Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

Ilmu kimia merupakan ilmu pengetahuan tentang komposisi,

struktur, sifat, dan reaksi-reaksi bahan, terutama dalam sistem atomik dan

molekuler.

Kehidupan penuh dengan ilmu kimia, misal : kehidupan merupakan

gambaran serangkaian proses biokimia. Semua makhlik hidup tersusun

atas bebragai senyawa organik. Kehidupan manusia secara fisik

dibangaun oleh senyawa-senyawa kimia, hidup dengan banyak senyawa

kimia, dan kualitas kehidupan manusia modern tergantung pada bahan-

bahan kimia. Obat yang kita gunakan untuk mengobati berbagai macam

penyakit merupaka bahan kimia, baik organik maupun anorganik (Sarker

D. Satyajit, 2009)

Saat ini jumlah senyawa organik mencapai jutaan dan terus

bertambah seiring penemuan senyawa-senyawa baru hasil sintesis para

ahli kimia organik. Bahkan, dapat dipastikan bahwa senyawa organik

merupakan senyawa yang jumlahnya paling banyak dibandingkan dengan

senyawa lainnya.

Dalam senyawa organik, terdapat kelompok asam basa Organik.

Asam organik yang dimaksudkan adalah Asam Karboksilat, sedangkan

basa organik adalah kelompok senyawa amina. Kedua kelompok senyaw

tersebut sangat dominan dalam penentuan sifat asam dan basa organik
dan tersebar luas dalam derivat organismenya (Baskoro Dwi Bimmo,

2009)

Asam alkanoat (atau asam karboksilat) adalah golongan asam

organik alifatik yang memiliki gugus karboksil (biasa dilambangkan

dengan -COOH). Semua asam alkanoat adalah asam lemah. Dalam

pelarut air, sebagian molekulnya terionisasi dengan melepas atom

hidrogen menjadi ion H+ (Anonim, 2013)


BAB II

ISI

2.1 Asam Karboksilat

Asam karbosilat merupakan suatu asam organik yang

mempunyai gugus asil (R-C=O) yang dihubungkan dengan gugus

hidroksil (-OH). Dalam rumus struktur yang termampatkan, gugus

karboksil dapat ditulis sebagai CO 2H, dan asam karboksilat dapat

ditulis sebagai RCO2H.

(Ion karboksilat) (struktur 3D gugus Karboksil)

Asam karbosilat dikelompokkan sebagai asa alifatik, ketika

gugus alkil pada gugus karbosil dan sebagai asam aromatis, ketika

gugus aril diikatkan pada gugus karbosil. Asam karbosilat yang paling

sederhana asam formiat (HCO2H) dan asam asetat (CH3CO2H)

(Sarker D. Satyajit, 2009)

2.2 Tata Nama Asam Karbosilat

Nama asal asam karbosilat didasarkan pada rantai terpanjang

kontinu atom karbon yang mengikat gugus karbosil. Akhiran a

pada alkana diganti dengan awalan asam dan akhiran oat .


Penomoran rantai dimulai dari atom karbosil. Gugus karbosil

mempunyai prioritas dibandingkan gugus-gugus yang lain dengan

urutan sebagai berikut: asam karbosilat> ester> amida> nitril>

aldehid> keton> alkohol> amina> alkena> alkuna.

Sikloalkana dengan substituen-substituen karboksil dinamai

sebagai asam sikloalkankarbosilat. Asam-asam tidak jenuh dinamai

dengan menggunakan nama alkena, dengan mengganti a - dengan

awalan asam dan akhiran oat . Penomoran rantai dimulai dari

atom karbon gugus karboksil. Serta Z atau E digunakan pada

persamaan ini.

Asam-asam aromatis dinamai sebagai turunan asam benzoat,

0
p
dengan m dan menunjukkan lokasi relatif suatu gugus
para
orto

terhadap gugus karboksil.

Asam dikarboksilat alifatik dinamai secara sedrhana dengan

menanbahkan awalan asam dan akhiran dionat pada nama

asalnya. Nama asal berasal dari rantai karbon terpanjang yang


mengandung kedua gugus karboksil. Penomoran dimulai pada ujung

yang paling dekat dengan suatu subtituen (Sarker D. Satyajit, 2009)

2.2.1 IUPAC (Anonim, 2013)

Pemberian nama asam karboksilat dilakukan dengan

mengganti akhiran a pada nama alkana dengan oat.

Contoh :

Tentukan rantai utama (rantai dengan jumlah atom karbon

paling panjang yang mengandung gugus karboksil).

Contoh :
Tentukan substituen yang terikat rantai utama.

Contoh :

Penomoran substituen dimulai dari atom C gugus karboksil.

Contoh :

Jika terdapat 2/lebih substituen berbeda dalam penulisan

harus disusun berdasarkan urutan abjad huruf pertama

namasubstituen.

Contoh :
Penambahan kata asam pada awal nama senyawa.

Contoh :

Awalan di-, tri-, sek-, ters-, tidak perlu diperhatikan dalam

penentuan urutan abjad sedangkan awalan yang tidak

dipisahkan dengan tanda hubung (antara lain : iso-, dan

neo-) diperhatikan dalam penentuan urutan abjad.

Contoh : bukan Asam-3-neopentil-2-metilheksanoat

tetapi Asam 2-metil-3-neopentilheksanoat


2.2.2 Trivial (Nama Umum) (Anonim, 2013)
Takbercabang

Berikut ini daftar nama trivial beberapa asam karboksilat

yang tidak bercabang :


Bercabang

a) Tentukan rantai utama (rantai dengan jumlah atom

karbon paling panjang yang terdapat gugus karboksil).

Contoh :

b) Tentukan substituen yang terikat pada rantai utama.

Contoh:

c) Penambahan kata asam pada awal nama senyawa.

d) Penomoran substituen dimulai dari atom karbon yang

mengikat gugus karboksil dengan huruf , , .

Contoh :

2.3 Sifat-sifat asam Karboksilat


Asam karboksilat adalah asam organic yang dicirikan oleh

gugus karboksil yang terbentuk melalui perpaduan antara gugus

karbonil dengan gugus hidroksil yang terpaut dalam satu karbon.


Asam karboksilat bersifat asam karena dapat

menyumbangkan proton ( donor proton ) . dalam air, asam

karboksilat sedikit mengalami ionisasi dengan melepaskan proton

dan dapat dinetralisasikan dengan basa. Asam karboksilat

merupakan asam lemah, namun sangat potensil untuk membentuk

garam-garam yang stabil.


Ionisasi dari gugus karboksil menghasilkan ion karboksilat

yang mautan negatifnya tersebar merata diantara kedua atom

oksigen mengalami resonansi. Ion karboksilat yang terbentuk

distabilkan oleh resonansi ini, hal inilah yang menyebabkan besarnya

kecendrungan asam asetat terionisasi membentuk ion asetat dengan

melepaskan proton, sebagai indikasi sifat keasaman asam

karboksilat.
Gugus fungsi tidak merupakan satu-satunya factor yang

menentukan keasaman senyawa asam karboksilat. Asam Karboksilat

aromatik mempunyai sifat keasaman cenderung lebih besar daripada

asam karbiksilat alifatik, karena cincin bensena cenderung menarik

electron dari karboksil, akibatnya memudahkan pelepasan proton

sehingga lebih asam.


Asam karboksilat suku rendah dapat bercampur sempurna

dengan air, namun semakin bertambah rantai karbonnya

kelarutannya dalam air semakin kacil, bahkan tidak larut lagi dalam

air seperti asam-asam lemak. Titik didih asam karboksilat cukup

tinggi dibandingkan dengan beberapa senyawa hidrokarbon yang


setara, semakin panjang rantai karbon dari asam karboksilat titik

didih semakin naik. Dapat dilihat pada tabel berikut

Asam Kelarutan dalam H2O Titik Didih


CH3COOH
118
(asam asetat)
CH3(CH2)2CO

OH 164

(Asam n-butirat)
CH3(CH2)3CO

OH 33g/100g 187

(Asam n-Valerat)

Kedua sifat fisika dari asam karboksilat yang dijelaskan diatas (titik

didih dan kelarutan), sangat dipengaruhi oleh adanya ikatan

hydrogen yang dapat terbentuk antara asam-asam karboksilat yang

dikenal sebagai dimmer. Asam-asam karboksilat mempunyai titik

didih yang lebih tinggi daripada yang diramalkan oleh bobot-bobot

molekulnya (Usman Hanapi, 2012)

2.4 Sifat Fisik dan Kimia Asam Karboksilat (Anonim, 2013)


2.4.1 Sifat Fisik Asam karboksilat
a. Asam karboksilat mempunyai titik didih lebih tinggi

daripada senyawa organik golongan lain yang berat

molekulnya sebanding.
b. Kelarutan asam karboksilat dalam air lebih besar

daripada alkohol, eter, aldehida, dan keton yang berat

molekulnya sebanding.
c. Kelarutan asam karboksilat dalam air menurun seiring

dengan meningkatnya berat molekul.


d. Asam karboksilat dengan 1-4 atom karbon dapat larut

sempurna dalam air.


2.4.2 Sifat KimiaAsam karboksilat
a. Reaksi dengan basa

Asam karboksilat bereaksi dengan basa menghasilkan

garam dan air.

Contoh :

b. Reduksi

Reduksi asam karboksilat dengan katalis litium

alumunium hidrida menghasilkan alkohol primer.

Contoh :

c. Reaksi dengan tionil diklorida

Asam karboksilat bereaksi dengan tionil diklorida

membentuk klorida asam, hidrogen klorida dan gas


belerangdioksida.

Contoh :

d. Esterifikasi

Dengan alkohol, asam karboksilat membentuk ester.

Reaksi yang terjadi merupakan reaksi kesetimbangan.

Contoh :

e. Reaksi dengan amonia

Dengan amonia, asam karboksilat membentuk amida dan

air.

Contoh :

f.
f. Dekarboksilasi

Pada suhu tinggi, asam karboksilat terdekarboksilasi

membentuk alkana.
Contoh :

g. Halogenasi
Asam karboksilat dapat bereaksi dengan halogen dengan

katalis phosfor membentuk asam trihalida karboksilat dan

hydrogenhalida.

Contoh :

2.5 Sintesis Asam Karboksilat


Ada beberapa cara yang umum yang dipakai untuk

membuat asam-asam karboksilat sederhana dalam laboratorium,

antara lain ; (1) Oksidasi, (2) Hidrolisis suatu sianida dan (3) reaksi

dari suatu pereaksi Grignard dengan karbon dioksida . dalam

Industri banyak digunakan cara oksidasi, terutama jika oksigen

dalam udara dapat dipakai sebagai oksidator. Gugus gugus

hidrokarbon alifatik lebih mudah teroksidasi daripada gugus-gugus

aromatic. Bagaimanapun panjangnya rantai alifatik yang terikat

pada cincin benzene, jika dioksidasi maka gugus tersebut

membentuk karboksilat (Usman Hanapi, 2012)


a. Oksidasi alkohol primer

Oksidasi alkohol primer dengan katalis kalium permanganat

akan menghasilkan asam karboksilat.

Contoh :

b. Karbonasi pereaksi Grignard

Karbonasi pereaksi Grignard dalam eter, kemudian dihidrolisis

akan menghasilkan asam karboksilat.

Contoh :

c. Oksidasi alkil benzena

Oksidasi alkil benzena dengan katalis kalium bikromat dan

asam sulfat akan menghasilkan asam karboksilat.

Contoh :

d. Hidrolisis senyawa nitril

Hidrolisis senyawa nitril dalam suasana asam akan membentuk


asam karboksilat.

Contoh :

(Anonim, 2013)

2.6 Turunan Asam Karboksilat


Ada beberapa senyawa organik penting yang diturunkan dari

asam karboksilat, sehingga senyawa tersebut dikenal sebagai

turunan asam karboksilat, yaitu (Usman Hanapi, 2012) :


a. Karboksil Halida
Halida-halida asam adalah derivat yang paling reaktif diantara

turunan asam karboksilat. Asil klorida adalah contoh yang

paling bayak ditemui dari kelompok senyawa ini. Asil klorida

dapat dibuat sesuai reaksi berikut

Halida-halida asam mempunyai bau busuk yang keras dan

sangat menyengat dan mengiritasi mata. Karena sangat reaktif

senyawa-senyawa ini sangat berguna dalam pembuatan

senyawa-senyawa lain.
b. Ester
Alkohol bereaksi dengan asam karboksilat dapat membentuk

ester organik. Jika dipakai alkohol dalam jumlah berlebihan,

maka kesetimbangan bergerak ke arah pembentukan ester.

Sebaliknya jika ester dipanaskan dengan air yang berlebihan

beserta suatu katalisator asam, maka ester akan dihidrolisis


menjadi asam dan alkohol. Oleh karena ester-ester dapat

diturunkan dengan mudah dari asam-asam ester tersebar

secara meluas di alam teritama pada buah-buahan. Ester

umumnya beraroma harum, sehingga beberapa ester

digunakan sebagai bahan dalam wangi-wangian , parfum.

Secara komersil banyak digunakan sebgai pelarut-pelarut dan

pemakain secara besar-besaran dalam resin- resin poly ester.

c. Anhidrida asam Karboksilat


Anhidrida asam karboksilat dapat dihasilkan melalui pertautan

dua molekul asam karboksilat disertai dengan pelepasan

molekul air.

d. Amida
Amida adalah turunan asam karboksilat yang paling tidak

reaktif. Bila gugus hidroksil dari suatu asam diganti oleh gugus
NH2, -NHR, atau NR2 maka terbentuklah amida primer,

sekunder dan tertier.

2.7 Struktur gugus karboksil


Konformasi gugus karboksil yang paling stabil adalah

penataan molekul yang planar. Karbon pada karboksil adalah

terhibridisasi sp2, dan ikatan O-H terletak pada bidang datar, eklips

terhadap ikatan rangkap C=O. Penataan geometrik yang tidak

diharapkan ini dapat dijelaskan dengan resonansi. Bentuk-bentuk

resonansi berikut dapat ditulis pada suatu gugus karboksil (Sarker

D. Satyajit, 2009)
2.8 Keasaman asam-asam karboksilat
Meskipun asam-asam karboksilat merupakan asam yang

jauh lebih lemah dibanding asam-asam mineral kuat seperti HCl,

H2SO4, dan HNO3, akan tetapi asam-asam karboksilat masih dapat

mengalami disosiasi/ penguraian dalam larutan berair dan

membentuk ion-ion karboksilat (RCO2-). Konstanta kesetimbangan

untuk proses ini adalah Ka=~10-5 (pKa=~5). Asam-asam karboksilat

lebih asam dibanding alkohol analognya. Sebagai contoh, nilai pKa

asam etanoat dan etanol murni masing-masing sebesar 4,74

dan~15,9 (Sarker D. Satyajit, 2009)


2.9 Pengaruh-pengaruh substituen pada keasaman asam

karboksilat
Substituen apa pun yang menstabilkan muatan negatif akan

meningkatkan proses disosiasi, yakni meningkatkan keasamannya.

Unsur-unsur elektronegatif (misal halida) dapat meningkatkan

kekuatan keasaman melalui efek induksi. Semakin dekat posisi

subtituen pada anion, maka efeknya semakin besar (Sarker D.

Satyajit, 2009)
2.10 Garam-garam asam karboksilat
Asam karboksilat lebih asam dibandingkan alkohol dan

asetilen. Basa kuat dalam air dapat mendeprotonasi asam

karboksilat secara sempurna sehingga akan terbentuk garam-

garam asam karboksilat. Penambahan asam kuat dengan cepat

akan mengubah garan tersebut menjadi asam karboksilat. Garam

larut dalam air, akan tetapi tidak larut dalam pelarut non-polar,

seperti heksana atau dikloro-metana (Sarker D. Satyajit, 2009)


2.11 Reaksi-reaksi asam karboksilat
Reaksi asam karboksilat yang paling penting adalah

perubahan asam karboksilat ke berbagai macam turunan asam

karbosilat, misal asil klorida, anhidrida asam, dan ester. Ester

disiapkan dengan mereaksikan asam karboksilat dengan alkohol.

Reaksi ini dikatalisis oleh asam dan dikenal sebagai

esterifikasi Fisher . Asil klorida diperoleh dari asam kerboksilat

yang direaksikan dengan tionil klorida (SOCl 2) atau dengan oksalil

klorida [(COCl)2)], dan anhidrida asam dihasilkan dari 2 asam


karboksilat. Ringkasan perubahan asam karboksilat ditunjukkan

disini. Semua perubahan ini melibatkan substusi asil nukleofilik

(Sarker D. Satyajit, 2009)


2.12 Reaktivitas turunan asam karboksilat
Turunan asam karboksilat mempunyai reakstivitas yang

bervariasi dalam reaksi subtitusi asil. Secara umum, sangat mudah

untuk mengubah turunan asam karboksilat yang lebih aktif ke

turunan yang kurang aktif. Dengan demikian, asil klorida dapat

dengan mudah di ubah menjadi asam anhidrida, ester, atau amida,

akan tetapi amida hanya dapat dihidrolisis menjadi asam

karboksilat. Asil klorida dan asam anhidrida dapat dihitrolisis

dengan mudah, sedangkan amida terhidrolisis lambat dalam

larutan basa berair yang mendidih.


Reaktivitas turunan asam karboksilat tergantung pada

kebasaan subtituen yang terikat pada gugs asil. Oleh karena itu,

subtituen yang kurang bersifat basa, membuat turunan basa,

membuat turunan asam karboksilat semakin reaktif. Dengan kata

lain, basa kuat memberikan gugus pergi yang jelek. Turunan asam

karboksilat menjalani sejumlah reaksi di bawah kondisi asam dan

basa, dan semuanya hampir melibatkan mekanisme subtitusi asil

(Sarker D. Satyajit, 2009)


BAB III

RANGKUMAN
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2013. Asam Karboksilat. http://asam karboksilat_sherchemistry.


html. Diakses pada 27 Maret 2013

Anonim, 2013. Asam Alkanoat. http://id.wikipedia.org/wiki/asam_alkanoat.


Diakses pada 27 Maret 2013

Baskoro,Dwi Bimmo. 2009. Menaklukkan Kimia Organik (II). Penerbit


Power books (Ihdina). Jogjakarta

Sarker,D Satyajit. 2009. Kimia Untuk Mahasiswa Farmasi. Pustaka


Pelajar. Yogyakarta

Usman, Hanapi. 2012. Dasar-Dasar Kimia Organik. Universitas


Hasanuddin. Makassar

Anda mungkin juga menyukai