Anda di halaman 1dari 7

proses nuklir

Di dalam inti atom tersimpan tenaga inti (nuklir) yang luar biasa besarnya. Tenaga nuklir itu
hanya dapat dikeluarkan melalui proses pembakaran bahan bakar nuklir. Proses ini sangat
berbeda dengan pembakaran kimia biasa yang umumnya sudah dikenal, seperti pembakaran
kayu, minyak dan batubara. Besar energi yang tersimpan (E) di dalam inti atom adalah seperti
dirumuskan dalam kesetaraan massa dan energi oleh Albert Einstein : E = m C2, dengan m :
massa bahan (kg) dan C = kecepatan cahaya (3 x 108 m/s). Energi nuklir berasal dari perubahan
sebagian massa inti dan keluar dalam bentuk panas.

Dilihat dari proses berlangsungnya, ada dua jenis reaksi nuklir, yaitu reaksi nuklir
berantai tak terkendali dan reaksi nuklir berantai terkendali. Reaksi nuklir tak terkendali
terjadi misal pada ledakan bom nuklir. Dalam peristiwa ini reaksi nuklir sengaja tidak
dikendalikan agar dihasilkan panas yang luar biasa besarnya sehingga ledakan bom memiliki
daya rusak yang maksimal. Agar reaksi nuklir yang terjadi dapat dikendalikan secara aman
dan energi yang dibebaskan dari reaksi nuklir tersebut dapat dimanfaatkan, maka
manusia berusaha untuk membuat suatu sarana reaksi yang dikenal sebagai reaktor
nuklir. Jadi reaktor nuklir sebetulnya hanyalah tempat dimana reaksi nuklir berantai terkendali
dapat dilangsungkan. Reaksi berantai di dalam reaktor nuklir ini tentu sangat berbeda dengan
reaksi berantai pada ledakan bom nuklir.

Sejarah pemanfaatan energi nuklir melalui Pusat Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) dimulai beberapa
saat setelah tim yang dipimpin Enrico Fermi berhasil memperoleh reaksi nuklir berantai
terkendali yang pertama pada tahun 1942. Reaktor nuklirnya sendiri sangat dirahasiakan dan
dibangun di bawah stadion olah raga Universitas Chicago. Mulai saat itu manusia berusaha
mengembangkan pemanfaatan sumber tenaga baru tersebut. Namun pada mulanya,
pengembangan pemanfaatan energi nuklir masih sangat terbatas, yaitu baru dilakukan di
Amerika Serikat dan Jerman. Tidak lama kemudian, Inggris, Perancis, Kanada dan Rusia juga
mulai menjalankan program energi nuklirnya.

Listrik pertama yang dihasilkan dari PLTN terjadi di Idaho, Amerika Serikat, pada tahun 1951.
Selanjutnya pada tahun 1954 PLTN skala kecil juga mulai dioperasikan di Rusia. PLTN pertama
di dunia yang memenuhi syarat komersial dioperasikan pertama kali pada bulan Oktober 1956 di
Calder Hall, Cumberland. Sistim PLTN di Calder Hall ini terdiri atas dua reaktor nuklir yang
mampu memproduksi sekitar 80 juta Watt tenaga listrik. Sukses pengoperasian PLTN tersebut
telah mengilhami munculnya beberapa PLTN dengan model yang sama di berbagai tempat.
Energi Nuklir

Untuk mendapatkan gambaran tentang besarnya energi yang dapat dilepaskan oleh reaksi nuklir,
berikut ini diberikan contoh perhitungan sederhana. Ambil 1 g (0,001 kg) bahan bakar nuklir
235U. Jumlah atom di dalam bahan bakar ini adalah :

N = (1/235) x 6,02 x 1023 = 25,6 x 1020 atom 235U.

Karena setiap proses fisi bahan bakar nuklir 235U disertai dengan pelepasan energi sebesar 200
MeV, maka 1 g 235U yang melakukan reaksi fisi sempurna dapat melepaskan energi sebesar :
E = 25,6 x 1020 (atom) x 200 (MeV/atom) = 51,2 x 1022 MeV

Jika energi tersebut dinyatakan dengan satuan Joule (J), di mana 1 MeV = 1.6 x 10-13 J, maka
energi yang dilepaskan menjadi :

E = 51,2 x 1022 (MeV) x 1,6 x 10-13 (J/MeV) = 81,92 x 109 J

Dengan menganggap hanya 30 % dari energi itu dapat diubah menjadi energi listrik, maka energi
listrik yang dapat diperoleh dari 1 g 235U adalah :
Elistrik = (30/100) x 81,92 x 109 J = 24,58 x 109 J

Karena 1J = 1 W.s ( E = P.t), maka peralatan elektronik seperti pesawat TV dengan daya (P) 100
W dapat dipenuhi kebutuhan listriknya oleh 1 g 235U selama :

t = Elistrik / P = 24,58 x 109 (J) / 100 (W) = 24,58 x 107 s

Angka 24,58 x 107 sekon (detik) sama lamanya dengan 7,78 tahun terus-menerus tanpa
dimatikan. Jika diasumsikan pesawat TV tersebut hanya dinyalakan selama 12 jam/hari, maka
energi listrik dari 1 g 235U bisa dipakai untuk mensuplai kebutuhan listrik pesawat TV selama
lebih dari 15 tahun.

Contoh perhitungan di atas dapat memberikan gambaran yang cukup jelas mengenai kandungan
energi yang tersimpan di dalam bahan bakar nuklir. Energi panas yang dikeluarkan dari
pembelahan satu kg bahan bakar nuklir 235U adalah sebesar 17 milyar kilo kalori, atau setara
dengan energi yang dihasilkan dari pembakaran 2,4 juta kg (2.400 ton) batubara. Melihat
besarnya kandungan energi tersebut, maka timbul keinginan dalam diri manusia untuk
memanfaatkan energi nuklir sebagai pembangkit listrik dalam rangka memenuhi kebutuhan
energi dalam kehidupan sehari-hari.

Proses Kerja Pusat Listrik Tenaga Nuklir

Proses kerja PLTN sebenarnya hampir sama dengan proses kerja pembangkit listrik konvensional
seperti pembangkit listrik tenaga uap (PLTU), yang umumnya sudah dikenal secara luas. Yang
membedakan antara dua jenis pembangkit listrik itu adalah sumber panas yang digunakan. PLTN
mendapatkan suplai panas dari reaksi nuklir, sedang PLTU mendapatkan suplai panas dari
pembakaran bahan bakar fosil seperti batubara atau minyak bumi.
Reaktor daya dirancang untuk memproduksi energi listrik melalui PLTN. Reaktor daya hanya
memanfaatkan energi panas yang timbul dari reaksi fisi, sedang kelebihan neutron dalam teras
reaktor akan dibuang atau diserap menggunakan batang kendali. Karena memanfaatkan panas
hasil fisi, maka reaktor daya dirancang berdaya thermal tinggi dari orde ratusan hingga ribuan
MW. Proses pemanfaatan panas hasil fisi untuk menghasilkan energi listrik di dalam PLTN
adalah sebagai berikut :
Bahan bakar nuklir melakukan reaksi fisi sehingga dilepaskan energi dalam bentuk panas yang
sangat besar.
Panas hasil reaksi nuklir tersebut dimanfaatkan untuk menguapkan air pendingin, bisa
pendingin primer maupun sekunder bergantung pada tipe reaktor nuklir yang digunakan.
Uap air yang dihasilkan dipakai untuk memutar turbin sehingga dihasilkan energi gerak
(kinetik).
Energi kinetik dari turbin ini selanjutnya dipakai untuk memutar generator sehingga dihasilkan
arus listrik.

Jenis-Jenis PLTN

Teknologi PLTN dirancang agar energi nuklir yang terlepas dari proses fisi dapat dimanfaatkan
sebagai sumber energi dalam kehidupan sehari-hari. PLTN merupakan sebuah sistim yang dalam
operasinya menggunakan reaktor daya yang berperan sebagai tungku penghasil panas. Dewasa
ini ada berbagai jenis PLTN yang beroperasi. Perbedaan tersebut ditandai dengan perbedaan tipe
reaktor daya yang digunakannya. Masing-masing jenis PLTN/tipe reaktor daya umumnya
dikembangkan oleh negara-negara tertentu, sehingga seringkali suatu jenis PLTN sangat
menonjol dalam suatu negara, tetapi tidak dioperasikan oleh negara lain. Perbedaan berbagai tipe
reaktor daya itu bisa terletak pada penggunaan bahan bakar, moderator, jenis pendinging serta
perbedaan-perbedaan lainnya.

Perbedaan jenis reaktor daya yang dikembangkan antara satu negara dengan negara lain juga
dipengaruhi oleh tingkat penguasaan teknologi yang terkait dengan nuklir oleh masing-masing
negara. Pada awal pengembangan PLTN pada tahun 1950-an, pengayaan uranium baru bisa
dilakukan oleh Amerika Serikat dan Rusia, sehingga kedua negara tersebut pada saat itu sudah
mulai mengembangkan reaktor daya berbahan bakar uranium diperkaya. Sementara itu di
Kanada, Perancis dan Ingris pada saat itu dipusatkan pada program pengembangan reaktor daya
berbahan bakar uranium alam. Oleh sebab itu, PLTN yang pertama kali beroperasi di ketiga
negara tersebut menggunakan reaktor berbahan bakar uranium alam. Namun dalam
perkembangan berikutnya, terutama Inggris dan Perancis juga mengoperasikan PLTN berbahan
bakar uranium diperkaya.

Sebagian besar reaktor daya yang beroperasi dewasa ini adalah jenis Reaktor Air Ringan atau
LWR (Light Water Reactor) yang mula-mula dikembangkan di AS dan Rusia. Disebut Reaktor
Air Ringan karena menggunakan H2O kemurnian tinggi sebagai bahan moderator sekaligus
pendingin reaktor. Reaktor ini terdiri atas Reaktor Air tekan atau PWR (Pressurized Water
Reactor) dan Reaktor Air Didih atau BWR (Boiling Water Reactor) dengan jumlah yang
dioperasikan masing-masing mencapai 52 % dan 21,5 % dari total reaktor daya yang beroperasi.
Sedang sisanya sebesar 26,5 % terdiri atas berbagai type reaktor daya lainnya. Berikut ini akan
dibahas lebih lanjut berbagai jenis PLTN yang dewasa ini beroperasi diberbagai negara.

Reaktor Air Didih


Pada reaktor air didih, panas hasil fisi dipakai secara langsung untuk menguapkan air pendingin
dan uap yang terbentuk langsung dipakai untuk memutar turbin. Turbin tekanan tinggi menerima
uap pada suhu sekitar 290 C dan tekanan sebesar 7,2 MPa. Sebagian uap diteruskan lagi ke
turbin tekanan rendah. Dengan sistim ini dapat diperoleh efisiensi thermal sebesar 34 %.
Efisiensi thermal ini menunjukkan prosentase panas hasil fisi yang dapat dikonversikan menjadi
energi listrik. Setelah melalui turbin, uap tersebut akan mengalami proses pendinginan sehingga
berubah menjadi air yang langsung dialirkan ke teras reaktor untuk diuapkan lagi dan seterusnya.
Dalam reaktor ini digunakan bahan bakar 235U dengan tingkat pengayaannya 3-4 % dalam
bentuk UO2.
Pada tahun 1981, perusahaan Toshiba, General Electric dan Hitachi melakukan kerja sama
dengan perusahaan Tokyo Electric Power Co. Inc. untuk memulai suatu proyek pengembangan
patungan dalam rangka meningkatkan unjuk kerja sistim Reaktor Air Didih dengan
memperkenalkan Reaktor Air Didih Tingkat Lanjut atau A-BWR (Advanced Boiling Water
Reactor). Kapasitas A-BWR dirancang lebih besar untuk mempertinggi keuntungan ekonomis.
Di samping itu, beberapa komponen reaktor juga mengalami peningkatan, seperti peningkatan
dalam fraksi bakar, penyempurnaan sistim pompa sirkulasi pendingin, mekanisme penggerak
batang kendali dan lain-lain.

Reaktor Air Tekan


Reaktor Air Tekan juga menggunakan H2O sebagai pendingin sekaligus moderator. Bedanya
dengan Reaktor Air Didih adalah penggunaan dua macam pendingin, yaitu pendingin primer dan
sekunder. Panas yang dihasilkan dari reaksi fisi dipakai untuk memanaskan air pendingin primer.
Dalam reaktor ini dilengkapi dengan alat pengontrol tekanan (pessurizer) yang dipakai untuk
mempertahankan tekanan sistim pendingin primer.
Sistim pressurizer terdiri atas sebuah tangki yang dilengkapi dengan pemanas listrik dan
penyemprot air. Jika tekanan dalam teras reaktor berkurang, pemanas listrik akan memanaskan
air yang terdapat di dalam tangki pressurizer sehingga terbentuklah uap tambahan yang akan
menaikkan tekanan dalam sistim pendingin primer. Sebaliknya apabila tekanan dalam sistim
pendingin primer bertambah, maka sistim penyemprot air akan mengembunkan sebagian uap
sehingga tekanan uap berkurang dan sistim pendingin primer akan kembali ke keadaan semula.
Tekanan pada sistim pendingin primer dipertahankan pada posisi 150 Atm untuk mencegah agar
air pendingin primer tidak mendidih pada suhu sekitar 300 C. Pada tekanan udara normal, air
akan mendidih dan menguap pada suhu 100 C.

Dalam proses kerjanya, air pendingin primer dialirkan ke sistim pembangkit uap sehingga terjadi
pertukaran panas antara sistim pendingin primer dan sistim pendingin sekunder. Dalam hal ini
antara kedua pendingin tersebut hanya terjadi pertukaran panas tanpa terjadi kontak atau
percampuran, karena antara kedua pendingin itu dipisahkan oleh sistim pipa. Terjadinya
pertukaran panas menyebabkan air pendingin sekunder menguap. Tekanan pada sistim pendingin
sekunder dipertahankan pada tekanan udara normal sehingga air dapat menguap pada suhu 100
C. Uap yang terbentuk di dalam sistim pembangkit uap ini selanjutnya dialirkan untuk memutar
turbin.
Dari uraian di atas tergambar bahwa sistim kerja PLTN dengan Reaktor Air Tekan lebih rumit
dibandingkan dengan sistim Reaktor Air Didih. Namun jika dilihat pada sistim keselamatannya,
Reaktor Air Tekan lebih aman dibandingkan dengan Reaktor Air Didih. Pada Reaktor Air Tekan
perputaran sistim pendingin primernya betul-betul tertutup, sehingga apabila terjadi kebocoran
bahan radioaktif di dalam teras reaktor tidak akan menyebabkan kontaminasi pada turbin.
Sedang pada Reaktor Air Didih, kebocoran bahan radioaktif yang terlarut dalam air pendingin
primer dapat menyebabkan terjadinya kontaminasi pada turbin. Reaktor Air Tekan juga
mempunyai keandalan operasi dan keselamatan yang sangat baik. Salah satu faktor
penunjangnya adalah karena reaktor ini mempunyai koefisien reaktivitas negatif. Apabila terjadi
kenaikan suhu dalam teras reaktor secara mendadak, maka daya reaktor akan segera turun
dengan sendirinya. Namun karena menggunakan dua sistim pendingin, maka efisiensi
thermalnya sedikit lebih rendah dibandingkan dengan Reaktor Air Didih.
Diposkan oleh ardi_ajja di 08.53
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook

Fusi nuklir
Reaksi fusi deuterium-tritium (D-T) dipertimbangkan sebagai proses yang paling
menjanjikan dalam memproduksi tenaga fusi.

Dalam fisika, fusi nuklir (reaksi termonuklir) adalah sebuah proses saat dua inti atom
bergabung, membentuk inti atom yang lebih besar dan melepaskan energi. Fusi nuklir adalah
sumber energi yang menyebabkan bintang bersinar, dan Bom Hidrogen meledak. Senjata nuklir
adalah senjata yang menggunakan prinsip reaksi fisi nuklir dan fusi nuklir.

Proses ini membutuhkan energi yang besar untuk menggabungkan inti nuklir, bahkan elemen
yang paling ringan, hidrogen. Tetapi fusi inti atom yang ringan, yang membentuk inti atom yang
lebih berat dan neutron bebas, akan menghasilkan energi yang lebih besar lagi dari energi yang
dibutuhkan untuk menggabungkan mereka -- sebuah reaksi eksotermik yang dapat menciptakan
reaksi yang terjadi sendirinya.

Energi yang dilepas di banyak reaksi nuklir lebih besar dari reaksi kimia, karena energi pengikat
yang mengelem kedua inti atom jauh lebih besar dari energi yang menahan elektron ke inti atom.
Contoh, energi ionisasi yang diperoleh dari penambahan elektron ke hidrogen adalah 13.6
elektronvolt -- lebih kecil satu per sejuta dari 17 MeV yang dilepas oleh reaksi D-T seperti
gambar di samping.

Reaksi Nuklir: Membelah Atom dengan Proses Fisi


Pustaka Fisika). Membelah atom? Yah, membelah atom. Kata ini sudah tidak asing lagi bagi
kita yang hidup di zaman sekarang. Fakta bahwa atom memang dapat dibelah telah lama
diketahui oleh para ilmuwan terhitung sejak penemuan unsur-unsur radioaktif. Meskipun pada
awal dicetuskannya hipotesis ini menimbulkan perdebatan sengit diantara para fisikawan saat itu.
Tapi toh perdebatan itu mereda seiring dengan terungkapnya materi penyusun atom itu sendiri,
lebih jelasnya baca tulisan Ragam Partikel Penyusun Materi. Bahkan, saat ini sudah banyak
upaya untuk memanfaatkan proses pembelahan atom untuk menyokong besarnya kebutuhan
energi kita (PLTN).

Pembelahan atom ini disebut dengan reaksi fisi (fission nuclear), tetapi tidak semua atom dapat
melakukan pembelahan walaupun berasal dari marga yang sama, Uranium misalnya. Ada
beberapa anggota keluarga dari unsur uranium ini seperti U-235 dan U-238, dari kedua jenis
uranium ini hanya unsur U-235 yang dapat digunakan dalam proses fisi. Proses ini terjadi dengan
cara menembakkan neutron ke unsur U-235. Ketika satu neutron tepat mengenai inti, maka
neutron ini akan bergabung dengan inti U-235 membentuk uranium jenis baru U-236.

Gambar: Ilustrasi reaksi berantai

Unsur yang baru terbentuk ini adalah unsur tidak stabil sehingga sangat mudah mengalami
proses pembelahan. Selama proses pembelahan terjadi, U-236 melepaskan tiga neutron disertai
pembebasan energi. Tiga neutron tadi selanjutnya menumbuk atom U-235 yang lain dan kembali
terbentuk tiga atom U-236 yang baru. Seperti inilah yang terjadi seterusnya, dan tentunya setiap
tahapan proses menjadikan reaksi yang dihasilkan tiga kali lebih besar. Reaksi inilah yang
populer disebut dengan reaksi berantai.

Yang menjadi kendala saat ini adalah bahan baku untuk melakukan proses fisi. U-235 adalah
unsur yang sangat sedikit terdapat di alam yakni hanya sekitar 0,7 %. sisanya adalah U-238
namun uranium jenis ini tidak dapat digunakan untuk proses fisi. Untuk itu diperlukan usaha
untuk meningkatkan ketersediaan dari U-235, diantaranya adalah dilakukan dengan cara
melakukan pengayaan uranium. Tetapi, proses penganyaan uranium ini harus mendapatkan
pengawasan yang sangat ketat dari badan nuklir PBB yaitu IAEA. Pengawasan ini sangat penting
untuk memastikan tidak terjadinya penyalahgunaan uranium untuk tujuan lain seperti
persenjataan militer.

Sebenarnya ada proses nuklir lain selain fisi, yakni fusi. Ada perbedaan mengenai mekanisme
dari dua proses reaksi nuklir ini meskipun hasil akhirnya sama yaitu untuk menghasilkan energi.
Seperti yang telah dikemukakan di atas, jika reaksi fisi adalah pembelahan, maka reaksi fusi
adalah sebaliknya yaitu proses penggabungan. Apa yang bergabung? Atom-atom kelas ringan
seperti hidrogen yang bergabung membentuk atom helium sambil membebaskan energi. Proses
ini hanya dapat terjadi di dalam suhu yang tinggi sekitar 10 juta kelvin. Suhu ini adalah suhu
yang dimiliki inti bintang seperti matahari, dengan cara seperti inilah matahari kita menghasilkan
energi. Meskipun memang, ada usaha untuk melakukan proses ini di bumi, namun kita terkenda
dengan belum tersedianya perangkat untuk melakukan proses tersebut. Tetapi ini selalu menjadi
cita-cita para ilmuwan kita untuk dapat diwujudkan di masa depan, Wallahu alam.

Albert Einstein
nuklirSebuah fakta unik ditemukan oleh Albert Einstein. Penemuan reaksi rantai
nuklir tidak perlu membawa kehancuran umat manusia lebih daripada melakukan
penemuan pertandingan Kita hanya harus melakukan segala daya kita untuk
menjaga terhadap penyalahgunaan nya.., kata Albert Einstein

fisi nuklir
Otto Hahn
Pada tahun 1930-an Enriko Fermi, ahli fifika italia, mengebom Uranium, unsur alam
yang paling berat. dengan netron.ialah partikel subatom yang tidak bermuatan
listrik. Pengeboman ini menghasilkan zat-zat yang radioaktif. Tapi Fermi sendiri tidak
tahu apa nama unsur itu. Ia mengira unsur itu adalah unsur buatan yang mirip
Uranium. Sejak tahun 1934 Hahn sangat tertarik akan penelitian Fermi. Ia
mengulang percobaan Fermi bersama pembantunya, ialah Miss Meitner dan
Strassmann. Mereka mengadakan penelitian selama 4 tahun. Mereka mengebom
uranium dengan netron,yang menghasilkan barium, ialah unsur yang mempunyai
bobot Uranium. Nomor atom barium 56, sedang nomor atom Uranium 92.
Penemuan ini diumumkan di majalah Die Natirwissenschaften pada tanggal 6
Januari 1939. Tapi Hahn dan Strassmann tidak berani mengatakan bahwa itu
pembelahan inti, Karena takut diejek dan ditertawakan para ahli fisika dan kimia
sezamannya. Pembelahan inti diangap sesuatu yang mustahil.

Pada tahun 1938, ketika pembelahan inti ditemukan, Lise Meitner melarikan diri ke
Swedia karena ia orang Yahudi. Ia takut dibunuh Hitler. Di Swedia ia membaca
laporan Hahn. Bersama Otto Frisch, kemenakannya, ia menjelaskan dengan tegas,
bahwa penemuan Hahn adalah fisi nuklir. Meitner dan Otto Frisch menyerahkan
agar istilah itu dipakai. Penemuan Hahn ini dipelajari sungguh-sungguh di Amerika
Serikat hingga Amerika Serikat berhasil membuat bom atom pertama di dunia.

Anda mungkin juga menyukai