Anda di halaman 1dari 11

1

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN ASMA BRONCHIALE

KONSEP TEORI
A. Definisi
Asma bronkial merupakan inflamasi kronik jalan nafas yang
melibatkan berbagai sel inflamasi. Dasar penyakit ini adalah hiperaktivitas
bronkus dalam berbagai tingkat, obstruksi jalan napas, dan gejala
pernafasan (mengi dan sesak). Obstruksi jalan nafas umumnya bersifat
reversibel tergantung berat dan lamanya penyakit. (Kapita Selekta
Kedokteran, 2009)

B. Etiologi
Asma selalu dihubungkan dengan bronko spasme yang reversibel
dan sebagai faktor pencetus adalah :
1. Alergi
2. Infeksi dan iritasi
3. Ketidakseimbangan saraf otonom
4. Perubahan lingkungan dan suhu

C. Manifestasi Klinis
Gejala yang timbul biasanya berhubungan dengan beratnya derajat
hiperaktivitas bronkus. Obstruksi jalan nafas dapat reversibel secara
spontan maupun dengan pengobatan.
Gejala-gejala asma antara lain :
1. Bising mengi (wheezing) yang terdengar dengan atau tanpa stetoskop.
2. Batuk produktif, sering pada malam hari.
3. Nafas atau dada seperti tertekan.
Gejalanya bersifat paroksismal,yaitu membaik pada siang hari dan
memburuk pada malam hari. Penyebabnya tidak mengerti dengan jelas,
tetapi mungkin berhubungan dengan variasi sirkadian, yang
mempengaruhi ambang reseptor jalan nafas.
2

Serangan asma biasanya bermula mendadak dengan batuk dan


rasa sesak dalam dada, disertai dengan pernafasan lambat dan mengi.
Ekspirasi selalu lebih susah dan lebih panjang dari inspirasi membuat
pasien untuk duduk tegak dan menggunakan otot-otot aksesori
pernafasan jalan nafas yang tersumbat menyebabkan dispnea. Batuk
semula ringan makin lama makin berat. Sputum makin kental dan susah
dibatukkan sianosis sekunder bila terjadi hipoxia berat dan gejala-gejala
retensi karbondioksida.
Serangan asma dapat berlangsung dari 30 menit sampai beberapa
jam dan dapat hilang secara spontan, kadang terjadi reaksi kontinue yang
lebih berat yang disebut status asmatekus. Kondisi ini dapat mengancam
kehidupan.
3

D. Patofisiologi (Pohon Masalah)

Alergi Infeksi dan iritasi


Ketidakseimbangan Perubahan
saraf otonomlingku

Inflamasi Kompensasi tubuh ban


Demam

`
Infeksi saluran nafas atas
Hiperekskresi
Resti defi
Akumulasi sekret (hiperskresi)
Bersihan jalan nafas tidak e

Obstruksi jalan nafas

Bronko spasme Edempada saluran nafas


Se

Kelem
Suplai O2 turun

Intolerans
Ischemic

Kerusakan dinding alveoli

Berkurangnya area permukaan alveoli yang kontak langsung dengan kapiler paru secara kontinue
Gangguan difusi O2 Gangguan perfusi jar

Hiperventilasi

Tidak ada pertukaran gas

Gangguan difusi O2

Hipoksemia

Rusaknya eliminasi O2 Peningkatan tekanan CO2 (hiperkapnea)


4

E. Pemeriksaan Penunjang
Melakukan pemeriksaan laboratorium antara lain :
1. Pemeriksaan sputum
Pada pemeriksaan sputum ditemukan :
a. Kristal-kristal charcot legden yang merupakan degranulasi dari
kristal eosinofil.
b. Terdapatnya spiral curshmann, yakni spiral yang merupakan
silinder sel-sel cabang-cabang bronkus
c. Terdapatnya creole yang merupakan fragmen dari epithel bronkus
d. Terdapatnya neutrofil eosinofil
2. Pemeriksaan darah untuk melihat
a. Gas analisa darah
Terdapat hasil aliran darah yang variabel, akan tetapi bila terdapat
peninggian PaCO2 maupun peningkatan Ph menunjukkan
kondensasi prognosis yang buruk.
b. Kadang-kadang pada darah terdapat SGOT dan LDH yang
meninggi
c. Hiponatremia, kadang-kadang PMN meningkat di atas 15.000/mm 3
menandakan terdapatnya infeksi
d. Pada pemeriksaan alergi terdapat IgE yang meningkat pada waktu
serangan dan menurun waktu bebas serangan
3. Foto rontgen untuk melihat keadaan paru-paru apakah terdapat
komplikasi atau tidak.
4. Pemeriksaan faal paru, untuk melihat adanya perubahan ventilasi
perfusi, difusi udara selama serangan asma.
5. Elektrokardiografi untuk melihat perubahan aksis jantung, melihat
tanda-tanda hipertrofi jantung, melihat adanya tanda-tanda
hipoksemia.
6. Skaning paru untuk melihat ada tidaknya perubahan rasio ventilasi
paru.
5

F. Penatalaksanaan
Tujuan terapi asma yaitu :
1. Menyembuhkan dan mengendalikan gejala asma
2. Mencegah kekambuhan
3. Mengupayakan fungsi paru senormal mungkin serta
mempertahankanny
4. Mengupayakan aktivitas harian pada tingkat normal termasuk
melakukan exercise
5. Menghindari efek samping obat asma
6. Mencegah obstruksi jalan nafas yang irreversibel
Penatalaksanaan Therapi :
1. Oksigen 4 6 liter/menit
2. Agonis B2 (salbutamol 5 mg atau fereterol 2,5 mg atau terbutalin 10
mg) inhalasi nebulasi dan pemberiannya dapat diulang setiap 20 menit
sampai 1 jam. Pemberian agnosis B 2 dapat secara subkutan atau IV
dengan dosis salbutamol 0,25 mg atau terbutalin 0,25 mg dalam
larutan dekstrosa 5% dan diberikan perlahan.
3. Aminofilin bolus IV 5 6 mg/kg BB, jika sudah menggunakan obat ini
dalam 12 jam sebelumnya maka cukup diberikan dosis.
4. Kortikosteroid hidrokortison 100 200 mg IV jika tidak ada respon
segera atau pasien sedang menggunakan steroid oral atau dalam
serangan sangat berat.

G. Masalah Keperawatan dan Data Pendukung


1. Pertukaran gas, kerusakan
Data Dispnea, sianosis
Takikardia
Gelisah/perubahan mental
Hipoksia
2. Bersihan jalan nafas, tak efektif
Data Perubahan frekuensi, kedalaman pernafasan
Bunyi nafas tidak normal, penggunaan otot aksesori
Dispnea, sianosis
Batuk efektif atau tak efektif, dengan/tanpa produksi
Sputum
6

3. Kekurangan volume cairan, resiko tinggi terhadap


Data Tidak dapat diterapkan adanya tanda-tanda dan gejala-
gejala membuat diagnosa aktual
4. Cemas/ansietas/ketakutan (uraikan tingkatan)
Data Gelisah, peka rangsang
Menolak atau perilaku menyerang
Rangsangan simpatis, misal : eksitasi kardiovaskuler,
dilatasi
Repil, berkeringat, muntah, diare
Menangis, suara menggigit
H. Diagnosa Keperawatan
1. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas
oleh sekresi mukus, spasme bronkus.
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan bronkus
spasme, peningkatan produksi mukus, mukus bertahan tebal dan
kental, penurunan energi/kelemahan untuk batuk.
3. Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan demam, diaforesis
dan hiperventilasi.
4. Cemas berhubungan dengan hiperventilasi, ancaman kehidupan
perubahan status kesehatan, hipoksemia.
I. Rencana Asuhan Keperawatan
1. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas
oleh sekresi mukus, spasme bronkus.
Tujuan :
Mempertahankan suplai O2 dan ventilasi alveolus yang adekuat.
Kriteria hasil :
Bebas gejala distress pernafasan.
Intervensi dan rasional :
a. Kaji frekuensi, ke dalam pernafasan, catat penggunaan otot
aksesori, nafas, bibir, ketidakmampuan berbicara.
R/ : Untuk mengevaluasi derajat distrees pernafasan
b. Tinggikan kepala tempat tidur, bantu pasien untuk memilih posisi
yang mudah untuk bernafas.
R/ : Distribusi O2 dapat diperbaiki dengan posisi duduk.
7

c. Dorong pasien untuk mengeluarkan sputum, bila perlu lakukan


penghisapan.
R/ : Sputum yang tebal dan kental adalah sumber utama gangguan
pertukaran gas, penghisapan dilakukan bila batuk tidak efektif
d. Auskultasi bunyi nafas secara periodik.
R/ : Masih adanya mengi mengidentifikasikan masih adanya
spasmebronkus/tertahannya sekret
e. Awasi tanda-tanda vital dan irama jantung
R/ : Takikardia, disritmia, dan perubahan tekanan darah
menunjukkan efek hipoksemia sistemik pada fungsi jantung
f. Kolaborasi berikan O2 sesuai hasil GDA dan toleransi pasien
R/ : Untuk memperbaiki hipoksia
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan bronkus
spasme, peningkatan produksi mukus, mukus bertahan tebal dan
kental, penurunan energi/kelemahan untuk batuk.
Tujuan :
Mampu mengeluarkan sekret lebih efektif.
Kriteria hasil :
- Sekresi dapat diluluhkan atau dihisap minimal
- Bunyi nafas terdengar bersih
Intervensi dan rasional :
a. Auskultasi bunyi nafas
R/ : Mengetahui derajat spasme
b. Kaji pantau frekuensi pernafasan
R/ : Takipnea sering terjadi
c. Catat adanya/derajat distres, misal : keluhan air hungry, gelisah,
ansietas, distres pernafasan, penggunaan otot bantu
R/ : Disfungsi pernafasan adalah indikator kegagalan nafas
d. Kaji pasien untuk posisi yang nyaman untuk bernafas
R/ : Pasien dengan distress pernafasan akan mencari posisi yang
nyaman dan mudah untuk bernafas, membantu menurunkan
kelemahan otot dan mempermudah ekspansi dada
8

3. Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan demam, diaforesis


dan hiperventilasi
Tujuan :
Mempertahankan keseimbangan volume cairan dan elektrolit yang
adekuat.
Kriteria hasil :
- Tekanan darah dan nadi dalam batas normal
- Turgor kulit dalam batas normal
- Asupan dan haluaran seimbang
- BB stabil
- Berat jenis urine dalam batas normal (1,010 1,025)
Intervensi dan rasional :
a. Kaji perubahan tanda vital, contoh : suhu meningkat, takikardia,
hipotensi ortostatik
R/ : Indikator kekurangan cairan sistemik
b. Kaji turgor kulit, membran mukosa
R/ : Indikator kekurangan cairan
c. Pantau masukan dan hantaran
R/ : Indikator keadekuatan volume cairan tubuh
d. Timbang BB setiap hari
R/ : Indikator kekurangan cairan bila kehilangan berat BB secara
individu
e. Tingkatkan asupan oral 2.500 ml/hari atau sesuai kondisi individu
R/ : Untuk pemenuhan kebutuhan dasar mengurangi resiko
dehidrasi lebih lanjut
f. Kolaborasi :
- Berikan cairan perparenteral sesuai indikasi
R/ : Penggunaan cairan parenteral berguna memperbaiki
dehidrasi
- Pantau BJ urine
R/ : Indikator kekurangan cairan bila BJ urine meningkat
- Pantau kadar elektrolit
R/ : Indikator adanya asidosis akibat dehidrasi
9

4. Cemas berhubungan dengan hiperventilasi, ancaman kehidupan


perubahan status kesehatan, hipoksemia.
Tujuan :
Mengalami penurunan tingkat kecemasan.
Kriteria hasil :
Melaporkan penurunan tingkat kecemasan sampai tingkat yang dapat
ditangani dengan managemen koping.
Intervensi dan rasional :
a. Kaji tingkat ansietas dan yakinkan bahwa perasaannya adalah
normal dan dorong pasien/orang terdekat untuk mengungkapkan
perasaannya.
R/ : Dapat membantu untuk mengontrol emosinya sendiri.
b. Berikan lingkungan yang tenang dan nyaman
R/ : Dapat menurunkan tingkat ansietas
c. Bantu pasien mencari posisi yang nyaman untuk bernafas, fokus
bernafas, relaksasi
R/ : Untuk mengontrol dan menurunkan tingkat ansietas
d. Dukung pasien/orang terdekat untuk menerima situasi dan libatkan
pasien dalam perencanaan keperawatan
R/ : Merupakan mekanisme koping yang adaptif
10

Daftar Pustaka

Alsagaff Hood, Abdul Mukty, (2005). Dasar Dasar Ilmu Penyakit Paru.
Airlangga University Press. Surabaya.

Amin muhammad, Hood Alsagaff. (2009). Pengantar Ilmu Penyakit


Paru. Airlangga University Press. Surabaya.

Blac,MJ Jacob. (2003). l.uckman & Sorensens Medical surgical Nursing


A Phsycopsicologyc Approach. W.B. Saunders Company.
Philapidelpia.

Barbara Engram. (2009). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal


Bedah. Vol. 1. Penerbit EGC. Jakarta.

Marylin E doengoes. (2004). Rencana Asuhan keperawatan Pedoman


untuk Perencnaan /pendokumentasian Perawatan Pasien.
EGC.Jakarta.

Mansjoer, Arif M (dkk). (2009). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta :


Media Aesculapius.

Rab. Tabrani. (2006). Prinsip Gawat Paru ed. 2. Jakarta : EGC.

Soeparman, Sarwono Waspadji. (2004). Ilmu Penyakit Dalam Jilid II.


Balai Penerbit FKUI. Jakarta.

Sylvia Anderson Price, Lorraine McCarty Wilson. (2005). Patofisiologi


Konsep Klinis Proses - Proses Penyakit. EGC. Jakarta.
11

Yunus Faisal. (2006). Pulmonologi Klinik. Bagian Pulmonologi FKUI.


Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai