap,
status perkawinan orang tua, pola asuh orang tua, jumlah pacar, lama pertemuan
1
dengan pacar, paparan media elektronik dan media cetak. Berdasarkan uraian di
atas salah satu faktor penting yang berhubungan dengan perilaku seksual adalah
pola asuh orang tua. Pola asuh orang tua merupakan segala bentuk dan proses
interaksi yang terjadi antara orang tua dan anak yang merupakan pola pengasuhan
KOMPASIAN 2012, diakses pada hari rabu 21 november pada jam 12.00 Wib di
dalam keluarga. Menurut Baumrind (2004) ada tiga bentuk pola asuh yang sering
diterapkan orang tua terhadap remaja, yaitu demokratis, otoriter dan permisif.
2
Hurlock (1994) mengemukakan mengertian pola asuh demokratis adalah pola
asuh yang dicirikan sebagai orangtua yang lebih melihat pada pentingnya remaja
juga memberikan hadiah dalam bentuk pujian ketika remaja berperilaku baik.
Anak yang mendapat pola asuh demokratis, mereka akan tumbuh sebagai pribadi
yang mampu mengendalikan diri dan secara umum memiliki konsep diri yang
positif
Pola asuh demokratis sebagaimana yang telah dijelaskan di atas merupakan
pola asuh yang paling mendukung dalam pembentukan kepribadian remaja masa
perhatian, kasih sayang, dukungan dan arahan bagi anak untuk melakukan hal-hal
2006).
Dewasa ini masyarakat, terutama yang ada di perkotaan menunjukan
kecenderungan yang cukup positif terutama terhadap pola asuh demokratis yang
menerapkan aturan secara kaku, atau memaksa anak melakukan hal yang tidak
3
penerapan pola asuh demokratis inilah yang diharapkan dapat menurunkan tingkat
sikap terhadap perilaku seksual remaja yang membuktikan bahwa ada hubungan
signifikan antara pola asuh demokratis dengan perilaku seksual remaja. Apabila
pola asuh demokratis diterapkan dengan baik maka tingkat perilaku seksual
remaja akan rendah. Penelitian lain tentang pola asuh dengan perilaku seksual
remaja dilakukan oleh Setiyati (2006) dengan judul Hubungan pola asuh otoriter
orang tua terhadap perilaku seksual remaja yang membuktikan bahwa ada
hubungan yang positif antara pola asuh otoriter orangtua dengan perilaku seksual
remaja, yang berarti semakin otoriter pola asuh orangtua, maka perilaku seksual
berinteraksi dengan anak, yang membebaskan anak untuk melakukan apa yang
ingin dilakukan tanpa mempertanyakan. Pola asuh ini tidak menggunakan aturan-
aturan yang ketat bahkan bimbinganpun kurang diberikan, sehingga tidak ada
pranikah yang dilakukan oleh para remaja lebih cenderung disebabkan terlalu
longgarnya pengawasan dan aturan aturan yang diterapkan oleh orang tua. Remaja
pengawasan yang kurang dari orangtuanya. Kebanyakan orang tua memang tidak
termotivasi untuk memberikan informasi seks dan kesehatan pada remaja, sebab
mereka takut hal ini justru meningkatkan terjadinya perilaku seks pranikah.
4
Padahal anak yang mendapatkan pendidikan seks dari orang tua cenderung
berperilaku seks lebih baik daripada anak yang mendapatkan dari oranglain.
Berdasarkan uraian-uraian di atas diperlukan penelitian selanjutnya untuk
melihat kecenderungan pola asuh orang tua untuk memberikan pengetahuan dan
Asuh Keluarga Terhadap Prilaku Seks Pada Remaja di STIKES Bina Usada Bali
Semester IVB
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka rumusan
5
a. Diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat sebagai sarana memperluas
Prilaku Seks Pada Remaja di STIKES Bina Usada Bali Semester IVB
BAB II
TINJAUAN TEORI
mendefinisikan pola asuh sebagai cara atau perlakuan orang tua yang diterapkan
kepada anak. Pola asuh menentukan bagaimana cara orang tua merespon
kebutuhan dan keinginan anak, cara mereka mengatur anak dan akibat yang
2009). Gunarsa (2002) menyatakan bahwa pola asuh orang tua adalah suatu
interaksi antara orang tua dengan anak selama orang tua menerapkan
pengasuhan, dalam hal ini orang tua mendidik, membimbing dan melindungi
anak. Suami dan istri mungkin saja membawa pandangan yang berbeda
disimpulkan bahwa pola asuh orang tua merupakan suatu cara yang digunakan
oleh orang tua untuk mendidik, membimbing dan melindungi anak mereka,
6
B. Definisi Perilaku Seksual Pranikah
Perilaku seksual pranikah menurut Sarwono (dalam Taufik, 2013) adalah
aktifitas seksual yang dilakukan dengan lawan jenis tanpa adanya ikatan
pernikahan yang resmi baik secara agama maupun hukum. Tingkah laku seksual
hubungan intim, atau pada beberapa kasus, seks oral, yang secara besar
antar individu tidak hanya melibatkan alat kelamin tetapi juga terdapat peran
aktivitas penetrasi.
4. Sexual Intercourse adalah hubungan seksual yang dilakukan dengan
7
Menurut Irawati (dalam Taufik, 2013) remaja cenderung melakukan
berbagai macam perilaku seksual beresiko yang dapat menuju ke perilaku seks
dengan lawan jenis tanpa adanya ikatan pernikahan yang resmi baik secara
seks pranikah remaja dapat diartikan sebagai pola perilaku seks yang dilakukan
secara bebas, tanpa batasan, dan tidak terikat oleh ikatan pernikahan baik secara
perilaku seks pranikah remaja pada dasarnya adalah normal karena prosesnya
diawali dari rasa ketertarikan kepada orang lain, selanjutnya muncul gairah dan
diikuti oleh puncak kepuasan dan diakhiri dengan ketenangan (Naedi, 2012).
C. Hubunngan Pola Asuh dengan Perilaku seks Remaja
Berdasarkan hasil penelitian Aguma, Dewi dan Karim (2013) kepada 177
remaja didapatkan hasil analisa hubungan antara pola asuh orangtua dengan
perilaku seksual remaja diperoleh bahwa remaja yang berperilaku seksual tidak
25(75,8%) yang diasuh secara penelantar. Hasil uji statistik diperoleh nilai
seksual remaja).
8
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Wulandari (2010) yang
baik maka tingkat perilaku seksual remaja akan rendah. Penelitian lain tentang
pola asuh dengan perilaku seksual remaja dilakukan Setiyati (2006) yang
membuktikan bahwa ada hubungan yang positif antara pola asuh otoriter
orangtua dengan perilaku seksual remaja, yang berarti semakin otoriter pola asuh
sikap terhadap perilaku seksual remaja yang membuktikan bahwa ada hubungan
signifikan antara pola asuh demokratis dengan perilaku seksual remaja. Apabila
pola asuh demokratis diterapkan dengan baik maka tingkat perilaku seksual
remaja akan rendah. Penelitian lain tentang pola asuh dengan perilaku seksual
remaja dilakukan oleh Setiyati (2006) dengan judul Hubungan pola asuh otoriter
orang tua terhadap perilaku seksual remaja yang membuktikan bahwa ada
hubungan yang positif antara pola asuh otoriter orangtua dengan perilaku seksual
remaja, yang berarti semakin otoriter pola asuh orangtua, maka perilaku seksual
hasil analisa hubungan antara pola asuh orangtua dengan perilaku seksual remaja
remaja yang berperilaku seksual beresiko, tertinggi 25(75,8%) yang diasuh secara
penelantar.
9
2.3 Ringkasan dan Kerangka Berfikir Peneliti
Dalam keluarga terdapat pola pengasuhan anak,Wahyuning,et al.(2005)
mendefinisikan pola asuh sebagai cara atau perlakuan orang tua yang diterapkan
kepada anak. Pola asuh menentukan bagaimana cara orang tua merespon
kebutuhan dan keinginan anak, cara mereka mengatur anak dan akibat yang
Gunarsa (2002) menyatakan bahwa pola asuh orang tua adalah suatu interaksi
antara orang tua dengan anak selama orang tua menerapkan pengasuhan, dalam
hal ini orang tua mendidik, membimbing dan melindungi anak. Suami dan istri
Berdasarkan definisi yang telah dikemukakan oleh para ahli maka dapat
disimpulkan bahwa pola asuh orang tua merupakan suatu cara yang digunakan
oleh orang tua untuk mendidik, membimbing dan melindungi anak mereka,
aktifitas seksual yang dilakukan dengan lawan jenis tanpa adanya ikatan
pernikahan yang resmi baik secara agama maupun hukum. Tingkah laku seksual
pada beberapa kasus, seks oral, yang secara besar meningkat pada masa remaja
2009).
10
Perilaku seksual timbul sebagai akibat dari dorongan atau hasrat dalam diri
individu yang merasa tertarik dengan lawan jenisnya. Hubungan seksualitas antar
individu tidak hanya melibatkan alat kelamin tetapi juga terdapat peran psikologis
aktivitas penetrasi.
dilakukan dengan lawan jenis tanpa adanya ikatan pernikahan yang resmi
11
perilaku seks yang dilakukan secara bebas, tanpa batasan, dan tidak terikat
selanjutnya muncul gairah dan diikuti oleh puncak kepuasan dan diakhiri
2.4 Hipotesis
Hipotesis diartikan sebagai jawaban sementara bersumber dari khasanah
pengetahuan ilmiah yang ada. Oleh karena itu sebelum merumuskan hipotesis
diawali dengan mengkaji teori-teori atau telaahan pustaka dan kerangka pemikiran
ini adalah kedekatan keluarga sangat mempengaruhi perilaku seksual pada remaja.
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
Penelitian akan dilakukan di STIKES Bina Usada Bali dengan memberikan
questioner kepada sample yang akan diteliti dan merumuskan total dari jawaban
12
peneliti memilih orang tertentu yang dipertimbangkan akan memberikan data
pola asuh keluarga terhadap perilaku seksual remaja. Instrumen penelitian ini
kelamin, agama, dan suku. Kuesioner ini digunakan untuk melihat distribusi
pola asuh orang tua 20 soal dengan menggunakan, dengan 10 pertanyaan pola
skala likert.
3. Kuesioner untuk perilaku seksual remaja, maka peneliti membuat kuesioner
kepada sample yang telah dipilih untuk mengisi angket atau questioner tersebut.
3.5 Analisa Data
Setelah seluruh data terkumpul, maka analisis data dilakukan melalui
yang kurang.
2. Tabulating Di mana pada tahap ini peneliti memindahkan data dari daftar
13
3. Processing Yaitu memasukkan data dari kuesioner ke dalam program komputer
yang telah dimasukkan (di-entry) untuk mengetahui ada kesalahan atau tidak.
5. Analisis Data Analisis data yang dipakai ada dua, yaitu:
a. Univariat
dan persentase. Sedangkan data hasil analisa pola asuh orangtua serta analisa
perilaku remaja usia 12-20 tahun juga disajikan dalam bentuk frekuensi dan
dan negatif. Untuk analisa Perilaku remaja dengan rentang sebesar 10 dan
b. Bivariat
Hubungan pola asuh orangtua terhadap perilaku remaja dianalisa dengan
Teknik analisis korelasi ini digunakan untuk mencari koefisien korelasi atau
kekuatan hubungan. Dengan kata lain, disini akan diuji hubungan pola asuh
dalam menerima hipotesis Jika data probabilitas (p) < 0.05 maka H0 ditolak,
apabila (p) > 0,05 maka H0 gagal ditolak. Data disajikan dalam bentuk tabel
agar dapat dengan mudah melihat hubungan pola asuh orangtua terhadap
14
BAB IV
orangtua terhadap perilaku seksual remaja di STIKES Bina Usada Bali Semester
IV B, yang didapat dari pengumpulan data pada bulan 2017. Adapun jumlah
seluruh responden dalam penelitian ini adalah 36 responden yang terdiri dari 6
hubungan pola asuh orang tua terhadap perilaku seksual remaja diukur dengan
menggunakan uji chi-square. Dari hasil analisis data didapat p= 0,569 ( = 0,05)
yang berarti Ho gagal ditolak, artinya bahwa tidak terdapat hubungan yang
pola asuh orang tua demokrasi yaitu 27 responden (76,1%). Hasil penelitian
tersebut didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Lestari Endang
15
(2007) yang menunjukkan bahwa dari 144 responden, sebanyak 135 responden
(93,75%) yang memiliki pola asuh orang tua demokrasi. Hal ini menunjukkan
bahwa pola asuh demokrasi banyak digunakan oleh orang tua. Menurut Shocib
(dalam yuniati, 2003), orang tua yang menerapkan pola asuh demokrasi banyak
dapat mendorong anak untuk mandiri, tapi orang tua tetap menetapkan batas dan
kontrol serta memiliki dampak positif yaitu anak-anak akan merasa bahagia,
mempunyai kontrol diri dan rasa percaya dirinya terpupuk, bisa mengatasi stress,
punya keinginan untuk berprestasi dan bisa berkomunikasi dengan baik. Orang
tua yang menerapkan pola asuh demokratis akan berusaha mengajak anak agar
anak akan menghindari keburukan karena dia sendiri merasakan akibat perbuatan
16
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa mayoritas responden
(51,1%), laki-laki (52,3%). Pola asuh yang digunakan orang tua responden
Hasil uji chi-square diperoleh nilai probabilitas (p = 0,252) > 0,05 maka Ho
gagal ditolak, sehingga tidak ada hubungan yang bermakna antara pola asuh
DAFTAR PUSTAKA
17
Remaja dengan perilaku seks
bebas.http://news.okezone.com/read/2010/11/29/338/398249/1-660-
mahasiswi-diyogyakarta-tak-perawan; di akses 1 April 2017 Bornstein, M.H.
2008.
Hidayati, A. 2013. Pengaruh Tingkat Pendidikan dan Pola Asuh Orang Tua
terhadap Prestasi Pelajar. Jurnal Pendidikan, UNAND 13(3): 1-10
Salisa, (2010). Perilaku Seks Pra-Nikah Dikalangan Remaja Kota Surakarta Tahun
2010. Skripsi Surakarta: Fakultas Ilmu Sosilogi Universitas Sebelas Maret.
18
Yuldawati. (2008). Hubungan antara Pola Asuh Orang Tua dan Perilaku Seksual
Pelajar SMA Negeri di Kota Solok. Tesis Dipublikasikan. Jakarta: Magister
Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
19