Ishak Juarsah
ABSTRAK
1
PENDAHULUAN
Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 02/Pert/Hk.060/2/2006
yang dimaksud dengan pembenah tanah adalah bahan-bahan sintetis atau alami,
organik atau mineral yang berbentuk padat atau cair yang mampu memperbaiki sifat
fisik, kimia, dan biologi tanah. Di kalangan ahli tanah bahan pembenah tanah dikenal
sebagai soil conditioner yang secara lebih spesifik diartikan sebagai bahan-bahan
sintetis atau alami, organik atau mineral, berbentuk padat maupun cair yang mampu
memperbaiki struktur tanah, mengubah kapasitas tanah, menahan dan melalukan air,
serta memperbaiki kemampuan tanah dalam memegang hara, sehingga hara tidak
mudah hilang, dan tanaman masih mampu memanfaatkannya
Proses pengomposan biasa terjadi dengan sendirinya, lewat proses alami,
rumput, daun-daun dan kotoran hewan serta sampah lainnya yang lama kelamaan
membusuk karena adanya kerjasama antara mikroorganisme dengan cuaca. Proses
tersebut bisa dipercepat oleh perlakuan manusia, yaitu dengan menambahkan
mikroorganisme pengurai sehingga dalam waktu singkat akan diperoleh kompos yang
berkualitas baik. Sisa tanaman, hewan atau kotoran juga sisa jutaan mahluk kecil
yang berupa jamur bakteri merupakan sumber bahan organik yang sangat penting
terhadap perbaikan sifat fisik, kimia dan biologi tanah, namun bila sisa hasil tanaman
tidak dikelola dengan baik akan berdampak negative terhadap lingkungan, seperti
menyebabkan rendahnya keberhasilan pertumbuhan benih, karena imobilisasi hara
allelopati atau sebagai tempat berkembangnya pathogen tanaman. Bahan-bahan
tersebut akan menjadi lapuk dan busuk berada dalam keadaan basah dan lembab,
seperi halnya daun-daun akan menjadi lapuk bila jatuh ketanah dan menyatu dengan
tanah. Dalam pengembangan usahatani konservasi peranan bahan organik sangat
penting, untuk peningkatan produktivitas lahan terdegradasi juga dapat menambah
pendapatan petani. Pupuk organik yang diberikan pada tanah secara terus menerus
dapat mewujudkan pertanian yang berkelanjutan. Mengingat bahan untuk pengadaan
pupuk organik sulit diperoleh dalam jumlah banyak, maka perlu dipelajari tentang
jenis tanaman penghasil pupuk organik .
2
BAHAN DAN METODOLOGI PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kajian dari beberapa hasil
penelitian yang telah dilakukan dan diperoleh Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat
Bogor, Balai Penelitian Tanah Bogor terhadap pengelolaan pupuk organik untuk
perbaikan sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Penelitian ini bertujuan: 1), informasi
sumberr pupuk organik yang dapat menjadi masukan bagi penentu kebijakan dalam
pengembangan organik untuk pertanian berkelanjutan ;2) informasi jenis dan
kemampuan tanaman pagar penghasil pupuk organik dan perbanyakannya yang sesuai
dengan kondisi setempat, dan 3) menyelaraskan antara program pemerintah daerah,
peneliti penyuluh dan kelompok tani terhadap integrasi model usahatani organik pada
lahan kering dengan menggunakan tanaman legum.
Sumber pupuk organik dapat berasal dari limbah/hasil pertanian dan non pertanian
(limbah kota dan limbah industry ( Kurnia et al, 2001), Sedangkan dari hasil
pertanian berupa sisa tanaman (jerami dan brangkasan), sisa hasil pertanian (sekam
padi, kulit kacang tanah, ampas tebu, dan belotong), pupuk kandang (kotoran sapi,
kerbau, ayam,itik, dan kuda), dan pupuk hijau. Limbah kota atau sampah organik kota
biasanya dikumpulkan dari pasar-pasar atau sampah rumah tangga dari daerah
pemukiman serta taman-taman kota. Limbah industri yang dapat dimanfaatkan
sebagai pupuk organik antara lain limbah industry pangan. Berbagai bahan organik
tersebut dapat dijadikan pupuk organik melalui teknologi prngomposan sederhana
maupun dengan penambahan mikroba perombak serta pengkayaan dengan hara lain.
3
mengusahakan ternak, sehingga pupuk kandang merupakan komponen usaha tani.
Akan tetapi pupuk kandang yang tersedia kurang mencukupi kebutuhan, sehingga
penggunaanya kurang memberikan peningkatan hasil yang berarti dan kontinyu.
Abdurachman et al (2000). melaporkan pemberian beberapa jenis pupuk
organik kandang sapi, kambing, dan ayam dengan takaran 5 ton/ha pada Ultisol Jambi
nyata meningkatkan kadar C-organik tanah, hasil jagung dan kedelai. Kandungan
hara pupuk kandang yang digunakan dalam kajian penelitian ini disajikan pada Tabel
1. Pupuk kandang ayam mengandung hara Ca dan P yang lebih tinggi dari sapi dan
kambing yaitu berturut-turut sebesar 6,09 dan 1,5 %, sedangkan pupuk kandang
kambing mengandung C-organik K dan Cu lebih tinggi dari sapi dan ayam masing-
masing sebesar 12,46, 0,47 dan 135 %.
Tabel 1. Kandungan hara pupuk kandang sapi, kambing dan ayam pada
penelitian penggunaan berbagai jenis dan takaran pupuk kandang
4
tinggi takaran pupuk yang diberikan masih terjadi peningkatan hasil. Diantara
jenis pupuk kandang terlihat bahwa pupuk ayam meningkatkan hasil jagung
sangat nyata., hal ini karena adanya suplai hara P dari pukan, sedangkan
perbedaan jenis pupuk kandang tidak terlihat pada hasil kedelai.
5
Mimosa invisa Tumbuh sangat subur dengan jumlah stek sekitar
5 buah/pohon, namun biji belum dapat
terbentuk. Begitu dipangkas langsung tumbuh
melebar/bercabang-cabang
Sumber data : Riduansyah et al, 1998
6
organik merupakan salah satu cara dalam menanggulangi degradasi lahan.
Selain itu penggunaan pupuk organik relative lebih murah dan mudah. Apabila
modal petani terbatas, maka pengadaan pupuk organik setempat dapat
dilaksanakan dengan mengatur system pertanian yang memadukan pola
tanam dan usaha peternakan (Abdurachman et al.,1977). Kandungan hara
biomasa pangkasan tanaman pagar disajikan pada Table 4. Pupuk organik
yang beasal dari jerami dan flemingia congesta dapat meningkatkan C-
organik, KTK, dan N03. (Erfandi et al 1988,)
Tabel 4. Kandungan hara biomasa pangkasan tanaman pagar
Tanaman pagar N-Total P K Ca Mg
(%) .. ppm
Flemingia Congesta 4.08 24,13 105,54 5,82 12,87
Calliandra 3,02 25,66 108,77 7,22 12,59
Leucaena 5,36 21,40 63,08 7,50 11,85
Leucocephala
Albizia falcataria 3,40 17,49 84,22 3,92 19,1
Centroscema 3,18 23,26 121,35 4,23 14,1
pubescens
Colopogonium 3,85 17,37 222,31 2,97 15,85
mucunoides
Pueraria javanica 3,43 18,48 154,24 8,41 17,93
Mucuna 3,66 15,52 56,38 15,85 13,53
Mimosa invisa 3,89 17,09 162,47 9,35 13,65
Sumberdata : Riduanyah et al,1998
Peranan pupuk organik terhadap sifat fisik , kimia dan biologi tanah
7
Pupuk organik dan liat merupakan komponen utama dalam pembentukan
agregat yang dikenal sebagai bentuk kompleks liat-organik. Diperkirakan
bahwa 51,6 % sampai 97,8 % dari jumlah carbon dalam tanah merupakan
bentuk komplek liat-organik. Pada tanah berpasir peranan pupuk organik
dalam pembentukan dan pemantapan agregat lebih besar dari pada liat sendiri.
Pupuk organik terutama polisakarida dan kaloid asam humus sangat
berperan dalam pembentukan agregat yang baik, pada hampir semua tanah
Molisols, Alfisols, dan Inceptisols. Tetapi pada tanah Oxisols pupuk organik
kurang penting karena hidrosida-oksida Al dan Fe lebih berperan pada
pembentukan agregat tanah.
8
pada tanah-tanah masam. Pada tanah-tanah yang kandungan P - tersedia
rendah bentuk fosfat organik merupakan peranan penting dalam penyediaan
hara tanaman karena hampir sebagian besar P yang diperlukan tanaman
terdapat pada senyawa P- organik. Sebagian besar P-organik dalam organ
tanaman terdapat sebagai fitin, fostolipid, dan asam nukleat. Asam nukleat
hanya sedikit tersedia dalam pupuk organik tanah karena senyawa tersebut
mudah digunakan oleh jasad renik tanah. Pada tanah alkalin, dapat terbentk
fosfat dengan Ca atau Mg, sedangkan pada tanah masam dengan Al dan atau
Fe P- anorganik dalam bentuk Al-Fe, Ca. P yang tidak tersedia bagi tanaman,
akan dirombak oleh organisme pelarut P menjadi P-anorganik yang larut atau
tersedia bagi tanaman. Selain itu pupuk organik juga mengandung humus
(bunga tanah) yang sangat dibutuhkan untuk peningkatan hara makro dan
mikro dan sangat dibutuhkan tanaman. Peranan pupuk organik sangat penting
pada tanah untuk mejaga kemampuan tanah bereaksi dengan ion logam untuk
membentuk senyawa kompleks. Dengan demikian ion logam yang bersifat
meracuni tanaman serta merugikan penyediaan hara pada tanah seperti Al, Fe,
dan Mn dapat diperkecil dengan adanya pupuk organik.
Biologi Tanah
Pupuk organik banyak mengandung mikroorganisme (fungi,
aktinomisites, bakteri dan alga). Dengan ditambahkanya pupuk organik
kedalam tanah mikro orgnisme dalam tanah akan berpacu untuk berkembang.
Proses dekomposisi lanjut oleh mikro- organisme akan tetap terus berlangsung
dan tidak akan mengganggu proses pertumbuhan tanaman. Gas C02 yang
dihasilkan mikro-organisme tanah akan dipergunakan untuk fotosistesis
tanaman, sehingga pertumbuhan tanaman akan lebih cepat. Amonifikasi,
nitrifikasi dan fiksasi nitrogen juga akan meningkat karena pemberian pupuk
organik sebagai sumber karbon yang terkandung didalam pupuk organik.
Aktivitas berbagai mikro-organisme didalam pupuk organik menghasilkan
hormon-hormon pertumbuhan, misalkan auksin, giberelin, dan sitokinin yang
memacu pertumbuhan dan perkembangan akar-akar tanaman sehingga daerah
pencaraian makanan lebih luas. Pemberian pupuk organik pada lahan sawah
9
akan membantu mengendalikan atau mengurangi populasi nematode, karena
cendawan dan bakteri dapat memberikan kondisi yang kurang menguntugkan
bagi perkembangan nematode.
Pupuk organik memberikan efek positif pada aktivitas berbagai enzim
hidrolase yang kemungkinan disebabkan oleh meningkatnya biomassa
mikroba (Garcia et al,1994). Setelah 10 tahun penambahan pupuk organik,
siklus biokimia N, aktivitas (Urease protease-BBA), P (Phosphatase) dan
karbon (B-glucosidase) dapat di reaktivasi, sehingga kesuburan tanah
meningkat (Laad,1985).
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
10
Tanah dan Agroklimat (1991). Penelitian dan Pengembangan Pupuk Kompos
sampah Kota, Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, Badan Litbang
Pertanian
Erfandi et al 1988, Penelitian alley cropping di Kuamang Kuning, Jambi.
Hasil Penelitian Pola Usahatani Terpadu di Daerah Transmigrasi Kuamang
Kuning Jambi. Bagian Proyek Perencanaan Pengembangan dan Koordinasi
Proyek-proyek Transmigrasi Bantuan Luar Negeri (PPK-PBLN), Departemen
Transmigrasi dan Pusat Penelitian Tanah, Badan Litbang Pertanian.
Garcia C, Hernandez T, Costa F, Ceccanti B. 1994. Biochemical parameters
in soil regenerated by the addition of organic wastes. Wastes Management and
Res. 12; 457-488
Kurnia,U.,D.Setyorini,T.Prihatini,S. Rochayati,Sutono dan H.Suganda.2001.
Perkembangan dan Penggunaan Pupuk Organik di Indonesia. rapat Koordinasi
Penerapan Penggunaan Pupuk Berimbang dan Peningkatan Penggunaan
Pupuk organik. Direktorat Pupuk dan Pestisida, Direktorat Jendral Bina
Sarana Pertanian, Jakarta. Nopember 2001.
Laad, J.N. 1985.Soil enzymes.p. 175-221. in D vaughen and R.E. Malcolm
(eds). Soil 0rganic Matter and Biological Avtivity. The Hague, the
Netherlands, Nijhoft & Junk Pubi
Riduansyah, A. Aspan, B. Winarso. M, Syarif dan Witono : Adaptabilitas
Tanaman Legum untuk Mendukung Usaha Pertanian Menetap (UPM).
Prosiding Lokakarya Nasional Pembahasan Hasil Penelitian Pengelolaan
Daerah Aliran Sungai , Bogor , 27- 28 oktober 1998
11