Anemia dapat dicegah dengan mengonsumsi makanan bergizi seimbangdengan asupan zat
besi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Zat besi dapatdiperoleh dengan cara
mengonsumsi daging (terutama daging merah) seperti sapi. Zat besi juga dapat ditemukan
pada sayuran berwarna hijau gelap seperti bayam dan kangkung, buncis, kacang polong, serta
kacang-kacangan. Perlu diperhatikan bahwa zat besi yang terdapat pada daging lebih mudah
diserap tubuh daripada zat besi pada sayuran atau pada makanan olahan seperti sereal yang
diperkuat dengan zat besi. Upaya pencegahan dapat dilakukan dengan pemberian suplemen
Fe dosisrendah 30 mg pada trimester ketiga ibu hamil non anemik (Hb
lebih/=11g/dl),sedangkan untuk ibu hamil dengan anemia defisiensi besi dapat diberikan
suplemenFe sulfat 325 mg 60-65 mg, 1-2 kali sehari. Untuk yang disebabkan oleh
defisiensiasam folat dapat diberikan asam folat 1 mg/hari atau untuk dosis pencegahan
dapatdiberikan 0,4 mg/hari. Dan bisa juga diberi vitamin B12 100-200 mcg/hari
Peran bidan dapat masuk dalam tahap pencegahan. Dimana tahap pencegahan tediri dari
tiga(3) yaitu :
Pencegahan Primer
Pencegahan primer dilakukan pada fase prepathogenesis yaitu pada tahap suseptibel dan
induksi penyakit sebelum dimulainya perubahan patologis. Tujuan pencegahan ini untuk
mencegah atau menunda terjadinya kasus baru penyakit dan memodifikasi faktor risiko atau
mencegah berkembangnya faktor risiko (AHA Task Force, 1998 dalam Murti 2010).
Pada pencegahan dalam anemia ibu hamil ini, bidan komunitas dapat berperan sebagai
edukator seperti memberikan nutrition education berupa asupan bahan makanan yang tinggi
Fe dan konsumsi tablet besi atau tablet tambah darah selama 90 hari. Edukasi tidak hanya
diberikan pada saat ibu hamil, tetapi ketika belum hamil. Penanggulangannya, dimulai jauh
sebelum peristiwa melahirkan (Junadi, 2007). Selain itu, bidan juga dapat berperan sebagai
konselor atau sebagai sumber berkonsultasi bagi ibu hamil mengenai cara mencegah anemia
pada kehamilan.
Selain itu, sebagai fasilitator bidan dapat mengaktifkan kader dan posyandu balita atau
pembentukan posyandu (jika belum ada) sebagai tenaga, sarana dan tempat dalam
mempromosikan kesehatan. Bidan juga dapat menjadi motivator bagi ibu hamil untuk
memeriksakan kehamilannya secara rutin di tempat pelayanan kesehatan terdekat dan
memotivasi keluarga ibu hamil untuk selalu mendukung perawatan yang dilakukan pada ibu
hamil untuk mencegah terjadinya anemia.
Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder merupakan pencegahan yang dilakukan pada tahap pathogenesis yaitu
mulai pada fase asimtomatis sampai fase klinis atau timbulnya gejala penyakit atau gangguan
kesehatan. Pada pencegahan sekunder, yang dapat dilakukan oleh bidan komunitas
diantaranya adalah sebagai care giver diantaranya melakukan skirinning (early detection)
seperti pemeriksaan hemoglobin (Hb) untuk mendeteksi apakah ibu hamil anemia atau tidak,
jika anemia, apakah ibu hamil masuk dalam anemia ringan, sedang, atau berat. Selain itu,
juga dilakukan pemeriksaan terhadap tanda dan gejala yang mendukung seperti tekanan
darah, nadi dan melakukan anamnesa berkaitan dengan hal tersebut. Sehingga, bidan dapat
memberikan tindakan yang sesuai dengan hasil tersebut.
Dalam hal ini, bidan dapat berperan juga sebagai penemu kasus, peneliti, konselor, edukator,
motivator, fasilitator dan kolaborator. Sebagai penemu kasus dan peneliti, bidan dapat
menggambarkan dan melaporkan kejadian anemia pada ibu hamil di suatu daerah, sehingga
datanya bermanfaat untuk dinas terkait dalam rangka penanganan terhadap kejadian anemia
tersebut. Jika ibu hamil terkena anemia, maka bidan sebagai care giver dan kolaborator dapat
memberikan terapi oral berupa Fe dan memberikan rujukan kepada ibu hamil ke rumah sakit
untuk diberikan transfusi (jika anemia berat).
Bidan dapat memberikan pengarahan dan motivasi kepada ibu hamil dan keluarganya supaya
tidak berlanjut pada komplikasi yang tidak diinginkan pada ibu dan janin. Bidan juga dapat
memotivasi kader untuk dapat membantu mendeteksi adanya anemia pada ibu hamil di
wilayahnya.
Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier dilakukan untuk mencegah perkembangan penyakit ke arah yang lebih
buruk untuk memperbaiki kualitas hidup klien seperti untuk mengurangi atau mencegah
terjadinya kerusakan jaringan, keparahan dan komplikasi penyakit, mencegah serangan ulang
dan memperpanjang hidup.
Contoh pencegahan tersier pada anemia ibu hamil diantaranya yaitu mempertahankan kadar
hemoglobin tetap dalam batas normal, memeriksa ulang secara teratur kadar hemoglobin,
mengeliminasi faktor risiko seperti intake nutrisi yang tidak adekuat pada ibu hamil, tetap
mengkonsumsi tablet Fe selama kehamilan dan tetap mengkonsumsi makanan yang adekuat
setelah persalinan. Dalam hal ini, bidan dapat berperan sebagai care giver, edukator, konselor,
motivator, kolaborator, dan fasilitator.
Konsentrasi hilang,
Sakit kepala
Takikardi
K. PENGOBATAN ANEMIA
Penatalaksaan :
1. Skrining rutin
Pada kunjungan awal, tanyakan tentang riwayat anemia atau masalah pembekuan
darah sebelumnya.
2. Terapi anemia:
Terapi oral ialah dengan pemberian : fero sulfat, fero gluconat, atau Na-fero bisitrat.
4. Sarankan suplemen zat besi sebagai tambahan vitamin paranatal. Kebutuhan zat besi saat
kehamilan adalah 60 mg unsure zat besi.
Tablet zat besi time-release merupaka pilihan terbaik, namun lebih mahal. Setiap
sediaan garam zat besi standar sudah mencukupi kebutuhan zat besi.
Zat besi diabsorbsi lebih baik pada keadaan lambung kosong. Minum 1 jam sebelum
makan atau 2 jam sesudahnya.
Vitamin C membantu absorbs zat besi. Minum zat besi disertai jus yang tinggi vitamin
C atau tablet vitamin C.
Lebih baik mengkonsumsi zat besi bersama antasid atau makanan daripada tidak
mengkonsumsi sama sekali.
5. Bila Hb <9 g/dl dan Ht <27% pertimbangkan anemia megaloblastik. Kelola pasien ini
menurut panduan terapi anemia.
Bila kadar Hb <9 g/dl dan Ht 27% saat mulai persalinan, pertimbangkan pemberian
cairan IV atau heparin lock saat persalinan.
Kini program nasional mengajukan kombinasi 60 mg besi dan 50g asam folat untuk
profilaksis anemia.
Pemberian preparat parenteral yaitu dengan ferum dextran sebanyak 1000 mg (20 ml)
intravena atau 2 x 10 ml/im pada gluteus, dapat meningkatkan Hb relatif lebih cepat
yaitu 2 g%. Pemberian parenteral ini mempunyai indikasi : intoleransi besi pada
gastrointestinal, anemia yang berat, dan kepatuhan yang buruk. Efek samping utama
ialah reaksi alergi, untuk mengetahuinya dapat diberikan dosis 0,5 cc/im dan bila tak
ada reaksi, dapat diberikan seluruh dosis.
b. Anemia Megaloblastik.
Penatalaksanaan
1. Suplemen
Suplemen zat besi, dengan pertimbangan bahwa anemia megaloblastik jarang terjadi
tanpa anemia defisiensi zat besi.
2. Konseling gizi
Perhatikan adanya peningkatan hitung retikulosit sebesar 3-4% dalam 2-3 minggu,
dan sedikit peningkatan pada hitung Hb dan Ht.
Penatalaksanaan
2. Terapi
Bila pasien hamil, lakukan kultur dan sensitivitas (culture and sensitivity, C&S) urine
bulanan.
Konsultasikan dengan dokter bila pasien dalam keadaan krisis atau mengalami anemia
berat.
d. Anemia: Pernisiosa
Penatalaksanaan
1. Kaji diet pasien terhadap produk hewani. Bila asupan dietnya kurang sumber-sumber
vitamin B12 berikan konseling gizi.
o Morfologi normal
o Kadar Ht meningkat
Penatalaksanaan
Bila uji negatif, kedua gen normal dan tidak ada masalah.
Bila gen homozigot,pasien dianggap beresiko tinggi dan harus dirujuk ke dokter.
Bila gen heterozigot, pasien dianggap beresiko rendah dapat dikelola secara normal
selama kehamilan dan persalinan.
2. Pertimbangkan kultur dan sensitivitas urine bulanan karena peningkatan resiko ISK selama
kehamilan.
Sarankan pemeriksaan ayah bayi. Bila gen ayah juga heterozigot, ada kemungkinan
bayinya menderita penyakit ini.