Anda di halaman 1dari 7

OBSERVASI BUDAYA SUKU SASAK DESA SADE (rembitan)

LOMBOK TENGAH

DISUSUN OLEH :

NAMA : SITI KHADJAH


NIM : O9O STYC 13
KELAS : A2

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN JENJANG S1
MATARAM 2015
HASIL OBSERVASI DESA SADE LOMBOK TENGAH

Desa sade adalah suatu dusun yang terdiri dari 150 rumah yang
berdasarkan dari satu keturunan.
Desa sade terkenal dengan adat dan suku budaya yang sudah ada sejak
dulu yang diwariskan oleh nenek moyang mereka dan juga orang yang sudah
berusia diatas 50 tahun tidak bisa diajak berbicara dengan menggunakan bahasa
Indonesia, dan juga jika kita mau melewati perkampungan sedangkan ada orang
yang sedang duduk, kita harus berbicara dengan kata Tabe yang berarti permisi.
Desa sade atau juga dikenal dengan desa rembitan terletak di kabupaten
Lombok tengah, lokasinya tidak jauh dari Bandara Internasional Lombok (BIL)
dan jika anda ingin berkunjung desa sade hanya membutuhkan waktu kurang
lebih 20-30menit dari Bandara internasional Lombok (BIL).
Menurut keterangan pemandu,desa sade memiliki luas kurang lebih dari 6
hektar, menurut peraturan desa , warga desa sade tidak boleh membangun rumah
baru lagi diluar desa sade,
Sebagian besar warga desa sade hidup dari kegiatan bertani,pengrajin dan
tenun ikat khas Lombok dan pengrajin cinderamata.
Selain tenun ikat yang dikerjakan secara tradisional , benang untuk
menenun pun biasanya disiapkan sendiri oleh suku sasak dengan cara
dipintal.setelah selesai dipintal,benang pun ditenun sehingga menjadi kain tenun
ikat dan beberapa motif dan corak . bahan dari tenun juga terbuat dari benang
kapas dari nasi dan nanas, sedangkan untuk pewarnaanya terbuat dari bahan bahan
alami seperti daun-daunan dan dari kulit kayu.
Dan kamipun beserta rombongan melihat dan mencoba untuk menenun ,
karena menurut kepercayaan warga disana gadis harus bisa menenun karena jika
tidak bisa maka ia akan kesulitan dalam menemukan jodohnya,.
Setelah puas melihat pembuatan kain tenun,kami pun melanjutkan
berkeliling menelusuri desa wisata ini, sang pemandu pun menawarkan kami
untuk singgah dan melihat kedalam salah satu rumah yang ada didesa sade,
setelah meminta izin kepada pemilik rumah, kamipun masuk melalui pintu depan
rumah yang ukurannya tidak seperti pintu rumah biasanya. Tinggi pintunya pun
hamper setinggi ukuran orang dewasa, malah lebih pendek dari itu, itu pemikiran
saya ketika melangkah masuk ke salah satu rumah warga, pemandu pun
mengingatkan kami untuk membungkukkan badan ketika melewati pintu depan
rumah agar kepala tidak terbentur bagian atas pintu, dan keunikan rumah didesa
ini adalah pintu keluar masuk rumah hanya satu yaitu bagian depan rumah saja.
Rumah suku sasak ini begitu sederhana , rumah yang berukuran sekitar 7 x
5 meter itupun dibagi ke dalam 2 ruangan yaitu bale luar dan bale dalam.
Pemandu kamipun lansung menjelaskan bahwa bale luar adalah area untuk
menerima tamu sekaligus sebagai kamar tidur untuk laki laki. Bale dalam letaknya
dibelakang dari bale luar dan dihubungkan oleh anak tangga untuk mencapai pintu
masuk ke bale dalam yang ukurannya lebih mini dibandingkan pintu masuk
rumah anda harus mencapai 3 anak tangga, dan jumlah anak tangga ini pun tidak
sembarangan dan memiliki arti sendiri, menurut sang pemandu , jumlah anak
tangga itu sesuai dengan filosofi suku sasak yaitu Wetu Telu dimana menurut
kepercayaan suku sasak ,hidup manusia itu termaknai dalam 3 tahapan yaitu
lahir,berkembang dan mati.
Bale dalam adalah ruang yang lebih privasi karena di bale dalam
ditempatkan sebagai tempat memasak , ruang tidur untuk perempuan yang juga
digunakan sebagai tempat melahirkan dan bale dalam tidak memiliki jendela dan
penerangannya berasal dari lampu yang berada dipojok ruangan.
Rumah suku sasak ini terbuat dari bahan bahan alami , dindingnnya dari
anyaman bambu , lantainya bealaskan tanah sedangkan lantai rumahnya dilumuri
oleh kotoran kerbau sehingga lebih liat.dan saya pun sempat menanyakan
bagaimana dampak dengan mengepel menggunakan kotorsan kerbau, sang
pemandu pun mengkatan bahwa selama ini tidak ada dampak negative yg dialami
selama menggunakan kotoran kerbau baik dari sisi kesehatan, karena selama ini
tidak pernah terjadi penyakit yang aneh hanya saja sakit sakit biasa seperti
pusing,pilek dan batuk, dan juga tidak pernah berobat ke rumah sakit atau ke
dokter,
Menurut kepercayaan warga desa jika ada yang menderita pusing itu
berarti ia sedang diganggu atau disapa oleh roh roh nenek moyang dan obatnya
hanya sembe dan pertuk menurut bahasa disana.
Setelah puas melihat rumah rumah warga , kamipun mendapati lumbung
padi khas suku sasak yang terletak ditengah desa. Bangunan lumbung ini disebut
berugak yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan hasil bumi dan bagian
bawah bangunannya yang tidak berdinding digunakan sebagai tempat berkumpul.
Dan juga ada kentongan sebagai alat untuk memanggil warga untuk berkumpul
jika ada acara atau untuk berdiskusi.
Disana juga terdapat masjid namun masih menganuk waktu 3 atau wetu
telu . Dan salah satu yang unik disini adalah semua warga baik laki laki ataupun
perempuan menggunakan sarung. disana juga terdapat bale kodong yang berarti
tempat untuk berbulan madu, rumahnya terlihat kecil dan cukup hanya untuk 2
orang,, tidak ada tempat ruang tamu ataupun tempat emasak hanya saja untuk
tempat tidur berdua. Dan anehnya juga wanita yang berusia diatas 20 tahun
dikatakan sebagai perawan tua.
Cara untuk melakukan perkawinan adalah dengan cara kawin lari/kawin
sule, karena jika melakukan prosesi pelamaran, itu berarti tidak menghormati atau
tidak menghargai keluarga yang akan dilamar.
Hasil wawancara dengan bule asing.,,
Di tengah-tengah kami sedang menelusuri wisata desa sade, kami
menemukan beberapa bule yang berasal dari Australia, dan saya pun sempat
berbicara sedikit sekaligus mewawancara dengan seorang bule yang bernama
Mrs,Jessica. Saya bertanya dengan mrs,Jessica mengenai kehidupan desa sade,
mrs,Jessica mengatakan bahwa desa sade adalah desa yang cukup unik, dimana
disaat zaman yang begitu canggih dan modern ini, desaa sade ini masih
mempertahankan tradisi dan warisan dari nenek moyang mereka, warga disini
juga terlihat ramah dan mudah untuk bergaul dan berkomunikasi dengan wisata
lokal maupun wisata internasional,
Dan untuk pengrajin kain tenun tersebut, mrs, Jessica sangat takjub dengan
kreasi-kreasi tangan dari warga desa sade, mrs,Jessica mengungkapkan bahwa
kreasi-kreasi tersebut patut diberi penghargaan dan perhatian dari pemerintah
setempat dan harus dibudidaya/dilestarikan.
Mrs,Jessica mengatakan bahwa terlihat gampang untuk membuat songket
atau menenun, tapi setelah dicoba beberapa kali mrs,Jessica belom bisa untuk
menenun satu/setengah kain songket pun
Dan juga mrs,Jessica merasa sangat unik dengan perumahan perumahan
warga karena masih menggunakan bahan-bahan yang terdapat dari bambu,
lantainya masih menggunakan tanah dan atapnya dari alang-alang . mengenai
pengepelan lantai dengan kotoran kerbau, mrs Jessica merasa jijik karena itu akan
merasa mengganggu kesehatan warga desa sade, dan juga mrs,Jessica merasa rishi
karena masih percaya dukun untuk dijadikan pengobatan.
Mrs, Jessica juga merasa desa sade ini desa yang masih alami karena tidak
ada perubahan budaya yang berubah dari dulu sampai sekarang,masih
mempertahankan tradisi dan adat istiadat dari nenek moyang mereka.
PEMBUATAN BENANG

SUASANA MUSHALLA DESA SADE

Anda mungkin juga menyukai