PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
1
solving) sebagai jurang atau kesenjangan sangat menentukan tingkat kemudahan
atau kesulitan pencarian masalah.
2
Pada umumnya suatu keputusan dibuat dalam rangka untuk memecahkan
permasalahan atau persoalan(problem solving). Ada empat kategori keputusan,
yaitu:
Pada hakekatnya, didalam setiap keputusan yang dibuat pasti ada tujuan
yang akan dicapai (Supranto, 1991, hal 2).
3
Sementara itu, manfaat dari penulisan ini diantaranya adalah : secara
teoritis akan diperoleh pengetahuan tentang problem solving yang dapat
memberikan masukan bagi pihak perusahaan atau institusi sehingga perusahaan
atau institusi benar-benar mengetahui penerapan problem solving pada instansi
pemerintah.
1.3. Tujuan
1.4. Manfaat
4
BAB. II
PEMBAHASAN
solving adalah proses bergerak menuju tujuan bila jalan menuju tujuan
dipahami, tetapi tidak segera dicapai. Dimana tidak ada kesulitan, maka
perancangan, pengambilankeputusan,
5
kerjasama kelompok, pengungkapan pendapat, menerapkan proses
nilai lebih tinggi dalam tes problem solving dibandingkan anak yang
pemecahan masalah.
pemecahan masalah.
analitis.
proses peragaan.
untuk berpikir dan bertindak kreatif dan kritis. Mereka dilibatkan dalam
berinteraksi.
tertentu, bila dia memiliki pemahaman segala sesuatu dari segala sisi dan
dimiliki. Proses strategis yang dilakukan dimulai dari cara proses pemikiran
mengetahui prinsip-prinsip yang mendasar dari suatu fakta atau data lapangan
penekanannya.
berkelanjutan. Kategori yang penulis penelitian ini pakai dalam, kategori ketiga
adalah, dimana pemecahan masalah itu hanya digunakan sebagai alat analisis
a) Memahami masalah
b) Menyusun rencana
10
c) Melaksanakan rencana
benar. dan Jika rencana penyelesaian suatu masalah telah dibuat, baik
d) Melakukan pengecekan
melakukan pengecekan atas apa yang telah mulai dari dilakukan fase
solving .
11
See
(memahami Masalah)
Do
(melaksanakan rencana)
Check
(pengecekan masalah)
Plan
(menyusun rencana)
akan dipecahkan.
diajukan.
12
f. Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah, yaitu langkah seseorang
yang mengandung isu konflik, hingga seseorang menjadi jelas masalah apa
13
berpikir alternatif, proses kemampuan mengambil keputusan berdasarkan
14
Menurut teori konstruktivisme, pengetahuan itu akan bermakna
apabila proses dicari ditemukan oleh peserta didik sendiri bukan hasil pemberian
orang lain. Setiap individu berusaha harus mampu mengembangkan
proses pengetahuannya melalui skema sendiri yang ada dalam, struktur
kognitifnya. Skema ini harus terus menerus diperbaharui harus diubah melalui
proses proses asimilasi akomodasi proses, dengan demikian tugas pengajar
adalah memotivasi peserta untuk didik mengembangkan skema yang terbentuk
melalui proses asimilasi proses akomodasi tersebut, peaget (sanjaya,
2007:194). Pandangan ini banyak didasarkan teori piaget pada. Piaget
mengemukakan bahwa seseorang dalam, segala usia secara aktif terlibat dalam,
proses perolehan informasi proses membangun pengetahuan mereka sendiri.
Pengetahuan bersifat statis tetapi tidak terus berevolusi. Pengetahuan tumbuh
berkembang pada saat proses pembelajar pengalaman menghadapi
baru. Pengalaman baru ini memaksa mereka untuk membangun proses
memodifikasi pengetahuan awal mereka. Setiap pengetahuaninteraksi suatu
mengandalkan dengan pengalaman. Tanpa interaksi dengan objek, tidak seorang
anak dapat mengkontruksi pengetahuannya. Seperti halnya piaget, Vygotsky
juga percaya bahwa perkembangan pada saat terjadi intelektual individu
berhadapan dengan pengalaman baru proses menantang ketika mereka berusaha
untuk memecahkan masalah yang yang dimunculkan. Untuk memperoleh
pemahaman ekor pengetahuan baru mengkaitkan dengan pengetahuan awal yang
telah dimiliki. Melalui tantangan proses bantuan dari seseorang atau teman
sejawat yang lebih mampu, mengantarkan seseorang ke zona
pengembangan terdekat mereka dimana pembelajaran baru terjadi.
15
2.1.5. Kelebihan dan Kekurangan Problem Solving
Kelebihan dari problem solving pembelajaran problem solving ini
antara lain:
mengembangkan proses
dalam, memecahkan
efektif,
16
d) Saat seseorang tidak memiliki minat atau tidak mempunyai
17
kepadanya bahan dan materi guna memperoleh pengertian serta bisa
dijadikan pedoman.
Menurut Pepkin strategi pembelajaran Problem Solving adalah
suatu strategi pembelajaran yang melakukan pemusatan pada pengajaran
dan keterampilan pemecahan masalah, yang diikuti dengan penguatan
keterampilan memecahkan masalah atau memilih dan mengembangkan
tanggapannya.
Menurut Skeel Problem Solving adalah suatu proses di mana
individu mengidentifikasi suatu situasi bermasalah, memformulasikan
ekspansi tentative atau hipotesis, memverifikasi hipotesis tentatif tersebut
dengan mengumpulkan dan mengevaluasi data, dan menyatakan kembali
hipotesis hingga menjadi suatu generalisasi.
Berdasarkan beberapa konsep tentang Pemecahan Masalah
(Problem Solving) seperti tersebut di atas, yang dimaksud Problem
Solving dalam penulisan ini adalah suatu strategi pembelajaran yang
mengaktifkan pegawai pada Rumah Detensi Imigrasi Kupang yang dapat
melatih pegawai lainnya untuk menghadapi berbagai masalah serta dapat
mencari pemecahan masalah atau solusi dari permasalahan yang ada
tersebut.
18
dapat memilih dan mengembangkan ide pemikirannya. karena strategi
pemecahan masalah memperluas proses berpikir.
Strategi pemecahan masalah selalu mengarahkan kemampuan yang
dimiliki pegawai, baik kemauan, perasaan, semangat, serta pemikiran yang
paling utama dalam memecahkan masalah. Strategi ini mendorong
pegawai untuk berpikir secara sistematis dengan menghadapkannya
kepada masalah-masalah. Hal ini penting dalam kehidupannya untuk
menghadapi masalah. Dengan Problem Solving pegawai belajar untuk
mengembangkan pola pikirnya. Memecahkan masalah adalah strategi
belajar yang mengharuskan pegawai untuk menemukan jawabannya
(dicovery) tanpa bantuan khusus. Dengan memecahkan masalah pegawai
menemukan aturan baru yang lebih tinggi tarafnya sekalipun ia tidak dapat
merumuskannya secara verbal. Menurut penelitian masalah yang
dipecahkan sendiri, yang ditemukan sendiri tanpa bantuan khusus,
memberi hasil yang lebih unggul, yang digunakan atau ditransfer dalam
situasi-situasi lain.
Problem Solving dapat dipandang sebagai proses penerapan
pengetahuan dan pemahaman yang ada terhadap sesuatu yang baru supaya
memperoleh ide-ide baru dan pemahaman baru. Menurut Tek Penekanan
utama Problem Solving sebagai suatu strategi pengajaran adalah untuk
membantu para pegawai mengembangkan pemahamannya terhadap
prinsip-prinsip ilmiah dan konsepkonsep yang terkandung dalam
masalah.
Umumnya dalam konteks pemecahan masalah pegawai akan
terdorong aktif, sehingga pegawai harus berpikir secara ilmiah dan
mengembangkan pemahaman yang lebih mendalam terhadap
permasalahan dengan berpikir menggunakan ide-ide yang relevan. Jadi
Problem Solving merupakan kemampuan intelektual dengan tingkat
kompleksitas yang tinggi.
19
Sasaran dari penggunaan strategi Problem Solving adalah : (1)
pegawai akan mampu menyatakan urutan langkah-langkah pemecahan
masalah dalam creative Problem Solving, (2) pegawai mampu menemukan
kemungkinan-kemungkinan strategi pemecahan masalah, (3) pegawai
mampu mengevaluasi dan menyeleksi kemungkinan-kemungkinan
tersebut kaitannya dengan kriteria-kriteria yang ada, (4) pegawai mampu
memilih suatu pilihan solusi yang optimal, (5) pegawai mampu
mengembangkan suatu rencana dalam mengimplementasikan strategi
pemecahan masalah, (6) pegawai mampu mengartikulasikan bagaimana
creative Problem Solving dapat digunakan dalam berbagai bidang/ situasi.
Dilihat dari sasaran penggunaan strategi Problem Solving di atas
maka manfaat strategi Problem Solving adalah untuk :
a. mengembangkan kemampuan berpikir para pegawai yang tidak
hanya berpikir bertambah apabila pengetahuan bertambah, namun
proses berpikir yang terdiri atas serentetan keterampilan-
keterampilan seperti mengumpulkan informasi/data, membaca data
dan lain-lain yang penerapannya membutuhkan latihan dan
pembiasaan,
b. membina pengembangan sikap penasaran/ ingin tahu lebih jauh dan
cara berpikir objektif mandiri kritis analitis, baik secara individu
maupun secara kelompok,
c. pegawai dapat menghadapi permasalahan yang ada di lingkungan
sekitarnya serta berusaha mengerahkan segala kemampuan untuk
dapat mencari pemecahan masalah.
20
2.2.2. Pelaksanaan Strategi pemecahan masalah (Problem Solving) dalam
Suatu Pembelajaran
Menurut Taryadi secara ringkas epistemologi Problem Solving
mempunyai ciri sebagai berikut :
a. objektif,
b. rasional,
c. kritis,
d. evolusioner,
e. realistis,
f. pluralistik.
21
b. Pengungkapan gagasan, pegawai dibebaskan untuk mengungkapkan
gagasan tentang berbagai macam strategi penyelesaian masalah,
c. Evaluasi dan seleksi, setiap kelompok mendiskusikan pendapat-
pendapat atau strategistrategi yang cocok untuk menyelesaikan
masalah,
d. Implementasi, pegawai menentukan strategi yang dapat diambil
untuk menyelesaikan masalah, kemudian menerapkannya sampa
menemukan penyelesaian dari masalah tersebut.
Dengan membiasakan pegawai menggunakan langkah-langkah
yang kreatif dalam memecahkan masalah, diharapkan dapat membantu
pegawai untuk mengatasi kesulitan dalam mempelajari Matematika.
Proses pemecahan masalah dapat dilakukan dengan bermacam-macam
cara tergantung pada sifat masalah, kemampuan memecahkan masalah
dan cara memecahkan masalah tersebut. Dalam pembelajaran strategi
pemecahan masalah harus disiapkan permasalahan yang akan diberikan
pada pegawai untuk dipecahkan.
Cara untuk mempersiapkan pemecahan masalah yang efektif
menurut Alipandie yaitu :
a. problema yang diajukan hendaknya benar-benar sesuai dengan
tingkat perkembangan dan kemampuan murid;
b. para murid hendaknya terlebih dahulu diberikan penjelasan tentang
maksud dan tujuan serta cara-cara memecahkan masalah yang
dimaksud;
c. masalah-masalah yang harus dipecahkan hendaknya bersifat aktuil
dan erat hubungannya dengan kehidupan masyarakat, sehingga
menimbulkan motivasi dan minat belajar para murid;
d. di samping bimbingan pengajar secara kontinue hendaknya tersedia
sarana pengajaran yang memadai serta waktu yang cukup untuk
memecahkan masalah-masalah yang dihadapi.
22
Keunggulan strategi Problem Solving sebagai berikut :
24
itu perlu untuk memperoleh konsep; keduanya itu harus diingat dan
dipertimbangkan dalam problem solving dan perbuatan kreatif. Begitu
pula perkembangan intelektual sangat penting dalam problem solving
(Slameto, 1990 : 139)
Selanjutnya problem solving merupakan taraf yang harus
dipecahkan dengan cara memahami sejumlah pengetahuan dan
ketrampilan kerja dan merupakan hasil yang dicapai individu setelah
individu yang bersangkutan mengalami suatu proses belajar problem
solving yang diajarkan suatu pengetahua tertentu.
Jadi, yang dimaksud dengan problem solving dalam penelitian ini
adalah hasil suatu masalah yang melahirkan banyak jawaban yang
dihasilkan dari penelitian yang menghasilkan kesimpulan secara realistik
dalam problem solving. (Lawson, 1991:53)
diperkirakan
26
Adanya kesulitan yang dirasakan atau kesadaran akan adanya
masalah. masalah itu diperjelas dan dibatasi. Mencari informasi atau data
dan kemudian data itu diorganisasikan atau diklasifikasikan. Mencari
hubungan-hubungan untuk merumuskan hipotesa-hipotesa kemudian
hipotesa-hipotesa dinilai, diuji agar dapat ditentukan untuk diterima atau
ditolak. Penerapan pemecahan terhadap masalah yang dihadapi sekaligus
berlaku sebagai pengujian kebenaran pemecahan tersebut untuk dapat
sampai kepada kesimpulan.
27
a) Memahami masalah
b) Merencanakan pemecahan masalah
c) Melaksanakan pemecahan masalah, dan
d) Memeriksa kembali
29
yang harus dibuktikan kebenarannya. Kedua bagian utama tersebut
sebagai landasan utama untuk dapat menyelesaikan masalah jenis
ini.
Dalam upaya untuk mengembangkan strategi pengajaran problem
solving, ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan, sebagaimana
Pengelly (1989, hal. 2) menyatakan bahwa ketika mengembangkan
problem solving skills, terutama dalam hal mendesain permasalahan,
pengajar perlu memperhatikan latar belakang.
Disamping, strategi pembelajaran problem solving perlu
melakukan penyeleksian persoalan yang layak (appropiate) untuk
muridnya. Permasalahan yang dipilih harus menantang (challenging),
terbuka untuk berbagai cara penyelesaian (variety of method of solution),
dan nampak sedikit matematikanya (low in mathematical content)
(Hodgson, 1989, h. 350).
Berkaitan dengan hal ini, Thompson (1989, h. 275) menyarankan
bahwa perlu menyeimbangkan tingkat kesulitan. Jika problem terlalu
sulit dan 3u/I;ptidak mampu memecahkan maka mereka mungkin akan
menjadi putus asa (disillusioned) dan motivasinya menjadi melemah
(waiver). Jika permasalahan yang dihadapi terlalu mudah, menyebabkan
tidak tertantang dan sekali lagi mereka akan kehilangan motivasi.
Sebagai tambahan, Schoenfeld (dikutip di Taplin, diakses: 5 Maret 2001)
juga menyarankan bahwa permasalahan yang baik haruslah sebuah
persoalan yang dapat diperluas untuk dieksplorasi secara matematik
(mathematical explorations) dan digeneralisasikan.
Menurut Polya (dalam Suherman dkk, 2001:91), indikator
pemecahan masalah yaitu :
1. Memahami masalah Tanpa adanya pemahaman terhadap masalah
yang diberikan.
30
2. Merencanakan penyelesaian Setelah memahami masalah dengan
benar, selanjutnya mereka harus mampu menyusun rencana
penyelesaian masalah.
3. Menyelesaikan masalah sesuai rencana Jika rencana penyelesaian
suatu masalah telah dibuat, baik secara tertulis atau tidak, selanjutnya
dilakukan penyelesaian masalah sesuai dengan rencana yang
dianggap paling tepat.
4. Melakukan pengecekan kembali terhadap semua langkah yang telah
dikerjakan
Pada langkah terakhir ini menurut polya adalah melakukan
pengecekan atas apa yang telah dilakukan mulai dari fase pertama
sampai fase penyelesaian yang ketiga.
Menurut Polya dan Pasmep (dalam Shadiq, 2004:13-14) strategi pemecahan
masalah sebagai berikut:
a. Mencoba-coba
Strategi ini biasanya digunakan untuk mendapatkan gambaran umum
pemecahan masalahnya dengan mencoba-coba (trial and error). Proses
mencoba-coba ini tidak akan selalu berhasil. Ada kalanya gagal.
Karenanya, proses mencoba-coba dengan menggunakan suatu anlisis
yang tajamlah yang sangat dibutuhkan pada penggunaan strategi ini.
b. Membuat diagram
Strategi ini berkait dengan membuat sket atau gambar untuk
mempermudah memahami masalahnya dan mempermudah
mendapatkan gambaran umum penyelesaiannya. Dengan strategi ini,
hal-hal yang diketahui tidaka hanya dibayangkan didalam otak saja
namun dapat dituangkan keatas kertas.
c. Mencoba pada soal yang lebih sederhana
Strategi ini berkaiatan dengan penggunaan contoh-contoh khusus yang
lebih mudah dan lebih sederhana, sehingga gambaran umum
31
penyelesaian masalahnya akan lebih mudah dianalisis dan akan lebih
mudah ditemukan.
d. Membuat tabel
Strategi ini digunakan untuk membantu menganlisis permasalahan atau
jalan pikiran kita, sehingga segala sesuatunya tidak hanya dibayangkan
oleh otak yang kemampuannya sangat terbatas.
e. Menemukan pola
Strategi ini berkaiatan dengan pencairan keteraturan-keteraturan.
Dengan keteraturan yang sudah didapatkan tersebut akan lebih
memudahkan kita untuk menemukan penyelesaian masalahanya.
f. Memecah tujuan
Strategi ini berkait dengan pemecahan tujuan umum yang hendak kita
capai menjadi satu atau beberapa tujuan bagian. Tujuan bagian ini dapat
digunakan sebagai batu loncatan untuk mencapai tujuan sesungguhnya.
g. Memperhitungkan setiap kemungkinan
Strategi ini berkaitan dengan penggunaan aturan-aturan yang dibuat
sendiri oleh para pelaku selama proses pemecahan masalah berlangsung
sehingga dapat dipastikan tidak akan ada satupun alternatif yang
terabaikan.
h. Berpikir logis
Strategi ini berkaitan dengan penggunaan penalaran ataupun penerikan
kesimpulan yang sah atau falid dari berbagai informasi atau data yang
ada.
i. Bergerak dari belakang
Dengan strategi ini, kita mulai dengan menganalisis bagaimana cara
mendapatkan tujuan yang hendak dicapai. Dengan strategi ini, kita
memulai proses pemecahan masalahnya dari yang diinginkan atau yang
ditanyakan lalu menyesuaiakannya dengan yang diketahui.
j. Mengabaikan hal yang tidak mungkin
32
Dari berbagai alternatif yang ada, alternatif yang tidak jelas mungkin
agar dicoret/diabaiakan sehingga perhatian dapat tercurah sepenuhnya
untuk hal-hal yang tersisa dan masih mungkin saja.
Dengan pendekatan pembelajaran problem solving, pegawai
dapat mengembangkan pola pikir untuk memperoleh strategi, sehingga
meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matriks pegawai.
33
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
1. Munculnya metode Problem Solving didasari oleh teori
konstruktivisme yang berprinsip bahwa seseorang harus
membangun pengetahuannya sendiri, agar pembelajaran yang
dialaminya bermakna.
2. Problem solving adalah cara penyajian bahan pelajaran
dengan masalah menjadikan sebagai titik tolak pembahasan untuk
dianalisis proses disintesis dalam, usaha mencari pemecahan atau
jawabannya masalah oleh seseorang
3. Landasan filosofis proses psikologis pembelajaran Problem
Solving adalah proses mengkontruksi pengalaman sehingga
pandangan tentang bagaimana sebenarnya pengetahuan itu struktur
kognitif akan terbentuk pada seseorang.
4. Proses belajar dalam Pandangan Metode problem solving menganut
pada teori konstruktivistik yang menekankan pada pemahaman
(understanding) juga menghilangkan kesalahpahaman, serta
memecahkan persoalan dalam, konteks pemaknaan yang dimiliki
seseorang. Dengan demikian pegawai dapat mengetahui prinsip-
prinsip yang mendasari dari suatu fakta atau data yang lapangan
yang dijumpai diolah melalui proses yang induktif.
3.2. Saran
Penulis menyarankan agar pembaca lebih mencermati lagi materi
materi pada makalah ini dan membaca buku-buku panduan tentang
problem solving yang lebih lengkap.
34
DAFTAR PUSTAKA
http://dhimaskasep.files.wordpress.com/2008/02/t-05-problem-solving-approach-
dalam-pk.pdf
http://episentrum.com/search/pengertian-problem-solving-dari-tokoh-tokoh-dalam-
psikologi.html
oktober 2015
http://staff.uny.ac.id/system/files/penelitian/Ali%20Muhson,%20S.Pd.,M.Pd./Ali%20
http://education-all.blogspot.co.id/2011/07/makalah-metode-problem-solving.html
diakses tgl 12 oktober 2015
35
PROBLEM SOLVING
(Pemecahan Masalah)
MAKALAH
Tugas Mata Kuliah Perilaku Organisasi
OLEH :
AGAPE YESELIA JUJATI SELLY
NIM : 811.2.142.003MM
DOSEN PENGASUH :
Dr. COSMAS FERNANDEZ, SVD, MA.
36
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat serta bimbingannya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah Problem Solving (Pemecahan Masalah).
Dalam pelaksanaannya membuat makalah Perilaku Organisasi dari awal
sampai akhir penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada :
1. Tuhan Yang Maha Esa
2. Bapak Dr. Cosmas Fernandez, SVD selaku dosen mata kuliah Perilaku
Organisasi
3. Semua pihak yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu yang telah membantu
dalam menyusun makalah ini.
Karena tanpa bantuan dari berbagai pihak, penulis akan mengalami
kesulitan dalam menyusun makalah ini.
Penulis sadar bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sekiranya dapat kami
gunakan untuk perbaikan pada makalah - makalah berikutnya. Atas saran dan
kritik tersebut penulis mengucapkan terima kasih.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat serta
menambah pengetahuan dalam perilaku berorganisasi.
Penulis
ii
37
DAFTAR ISI
Pemebelajaran ....................................................................................... 21
38
iii
BAB III PENUTUP ................................................................................................ 34
iii
39