PENDAHULUAN
(Baratawidjaja & Rengganis, 2004). Sistem imun melindungi tubuh dari masuknya
mikroorganisme akan selalu mencari inang untuk diinfeksi. Penurunan sistem imun
dengan cara meningkatkan atau menekan faktor-faktor yang berperan dalam sistem
mengoptimalkan fungsi sistem imun yang merupakan sistem utama yang berperan
sistem imun seperti kanker dan juga AIDS (Shen & Louie, 1999). WHO
melaporkan kanker sebagai salah satu penyebab kematian tertinggi dengan 8,2 juta
kasus kematian dan 14 juta kasus baru pada 2012. 70% kematian akibat kanker
ditemukan di daerah Asia, Afrika, Amerika Tengah dan Amerika Selatan (Anonima,
1
2
2014). Pagano et al. (2004) melaporkan 20% kejadian kanker disebabkan oleh agen
tanaman yang terbukti dapat mempengaruhi respon imun antara lain adalah keladi
tikus (Typhonium flagelliforme (Lodd.) Blume) dan sirih merah (Piper crocatum
pada tikus yang diinduksi vaksin hepatitis B. Selain itu, fraksi n-heksana ekstrak
pada dosis 10mg/kgBB, 50 mg/kg BB, dan 100 mg/kgBB (Werdyani, 2012).
proliferasi sel limfosit pada tikus yang diinduksi cyclophosphamide (CPA) dengan
dosis optimal 250mg/kgBB. CPA merupakan salah satu agen terapi untuk kanker
yang berkaitan dengan sistem imun seperti leukemia dan Hodgkins disease.
dilaporkan mampu mempengaruhi sistem imun. Ekstrak dari akar Rhodiola rosea
kanker ovarium dan dilaporkan mampu meningkatkan jumlah sel T serta antibodi
IgG dan IgM (Kormosh, 2006). Penggunaan tunggal dari ekstrak keladi tikus dan
sirih merah terbukti mampu memodulasi sistem imun. Kombinasi dari keduanya
penggunaannya secara tunggal dan untuk itu perlu dilakuan uji aktivitas
imunomodulator kombinasi eksrak daun sirih merah (ESM) dan keladi tikus (EKT)
pada sistem imun spesifik dan non spesifik pada tikus jantan galur Sprague-Dawley
(SD).
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah kombinasi ESM dan
Manfaat Penelitian
in vivo menggunakan hewan uji tikus jantan galur SD. Aktivitas imunomodulator
dilihat dari fagositosis makrofag, proliferasi limfosit, dan pengaruh terhadap titer
kombinasi ekstrak etanolik umbi keladi tikus dan daun sirih merah sebagai suatu
produk fitofarmaka.
Tinjauan Pustaka
1. Sistem Imun
mampu menghasilkan sel-sel serta molekul yang secara spesifik dapat mengenali
dan memberi respon berupa eliminasi berbagai unsur patogen (Kindt et al., 2006).
Sistem imun harus dapat mengenali antigen yang terdapat pada permukaan patogen
yang tepat (Kresno, 1996). Sistem imun mampu mengenali antigen dari substansi
kimiawinya yang menjadi pembeda antara satu antigen dengan antigen lainnya.
Setelah dikenali dan dibedakan antara antigen self dan nonself, sistem imun
al., 2006). Dalam melaksanakan fungsinya sebagai pertahanan utama dari tubuh,
Respon imun non spesifik bekerja dengan memberi respon pada antigen
meskipun tidak ada ingatan mengenai antigen tersebut. Sistem ini bersifat alami
dengan pengertian bahwa sistem ini didapatkan sejak lahir dan tidak diakibatkan
oleh kontak terdahulu dengan agen penular penyakit (Delves et al., 2011). Sistem
5
imun non spesifik bekerja dengan memberikan respon langsung, dan biasanya
cepat, apabila terjadi infeksi oleh patogen potensial yang banyak terdapat di
utama adalah kulit, yang apabila utuh, tidak dapat ditembus oleh hampir seluruh
agen-agen penular penyakit (Delves et al., 2011).. Kebanyakan mikroba tidak dapat
menembus kulit yang sehat, namun beberapa dapat masuk tubuh melalui kelenjar
sebaseus dan folikel rambut. pH asam keringat dan sekresi sebaseus, berbagai asam
lemak yang dilepas kulit mempunyai efek denaturasi terhadap protein membran
sehingga dapat mencegah infeksi yang dapat terjadi melalui kulit (Kresno, 1996).
urogenital. Pada saluran pernafasan terdapat mukosa dan sel-sel silia yang dapat
rusak karena pengaruh lingkungan, ataupun karena kerusakan bawaan. Pada saluran
pencernaan, terdapat banyak enzim dan juga empedu yang menyebabkan sebagian
besar bakteri tidak mampu bertahan dari kerusakan. Saluran urogenital bertahan
dimakan oleh sel (Delves et al., 2011). Fagosit, sel Natural Killer (NK), sel mast
dan eosinofil berperan dalam sistem imun non spesifik untuk pertahanan selular.
Sel-sel imun tersebut dapat ditemukan dalam sirkulasi atau jaringan. (Baratawidjaja
6
& Rengganis, 2009). Beberapa komplemen serta mediator sistem imun, seperti
interferon dan interleukin juga berperan dalam sistem imun non spesifik (Burmester
antibodi. Jalur alternatif yang melibatkan faktor komplemen, seperti misalnya C3,
IFN-, IFN- dan IFN-. IFN- dihasilkan oleh limfosit dan makrofag. (Shen &
Louie, 1999).
terjadi pelepasan mediator sistem imun, menyebabkan pembuluh darah melebar dan
menjadi lebih mudah ditembus. Granulosit kemudian muncul pada lokasi terjadinya
inflmasi, yang disusul oleh makrofag sebagai salah satu komponen respon imun
molekul atau benda yang dianggap asing oleh tubuh. Hal yang membedakan antara
sistem imun spesifik dan non spesifik antara lain adalah dalam hal spesifitas dan
pembentukan memori terhadap antigen tertentu. Sistem imun spesifik akan segera
menimbulkan sensitisasi. Dari ingatan tersebut, apabila terdapat antigen yang sama
7
kembali masuk ke dalam tubuh, sistem imun spesifik akan mengenali dan segera
molekul dengan molekul lainnya. Perbedaan antar molekul ini terkadang hanya
spesifik juga mampu membedakan antara antigen self dengan nonself (Kindt et al.,
2006). Sistem imun spesifik terdiri atas sistem humoral dan sistem selular:
Gambar 1. Tipe dan fungsi sel dalam sistem imun spesifik (Abbas et al., 2011)
Secara umum, sistem imun spesifik terdiri dari sistem imun humoral dan selular.
Sistem imun humoral bekerja dengan sekresi antibodi oleh sel B. Sementara sistem
imun seluler bekerja dengan aktivasi makrofag oleh sel Th dan degradasi sel oleh
Tc
atau sel B. Sel B yang dirangsang oleh benda asing akan berproliferasi,
8
diperlukan bantuan limfosit T-helper (CD4+ T cell/ Th) yang atas sinyal-sinyal
Proses ini membantu meningkatan kualitas dari respon imun humoral (Abbas et al.,
2011). Selain oleh sel Th, produksi antibodi juga diatur oleh sel-sel T-supressor,
sehingga produksi antibodi seimbang dan sesuai dengan yang dibutuhkan (Kresno,
1996).
Sel B dan sel T dibedakan berdasarkan pada jenis protein dan lipid yang berada
morfologi sel T dan sel B sulit dibedakan karena morfologinya mirip. Seluruh sel
yaitu sel T-penolong (T-helper/Th) dan sel T-sitotoksik (CTL/Tc). Sel T-penolong
akan mengenali suatu antigen melalui ikatan dengan MHC kelas II yang terdapat
intrasel yang disajikan melalui MHC kelas I secara langsung (cell to cell) (Kresno,
1996). Sel Th yang teraktivasi akan berproliferasi menjadi beberapa sel efektor.
2. Imunomodulator
menstimulasi sistem imun dapat digunakan bahan yang dapat meningkatkan sistem
imun. Bahan yang dapat meningkatkan sistem imun antara lain bahan biologis
Imunosupresan adalah cara untuk menekan respon imun baik respon imun spesifik
autoimun dapat ditekan menggunakan agen imunosupresan (Stites & Terr, 1990).
3. Makrofag
Sel makrofag berasal dari promonosit tulang yang telah terdiferensiasi menjadi
monosit darah dan akhirnya tinggal di jaringan sebagai makrofag dewasa dan
dan di sekitar membran dasar dari pembuluh darah kecil dan terbanyak terdapat di
limpa, sinus-sinus meduler kelenjar getah bening pada posisi yang strategis untuk
osteoklas dalam tulang (Roitt, 1994). Selain itu makrofag juga terdapat di cairan
Makrofag berperan dalam sistem imun baik spesifik maupun non spesifik.
Fungsi utama dari makrofag adalah fagositosis dan sebagai APC (Antigen
antigen, mikroorganisme asing yang masuk, dan partikel-partikel yang tidak larut.
Aktivasi makrofag dimulai dari adanya interaksi dengan antigen dan selanjutnya
akan menghasilkan sitokin yang dilepas oleh sel Th dan oleh mediator respon
dapat keluar dari fagosom dan sel. Endosom adalah vesikel intraselular yang
proteolitik. Enzim ini kemudian dapat memecah protein yang selanjutnya dapat
diikat oleh MHC kelas II. Mitokondria diperlukan dalam metabolisme sel, menjadi
tempat terjadinya respirasi, transport electron, fosforilasi oksidatif dan reaksi siklus
asam sitrat yang merupakan reaksi penghasil energi. (Baratawidjaja & Rengganis,
11
2009). Makrofag dapat hidup lama dan dapat melepas lisozim, komplemen,
interferon dan sitokin. Makrofag juga dapat memproduksi berbagai faktor biologis
aktif seperti interleukin dan interferon- (IFN-) (Abbas & Lichtman, 2005).
Peran utama dari sel-sel fagosit adalah menyingkirkan benda-benda asing dari
tubuh. Untuk itu, pertama-tama sel-sel ini harus terlebih dahulu bergerak menuju
sasaran dan berinteraksi dengan antigen asing (chemotaxis). Kemudian diikuti oleh
Secara umum tahap fagositosis terdiri dari penarikan bakteri, pengenalan dan
permukaan dari partikel yang akan dicerna. Sementara dari sel fagosit, terdapat 2
tipe reseptor yang berperan: (1) reseptor untuk fragmen antibodi dan (2) reseptor
untuk komplemen (Bellanti, 1985). Antibodi dan komplemen ini sama-sama dapat
molecular patterns). PAMPs adalah struktur molekul pada patogen yang dapat
dikenali oleh reseptor sel-sel fagosit. Reseptor yang penting untuk pengenalan ini
adalah Toll-Like receptor (TLRs). Fagositosis dapat dipercepat saat PAMPs dan
pelepasan sel-sel fagosit untuk segera keluar dari sistem vaskular. Pelepasan
12
Salah satu metode untuk mengamati aktivitas fagositosis sel makrofag adalah
jumlah makrofag yang aktif melakukan fagositosis tiap 100 sel makrofag yang
jumlah lateks yang difagositosis oleh 100 makrofag (Nurmeilis et al., 2008).
4. Limfosit
20-40% dari seluruh sel darah putih merupakan limfosit. Limfosit dapat
ditemukan pada sirkulasi darah, namun dapat pula ditemukan pada organ penyusun
sistem limfoid, seperti limpa, tempat inisiasi awal terjadinya respon imun. Limfosit
granul dan sitoplasma yang besar (Flaherty, 2011). Large granular lymphocytes
berfungsi sebagai NK sel, salah satu komponen minor dalam sistem imun (Shen &
Louie, 1999). NK sel menginduksi terjadinya apoptosis pada sel tumor dan sel-sel
Limfosit berasal dari stem cell pada sumsum tulang dan terdiferensiasi menjadi
sel B dan sel T. Sel T merupakan limfosit yang bermigrasi ke organ timus dan
menjadi matang disana. Sel T matang kembali berdiferensiasi menjadi sel Th dan
13
sel Tc. Terdapat tipe lain dari sel T yakni sel T-supressor (Ts). Masing-masing
menghasilkan sitokin untuk aktivasi sel B, sel Tc dan makrofag. Sementara Tc,
yang berdiferensiasi menjadi CTL, berfungsi untuk membunuh sel-sel yang telah
Aktivasi dan maturasi dari Sel B dibantu oleh sel Th. Dengan bantuan sel Th,
sel B membentuk antibodi. Terdapat protein pada permukaan sel B yang disebut
antigen. Sel B yang berikatan dengan antigen, dan mendapatkan sinyal dari sel T,
dapat terdiferensiasi menjadi Plasma B Cell dan Memory B Cell. Plasma B Cell
akan menghasilkan antibodi, membantu proses fagositosis serta ativasi dari sistem
komplemen. Memory B Cell merupakan sel yang spesifik terhadap antigen tertentu,
mampu bertahan dalam waktu yang lama dan akan segera merespon paparan dari
Antigen bertemu dengan limfosit salah satunya pada saat resirkulasi limfosit.
Limfosit bersirkulasi baik dari satu organ sistem limfoid ke organ lainnya, ke
jaringan limfe maupun darah. Sirkulasi ini menguntungkan karena antigen menjadi
Metode MTT merupakan salah satu metode untuk menghitung proliferasi dari
tetrazolium yang dapat mengkuantifikasi jumlah sel yang hidup ataupun proliferasi
14
dari sel. Keuntungan dari metode ini adalah hanya mendeteksi sinyal dari sel hidup
secara cepat dan presisi. Garam tetrazolium berwarna kuning akan berubah menjadi
ungu pada sel yang hidup (Mosmann, 1983). Perubahan warna terjadi karena
lebih tinggi dari kontrol mengindikasikan terjadi proliferasi yang lebih tinggi
(Anonim, 2011).
5. Limpa
Limpa merupakan organ dalam tubuh yang terletak di sisi kiri tubuh dan dekat
penyusun sistem limfoid, selain timus dan juga tonsil. Fungsi limpa antara lain
adalah menyaring sel darah merah yang sudah tua dan merespon atas adanya partikel
asing yang masuk ke dalam tubuh melalui darah yang dapat menimbulkan infeksi.
Limpa bereaksi aktif terhadap partikel asing yang masuk dan terbawa pada darah
(Kresno, 1996). Limpa terdiri atas pulpa merah dan pulpa putih. Fungsi degradasi
eritrosit tua dilakukan di pulpa merah dan pulpa putih tersebar di dalam pulpa merah
(Ward et al., 1999). Pulpa merah terdiri atas sinus-sinus dan menyaring material
asing dan sel darah merah tua. Sinus merupakan tempat penyimpanan platelet dan
sel darah merah, dimana lebih dari 30% platelet tersimpan disini. Makrofag juga
berperan dalam penghancuran sel darah merah yang tua maupun rusak di dalam
sinus (Flaherty, 2011) Selain masuk melalui darah, antigen juga dapat melalui aliran
pembuluh getah bening. Antigen yang masuk melalui pembuluh getah bening akan
6. Antibodi
Merupakan bagian dari sistem imun humoral. Antibodi dikenal juga sebagai
utama: 1) antibodi secara spesifik berikatan dengan patogen yang akan menginisiasi
respon imun dan 2) antibodi mengundang sel-sel imun yang lain akan
berbeda-beda.
Antibodi berinteraksi dengan antigen melalui bagian kecil dari antigen yang
disebut epitop. Antibodi memiliki struktur berupa empat rantai polipeptida dengan
2 rantai berat dan 2 rantai ringan. Kedua jenis rantai dihubungkan oleh suatu
jembatan disulfida untuk membentuk suatu molekul yang berbentuk Y. Pada kedua
ujung molekul yang berbentuk Y terdapat daerah yang disebut daerah variabel (V).
Daerah V rantai berat dan ringan membentuk suatu kontur yang berfungsi sebagai
tempat pengikatan antigen. Selain daerah variable, terdapat pula daerah konstan
(C). Daerah C bertanggung jawab atas persebarannya dalam tubuh dan mekanisme
dari pengelompokan kelas-kelas utama antibodi: IgG, IgA, IgM, IgE, dan IgD
(Janeway, 2001). Antibodi memiliki peran berbeda dan berada pada tempat yang
16
untuk melindungi janin. IgG memiliki periode hidup cukup panjang ( 3 minggu)
Titer antibodi pada penelitian ini dilakukan menggunakan metode ELISA tidak
antibodi akan direaksikan dengan konjugat enzim dan antibodi sekunder. Enzim
akan bereaksi dengan substrat dan memunculkan warna yang intensitasnya dapat
7. Sirih Merah
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Piperales
Famili : Piperaceae
Genus : Piper
pada batang tanaman lain. Panjang keseluruhan dari tanaman ini dapat mencapai
puluhan meter. Daunnya berbentuk hati, berwarna hijau dengan semburat pink.
Bercak kemerahan nampak pada permukaan atas daun. Panjang daun sekitar 15-20
saponin dan minyak atsiri (Ho, 1992 cit Muhtadi et al., 2013). Melalui analisis
dengan menggunakan GC-MS, diketahui sirih merah dan sirih hijau mengandung
antara lain alpha, beta dan gama terpinen, phellandrene, carcophyllene dan
garmacrene. Kustiawan (2012) mengisolasi senyawa dari daun sirih merah yang
(3,4,5-trimethoxyphenyl) propan-2-yl)-3,5-dimethoxycyclohexa-3,5-dienone
proliferasi limfosit. Hasil ini juga sejalan dengan penelitian Hartini (2014) yang
melaporkan isolat neolignan dari daun sirih merah mampu meningkatkan aktivitas
8. Keladi Tikus
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Arales
Famili : Araceae
Genus : Typhonium
Morfologi keladi tikus bentuk daun berlekuk pada bagian bawah saat dewasa,
menajam pada ujungnya. Daun tunggal berwarna hijau, dengan pinggir rata. Warna
batang hijau dan warna pangkal batang putih. Umbi berbentuk agak bulat, dengan
warna umbi bagian luar cokelat muda dan keputihan. Warna umbi bagian dalam
putih. Keladi tikus disebut demikian karena bunganya yang berbentuk hampir
serupa dengan ekor tikus. Bunganya berwarna merah tua pada bagian dalam.
Huang et al. (2004) melaporkan senyawa yang terkandung dalam keladi tikus,
kandungan flavonoid pada tanaman terutama dalam jumlah besar memiliki aktivitas
pencegahan penyakit.
potensi besar sebagai antibakteri dan antioksidan ( Mohan et al., 2010). Selain
keladi tikus mampu memperbaiki proliferasi limfosit pada tikus yang terinduksi
Landasan Teori
imunomodulator, diantaranya adalah keladi tikus dan sirih merah. Hartini (2014)
(2010) menyebutkan bahwa ekstrak n-heksana daun sirih merah (Piper crocatum
imunosupresan pada proliferasi limfosit tikus yang terinduksi CPA. Sirih merah dan
digunakan secara tunggal. Pada penelitian ini, sirih merah dan keladi tikus
Diharapkan kombinasi sirih merah dan keladi tikus memberikan pengaruh yang
sinergis pada sistem imun dengan meningkatkan sistem imun baik sistem imun non-
Hipotesis
fagositosis makrofag, proliferasi limfosit serta titer antibodi pada tikus jantan galur
SD.
21