Anda di halaman 1dari 14

1

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Sistem Perpindahan Panas


Sistem perpindahan panas dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana
berpindahnya energi dari suatu daerah ke daerah lainnya sebagai akibat dari beda
suhu antara daerah-daerah tersebut. Karena beda suhu terdapat di seluruh alam
semesta, maka aliran panas bersifat seuniversal yang berkaitan dengan tarikan
gravitasi. Tetapi tidak sebagaimana halnya gravitasi, aliran panas tidak di
kendalikan oleh sebuah hubungan yang unik, namun oleh kombinasi dari berbagai
hukum fisika yang tidak saling bergantungan.
Pada umumnya dikenal tiga cara perpindahan panas yaitu, konduksi
(conduction, juga dikenal dengan istilah hantaran), konveksi (convection, juga
dikenal dengan istilah aliran), radiasi (radiartion, juga dikenal dengan istilah
pancaran).
2.1.1. Jenis-Jenis Perpindanhan Panas
1. Perpindahan Panas Dengan Cara Konduksi
Konduksi adalah proses perpindahan kalor tanpa disertai perpindahan
partikel karena adanya selisih suhu. Konduksi juga dapat didefinisikan
sebagai proses perpindahan kalor yang hanya diikuti perpindahan
molekulnya, sedangkan materinya tidak ikut berpindah.
Dari definisi tersebut sebenarnya memiliki makna yang sama yaitu
perpindahan kalor tanpa disertai perpindahan bagian-bagian zat
perantaranya. Penjalaran ini biasanya terjadi pada benda padat. Konduksi
terjadi dari benda yang bersuhu tinggi ke benda yang bersuhu rendah. Benda
suhunya tinggi akan melepaskan kalor, sedangkan zat yang suhunya rendah
akan menerima kalor. Adapun sesuai dengan definisi yang ketiga, proses
interaksi molekular adalah molekul-molekul pada reservoir panas (tandon
kalor) memiliki energi yang lebih besar, yang kemudian dipindahkan
melalui tumbukan kepada atom-atom pada ujung batang logam yang
bersinggungan. Atom-atom pada batang logam ini kemudian mentransfer
energi pada atom-atom di sebelahnya. Proses ini terus berlanjut, hingga
2

akhirnya energi kalor berpindah ke reservoir dingin, dan baru berhenti


setelah mencapai kesetimbangan termal.
Penjalaran panas ini diperikan oleh rumus matematika berikut:
T = C + (T0 C)ekt
T adalah suhu, T0 suhu awal, t waktu, C dan k adalah konstanta.
Proses perpindahan kalor secara konduksi bila dilihat secara atomik
merupakan pertukaran energi kinetik antar molekul (atom), dimana
partikel yang energinya rendah dapat meningkat dengan menumbuk
partikel dengan energi yang lebih tinggi.
Sebelum dipanaskan atom dan elektron dari logam bergetar pada posisi
setimbang. Pada ujung logam mulai dipanaskan, pada bagian ini atom dan
elektron bergetar dengan amplitudi yang makin membesar. Selanjutnya
bertumbukan dengan atom dan elektron disekitarnya dan memindahkan
sebagian energinya. Kejadian ini berlanjut hingga pada atom dan elektron
di ujung logam yang satunya. Konduksi terjadi melalui getaran dan
gerakan elektron bebas.
1) Faktor yang Mempengaruhi
Kecepatan kalor berpindah dengan cara konduksi disebut laju kalor
konduksi. Laju kalor konduksi melalui sebuah dinding bergantung pada
lima faktor (besaran) yaitu :
1) Beda suhu (T = T panas T dingin) di antara kedua permukaan,
satuannya C atau Kelvin.
2) Ketebalan dinding (d)/ panjang potongan (l) satuannya meter.
3) Luas permukaan (A) satuannya meter.
4) Konduktivitas termal zat (k) yaitu ukuran kemampuan zat
menghantarkan kalor (tergantung pad jenis batang) satuannya W/m.K.
5) Sebanding dengan selang waktu lamanya kalor mengalir (t)
satuannya sekon.
Dinyatakan dengan persamaan (sebagai hukum Fourier) sebagai berikut :
T
H=kA
x
3

Keterangan:
H : Panas
k : Konduktivitas termal
T : Perbedaan suhu

x : Perbedaan panjang/ jarak

A : Luas permukaan
Tabel 2.1 Nilai Konduktivitas Termal (K) Berbagai Bahan pada Suhu 0 C

Bahan W/m x C Btu/h x ft x F


Logam
Perak (murni) 410 237
Tembaga (murni) 385 223
Aluminium (murni) 202 117
Nikel (murni) 93 54
Besi (murni) 73 42
Baja karbon, 1% C 43 25
Timbal (murni) 35 20,3
Baja krom-nikel 16,3 9,4
(18% Cr, 8% Ni)
Bukan Logam
Kuarsa (sejajar sumbu) 41,6 24
Magnesit 4,15 2,4
Marmar 2,08-2,94 1,2-1,7
Batu pasir 1,83 1,06
Kaca, jendela 0,78 0,45
Kayu mapel atau ek 0,17 0,096
Serbuk gergaji 0,059 0,034
Wol kaca 0,038 0,022
Zat cair
Air-raksa 8,21 4,74
Air 0,556 0,327
Amonia 0,540 0,312
Minyak Lumas, SAE 50 0,147 0,085
Freon 12,CCl2 F2 0,073 0,042
Gas
Hidrogen 0,175 0,101
Helium 0,141 0,081
Udara 0,024 0,0139
Uap air (jenuh) 0,0206 0,0119
Karbon dioksida 0,0146 0,00844
4

Benda yang memiliki konduktivitas termal (k) besar merupakan penghantar kalor
yang baik (konduktor termal yang baik). Sebaliknya, benda yang memiliki
konduktivitas termal yang kecil merupakan merupakan penghantar kalor yang
buruk (konduktor termal yang buruk). Pada umumnya zat padat merupakan
konduktor termal yang baik, sedangkan zat cair dan zat gas merupakan konduktor
termal yang buruk. Konduktor termal = penghantar panas alias kalor. Zat cair dan
zat gas bisa disebut juga sebagai isolator termal terbaik. Isolator termal =
penghambat panas alias kalor.
Adapun contoh penerapan dalam kehidupan sehari- hari adalah sebagai
berikut:
1) Pemakaian ubin dan keramik
Ubin memiliki konduktivitas termal yang lebih besar daripada karpet.
Karenanya ubin merupakan penghantar kalor yang bagus, sedangkan
karpet merupakan pernghantar kalor yang buruk. Ketika kita menginjak
karpet, kalor mengalir dari kaki menuju karpet. Hal ini terjadi karena
suhu tubuh kita lebih tinggi dari suhu karpet. Karena karpet merupakan
penghantar kalor yang buruk maka panas yang mengalir dari kaki kita
menumpuk di permukaan karpet. Akibatnya permukaan karpet menjadi
lebih hangat. Kaki pun terasa hangat.
Ketika kita menginjak ubin atau keramik, kalor mengalir dari kaki
menuju ubin atau keramik. Karena ubin merupakan penghantar kalor
yang baik maka panas yang mengalir dari kaki kita tidak tertahan di
permukaan ubin. Kalor mengalir dengan lancar sehingga kaki kita terasa
dingin.
Kalau kita tidur di atas ubin (tanpa alas), kita bisa sakit. Sebenarnya hal
itu disebabkan karena banyak kalor atau panas dari tubuh yang mengalir
menuju ubin. Kalor adalah energi yang berpindah.
2) Penggunaan jendela dan pintu
Pada malam hari, suhu udara di luar rumah lebih rendah daripada suhu
udara dalam rumah. Adanya perbedaan suhu udara ini bisa
menyebabkan kalor mengalir keluar rumah sehingga biasanya pada
malam hari kita menutup pintu atau jendela. Salah satu fungsi jendela
atau pintu adalah menahan kalor agar tidak keluar rumah. Biasanya
5

pintu atau jendela terbuat dari kayu. Konduktivitas termal kayu cukup
kecil sehingga bisa berperan sebagai isolator. Fungsi lain dari jendela
atau pintu adalah menahan udara. Udara yang terperangkap pada sisi
dalam jendela atau pintu berfungsi sebagai isolator yang baik
(penghambat kalor yang hendak keluar). Konduktivitas termal udara
sangat kecil. Semakin kecil konduktivitas termal suatu benda, semakin
sulit kalor berpindah melalui benda tersebut.
Pada malam hari yang dingin sebaiknya jangan suka buka pintu atau
jendela kamar. Kalor dengan mengalir dari benda (atau tempat) yang
bersuhu tinggi menuju benda (atau tempat) yang bersuhu rendah.
Semakin banyak kalor yang keluar dari dalam rumah atau kamar, suhu
udara dalam kamar menjadi rendah. Karena terdapat perbedaan suhu
antara udara dalam kamar dengan tubuhmu, maka kalor akan kabur dari
dalam tubuhmu menuju udara. Semakin banyak kalor yang kabur,
semakin banyak energi yang terbuang percuma.
3) Pakaian
Pakaian juga berfungsi untuk menjaga suhu tubuh kita agar tetap stabil.
Pakaian yang kita gunakan biasanya disesuaikan dengan suhu udara.
Ketika suhu udara cukup rendah, pakaian yang kita gunakan lebih tebal.
Selimut atau pakaian yang tebal membuat udara tidak bisa bergerak
dengan lancar. Udara terperangkap di antara kulit dan jaket/selimut.
Karena terdapat perbedaan suhu antara tubuh kita dan udara yang
terperangkap, maka kalor mengalir dari tubuh menuju udara tersebut.
Karena mendapat sumbangan kalor dari tubuh, suhu udara yang
terperangkap meningkat (udara menjadi lebih hangat). Nilai
konduktivitas termal (kemampuan menghantar kalor) udara sangat kecil.
Karenanya, kalor tidak bisa keluar dari tubuh. Suhu tubuh kita pun tetap
terjaga. Apabila kita tidak menggunakan jaket pada saat udara cukup
dingin, kalor bisa keluar dari tubuh kita. Semakin banyak kalor yang
keluar maka tubuh bisa kehilangan banyak energi.
4) Penggunaan jaket saat mengendarai sepeda motor
Tujuannya agar kalor tidak keluar dari dalam tubuh. Ketika kita
mengendarai sepeda motor, tubuh kita bergerak. Udara juga ikut
6

bergerak (udara yang bergerak = angin). Adanya angin membuat udara


yang panas digantikan oleh udara yang lebih dingin. Akibatnya akan ada
perbedaan suhu antara tubuh (suhu lebih tinggi) dengan udara (suhu
lebih rendah). Jika kita tidak menggunakan jaket, maka kalor akan
keluar dari tubuh.
5) Penggunaan alat-alat rumah tangga
Dalam kehidupan sehari-hari kita dapat menjumpai peralatan rumah
tangga yang prinsip kerjanya memanfaatkan konsep perpindahan kalor
secara konduksi seperti setrika listrik, solder, panci logam, dan wajan.
Alat-alat tersebut terdapat tegangan dari bahan isolator untuk
menghambat konduksi panas supaya tidak sampai ke tangan kita.
2. Perpindahan Panas Secara Konveksi
Perpindahan kalor secara konveksi umumnya berlangsung pada zat cair dan
gas. Proses perpindahan kalor diikuti oleh perpindahan partikel partikel
perantaranya. Perpindahan kalor secara konveksi sebenarnya merupakan
proses perpindahan energi gabungan antara konduksi panas , gerakan
pencampuran dan proses penyimpanan energi.
Mekanisme perpindahan kalor terjadi dengan urutan sebagai berikut:
1) Kalor mengalir secara konduksi dari permukaan zat padat ke partikel-
partikel fluida (cairan atau gas) yang berbatasan dengan permukaan zat
tersebut

2) Kalor yang di terima fluida, akan menaikkan suhu partikel penyusun


tersebut.

3) Partikel fluida yang bersuhu lebih tinggi akan bergerak ke suhu yang
lebih rendah, kemudian bercampur dan melepaskan sebagian kalor yang
dimilikinya.

Jadi dalam proses konveksi terjadi aliran energi dalam bentuk kalor dan
aliran materi fluida. Energi yang diterima fluida disimpan oleh partikel
pertikel fluida tersebut sehingga konveksi dapat di definisikan sebagai
7

perpindahan kalor dari sebagian fluida ke bagian fluida yang lain yang
diikuti oleh pergerakan fluida tersebut.
Persamaan dasar perpindahan kalor secara konveksi di usulkan oleh Issac
Newton pada tahun 1710 dan persamaan ini sudah digunakan secara luas
dala analisis perpindahan kalor secara konveksi. Hubungan ini menyatakan
bahwa laju perpindahan kalor secara konfeksi di pengaruhi 3 besaran yaitu:
Q=hAT
Dengan :
Q = laju perpindahan kalor (j/s)
h = koefisien perpindahan kalor konveksi ( Js.m.C)
A = luas penampang (m)
T = beda suhu antara permukaan dan fluida (C atau K)
Ada beberapa jenis konveksi, yaitu:
1) Konveksi Alami.
Yaitu proses Perpindahan kalor melalui zat yang disertai dengan
perpindahan partikel partikel zat tersebut akibat perbedaan massa
jenis. Contoh : Pemanasan Air
2) Konveksi Paksa.
Yaitu proses Perpindahan kalor melalui suatu zat yang disertai dengan
perpindahan partikel partikel zat tersebut akibat suatu paksaan
terhadap partikel bersuhu tinggi tersebut. Contoh : Pendinginan Mesin
Mobil
1) Faktor yang mempengaruhi
Besarnya konveksi tergantung pada Luas permukaan benda yang bersinggungan
dengan fluida (A), perbedaan suhu antara permukaan benda dengan fluida,
dan koefisien konveksi (h). Seluruhnya tergantung pada viscositas fluida,
kecepatan fluida, perbedaan temperatur antara permukaan dan fluida,
kapasitas panas fluida, rapat massa fluida, bentuk permukaan kontak.
3. Perpindahan Panas Secara Radiasi
Radiasi adalah pancaran energi melalui suatu materi atau ruang dalam
bentuk panas, partikel atau gelombang elektromagnetik/cahaya (foton) dari
sumber radiasi. Ada beberapa sumber radiasi yang kita kenal di sekitar
kehidupan kita, contohnya adalah televisi, lampu penerangan, alat
8

pemanas makanan (microwave oven), komputer, dan lain-lain.Radiasi


dalam bentuk gelombang elektromagnetik atau disebut juga dengan foton
adalah jenis radiasi yang tidak mempunyai massa dan muatan listrik.
Misalnya adalah gamma dan sinar-X, dan juga termasuk radiasi tampak
seperti sinar lampu, sinar matahari, gelombang microwave, radar dan
handphone.
Selain berpindah dari tempat yang memiliki suhu lebih tinggi menuju
tempat yang memiliki suhu lebih rendah dengan cara konduksi dan
konveksi, kalor juga bisa berpindah tempat dengan cara radiasi. Bedanya,
perpindahan kalor dengan cara konduksi dan konveksi membutuhkan
medium. Sebaliknya, perpindahan kalor dengan cara radiasi tidak
membutuhkan medium.
Radiasi sebenarnya merupakan perpindahan kalor dalam bentuk
gelombang elektromagnetik, seperti cahaya tampak (merah, jingga,
kuning, hijau, biru, nila, ungu dll), infra merah dan ultraviolet alias ultra
ungu. Mengenai gelombang elektromagnetik akan kita kupas tuntas dalam
pokok bahasan tersendiri.
Salah satu contoh perpindahan kalor dengan cara radiasi adalah
perpindahan kalor dari matahari menuju bumi. Matahari memiliki suhu
lebih tinggi (sekitar 6000 K), sedangkan bumi memiliki suhu yang lebih
rendah. Karena terdapat perbedaan suhu antara matahari dan bumi, maka
secara otomatis kalor mengungsi dari matahari (suhu lebih tinggi) menuju
bumi (suhu lebih rendah). Seandainya perpindahan kalor dari matahari
menuju bumi memerlukan perantara alias medium, maka kalor tidak
mungkin tiba di bumi. Persoalannya si kalor harus melewati ruang hampa
(atau hampir hampa alias kosong melompong). Jika tidak ada sumbangan
kalor dari matahari, maka kehidupan di bumi tidak akan pernah ada. Ingat
ya, kalor tuh energi yang berpindah. Kehidupan kita di planet bumi sangat
bergantung pada energi yang disumbangkan oleh matahari. Nah, energi
bisa berpindah dari matahari ke bumi dalam bentuk kalor alias panas.
Ada dua jenis radiasi, yaitu :
9

1) Radiasi Pengeon
Radiasi pengion adalah jenis radiasi yang dapat menyebabkan proses
ionisasi (terbentuknya ion positif dan ion negatif) apabila berinteraksi
dengan materi. Yang termasuk dalam jenis radiasi pengion adalah
partikel alpha, partikel beta, sinar gamma, sinar-X dan neutron. Setiap
jenis radiasi memiliki karakteristik khusus. Yang termasuk radiasi
pengion adalah partikel alfa (), partikel beta (), sinar gamma (),
sinar-X, partikel neutron.
2) Radiasi Nonpengeon
Radiasi non-pengion adalah jenis radiasi yang tidak akan menyebabkan
efek ionisasi apabila berinteraksi dengan materi. Radiasi non-pengion
tersebut berada di sekeliling kehidupan kita. Yang termasuk dalam
jenis radiasi non-pengion antara lain adalah gelombang radio (yang
membawa informasi dan hiburan melalui radio dan televisi);
gelombang mikro (yang digunakan dalam microwave oven dan
transmisi seluler handphone); sinar inframerah (yang memberikan
energi dalam bentuk panas); cahaya tampak (yang bisa kita lihat); sinar
ultraviolet (yang dipancarkan matahari).
2.2. Boiler
Boiler adalah suatu perangkat berbentuk becana tertutup yang digunakan
untuk memanaskan air sehingga menghasilkan steam (uap), panas dari hasil
pembakaran bahan bakar dalam boiler akan ditransferkan ke media air yang
mengalir di dalam pipa-pipa, saat suhu air telah mencapai temperatur tertentu
maka akan terjadi penguapan. Sehingga dapat kita artikan bahwa boiler
merupakan suatu alat yang digunakan untu membuat steam, seperti yang kita
ketahui uap dapat digunakan untuk menggerakkan turbin pada pembangkit listrik
dan berfungsi sebagai pencaga suhu dalam kolom destilasi minyak bumi.
Boiler dapat dibedakan dari berbagai macam hal seperti karakteristik, cara
kerja, tipe pipa dan bahan bakar yang digunakan. Setiap jenis boiler memiliki
kelebihan serta kekurangan masing-masing. Disini akan dibahas boiler yang
dibedakan berdasarkan tipe pipa, yaitu:
1. Fire Tube Boiler
10

Pada boiler pipa api (Fire Tube) mempunyai karakteristik yaitu mampu
menghasilkan kapasitas dan tekanan steam yang rendah. Cara kerjanya adalah
proses dimana pengapian terjadi didalam pipa, kemudian panas yang
dihasilkan akan dihantarkan langsung kedalam boiler yang berisi air besar dan
konstruksi boiler tersebut juga mempengaruhi kapasitas serta tekanan yang
dihasilkan boiler tersebut. Fire tube boilers dapat memanfaatkan bahan bakar
minyak , gas atau bahan bakar padat dalam penggunaanya.
Kelebihan dari boiler ini adalah proses pemasangan cukup mudah dan tidak
memerlukan pengaturan yang khusus, tidak membutuhkan area yang besar dan
memiliki biaya yang murah. Kekurangan dari boiler ini adalah Memiliki
tempat pembakaran yang sulit dijangkau saat hendak dibersihkan, kapasitas
steam yang rendah dan kurang efisien karena banyak kalor yang terbuang sia-
sia.

Gambar 2.1 Fire Tube Boiler

2. Water Tube
Memiliki kontruksi yang hampir sama dengan jenis pipa api, jenis ini juga
terdiri dari pipa dan barel, yang menbedakan hanya sisi pipa yang diisi oleh air
sedangkan sisi barrel merupakan tempat terjadinya pembakaran. Karakteristik
pada jenis ini ialah menghasilkan jumlah steam yang relatif banyak. Prinsip
Kerjanya Proses pengapian terjadi pada sisi luar pipa, sehingga panas akan
terserap oleh air yang mengalir di dalam pipa. Kelebihannya adalah emiliki
kapasitas steam yang besar, niali efesiensi relatif lebih tinggi dan tungku
pembakaran mudah untuk dijangkau saat akan dibersihkan. Kekurangannya
adalah Biaya investasi awal cukup mahal, membutuhkan area yang luas dan
membutuhkan komponen tambahan dalam hal penanganan air.
11

Pada water tube boiler, air umpan boiler mengalir melalui pipa pipa masuk
ke dalam drum. Air yang tersikulasi dipanaskan oleh gas pembakar
membentuk steam pada daerah uap dalam drum. Boiler ini dipilih jika
kebutuhan steam dan tekanan steam sangat tinggi seperti pada kasus boiler
untuk pembangkit tenaga. Water tube boiler yang sangat modern dirancang
dengan kapasitas steam antara 4.500-12.000 kg/jam, dengan tekanan sangat
tinggi. Banyak water tube boiler yang dikonstruksi secara paket jika
digunakan bahan bakar minyak bakar dan gas. Untuk water tube boiler yang
menggunakan bahan bakar padat, tidak umum dirancang secara paket.
Karakteristik water tube boiler sebagai berikut :
1) Forced, induced dan balanced draft membantu untuk meningkatkan
efisiensi pembakaran

2) Kurang toleran terhadap kualitas air yang dihasilkan dari plant pengolahan
air

3) Memungkinkan untuk tingkat efisiensi panas yang lebih tinggi

Gambar 2.2 Water Tube Boiler

2.3 Proses yang Terjadi pada Boiler


Mula-mula kompressor akan mendorong bahan bakar untuk mengalir
menuju boiler dan reboiler untuk melakukan proses pembakaran. Kemudian air
umpan boiler akan dipanaskan sehingga fasanya berubah dari liquid menjadi uap.
Uap yang dihasilkan dari boiler ini masih bersifat saturated atau uap jenuh.
Selanjutnya uap jenuh ini kembali dialirkan kedalam reboiler untuk
mengubah uap jenuh menjadi uap tidak jenuh atau superheated. Superheated
12

steam sendiri adalah steam yang dibuat dari saturated steam yang dipanaskan
kembali dalam boiler sampai suhu sekitar 700 oC. Pada kondisi ini steam benar-
benar kering. Hal ini dilakukan agar beban kerjanya lebih tinggi.
Kemudian superheated steam tersebut akan digunakan untuk memutar
turbin. Pada turbin ini digunakanlah motor sebagai start bagi turbin agar dapat
berputar. Turbin ini dihubungkan dengan generator sehingga putaran yang di
hasilkan oleh turbin akan di konversikan oleh generator menjadi energi listrik
yang dapat dilihat pada instrument.
Selanjutnya steam yang di gunakan untuk memutar turbin akan di alirkan
menuju kondensor. Hal ini dilakukan untuk mengubah fase uap menjadi fase cair.
Untuk mengubah fase digunakanlah media air pendingin agar terjadi proses
pertukaran panas. Air yang keluar dari kondensor masih memiliki temperatur yang
tinggi. Kemudian air tersebut akan dilakukan proses recovery dengan
mengalirkanya kedalam boiler.
.

BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
1. Sistem perpindahan panas didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana
berpindahnya energi dari suatu daerah ke daerah lainnya sebagai akibat
dari beda suhu antara daerah-daerah tersebut.
13

2. Perpindahan panas dapat dilakukan secara konduksi (conduction, juga


dikenal dengan istilah hantaran), konveksi (convection, juga dikenal
dengan istilah aliran), radiasi (radiartion, juga dikenal dengan istilah
pancaran).
3. Boiler merupakan peralatan yang dipergunakan untuk memproduksi air
panas dengan temperatur tinggi sehingga menghasilkan uap atau steam,
yang dipergunakan untuk proses produksi, penggerak, dan lain-lain.
4. Berdasarkan tipe pipa, boiler memiliki dua jenis yaitu fire tube dan water
tube

DAFTAR PUSTAKA

Albert Dimas. 2010. Perpindahan Panas Konduksi, Konveksi Radiasi. (online),


(http://mengerjakantugas.blogspot.co.id/2010/11/teori-perpindahan-panas-
konduksi.html)
Febrianta Annisa. 2008. Klasifikasi Boiler. (online),
(http://febriantara.wordpress.com/2008/10/24/klasifikasi-boiler)
Riyanto Joko. 2015. Tipe-Tipe Boiler. (online), (http://pembangkit-
uap.blogspot.co.id/2015/03/tipe-tipe-boiler-k2512047-klasifikasi.html)
14

Anda mungkin juga menyukai