I. Latar Belakang
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah arterial, sistol 140
mmHg dan diastol 90 mmHg. Pada lansia seringkali ditemui penyakit ini, ini
ddapat disebabkan oleh berkurangnya kelenturan dari pembuluh darah serta
pola makan yang tidak sesuai. Proses penuaan diikuti juga dengan penurunan
indra pengecapan serta perasaan yang amat peka dengan keadaan lingkungan.
Adanya keadaan fisiologis ini mengakibatkan lansia lebih menyukai
mengkonsumsi makanan yang memiliki cita rasa yang kuat, sedangkan
perasaan yang peka pada lansia mengakibatkan mudah sekali terkena stres.
II. Tujuan
a. Tujuan Instruksional Umum
Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan mengenai upaya
mengatasi hipertesi pada lansia diharapkan objek mampu memahami dan
mengerti tentang upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi penyakit
hipertensi.
III. Sasaran
Pendidikan kesehatan ditujukkan kepada Ny.S dengan alamat Ds.
Ngembal Kulon, Kudus. Ny. S adalah penderita hipertensi
IV. Target
Ny. S dapat mengetahui upaya mengatasi penyekit hipertensi yang
diderita.
V. Strategi Pelaksanaan
Pelaksanaan penyuluhan akan dilaksanakan pada :
1 Tanggal : Minggu, 8 November 2015
2 Waktu : 09.00-selesai
3 Tempat : Rumah Objek Pengamatan
X. Setting Tempat
A B
: Penyaji
A
: Ny.S
D
XII. Evaluasi
Kriteria Evaluasi
a. Evaluasi Struktural
Kesepakatan pertemuan dengan lansia pengidap
hipertensi
Kesiapan penyaji
b. Evaluasi Proses
Peserta
- Lansia penderita hipertensi.
- Pertemuan berjalan dengan lancar
c. Evaluasi Hasil
Tes tidak tertulis /lisan (tanya jawab) di akhir ceramah.
A. Pengertian
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah arterial, sistol 140 mmHg
dan diastol 90 mmHg.
Tabel Klasifikasi Hipertensi menurut JNC
Klasifikasi Tekanan Tekanan Darah Tekanan Darah Diastolik
Darah Sistolik (mmHg) (mmHg)
Normal <120 dan <80
Prehipertensi 120-139 atau 80-89
Hipertensi Stadium 1 140-159 atau 90-99
Hipertensi Stadium 2 160 atau 100
Tabel
d. Lain-lain
Faktor-faktor lain yang diduga berperan dalam hipertensi primer
rasio asupan garam, kalium, inaktivitas fisik, umur, jenis kelamin
dan ras (Majid, 2005).
Proses degeneratif ialah suatu hal yang identik dengan
bertambahnya usia terutama pada lansia, salah satu sistem organ
vital didalam tubuh yang mengalami proses degeneratif adalah
sistem kardiovaskular. Pembuluh darah merupakan bagian dari
sistem kardiovaskular yang sangat rentan sekali berubah akibat
penuaan (Timiras, 2007). Pada lapisan intima yaitu lapisan
terdalam yang terdiri dari sel endotel mengalami proses degeneratif
dengan berkurangnya produksi Nitric Oxide (NO) dan Prostacyclin
yang berakibat pada kekakuan arteri, mengecilnya lumen pembuluh
darah dan tingginya risikoatherosklerosis (Timiras, 2007). Pada
lapisan media, berkurangnya jaringan elastin, deposisi kolagen dan
kalsifikasi semakin memperparah kekakuan arteri dan mengurangi
elastisitas (Aronow, 2011).
C. Gejala Hipertensi
o Sakit kepala,
o Perdarahan dari hidung
o Pusing,
o Wajah kemerahan,
o Kelelahan,
o Mual, muntah,
o Sesak nafas,
o Gelisah,
o Pandangan menjadi kabur.
D. Komplikasi Hipertensi
1. Gagal Jantung atau Penyakit Jantung
Koroner
Pada penderita hipertensi, beban kerja jantung akan meningkat, otot
jantung akan menyesuaikan sehingga terjadi pembesaran jantung dan
semakin lama otot jantung akan mengendor dan berkurang
elastisitasnya, yang disebut dekompensasi. Akibatnya, jantung tidak
mampu lagi memompa dan menampung darah dari paru sehingga
banyak cairan tertahan di paru maupun jaringan tubuh lain yang dapat
menyebabkan sesak nafas atau oedema. Kondisi ini disebut gagal
jantung.
2. Stroke
Stroke ini terjadi karena aliran darah di arteri otak terganggu. Otak
menjadi kekurangan oksigen dan nutrisi. Stroke hemoragik (sekitar
20% kasus) timbul saat pembuluh darah di otak atau di dekat otak
pecah. Penyebab utamanya adalah tekanan darah tinggi yang persisten.
Hal ini menyebabkan darah meresap ke ruang di antara sel-sel otak.
3. Gagal Ginjal
Tekanan darah yang terlalu tinggi dapat menyebabkan kerusakan
system penyaringan di dalam ginjal, akibatnya lambat laun ginjal tidak
mampu membuang zat-zat yang tidak dibutuhkan tubuh yang masuk
melalui aliran darah dan terjadi penumpukan di dalam tubuh.
4. Kebutaan
Tekanan darah tinggi dapat mempersempit atau menyumbat arteri di
mata, sehingga menyebabkan kerusakan pada retina (area pada mata
yang sensitif terhadap cahaya). Keadaan ini disebut penyakit vaskular
retina. Penyakit ini dapat menyebabkan kebutaan dan merupakan
indikator awal penyakit jantung.
E. Cara Mengatasi Hipertensi
1. Pola Makan yang Baik
a. Mengurangi asupan garam dan lemak tinggi
Terlalu banyak mengonsumsi garam dapat meningkatkan
tekanan darah hingga ke tingkat yang membahayakan. Panduan
terkini dari British Hypertension Society menganjurkan asupan
natrium dibatasi sampai kurang dari 2,4 gram sehari. Jumlah
tersebut setara dengan 6 gram garam, yaitu sekitar 1 sendok teh per
hari. Penting untuk diingat bahwa banyak natrium (sodium)
tersembunyi dalam makanan, terutama makanan yang diproses.
Mengurangi asupan garam <100 mmol/hari (2,4 gram natrium atau
6 gram garam) bisa menurunkan TDS 2-8 mmHg. Lemak dalam
diet meningkatkan risiko terjadinya atherosklerosis yang berkaitan
dengan kenaikan tekanan darah. Penurunan konsumsi lemak jenuh,
terutama lemak dalam makanan yang bersumber dari hewan dan
peningkatan konsumsi lemak tidak jenuh secukupnya yang berasal
dari minyak sayuran, biji-bijian dan makanan lain yang bersumber
dari tanaman dapat menurunkan tekanan darah. Mengurangi diet
lemak dapat menurunkan tekanan darah TDS/TDD 6/3 mmHg.
b. Meningkatkan konsumsi sayur dan buah
Jenis makanan ini sangat baik untuk melawan penyakit
hipertensi. Dengan mengonsumsi sayur dan buah secara teratur
dapat menurunkan risiko kematian akibat hipertensi, stroke, dan
penyakit jantung koroner, menurunkan tekanan darah, dan
mencegah kanker. Sayur dan buah mengandung zat kimia tanaman
(phytochemical) yang penting seperti flavonoids, sterol, dan
phenol, sayur dan buah dengan teratur dapat menurunkan tekanan
darah TDS/TDD 3/1mmHg.