IDENTITAS PRAKTIKAN
Nama : Ria Rismawati
NIM : 03031181419010
Shift/ Kelompok : Jumat pagi/6
1
2
III.2. Chitosan
Chitosan adalah produk turunan dari polymer chitin yang merupakan
produk samping (limbah) dari pengolahan industri perikanan, terutama hasil laut
berupa udang dan rajungan. Udang dan cangkang kepiting dengan kandungan
chitin antara 65-70%. Sumber bahan baku chitosan yang lain di antaranya
kalajengking, jamur, cumi, gurita, serangga, laba-laba dan ulat sutera dengan
kandungan chitin antara 5-45%. Proses pembuatan chitosan yaitu mulai dari proses
pengeringan bahan baku mentah chitosan (ranjungan), kemudian dilanjutkan oleh
proses penggilingan, penyaringan, deproteinasi, pencucian dan penyaringan,
deminarisasi (penghilangan mineral Ca), pencucian, deasilitilisasi, pengeringan,
dan selanjutnya akan terbentuk produk akhir berupa chitosan.
Kitosan dan turunannya telah banyak dimanfaatkan dalam berbagai bidang,
misalnya dalam bidang pangan, mikrobiologi, pertanian,dan farmasi. Kitosan
memiliki banyak keunggulan, diantaranya memiliki struktur yang mirip dengan
serat selulosa yang terdapat pada buah dan sayuran . Keunggulan lain yang sangat
penting adalah kemampuannya dalam menghambat dan membunuh mikroba atau
sebagai zat antibakteri, diantaranya kitosan menghambat pertumbuhan berbagai
mikroba penyebab penyakit tifus yang resisten terhadap antibiotik yang ada.
Berbagai hipotesa yang sampai saat ini masih berkembang mengenai
mekanisme kerja kitosan sebagai antibakteri adalah sifat afinitas yang dimiliki oleh
kitosan yang sangat kuat dengan DNA mikroba sehingga dapat berikatan dengan
DNA yang kemudian mengganggu mRNA dan sintesa protein . Sifat afinitas
antimikroba dari kitosan dalam melawan bakteri atau mikroorganisme tergantung
dari berat molekul dan derajat deasetilasi . Berat molekul dan derajat deasetilasi
yang lebih besar menunjukkan aktifitas antimikroba yang lebih besar.
Kitosan memiliki gugus fungsional amina (NH2) yang bermuatan positif
yang sangat reaktif, sehingga mampu berikatan dengan dinding sel bakteri yang
bermuatan negatif. Ikatan ini terjadi pada situs elektronegatif di permukaan dinding
sel bakteri. Selain itu, karena -NH2 juga memiliki pasangan elektron bebas, maka
gugus ini dapat menarik mineral Ca2+ yang terdapat pada dinding sel bakteri
3
mengurangi kadar gula. Tubuh akan memproduksi zat asam secara berlebihan,
kadar pH cairan tubuh cenderung rendah, sehingga sensitivitas insulin menurun.
Pada keadaan ini, Chitosan dapat mengurangi penyerapan Cl, ion positif dalam
cairan tubuh terutama yang terdiri dari Cl dan HCO3. Saat kadar Cl berkurang,
HCO3 meningkat relatif. Pemulihan pada cairan tubuh cenderung bersifat basa,
sehingga meningkatkan sensitivitas insulin, dan memperbaiki kadar gula darah.
III.5. Udang
Udang merupakan komoditi ekspor yang menarik minat banyak pihak untuk
mengolahnya. Adapun hal yang mendorong pembudidayaan udang antara lain
harga yang cukup tinggi dan peluang pasar yang cukup baik, terutama diluar
negeri. Udang di Indonesia diekspor dalam bentuk bekuan dan telah mengalami
proses pemisahan kepala dan kulit. Proses pemisahan ini akan menimbulkan
dampak yang tidak diinginkan yaitu berupa limbah padat yang lama-kelamaan
jumlahnya akan semakin besar sehingga akan mengakibatkan pencemaran
lingkungan berupa bau yang tidak sedap dan merusak estetika lingkungan.
Perkembangan lanjut manfaatkannya untuk pembuatan chitin dan chitosan.
Dalam industri pembekuan udang ada dua jenis limbah. Pertama adalah
limbah padat yang berupa kepala udang. Limbah cair jika didiamkan akan
menimbulkan bau tidak sedap dan akan mencemari sungai atau areal persawahan
yang ada di dekatnya. Begitu juga limbah padat yang sarat akan bakteri jika
didiamkan merupakan sumber kontaminan yang mengganggu lingkungan. Limbah
yang berbentuk cair sudah tidak bisa dimanfaatkan lagi sehingga penanganan yang
10
terbaik adalah menggunakan waste water treatment. Secara umum, cangkang kulit
udang mengandung protein sebanyak 34,9%, mineral CaCO3 sebanyak 27,6%,
chitin sebanyak 18,1%, dan komponen lain seperti zat terlarut, lemak dan protein
tercerna sebesar 19, 4%. Chitin merupakan polisakarida yang bersifat non toxic
(tidak beracun) dan biodegradable sehingga dimanfaatkan di berbagai bidang.
Lebih lanjut chitin dapat mengalami proses deasetilasi menghasilkan
chitosan. Lain halnya dengan limbah padat, limbah cair masih bisa dimanfaatkan
menjadi produk lanjut dengan melalui sebah proses pengolahan sehingga setelah
diolah dapat mempunyai nilai ekonomi yang lebih tinggi, misalnya chitin, tepung
ikan untuk pakan ternak, dan perasa udang. Limbah udang merupakan sumber yang
kaya akan kitin, yaitu kurang lebih 30% dari berat kering. Limbah padat crustacea
(kulit, kepala, kaki) merupakan salah satu masalah yang harus dihadapi oleh pabrik
pengolahan krustacea. Selama ini limbah tersebut dikeringkan dan dimanfaatkan
sebagai pakan ternak atau pupuk dengan nilai rendah. Mengolahnya menjadi
chitosan akan memberikan nilai tambah yang cukup tinggi.
Saat ini budi daya udang dengan tambak telah berkembang dengan pesat,
karena udang merupakan komoditi ekspor yang dapat dihandalkan dalam
meningkatkan ekspor non-migas dan merupakan salah satu jenis biota laut yang
bernilai ekonomis tinggi. Udang di Indonesia pada umumnya diekspor dalam
bentuk udang beku yang telah dibuang bagian kepala, kulit, dan ekornya. Limbah
yang dihasilkan dari proses pembekuan udang, pengalengan udang, dan pengolahan
kerupuk udang berkisar antara 30-75% dari berat udang tersebut. Dengan demikian
jumlah bagian yang terbuang dari usaha pengolahan udang cukup tinggi limbah
kulit udang mengandung konstituen utama yang terdiri dari protein, kalsium
karbonat, khitin, pigmen, abu, dan komposisi-komposisi lain yang terkandung.
Populasi udang galah di Indonesia bersifat sangat unik. Berdasarkan
distribusi geografisnya, dapat diprediksikan bahwa Indonesia menjadi centre of
origin dari udanggalah karena terdapat 19 spesies dari marga Macrobrachium
(udang galah) tersebut. Apabila ditinjau dari segi social ekonomi, eksistensi udang
galah saat ini merupakan salah satu komoditas unggulan yang dapat diandalkan
sebagai sumber penghasilan masyarakat di dunia. Udang galah mempunyai pangsa
11
pasar yang lumayan baik. Kecenderungan masyarakat yang menggemari sea food
sangat berperan dalam meningkatkan pangsa pasar udang galah, sehingga limbah
dari udang tersebut juga meningkat dan dapat dikembangkan manfaatnya.
Limbah udang jika tidak diolah lebih lanjut dapat berdampak negatif
terhadap lingkungan, dimana salah satunya membahayakan kesehatan manusia.
Limbah udang hasil industri pengolahan jika dimanfaatkan dapat memberikan
keuntungan ekonomis bagi pengusaha. Pengolahan udang buat komoditi ekspor
terdiri atas tiga macam, yaitu udang yang dikemas utuh dari bagian badan dan
kepala, udang badan tanpa kepala, dan daging udang saja . Pengolahan produksi
udang berdasarkan ketiga macam produk tersebut menghasilkan limbah padat
bagian-bagian udang yang terbuang seperti kepala, ekor dan kulit.
Pelaku usaha pengolahan dapat meraup keuntungan ekonomis dari
pemanfaatan limbah udang galah, seperti kulit dan kepala udang galah. Kepala
udang mengandung zat kitosan. Limbah kepala udang yang dihsilkan oleh industri
pengolahan dapat mencapai 35-50 % berat udang. Kitosan tersebut sangat mudah
berinteraksi dengan zat-zat organik lainnya seperti protein. Oleh karena itu, kitosan
banyak digunakan dalam berbagai bidang industri, diantaranya adalah :
1. Kitosan berguna sebagai pengawet dalam industri makanan.
2. Kitosan sangat bermanfaat dalam bidang kesehatan.
3. Chitosan digunakan oleh industri tekstil.
4. Senyawa kitosan dan kitin dapat diolah sebagai bahan penyerap logam-logam
berat yang dihasilkan oleh limbah industri.
III.8.2. Polisakarida
Suatu polisakarida adalah suatu senyawa dalam monomolekul-
monomolekul yang mengandung banyak satuan monosakarida, yang dapat
dipersatukan dengan ikatan glukosakarida. Hidrolisis lengkap akan mengubah
susunan dari polisakarida tersebut menjadi monosakarida. Terdapat variasi dalam
komponen dan sifat-sifat struktural dari polisakarida. Perbedaan sifat pada
14
III.8.3. Karbohidrat
Karbohidrat merupakan senyawa karbon, hidrogen dan oksigen yang
terdapat di alam. Karbohidrat merupakan suatu senyawa yang memiliki rumus
empiris CH2. Senyawa ini pernah disangka sebagai hidra dari karbon sehingga
disebut karbohidrat. Karbohidrat adalah suatu senyawa yang sangat beraneka
ragam sifatnya. Salah satu perbedaan utama antara berbagai tipe karbohidrat ialah
ukuran molekulnya. Monosakarida adalah satuan karbohidat sederhana, mereka
tidak dapat dihidrolisis menjadi karbohidrat yang lebih kecil.
Monosakarida dapat diikat secara bersama-sama membentuk biner, trimet,
dan polimer. Dimer merupakan disakarida. Sukrosa termasuk salah satu disakarida
yang dapat dihidrolisa menjadi gugus glukosa dan gugus fruktosa. Monosakarida
dan disakarida dapat larut dalam air dan umumnya bersifat manis. Karbohidrat
merupakan suatu senyawa yang tersusun dari 2-8 satuan monosakarida dirujuk
sebagai oligasakarida. Jika lebih dari delapan gugus satuan monosakarida diperoleh
dari hidrolisis, maka karbohidrat disebut sebagai polisakarida.