Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM KIMIA LINGKUNGAN


Percobaan 1
PEMERIKSAAN KUALITAS AIR SECARA FISIK

Dosen pembimbing
Dr. Yudhi Utomo, M. Si

Kelompok 3
Anggota Kelompok
1. Hanina Mardhiyah (140332603202)
2. Mira Nur Fadilah (140332604554)
3. Onky Damara (140332605285)
4. Qurrota Ayun (140332600933)**

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN KIMIA
Maret 2017
LAPORAN RESMI
PERCOBAAN 1
PEMERIKSAAN KUALITAS AIR SECARA FISIK

A. Tujuan Percobaan
1. Menetapkan suhu atau temperatur suatu sampel air
2. Menetapkan kekeruhan sampel air dari sampel air sungai
3. Menetapkan total padatan sampel air dari air sungai atau limbah
4. Menetapkan residu tersuspensi sampel air dari air sungai atau limbah
B. Dasar Teori
Air merupakan bahan yang sangat penting bagi kehidupan. Fungsi air tidak pernah
dapat digantikan oleh senyawa lain. Air juga merupakan salah satu komponen utama
dalam bahan dan produk pangan. Air memiliki manfaat yang sangat banyak yang berguna
bagi mahluk hidup di bumi, sehingga air mempunyai peranan yang penting dalam
melangsungkan kehidupan. Rumus kimia air dalam lingkungan laboratorium adalah H 2O.
Tetapi kenyataannya di alam, rumus tersebut menjadi H2O + X, dimana X berbentuk
karakteristika bilogik (bersifat hidup) ataupun berbentuk karakteristika non biologic
(bersifat mati). Pengotor yang ada dalam air yang akan diolah sebelum digunakan dalam
industri dapat bermacam macam diantaranya adalah kekruhan (turbidity).
Karakteristik Fisik Air
Suhu atau temperatur merupakan kondisi yang dirasakan di permukaan Bumi sebagai
panas, sejuk ataupun dingin. Permukaan Bumi menerima panas dari penyinaran matahari
berupa radiasi gelombang elektromagnetik. Radiasi sinar matahari yang dipancarkan ini
tidak seluruhnya sampai ke permukaan Bumi. Hal ini dikarenakan pada saat memasuki
atmosfer, berkas sinar matahari tersebut mengalami pemantulan (reeksi), pembauran
(scattering), dan penyerapan (absorpsi) oleh material-material di atmosfer.
Suhu memegang peranan penting dalam berbagai aktivitas kimia dan fisika perairan.
Aktivitas kimia dan fisika seringkali mengalami peningkatan dengan naiknya suhu. Suhu
air di sungai lebih bervariasi dibanding perairan pantai di sekitarnya. Hal ini dipengaruhi
oleh luas permukaan dan volume airnya. Pada sungai yang memiliki volume air yang
besar dapat ditemukan suhu vertikal. Kisaran suhu terbesar terdapat pada permukaan
perairan dan akan semakin kecil mengikuti kedalaman. Keadaan suhu alami memberikan
kesempatan bagi ekosistem untuk berfungsi secara optimum. Banyak kegiatan hewan air
dikontrol oleh suhu, misalnya: migrasi, pemangsaan, kecepatan berenang, perkembangan
embrio dan kecepatan proses metabolisme.
Kekeruhan air disebabkan oleh partikel-partikel tersuspensi yang mengganggu
berlalunya cahaya dalam air. Partikel-partikel ini dapat berupa senyawa organik maupun
anorganik, dan ditemukan sebagai partikel koloid dan partikel kasar. Partikel-partikel
tersuspensi ini yang menyebabkan air keruh, dimana akan mempengaruhi transmisi cahaya
yang melaluinya. Oleh karena itu penyerapan cahaya pada ekosistem air ini tidak dapat
dipukul rata, melainkan masih harus dibedakan secara ilmiah diantara penyerapannya oleh
air itu sendiri, garam-garam terlarut, benda suspensi. Hal ini disebabkan masing-masing
bahan tersebut mempunyai tingkat penyerapan sendiri-sendiri terhadap cahaya/sinar.
Kekeruhan adalah ukuran yang menggunakan efek cahaya sebagai dasar untuk
mengukur keadaan air baku dengan skala NTU. Dalam penentuan kekeruhan sebaiknya
dilakukan pada hari yang sama dengan pengambilan sampel. Bila sampel harus disimpan
maka harus dalam ruangan gelap, maksimum sampai 24 jam. Penyimpanan yang terlalu
lama dapat menyebabkan perubahan yang sifatnya tetap. Sebelum dilakukan pemeriksaan
sampel, sampel harus dikocok terlebih dahulu dengan kuat. Satuan yang dipergunakan
untuk menentukan standar kekeruhan sampel air adalah sebagai mg/liter SiO 2, dimana 1
mg/liter SiO2 sama dengan 1 unit kekeruhan. Kekeruhan adalah ukuran yang
menggunakan efek cahaya sebagai dasar untuk mengukur keadaan air baku dengan skala
NTU.
Di dalam lingkungan perairan terlarut berbagai mineral alami sebagai bahan kimia
anorganik dan berdisosiasi di dalamnya sebagai ion-ion. Karena sifatnya sebagai suatu
media fisis, ternyata mampu ikut mengangkut berbagai bahan kimia, hingga tidak mustahil
air mengalami suatu kontaminasi. Kita telah melihat bahwa pada perairan terdapat bahan-
bahan yang mengambang, dimana bahan-bahan tersebut harus dihilangkan. Penentuan zat
padat dalam air mempunyai arti penting untuk perencanaan dan pengawasan proses-proses
pengolahan air minum dari bahan baku air sungai atau pengolahan buangan. Zat padat
dalam air dapat merupakan zat padat terlarut dan zat tersuspensi. Zat padat organik berasal
dari limbah domestik dan limbah industri. Sedangkan zat padat tersuspensi dapat berupa
suspensi dan koloid dari limbah tanah liat, dan bahan-bahan organik. Pengertian zat padat
total meliputi kedua jenis zat padat tersebut (zat padat terlarut + zat padat tersuspensi)
yang dapat berupa bahan-bahan organik dan anorganik.
Dalam kegiatan praktikum di laboratorium kita akan menetapkan nilai total padatan
pada sampel air. Prinsip penetapannya adalah bahwa contoh air yang telah dikocok dengan
merata, diuapkan dalam cawan penguapan yang telah diketahui beratnya. Kemudian
dikeringkan dalam oven pada suhu 103o 105oC sampai beratnya konstan. Beda berat
cawan kosong dengan yang berisi sampel air yang sudah diuapkan dan dikeringkan
merupakan berat total padatan. Adapun gangguan-gangguan yang ada dalam penetapan
total padatan antara lain: 1) partikel yang besar, partikel yang mengapung dan zat-zat
menggumpal yang tidak dapat tercampur dalam air; 2) zat cair yang mengapung seperti
minyak dan lemak.
Residu tersuspensi adalah suatu partikel atau material yang dapat dipisahkan dari
contoh air dengan cara penyaringan. Cara penyaringan ini dengan menggunakan kertas
saring standar atau fiber glass. Prinsip penetapan ini adalah contoh air yang telah dikocok
dengan baik, disaring dengan kertas saring. Bahan yang tersaring ini merupakan bahan
tersuspensi dari contoh air tersebut, dan dikeringkan pada suhu 100o 105oC. Sesudah itu
didinginkan dalam desikator, kemudian ditimbang hingga diperoleh berat yang stabil atau
konstan.
C. Alat dan Bahan
Alat yang dipergunakan 2. Bahan yang dipergunakan
Termometer Sampel air
Beaker glass Larutan Standar 0 NTU
Turbidimetri Set Larutan Standar 40 NTU
Beaker Glass Kertas Saring
Kuvet
Oven
Beaker Glass
Neraca Analitik
Desikator
Lampu Spiritus
Kaki tiga + kasa asbes
Gelas ukur

D. Langkah-langkah Kerja
Temperatur
1. Siapkan termometer yang dipergunakan untuk mengukur temperatur air sampel
sebelum pergi ke lapangan.
2. Setelah di lapangan letakkan termometer pada contoh air sungai atau air limbah
industri, biarkan beberapa saat hingga diperoleh nilai temperature yang konstan,
kemudian bacalah skala pada termometer tersebut.
3. Catat hasil pembacaan pada termometer.
Penetapan Kekeruhan
1. Sebelum mempergunakan peralatan turbidimeter, kalibrasi terlebih dahulu dengan
larutan standar. Masukkan larutan standar 0 NTU ke dalam photo sel turbidimeter,
tekan tombol Test, bila angka pada layar tidak menunjukkan angka 0, maka putar
tombol Zero hingga menunjukkan angka 0.
2. Kemudian ambil larutan standar 0 NTU dari photo sel, ganti dengan larutan standar 40
NTU, tekan tombol Test, apabila pada layar tidak menunjukkan angka 40 NTU, maka
putar tombol CAL hingga menunjukkan angka 40 NTU.
3. Untuk pengukuran sampel, ambil sampel air yang akan diukur, lalu masukkan ke
dalam kuvet hingga penuh jangan sampai ada gelembung udara. Kemudian tekan
tombol Test.
4. Baca harga kekeruhan dan catat hasil pembacaan!
Penetapan Total Padatan
1. Aturlah furnance pada suhu 550oC dan masukkan cawan penguapan ke
dalamnya selama + 1 jam.
2. Ambil dengan menggunakan tang krusibel, lalu dinginkan dalam desikator,
kemudian ditimbang dan simpan dalam desikator sampai siap untuk dipergunakan.
3. Tuangkan sampel air + 50 mL ke dalam cawan penguapan tersebut, dan
uapkan sampai habis.
4. Keringkan cawan + sampel air yang telah diuapkan dalam oven pada temperatur +
103o 105oC selama 1 jam.
5. Setelah 1 jam ambil cawan tersebut, lalu dinginkan dalam desikator.
6. Setelah dingin timbang cawan tersebut.
7. Ulangai langkah nomor 4 sampai nomor 6 hingga diperoleh berat konstan.
Penetapan Residu Tersuspensi
1. Tetapkan berat kertas saring dengan prosedur yang sama untuk cawan penguapan
pada penetapan total padatan.
2. Ambil 50 mL sampel air dan saringlah dengan kertas saring yang telah diketahui
beratnya pada langkah nomor 1.
3. Keringkan kertas saring yang berisi bahan-bahan tersaring dalam oven pada suhu 100 o
105oC selama + 1 jam.
4. Dinginkan dalam desikator selama + 1 jam.
5. Setelah dingin timbang kertas saring tersebut.
6. Ulangai langkah nomor 3 sampai nomor 5 hingga diperoleh berat konstan.
E. Data Pengamatan

Lokasi Sampel Suhu Kekeruhan pH Total Residu


Air ( (NTU)
Padatan Tersuspensi
(mg/L) (mg/L)
Titik 1 Sampel 3 26 12,6 7,342 320 40
Sampel 4 26 12,1 7,338
Sampel 5 26 12,8 7,378
Titik 2 Sampel 1 25,5 7,3 7,417
Sampel 2 25,5 8,6 7,365
Sampel 6 25,5 5,5 7,365

Keterangan Hasil Pengamatan


Lebar Sungai Titik 1 2,5 m
Lebar Sungai Titik 2 8,65 m
Kedalaman Titik 1 50 cm
Kedalaman Titik 2 < 20 cm
Berat Kertas saring awal 0,450
Berat Kertas saring akhir 0,452
Berat Gelas Beaker 34,757
Berat Gelas Beaker + Padatan (sampel 3) 34,765

F. Analisis Data dan Pembahasan


Pada percobaan ini bertujuan untuk pemeriksaan kualitas air secara fisik
menggunakan suhu, kekeruhan, pH, Total padatan dan Residu tersuspensi. Sampel air
yang diuji adalah merupakan air buangan rumah tangga (detergen, dll) dan air buangan
limbah lainnya dimana masing-masing memiliki karakteristik yang berbeda-beda.
Sebelum dilakukan analisis terhadap air sampel di laboratorium maka langkah awal yang
dilakukan adalah observasi tempat, penetapan titik-titik pengambilan sampel, teknik
pengambilan sampel dan analisis kualitas air secara fisik dilaboratorium.
Pada percobaan ini lokasi pengambilan sampel berada di sungai belakang Jurusan
Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Malang.
Pengambilan sampel dilakukan pada 2 titik, Hal ini bertujuan untuk memperoleh sampel
sungai yang diharapkan dapat mewakili sifat maupun kandungan zat yang ada di sungai.
Titik 1 berada pada ujung sungai yang paling timur dimana semua air akan mengalir dan
melewati titik tersebut. Sedangkan titik 2 berada pada pertengahan sungai. Pengambilan
sampel dilakukan pada 2 titik agar mengetahui kualitas air sungai secara fisik yang lebih
akurat.
Pengambilan Sampel air mengguanakan botol yang sudah dibersihkan pada masing
masing titik dimasukkan dalam botol yang bersih dan tertutup rapat. Pada percobaan ini
tidak perlu dilakukan pengawetan pada sampel air karena jarak antara lokasi pengambilan
sampel dekat dengan laboratorium sehingga dapat segera dilakukan analisis kualitas air
berdasarkan suhu, kekeruhan, pH, total padatan dan residu tersuspensi pada sampel air
sungai tersebut. Berikut adalah analisis-analisis yang didapat pada uji kualitas sampel air
sungai.
1. Suhu dan pH
Berikut adalah hasil yang diperoleh pada percobaan.
Lokasi Sampel Suhu pH
Air ( )
Titik 1 Sampel 3 26 7,342
Sampel 4 26 7,338
Sampel 5 26 7,378
Titik 2 Sampel 1 25,5 7,417
Sampel 2 25,5 7,365
Sampel 6 25,5 7,365
Pada percobaan ini Suhu yang diperoleh pada sampel air titik 1 adalah 26

, sedangkan pada sampel air titik 2 adalah 25,5 . Suhu merupakan

parameter yang penting karena erat hubungannya dengan kehidupan di dalam air dan
sangat mempengaruhi pertumbuhan organisme baik secara langsung maupun tidak
langsung. Pengamatan suhu dimaksudkan untuk mengetahui kondisi perairan dan
interaksi antara suhu dengan aspek kesehatan habitat dan biota air lainnya. Bila suhu
perairan semakin tinggi maka kadar O2 yang terlarut akan semakin rendah, demikian
pula sebaliknya.
Pengukuran pH merupakan parameter kimia untuk uji kualitas air sampel. pH
digunakan pada penentuan alkalinitas, CO2, serta dalam kesetimbangan asam basa.
pH yang didapat terhadap sampel air dikedua titik yaitu rata rata diatas 7 yang
berarti pH pada sampel air tersebut termasuk pH basa lemah.
2. Kekeruhan
Lokasi Sampel Air Kekeruhan
(NTU)
Titik 1 Sampel 3 12,6
Sampel 4 12,1
Sampel 5 12,8
Titik 2 Sampel 1 7,3
Sampel 2 8,6
Sampel 6 5,5

Kekeruhan bertujuan untuk mengetahui kualitas air secara fisika. Kekeruhan


dibawah 5 NTU merupakan syarat untuk air yang baik. Oleh karenanya dilakukan uji
kekeruhan terhadap air sampel.
Pengujian kekeruhan dilakukan dengan memasukkan sampel air kedalam kuvet
hingga penuh (tanpa ada gelembung udara) menggunakan alat turbidimeter set.
Berdasarkan data yang diperoleh, nilai kekeruhan sampel air pada titik 1 sebesar 12,5
NTU sedangkan sampel air pada titik 2 sebesar 7,13 NTU. Dapta diketahui bahwa
Tingkat kekeruhan sampel air pada titik 1 lebih besar daripada kekeruhan pada titik 2.
3. Penetapan Total Padatan
Keterangan (Sampel 3) Hasil Pengamatan
Berat Gelas Beaker 34,757
Berat Gelas Beaker + Padatan 34,765

Pada percobaan ini akan menetapkan nilai total padatan pada sampel air.
Prinsip penetapannya adalah sampel air diuapkan dalam gelas beaker pada hotplate
sampai kering, sehingga diperoleh berat padatan pada sampel sebagai berikut.
( 34,76534,757 ) g 1000 mL
Total Padatan =
25 mL 1L
g 1000 mg
=
= 0,16 L 1g 320 mg/L

4. Penetapan Residu Tersuspensi


Keterangan Hasil Pengamatan
Berat Kertas saring awal 0,450
Berat Kertas saring akhir 0,452

Penetapan residu tersuspensi pada sampel air dilakukan melalui air yang dikocok
dengan baik kemudian disaring sehingga diperoleh residu tersuspensi yang kemudian kertas

saring dikeringkan dalam oven pada suhu 100 105 sehingga diperoleh residu

tersuspensi sebagai berikut.


( 0,4520,450 ) g 1000 mL
Total Padatan =
50 mL 1L
g 1000 mg
=
= 0,04 L 1g 40 mg/L

G. Kesimpulan
1. Suhu sampel air dari air sungai pada titik 1 adalah 26
Suhu sampel air dari air sungai pada titik 2 adalah 25,5
2. Kekeruhan sampel air pada titik 1 adalah 12,5
Kekeruhan sampel air pada titik 1 adalah 7,13
3. pH sampel air pada titik 1 adalah
pH sampel air pada titik 1 adalah
4. Total padatan sampel air pada nomer 3 dari air sungai adalah 320 mg/L
5. Residu tersuspensi sampel air pada nomer dari air sungai adalah 40 mg/L
H. Daftar Pustaka
Tim Pengajar Praktikum Kimia Lingkungan. 2017. Petunjuk Praktikum Kimia
Lingkungan. JURUSAN KIMIA:UM
Rofatilla, Lela.2017.https://www.scribd.com/document/242321974/Pemerikasaan-
Kualitas-Air-Secara-Fisik.(online) diakses pada tanggal 19 Maret 2017

Anda mungkin juga menyukai