Anda di halaman 1dari 26

TUGAS MATERIAL TEKNIK

MAKALAH
MATERIAL TEKNIK
BAJA PADUAN (ALLOY STELL)

Disusun oleh :

JURUSAN TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

INSTITUT SAINS & TEKNOLOGI AKPRIND

YOGYAKARTA

2016
KATA PENGANTAR

Pembelajaran Material teknik adalah salah satu mata kuliah Teknik Mesin yang utama,
bertujuan untuk memampukan pembelajar material teknik agar menguasai dan memahami di
berbagai bidang,khususnya bidang teknik mesin (material teknik).

Makalah ini disusun untuk membantu proses pembelajaram mahasiswa khususnya untuk
mahasiswa teknik mesin.Makalah ini hanya sebagian saja dari pada pelajaran material teknik di
suatu pabrik yang memproduksi atau membuat baja,dan makalah ini berisi tentang kandungan
atom,struktur mikro,proses pembuatannya dan pengguananya.

Seperti sudah kita ketahui,tujuan umum pemberian mata kuliah Material teknik di
perguruan tinggi adalah agar mahasiswa memiliki sikap yang positif terhadap mata pelajarannya.

Dalam Penulisan makalah ini saya merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik
pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang saya miliki. Untuk itu
saya minta maaf dalam penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Dalam penyusunan makalah ini saya menyampaikan ucapan terima kasih yang tak
terhingga kepada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah ini. semoga
bantuan anda semua mendapat imbalan yang setimpal dari Tuhan YME, aminn

Yogyakarta,17 Mei 2016

Penulis
DAFTAR ISI

Kata pengantar

BAB I.....

PENDAHULUAN..

1.1. Pengertian

1.2. Kandungan atom atau struktur kimia

1.3. Bentuk struktur mikro

1.4. Cara pembuatan

1.5. Diagram fasa Fe-Fe3C, CCT,& Schaeffeler

BAB II...

Proses Peleburan Baja dengan EAF..

2.1. Klasifikasai baja paduan

2.2. Sifat-sifat teknis bahan

2.3. Contoh penggunaan aplikasi dibidang teknik pertanian/teknik mesin

2.4. Standarisasi dan pengkodean

2.5. Bentuk,ukuran,dan harga yang dipasar

BAB III.

Kesimpulan

Daftar pustaka
BAB I

PENDAHULUAN
1.1. PENGERTIAN
Baja dikatakan padu jika kompesisi unsur-unsur paduannya secara khusus, bukan baja
karbon biasa yang terdiri dari unsur silisium dan mangan. Baja paduan semakin banyak
digunakan.Unsur yang paling banyak digunakan untuk baja paduan, yaitu: Cr,Mn, Si, Ni, W, Mo,
Ti, Al, Cu, Nb dan Zr.

Penambahan unsur-unsur lain dalam baja karbon dapat dilakukan dengan satu atau lebih
unsur, tergantung dari karakteristik atau sifat khusus yang dikehendaki. Baja ini memiliki lebih
kekuatan, kekerasan, kekerasan panas, memakai perlawanan, kemampukerasan, atau
ketangguhan dibandingkan dengan baja karbon. However, they may require heat treatment to
achieve such properties.

1.2. KANDUNGAN ATOM ATAU UNSUR KIMIA


Unsur paduan ditambahkan untuk mencapai sifat tertentu dalam materi. Sebagai
pedoman, unsur paduan ditambahkan dalam persentase lebih rendah (kurang dari 5%) untuk
meningkatkan kekuatan atau kekerasan, atau dalam persentase yang lebih besar (lebih dari 5%)
untuk mencapai sifat-sifat khusus, seperti ketahanan korosi atau suhu ekstrim stabilitas.

Mangan(Mg), silicon(Si), atau aluminium(Al) ditambahkan selama pembuatan baja


proses untuk menghilangkan oksigen terlarut dari lelehan. Mangan, silikon, nikel, dan tembaga
ditambahkan untuk meningkatkan kekuatan dengan membentuk larutan padat di ferit. Kromium,
vanadium, molibdenum, dan tungsten meningkatkan kekuatan dengan membentuk fase kedua-
karbida. Nikel dan tembaga meningkatkan ketahanan korosi dalam jumlah kecil. Molibdenum
membantu untuk melawan embrittlement. Zirconium, cerium, dan kalsium meningkatkan
ketangguhan dengan mengendalikan bentuk inklusi. Mangan sulfida, timbal, bismut, selenium,
dan telurium-mesin meningkat.
Elemen paduan cenderung yang baik untuk membentuk senyawa atau karbida. Nikel
sangat larut dalam ferit, sehingga membentuk senyawa, biasanya Ni 3 Al. Aluminium larut dalam
ferit dan membentuk senyawa Al 2 O 3 dan AlN. Silikon juga sangat larut dan biasanya
membentuk senyawa SiO 2 M x O y. Mangan kebanyakan larut dalam membentuk senyawa ferit
Mns, MnO SiO 2, tetapi juga akan membentuk karbida dalam bentuk (Fe, Mn) 3 C. Bentuk
kromium partisi antara fasa ferit dan karbida di baja, membentuk (Fe, Cr 3) C, Cr 7 C 3, dan Cr 23

C 6. Jenis bentuk kromium karbida yang tergantung pada jumlah karbon dan jenis-jenis elemen
paduan hadir. Tungsten dan molibdenum membentuk karbida jika ada karbon yang cukup dan
tidak adanya unsur-unsur pembentuk karbida kuat (yaitu titanium & niobium), mereka
membentuk karbida Mo 2 C dan W 2 C, masing-masing. Vanadium, titanium, dan niobium
karbida unsur-unsur kuat yang membentuk karbida V 3 C 3, TiC, dan NIC satu demi satu.

Unsur paduan juga memiliki mempengaruhi pada suhu eutektoid baja. Mangan dan nikel
eutektoid menurunkan suhu dan dikenal sebagai unsur menstabilkan austenit. Cukup dengan
elemen-elemen ini pada struktur austenitik dapat diperoleh pada suhu kamar. Elemen
pembentukan karbida eutektoid menaikkan suhu; elemen ini dikenal sebagai unsur menstabilkan
ferit.
1.3. BENTUK STRUKTUR MIKRO

Baja secara umum memiliki struktur mikro berupa ferit, dan pearlite. Ada beberapa
perbedaan struktur mikro yang disebabkan oleh konsentrasi karbon pasa masing masing
campuran, Fasa-fasa padat yang ada didalam baja :

a. Ferit (alpha) : merupakan sel satuan (susunan atom-atom yang paling kecil dan teratur) berupa
Body Centered Cubic (BCC= kubus pusat badan), Ferit ini mempunyai sifat magnetis, agak
ulet, dan agak kuat.

b. Autenit : merupakan sel satuan yang berupa Face Centered Cubic (FCC = kubus pusat muka),
Austenit ini mempunyai sifat Non magnetis, dan ulet.

c. Sementid (besi karbida) : merupakan sel satuan yang berupa orthorombik, Sementid ini
mempunyai sifat keras dan getas.
d. Perlit : merupakan campuran fasa ferit dan sementid sehingga mempunyai sifat kuat.

e. Delta : merupakan sel satuan yang berupa Body Centered Cubic (BCC=kubus pusat badan)

High Speed Steel (HSS) merupakan salah satu bagian dari Tool steel dengan
kararakteristik mampu mempertahankan nilai kekerasan pada suhu 300~700 derajat celcius.
Selain itu material HSS juga memeliki kadar karbon yang relative lebih tinggi dibandingkan
material tool steel lainnya yaitu berkisar 1.5~2.0% C. Unsur-unsur paduan utama yang terdapat
dalam material HSS yang akan membentuk karbida yaitu Tungsten, Molybdenum, Vanadium.
Chromium. Unsur Nickel dan Manganese tidak terlalu banyak digunakan yaitu berkisar
0.2~0.5%. Penambahan Cobalt, Boron, Niobium merupakan salah satu alternatif untuk
meningkatkan kinerja material HSS. Material HSS bisa di hasilkan melalui proses pengecoran
atau proses metalurgi serbuk. Berikut ini saya tampilkan beberapa struktur mikro material HSS
hasil proses pengecoran dengan menggunakan etsa Murakami dengan perbesaran 500X,
mikroskop Olympus GX51 Inverted Type

1.4. CARA PEMBUATAN

Proses dalam Dapur Tinggi Prinsip dari proses dapur tinggi adalah prinsip reduksi. Pada
proses ini zat karbon monoksida dapat menyerap zat asam dari ikatan-ikatan besi zat asam pada
suhu tinggi. Pada pembakaran suhu tinggi + 18000 C dengan udara panas, maka dihasilkan suhu
yang dapat menyelenggarakan reduksi tersebut. Agar tidak terjadi pembuntuan karena proses
berlangsung maka diberi batu kapur sebagai bahan tambahan. Bahan tambahan bersifat asam
apabila bijih besinya mempunyai sifat basa dan sebaliknya bahan tambahan diberikan yang
bersifat basa apabila bijih besi bersifat asam.

Gas yang terbentuk dalam dapur tinggi selanjutnya dialirkan keluar melalui bagian atas
dan ke dalam pemanas udara. Terak yang menetes ke bawah melindungi besi kasar dari oksida
oleh udara panas yang dimasukkan, terak ini kemudian dipisahkan.

Zat arang dari kokas terbakar menurut reaksi :

C+O2 CO2
sebagian dari CO2 bersama dengan zat arang membentuk zat yang berada ditempat yang lebih
atas yaitu gas CO.

CO + C 2CO

Di bagian atas dapur tinggi pada suhu 300 sampai 800 C oksid besi yang lebih tinggi diubah
menjadi oksid yang lebih rendah oleh reduksi tidak langsung dengan CO tersebut menurut
prinsip :

Fe O + CO 2FeO+CO

Pada waktu proses berlangsung muatan turun ke bawah dan terjadi reduksi tidak langsung
menurut prinsip :

FeO+CO FeO+CO2
Reduksi ini disebut tidak langsung karena bukan zat arang murni yang mereduksi melainkan
persenyawaan zat arang dengan oksigen. sEdangkan reduksi langsung terjadi pada bagian yang
terpanas dari dapur, yaitu langsung di atas pipa pengembus. Reduksi ini berlangsung sebagai
berikut.
FeO+C Fe+CO
CO yang terbentuk itulah yang naik ke atas untuk mengadakan reduksi tidak langsung tadi.
Setiap 4 sampai 6 jam dapur tinggi dicerat, pertama dikeluarkan teraknya dan baru kemudian
besi. Besi yang keluar dari dapur tinggi disebut besi kasar atau besi mentah yang digunakan
untuk membuat baja pada dapur pengolahan baja atau dituang menjadi balok-balok tuangan yang
dikirimkan pada pabrik-pabrik pembuatan baja sebagai bahan baku. Besi cair dicerat dan dituang
menjadi besi kasar dalam bentuk balok-balok besi kasar yang digunakan sebagai bahan ancuran
untuk pembuatan besi tuang (di dalam dapur kubah) atau masih dalam keadaan cair dipindahkan
pada bagian pembuatan baja (dapur Siemen Martin).

Terak yang keluar dari dapur tinggi dapat pula dimanfaatkan menjadi bahanpembuatan
pasir terak atau wol terak sebagai bahan isolasi atau sebagai bahan campuran semen. Besi cair
yang dihasilkan dari proses dapur tinggi sebelum dituang menjadi balok besin kasar sebagai
bahan ancuran di pabrik penuangan, perlu dicampur dahulu di dalam bak pencampur agar
kualitas dan susunannya seragam. Dalam bak pencampur dikumpulkan besi kasar cair dari
bermacam-macam dapur tinggi yang ada untuk mendapatkan besi kasar cair yang sama dan
merata. Untuk menghasilkan besi kasar yang sedikit mengandung belerang di dalam bak
pencampur tersebut dipanaskan lagi menggunakan gas dapur tinggi.

1.5. DIAGRAM FASA Fe-Fe3C, CCT,& Schaeffeler

SISTEM KESETIMBANGAN Fe-C

Diagram fasa Fe-3C sangat penting di bidang material teknik karena sangat bermanfaat di
dalam menjelaskan perubahan-perubahan fasa Baja (paduan logam Fe-3C). Baja merupakan
logam yang banyak dipakai di bidang teknik karena kekuatan tarik yang tinggi dan keuletan yang
baik. Paduan ini mempunyai sifat mampu bentuk (formability) yang baik dan sifat-sifat
mekaniknya dapat diperbaiki dengan jalan perlakuan panas atau perlakuan mekanik. Untuk
memudahkan di dalam memahami paduan Fe-3C, terlebih dahulu akan dibahas sifatsifat besi
murni (Fe).

Diagram fasa Fe-Fe3C menampilkan hubungan antara temperatur dan kandungan karbon (%C)
selama pemanasan lambat. Dari diagram fasa tersebut dapat diperoleh informasi-informasi
penting yaitu antara lain:
1. Fasa yang terjadi pada komposisi dan temperatur yang berbeda dengan kondisi pendinginan
lambat.
2. Temperatur pembekuan dan daerah-daerah pembekuan paduan Fe-C bila dilakukan
pendinginan lambat.
3. Temperatur cair dari masing-masing paduan.
4. Batas-batas kelarutan atau batas kesetimbangan dari unsur karbon pada fasa tertentu.
5. Reaksi-reaksi metalurgis yang terjadi, yaitu reaksi eutektik, peritektik dan eutektoid.
Beberapa istilah dalam diagram kesetimbangan Fe-Fe3C dan fasa-fasa yang terdapat didalamnya
akan dijelaskan dibawah ini. Berikut adalah batas-batas temperatur kritis pada diagram Fe-Fe3C:
- A1, adalah temperatur reaksi eutektoid yaitu perubahan fasa menjadi +Fe3C (perlit) untuk
baja hypo eutektoid.
- A2, adalah titik Currie (pada temperatur 769OC), dimana sifat magnetik besi berubah dari
feromagnetik menjadi paramagnetik.
- A3, adalah temperatur transformasi dari fasa menjadi (ferit) yang ditandai pula dengan
naiknya batas kelarutan karbon seiring dengan turunnya temperatur.
- Acm, adalah temperatur transformasi dari fasa menjadi Fe3C (sementit) yang ditandai pula
dengan penurunan batas kelarutan karbon seiring dengan turunnya temperatur.
- A13, adalah temperatur transformasi menjadi +Fe3C (perlit) untuk baja hiper etektoid.
Fasa-fasa yang terjadi dalam diagram kesetimbangan Fe-C selama pemanasan yang lambat:
- Ferit (), yaitu paduan Fe dan C dengan kelarutan C maksimum 0,025% pada temperatur
723OC, struktur kristalnya BCC (Body Centered Cubic).
- Austenit (), adalah paduan Fe dan C dengan kelarutan C maksimum 2% pada temperatur
1148OC, struktur kristalnya FCC (Face Centered Cubic).
- Delta (), adalah paduan Fe dan C dengan kelarutan C maksimum 0,1% pada temperatur
1493OC, struktur kristal BCC (Body Centered Cubic).
- Senyawa Fe3C atau biasa disebut sementit dengan kandungan C maksimum 6,67%, bersifat
keras dan getas dan memiliki struktur kristal Orthorombic.
- Liquid atau fasa cair, adalah daerah paling luas dimana kelarutan C sebagai paduan utama
dalam Fe tidak terbatas pada temperatur yang bervariasi.
Adapun reaksi-reaksi metalurgis yang biasa terjadi berdasarkan pada diagram Fe-Fe3C yaitu :
- Reaksi peritektik, terjadi pada temperatur 1495OC dimana logam cair (liquid) dengan
kandungan 0,53%C bergabung dengan delta () kandungan 0,09%C bertransformasi menjadi
austenit () dengan kandungan 0,17%C. Delta () adalah fasa padat pada temperatur tinggi
dan kurang berarti untuk proses perlakuan panas yang berlangsung pada temperatur yang
lebih rendah.
- Liquid (C=0,53%) + Delta ()(C=0,09%) ----- Austenit ()(C=0,17%).
- Reaksi eutektik, reaksi ini terjadi pada temperatur 1148OC, dalam hal ini logam cair dengan
kandungan 4,3%C membentuk austenit () dengan 2%C dan senyawa semenit (Fe3C) yang
mengandung 6,67%C.
- Liquid (C=4,3%)------Austenit ()(C=2,11%) + Fe3C(C=6,67%)
- Reaksi eutectoid, reaksi ini berlangsung pada temperature 723OC, austenit () padat dengan
kandungan 0,8 %C menghasilkan ferit () dengan kandungan 0,025%C dan semenit (Fe3C)
yang mengandung 6,67%C.
- Austenit ()(C=0,8%)-----ferit () (C=0,025%) + Fe3C(C=6,67%).
- Reaksi ini merupakan reaksi fasa padat yang mempunyai peran cukup penting pada proses
perlakuan panas baja karbon.
CCT Diagram

Gambar diagram CCT baja karbon eutectoid diturunkan dari diagram IT.

Sebenarnya memplot kurva pendinginan pada diagram IT tidak tepat karena


transformasi yang digambarkan dengan diagram IT adalah transformasi pada
temperature konstan, sedangkan pendinginan yang dialami suatu benda pada
proses laku panas biasanya pendinginan yang kontinyu. Letak kurva transformasi
akan bergeser bila transformasi berlangsung pada temperatur yang menurun.
Karena itu perlu dibuat suatu diagram transformasi pada pendingian kontinyu.

Diagram transformasi semacam ini dinamakan diagram transformasi


pendinginan kontinyu atau diagram CCT (Continuous Cooling Transformation).
Bentuknya agak berbeda dibandingkan dengan diagram IT, lihat gambar di atas.
kurva transformasi tergeser sedikit ke kanan bawah, dan pada baja karbon tidak
terdapat daerah transformasi austenitbainit. Ini disebabkan karana kurva awal
transformasi austenit-bainit terhalang oleh kurva transformasi austenit-perlit.

Tetapi dari gambar di atas yang menggambarkan kurva transformasi


pendinginan kontinyu (garis tebal) yang disuperimpose pada diagram IT (garis tipis)
baja karbon eutectoid, tampak bahwa dengan pendinginan kontinyu lebih mudah
diperoleh martensit, karena kurva transformasi ber-geser ke kanan. Misalnya pada
kurva pendinginan dengan laju 250 oF/s, untuk kurva transformasi pendinginan
kontinyu akan merupakan laju pendinginan kritis, akan menghasilkan 100%, tetapi
pada kurva transformasi isothermal masih akan menghasilkan sedikit perlit sebelum
menjadi martensit.

Pada proses laku panas biasanya pendinginan dilakukan dengan


pendinginankontinyu, sehingga biasanya diagram CCT lebih banyak digunakan.
Sedangkan diagram IT digunakan untuk proses laku panas tertentu yang dilakukan
dengan pendingina isothermal.

Diagram Schaeffler

Ferit penting dalam menghindari panas retak pada saat pendinginan dari pengelasan baja
tahan karat austenitik. 'Konstitusi diagram' digunakan untuk memprediksi tingkat ferit dari
komposisi dengan membandingkan efek dari austenit dan ferit unsur menstabilkan. The
Schaeffler dan Delong diagram adalah metode asli memprediksi saldo fase di austenitik las
stainless steel.

Nikel dan kromium setara

A 'nikel setara' dihitung untuk menstabilkan elemen austenit dan ferit 'kromium setara'
menstabilkan elemen. Ini digunakan sebagai sumbu untuk diagram, yang menunjukkan daerah
setara komposisi dimana fase austenit, ferit, martensit (dan campurannya) harus hadir. Meskipun
dimaksudkan untuk menunjukkan keseimbangan fase pengisi las, diagram ini juga dapat
digunakan untuk menggambarkan keseimbangan fase bahan 'induk'. Ada diagram yang berbeda
untuk sistem paduan yang berbeda.
Nikel dan kromium setara menggunakan rumus.

Ni (eq) = Ni + (30 x C) + (0.5 x Mn)


Cr (eq) = Cr + Mo + (1.5 x Si) + (0.5 x Nb)
Hal ini memberikan diagram yang berguna untuk baja austenitik, kecuali orang-orang dengan
tambahan nitrogen. Nilai untuk khas 304 (1.4301) dan 316 (1.4401) komposisi ditunjukkan di
bawah ini.

Diagram, mengidentifikasi batas-batas fase ditampilkan di bawah.


BAB II

Proses Peleburan Baja Dengan EAF

Proses peleburan dalam EAF ini menggunakan energi listrik. Konstruksi tungku ini Panas
dihasilkan dari busur listrik yang terjadi pada ujung bawah dari elektroda. Energi panas yang
terjadi sangat tergantung pada jarak antara elektroda dengan muatan logam di dalam tungku.
Bahan elektroda biasanya dibuat dari karbon atau grafit. Kapasitas tungku EAF ini dapat berkisar
antara 2 - 200 ton dengan waktu peleburannya berkisar antara 3 - 6 jam.

Bahan baku yang dilebur biasanya berupa besi spons (sponge iron) yang dicampur
dengan skrap baja. Penggunaan besi spons dimaksudkan untuk menghasilkan kualitas baja yang
lebih baik. Tetapi dalam banyak hal (terutama untuk pertimbangan biaya) bahan baku yang
dilebur seluruhnya berupa skrap baja, karena skrap baja lebih murah dibandingkan dengan besi
spons.
Disamping bahan baku diatas, seperti halnya pada proses BOF, bahan-bahan lainnya
yang ditambahkan pada EAF adalah batu kapur, ferosilikon, feromangan, dan lain-lain dengan
maksud yang sama pula. Proses basa dan asam dapat diterapkan dalam EAF. Untuk pembuatan
baja berupa produk cor maka biasanya digunakan proses asam, sedangkan untuk pembuatan baja
spesial biasanya digunakan proses basa.

2.1. KLASIFIKASI BAJA PADUAN


1. Berdasarkan persentase paduannya
a. Baja paduan rendah
Bila jumlah unsur tambahan selain karbon lebih kecil dari 8% (menurut Degarmo. Sumber
lain, misalnya Smith dan Hashemi menyebutkan 4%), misalnya : suatu baja terdiri atas
1,35%C; 0,35%Si; 0,5%Mn; 0,03%P; 0,03%S; 0,75%Cr; 4,5%W [Dalam hal ini
6,06%<8%]>
b. Baja paduan tinggi
Bila jumlah unsur tambahan selain karban lebih dari atau sama dengan 8% (atau 4%
menurut Smith dan Hashemi), misalnya : baja HSS (High Speed Steel) atau SKH 53 (JIS)
atau M3-1 (AISI) mempunyai kandungan unsur : 1,25%C; 4,5%Cr; 6,2%Mo; 6,7%W;
3,3%V.

Sumber lain menyebutkan:


a. Low alloy steel (baja paduan rendah), jika elemen paduannya 2,5 %
b. Medium alloy steel (baja paduan sedang), jika elemen paduannya 2,5 10 %
c. High alloy steel (baja paduan tinggi), jika elemen paduannya > 10 %
2. Berdasarkan jumlah komponennya:
a. Baja tiga komponen
Terdiri satu unsur pemadu dalam penambahan Fe dan C.
b. Baja empat komponen atau lebih
Terdiri dua unsur atau lebih pemadu dalam penambahan Fe dan C. Sebagai contoh baja
paduan yang terdiri: 0,35% C, 1% Cr,3% Ni dan 1% Mo.
3. Berdasarkan strukturnya:
a. Baja pearlit (sorbit dan troostit)
Unsur-unsur paduan relatif kecil maximum 5% Baja ini mampu dimesin, sifat mekaniknya
meningkat oleh heat treatment (hardening &tempering)
b. Baja martensit
Unsur pemadunya lebih dari 5 %, sangat keras dan sukar dimesin
c. Baja austenit
Terdiri dari 10 30% unsur pemadu tertentu (Ni, Mn atau CO) Misalnya : Baja tahan karat
(Stainless steel), nonmagnetic dan baja tahan panas (heat resistant steel).
d. Baja ferrit
Terdiri dari sejumlah besar unsur pemadu (Cr, W atau Si) tetapi karbonnya rendah. Tidak
dapat dikeraskan.
e. Karbid atau ledeburit
Terdiri sejumlah karbon dan unsur-unsur pembentuk karbid (Cr, W, Mn, Ti, Zr).
4. Berdasarkan penggunaan dan sifat-sifatnya
a. Baja konstruksi (structural steel)
Dibedakan lagi menjadi tiga golongan tergantung persentase unsur pemadunya, yaitu baja
paduan rendah (maksimum 2 %), baja paduan menengah (2- 5 %), baja paduan tinggi (lebih
dari 5 %). Sesudah di-heat treatment baja jenis ini sifat-sifat mekaniknya lebih baik dari
pada baja karbon biasa.
b. Baja perkakas (tool steel)
Dipakai untuk alat-alat potong, komposisinya tergantung bahan dan tebal benda yang
dipotong/disayat,kecepatan potong, suhu kerja. Baja paduan jenis ini dibedakan lagi menjadi
dua golongan, yaitu baja perkakas paduan rendah (kekerasannya tak berubah hingga pada
suhu 250 C) dan baja perkakas paduan tinggi (kekerasannya tak berubah hingga pada suhu
600C). Biasanya terdiri dari 0,8% C, 18% W, 4% Cr, dan 1% V, atau terdiri dari 0,9% C, 9
W, 4% Cr dan 2-2,5% V.
c. Baja dengan sifat fisik khusus
Dibedakan lagi menjadi tiga golongan, yaitu baja tahan karat (mengandung 0,1-0,45% C dan
12-14% Cr), baja tahan panas (yang mengandung 12-14% Cr tahan hingga suhu 750-800 oC,
sementara yang mengandung 15-17% Cr tahan hingga suhu 850-1000 oC), dan baja tahan
pakai pada suhu tinggi (ada yang terdiri dari 23-27% Cr, 18-21% Ni, 2-3% Si, ada yang
terdiri dari 13-15% Cr, 13-15% Ni, yang lainnya terdiri dari 2-2,7% W, 0,25-0,4% Mo, 0,4-
0,5% C).
d. Baja paduan istimewa
Baja paduan istimewa lainnya terdiri 35-44% Ni dan 0,35% C,memiliki koefisien muai yang
rendah yaitu :
Invar : memiliki koefisien muai sama dengan nol pada suhu 0 100 C, digunakan untuk
alat ukur presisi.
Platinite : memiliki koefisien muai seperti glass, sebagai pengganti platina.
Elinvar : memiliki modulus elastisitet tak berubah pada suhu 50C sampai 100C.
Digunakan untuk pegas arloji dan berbagai alat ukur fisika.
e. Baja Paduan dengan Sifat Khusus
Baja Tahan Karat (Stainless Steel)
Sifatnya antara lain:
Memiliki daya tahan yang baik terhadap panas, karat dan goresan/gesekan
Tahan temperature rendah maupun tinggi
Memiliki kekuatan besar dengan massa yang kecil
Keras, liat, densitasnya besar dan permukaannya tahan aus
Tahan terhadap oksidasi
Kuat dan dapat ditempa
Mudah dibersihkan
Mengkilat dan tampak menarik
High Strength Low Alloy Steel (HSLA)
Sifat dari HSLA adalah memiliki tensile strength yang tinggi, anti bocor, tahan
terhadap abrasi, mudah dibentuk, tahan terhadap korosi, ulet, sifat mampu mesin yang
baik dan sifat mampu las yang tinggi (weldability). Untuk mendapatkan sifat-sifat di atas
maka baja ini diproses secara khusus dengan menambahkan unsur-unsur seperti: tembaga
(Cu), nikel (Ni), Chromium (Cr), Molybdenum (Mo), Vanadium (Va) dan Columbium.
Baja Perkakas (Tool Steel)
Sifat-sifat yang harus dimiliki oleh baja perkakas adalah tahan pakai, tajam atau
mudah diasah, tahan panas, kuat dan ulet. Kelompok dari tool steel berdasarkan unsur
paduan dan proses pengerjaan panas yang diberikan antara lain:
Later hardening atau carbon tool steel (ditandai dengan tipe W oleh AISI), Shock
resisting (Tipe S), memiliki sifat kuat dan ulet dan tahan terhadap beban kejut dan
repeat loading. Banyak dipakai untuk pahat, palu dan pisau.
Cool work tool steel, diperoleh dengan proses hardening dengan pendinginan yang
berbeda-beda. Tipe O dijelaskan dengan mendinginkan pada minyak sedangkan tipe A
dan D didinginkan di udara.
Hot Work Steel (tipe H), mula-mula dipanaskan hingga (300 500) C dan didinginkan
perlahan-lahan, karena baja ini banyak mengandung tungsten dan molybdenum
sehingga sifatnya keras.
High speed steel (tipe T dan M), merupakan hasil paduan baja dengan tungsten dan
molybdenum tanpa dilunakkan. Dengan sifatnya yang tidak mudah tumpul dan tahan
panas tetapi tidak tahan kejut.
Campuran carbon-tungsten (tipe F), sifatnya adalah keras tapi tidak tahan aus dan tidak
cocok untuk beban dinamis serta untuk pemakaian pada temperatur tinggi.
5. Klasifikasi lain antara lain :
a. Menurut penggunaannya:
Baja konstruksi (structural steel), mengandung karbon kurang dari 0,7 % C.
Baja perkakas (tool steel), mengandung karbon lebih dari 0,7 % C.
b. Baja dengan sifat fisik dan kimia khusus:
Baja tahan garam (acid-resisting steel)
Baja tahan panas (heat resistant steel)
Baja tanpa sisik (non scaling steel)
Electric steel
Magnetic steel
Non magnetic steel
Baja tahan pakai (wear resisting steel)
Baja tahan karat/korosi
c. Dengan mengkombinasikan dua klasifikasi baja menurut kegunaan dan komposisi kimia maka
diperoleh lima kelompok baja yaitu:
Baja karbon konstruksi (carbon structural steel)
Baja karbon perkakas (carbon tool steel)
Baja paduan konstruksi (Alloyed structural steel)
Baja paduan perkakas (Alloyed tool steel)
Baja konstruksi paduan tinggi (Highly alloy structural steel)
d. Selain itu baja juga diklasifisikan menurut kualitas:
Baja kualitas biasa
Baja kualitas baik
Baja kualitas tinggi

2.2. SIFAT-SIFAT TEKNIS BAHAN


a) Sifat Mekanis Baja Paduan
Baja paduan merupakan campuran dari baja dan beberapa jenis logam lainnya dengan
tujuan untuk memperbaiki sifat baja karon yang relatif mudah berkarat dan getas bila kadar
karbonnya tinggi. Selain itu, penambahan unsur paduan juga bertujuan untuk memperbaiki sifat
mekanik diantaranya:
Kekuatan
Kekuatan merupakan kemampuan suatu bahan untuk menahan perubahan bentuk di bawah
tekanan. Penambahan logam (Ni, Cr, Molibdenum) dengan komposisi sesuai akan menambah
kekuatan baja, sebab Ni dan Cr yang ditambahkan akan masuk ke susunan atom dan
menggantikan berapa atom C.
Elasisitas
Elastisitas adalah kemampuan suatu bahan unuk kembali ke bentuk semula setelah
pembebanan ditiadakan atau dilepas. Modulus elastisitas merupakan indikator dari sifat
elastis. Adanya penambahan logam pada baja akan meningkatkan kemampuan elastisitasnya
dengan nilai modulus elastisitas yang lebih besar dari sebelumnya. Berikut beberapa logam
dan nilai modulus elastisitasnya jika ditambahkan pada baja:
Batas mulur (Plastisitas)
Plastisitas adalah kemampuan suatu bahan untukberubah bentuk secara permanen setelah
diberi beban. Logam yang ditambahkan berupa nikel, vanadium, titanium, tungsten, chrome
dsb akan meningkatkan nilai batas mulur. Hal tersebut disebabkan dengan penambahan logam
yang memiliki batas mulur tinggi akan menghasilkan baja paduan yang batas mulurnya tinggi
pula.
Kekuatan Tarik
Kekuatan tarik adalah kemampuan suatu material untuk menahan tarikan dua gaya yang
saling berlawanan arah dan segaris. Logam Ni dan Cr merupakan bahan yang biasa
ditambahankan untuk meningkatkan kemampuan menahan tariakan, selain sebagai penambah
kekutan tekan.
Keuletan
Keuletan adalah kemampuan suatu material untuk diregang atau ditekuk secara permanent
tanpa mengakibatkan pecah atau patah. Baja dengan kandungan karbon rendah memiliki
keuletan yang tinggi, sehingga dengan paduan logam lain kadar karbonnya akan turun. Selain
itu, kandungan fosfor pada baja paduan yang rendah akan meningkatkan keuletannya.
Tahan aus
Tahan aus merupakan. Paduan logam yang digunakan untuk meningkatkan kemampuan tahan
aus diantaranya nikel, chrom, dan vanadium.

Efek utama elemen paduan utama untuk baja [8]

Elemen Persentase Fungsi utama

Aluminium 0.951. Paduan unsur dalam nitriding baja

Bismut - -- Meningkatkan mesin

0.001 Powerfull agen kemampukerasan


Boron
0.003
0.52 Naik kemampukerasan
Kromium
418 Tahan Korosi

Tembaga 0.10.4 Tahan Korosi

Molybdenum 0.25 Stabil karbida; menghambat pertumbuhan butir

25 Toughener Toughener
Nikel
1220 Tahan terhadap Korosi

0.20.7 Meningkatkan kekuatan

2 Spring Baja
Silicon

Persentase
Memperbaiki sifat-sifat magnetik
tinggi

Belerang 0.080.15 mesin bebas properti

Perbaikan karbon dalam partikel inert; mengurangi


Titanium -
kekerasan di krom martensit baja

Tungsten - Kekerasan pada temperatur tinggi

Stabil karbida; meningkatkan kekuatan sementara


Vanadium 0.15 tetap mempertahankan keuletan; mempromosikan
struktur butir halus

b) Sifat Pengaruh Lingkungan


Korosi merupakan proses elektrokimia yang terjadi pada logam dan tidak dapat
dihindari karena merupakan suatu proses alamiah. Berbagai faktor yang dapat menyebabkan
terjadinya korosi, yaitu: sifat logam, yang meliputi perbedaan potensial, ketidakmurnian, unsur
paduan, perlakuan panas yang dialami, dan tegangan, serta faktor lingkungan yang meliputi
udara, temperatur, mikroorganisme. Baja paduan akan memiliki ketahanan terhadap korosi jika
dicampur dengan Tembaga yang berkisar 0,5-1,5% tembaga pada 99,95-99,85 % Fe, dengan
Chromium, atau dicampur dengan Nikel.

Baja Paduan tahan terhadap perubahan suhu, ini berarti sifat fisisnya tidak banyak berubah.
Penambahan Molibdenum akan memperbaiki baja menjadi tahan terhadap suhu tinggi,liat dan
kuat
Penambahan Wolfram dan penambahan Kobalt juga memberikan pengaruh yang sama seperti
pada penambahan Molibdenum yaitu membuat baja paduan tahan terhadap suhu tinggi

2.3. CONTOH PENGGUNAAN/APLIKASI DI BIDANG TEKNIK PERTANIAN/TEKNIK


MESIN

Penggunaan baja paduan banyak sekali pada bidang teknik pertanian atau teknik mesin
karena baja paduan memiliki kelebihan yang berbeda sesuai dengan campuran jenis logam yang
digunakan.

Penggunaan baja paduan pada bidang teknika adalah mesin penghancur plastik. Pada
mesin ini penggunaan baja paduan berada pada bagian pisau yang membuat pisau tersebut
mudah di asah dan mudah diganti jika sudah aus, katup coran, kawat yang terbuat dari baja
karbon, rangka mesin perontok padi, gear pada mesin milling, alat tap, pipa, dan masih banyak
lagi alat atau mesin yang menggunakan baja karbon.

2.4. STANDARISASI DAN PENGKODEAN

Baja memilki standar dan pengkodean yang bermacam-maca dari Amerika hingga Jepang
pun mengkodekan jenis baja. Jenis-jenis Kode tersebut adalah AISI(American Iron Steel
Institute), SAE(Society for Automotive Engineering), UNS (Unified Numbering System),
ASTM(AmericanStandardforTestingandMaterial), JIS(JapaneseIndustrialStandard), DIN
(Deutsches Institut fur Normung), ASME(American Society of Mechanical Engineers),
CEN(CommitteeEuropeandeNormalization), ISO(InternationalStandardizationOrganization),
danAssociationfrancaisedenormalization(AFNOR).
Untuk dua angka pertama dalam sebutan ini menandakan paduan utama (s) dari baja. Dua
angka berikutnya dalam penunjukan menandakan jumlah karbon dalam baja. Masing-masing
unsur logam lainnya memilki angka kode yang mengisi digit pertama, yaitu:

Baja Karbon:

1. Digit pertama adalah "1" seperti dalam 10xx, 11xx, dan 12xx

2. Digit kedua menjelaskan proses: "1" adalah resulfurized dan "2" adalah resulfurized dan
rephosphorized.

Baja Mangan:

1. Digit pertama adalah "1" seperti dalam 13xx dan, memang, baja karbon. Namun, karena
mangan adalah normal produk baja karbon membuat AISI / SAE telah memutuskan untuk
tidak mengklasifikasikan sebagai baja paduan.

2. Digit kedua selalu "3"

Baja Molybdenum:

1. Digit pertama adalah "4" seperti dalam 40xx dan 44xx.

2. Angka kedua menunjuk persentase molibdenum dalam baja.

Baja Kromium:

1. Digit pertama adalah "5" seperti dalam 51xx dan 52xx

2. Angka kedua menunjuk persentase kromium dalam baja.

Baja paduan lebih satu unsur:

1. Baja ini mengandung tiga paduan

2. Digit pertama dapat "4", "8", atau "9" tergantung pada paduan dominan
3. Angka kedua menunjuk persentase reaming dua paduan.

Data pengkodean baja paduan sebagai berikut:

Kode SAE Komposisi

13xx Mn 1.75%

40xx Mo 0.20% or 0.25% or 0.25% Mo & 0.042% S

41xx Cr 0.50% or 0.80% or 0.95%, Mo 0.12% or 0.20% or 0.25% or 0.30%

43xx Ni 1.82%, Cr 0.50% to 0.80%, Mo 0.25%

44xx Mo 0.40% or 0.52%

46xx Ni 0.85% or 1.82%, Mo 0.20% or 0.25%

47xx Ni 1.05%, Cr 0.45%, Mo 0.20% or 0.35%

48xx Ni 3.50%, Mo 0.25%

50xx Cr 0.27% or 0.40% or 0.50% or 0.65%

50xxx Cr 0.50%, C 1.00% min

50Bxx Cr 0.28% or 0.50%

51xx Cr 0.80% or 0.87% or 0.92% or 1.00% or 1.05%


51xxx Cr 1.02%, C 1.00% min

51Bxx Cr 0.80%

52xxx Cr 1.45%, C 1.00% min

61xx Cr 0.60% or 0.80% or 0.95%, V 0.10% or 0.15% min

86xx Ni 0.55%, Cr 0.50%, Mo 0.20%

87xx Ni 0.55%, Cr 0.50%, Mo 0.25%

88xx Ni 0.55%, Cr 0.50%, Mo 0.35%

92xx Si 1.40% or 2.00%, Mn 0.65% or 0.82% or 0.85%, Cr 0.00% or 0.65%

2.5. BENTUK, UKURAN, DAN HARGA YANG ADA DI PASAR

Bentuk Ukuran /Bentuk Harga

Mur dan Baut 10 Rp 1000

12 Rp1250

14 Rp1500

Palu Rp 21.000

Gunting Rp 27.500
Gear & Rantai 1 Set Rp 120.000

Obeng Rp 15.000 - Rp 55000

Tang Potong Rp 13.000

Pipa 0.5 inchi Rp 150.000


panjang 6 m

2 inchi Rp 550.000

Gembok 20 mm Rp 8.000

30 mm Rp 12.000

35 mm Rp 20.000

Ragum 3 inchi Rp 100.000

8 inchi Rp 750.000

BAB III

Kesimpulan

Pada bahasan diatas yang membahas tentang logam baja,baja dikatakan padu jika
komposisi unsur-unsur paduannya secara khusus bukan baja karbon biasa yang terdiri dari unsur
sisilium dan mangan. Baja didalamnya banyak terdapat kandungan-kandungan unsur kimia
diantaranya kandungan atom atau unsur-unsur kimia dan bentuk-bentuk struktur mikro.

Adapun proses-proses pembuatanya yaitu diantaranya


- Proses dapur tinggi

- Proses peleburan baja

- Proses peleburan baja dengan BOF

- Proses peleburan baja dengan EAF

DAFTAR PUSTAKA
[Anonim].2009.Alloy Steel. http://en.wikipedia.org. [Diakses pada tanggal 4 November 2009].

Agung Gregorious. 2009. Perlakuan Panas (heat treatment) pada Baja. http://
gregoriousagung.wordpress.com. [Diakses pada tanggal 28 November2009].
Henkel,Daniel P. 2002. Structure and Properties of Engineering Materials. New York: McGraw-
Hill Companies.

Prasetyo,Yos. 2009. The Beauty of High Speed Steal. http://www.bp.blogspot.com . [Diakses


pada tanggal 29 November 2009].

Rahayu SS. 2009. Baja Paduan. http://www.Chem-Is-Try.Org. [Diakses pada tanggal 30


November 2009].

Surdia Tata dan Shinroku Saito.1999.Pengetahuan Bahan Teknik. Jakarta: PT Pradnya Paramita.

Syuaib. M Faiz. 2006. Modul Penuntun Kuliah dan Praktikum Perbengkelan. Bogor: Institut
Pertanian Bogor.

http://www.engineeringnews.co.za/article/steel-sales-increase-in-first-half-of-2008-2008-08-15

http://www.tradeindia.com/fp247342/Alloy-Steel-Wire.html

http://www.indiamart.com/vinayakaelectro/steelcastings-valvebody.html#low-alloy-steel-
castings

http://wb9.itrademarket.com/pdimage/22/699322_perontok-mobile2.jpg

http://www.evroskop.com/img/spur_gear.jpg

http://okasatria.blogspot.com

Anda mungkin juga menyukai