Anda di halaman 1dari 3

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA TERAPAN

PERCOBAAN II
HIPERTENSI

DISUSUN OLEH

NAMA : JUMADIL
NIM : O1A1 15 155
KELAS : D
KELOMPOK : VII
ASISTEN : MERLYN

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2017
BAB I
PENDAHULUAN
A Tujuan Percobaan
Tujuan percobaan ini adalah :
1. Untuk mengetahui dan memahami cara melakukan skrining resep pasien hipertensi
kondisi khusus,
2. Untuk mengetahui dan memahami cara perhitungan dosis dan bahan dalam resep pasien
hipertensi kondisi khusus,
3. Untuk mengetahui dan memahami cara pelayanan informasi obat dan konseling pasien
hipertensi kondisi khusus.

B Landasan Teori
Ukuran tekanan darah terdiri dari tekanan darah sistol dan tekanan diastol. Tekanan
darah sistol adalah tekanan pada pembuluh arteri ketika jantung berkontraksi. Tekanan darah
diastol adalah tekanan ketika jantung berelaksasi. Nilai normal tekanan darah seseorang
dengan ukuran tinggi badan, berat badan, tingkat aktifitas normal dan kesehatan secara
umum adalah 120/80 mmHg. Dalam aktivitas sehari - hari, tekanan darah normalnya adalah
dengan nilai angka kisaran setabil. Hipertensi merupakan keadaan ketika tekanan darah
sistolik lebih dari 120mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 80 mmHg. Hipertensi sering
menyebabkan perubahan pada pembuluh darah yang dapat mengakibatkan semakin tingginya
tekanan darah (Sukarmin, 2016).
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih
dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran
dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat atau tenang. Peningkatan
tekanan darah yang berlangsung dalam jangka waktu lama (persisten) dapat menimbulkan
kerusakan pada ginjal (gagal ginjal), jantung (penyakit jantung koroner) dan otak
(menyebabkan stroke) bila tidak dideteksi secara dini dan mendapat pengobatan yang
memadai. Banyak pasien hipertensi dengan tekanan darah tidak terkontrol dan jumlahnya
terus meningkat. Oleh karena itu, partisipasi semua pihak, baik dokter dari berbagai bidang
peminatan hipertensi, pemerintah, swasta maupun masyarakat diperlukan agar hipertensi
dapat dikendalikan (Destiani dkk., 2016).
Hipertensi atau tekanan darah tinggi diperkirakan telah menyebabkan 4,5% dari
beban penyakit di dunia, dan prevalensinya hampir sama besar di negara berkembang
maupun di negara maju (WHO, 2003). Penyakit hipertensi telah menjadi masalah utama
dalam kesehatan masyarakat yang ada di Indonesia maupun di beberapa negara yang ada di
dunia. Kenaikan kasus hipertensi diperkirakan sekitar 80%, terutama di Negara berkembang
terjadi di tahun 2025. Dari 639 juta kasus di tahun 2000, diperkirakan menjadi 1.15 milyar
kasus di tahun 2025. Prediksi ini didasarkan angka penderita hipertensi dan pertambahan
penduduk saat ini. Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah dalam pembuluh
darah meningkat secara kronis. Hal tersebut dapat terjadi karena jantung bekerja lebih keras
memompa darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi tubuh. Apabila kondisi ini
dibiarkan, maka dapat mengganggu fungsi organ-organ lain, terutama organ-organ vital
seperti jantung dan ginjal. Seseorang dikatakan menderita hipertensi, apabila pernah
didiagnosis menderita hipertensi/penyakit tekanan darah tinggi oleh tenaga kesehatan
(Wahyuni, 2016).
Tekanan darah tinggi atau hipertensi dapat diakibatkan oleh stres yang diderita
individu, sebab reaksi yang muncul terhadap impuls stres adalah tekanan darahnya
meningkat. Selain itu, umumnya individu yang mengalami stres sulit tidur, sehingga akan
berdampak pada tekanan darahnya yang cenderung tinggidan ketidakpatuhan dalam
pengobatan dan stres yang berkepanjangan dapat menambah parah hipertensi (Pusparani,
2016).
Modifikasi gaya hidup saja bisa dianggap cukup untuk pasien dengan prehipertensi,
tetapi tidak cukup untuk pasien-pasien dengan hipertensi atau untuk pasien-pasien dengan
target tekanan darah 130/80 mmHg (DM dan penyakit ginjal). Pemilihan obat tergantung
berapa tingginya tekanan darah dan adanya indikasi khusus. Kebanyakan pasien dengan
hipertensi tingkat 1 harus diobati pertama-tama dengan diuretik tiazid. Pada kebanyakan
pasien dengan tekanan darah lebih tinggi (hipertensi tingkat 2), disarankan kombinasi terapi
obat, dengan salah satunya diuretik tipe tiazid (Depkes, 2006).
Asupan kalium dari makanan dapat mengatasi kelebihan natrium karena kalium
berfungsi sebagai diuretik dan menghambat pengeluaran renin sehingga tekanan darah
menjadi normal kembali. Selain itu kalium juga dapat menghambat efek sensitifitas tubuh
terhadap natrium. Hasil penelitian Adrogue dan Madias (2007) menunjukkan bahwa pasien
hipertensi yang mengkonsumsi makanan tinggi kalium disertai natrium yang cukup dapat
menurunkan tekanan darah secara signifikan yakni 3,4 mmHg pada tekanan sistolik dan 1,9
mmHg pada tekanan diastolik (Kusumastuty dkk., 2016).

Anda mungkin juga menyukai