Anda di halaman 1dari 17

I.

Judul Percobaan : PEMBUATAN COFFEINE DARI TEH


II. Prinsip Percobaan : EKSTRAKSI
III. Maksud dan Tujuan :
1. Untuk mengetahui cara pembuatan coffeine dari teh
2. Untuk mengetahui cara kristalisasi
3. Untuk mengetahui sifat fisika dan kimia dari coffeine
IV. Reaksi :
V. Teori Percobaan :

Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan suatu zat berdasarkan perbedaan


kelarutannya terhadap dua cairan tidak saling larut yang berbeda, biasanya air dan
yang lainnya pelarut organik. Proses ekstraksi dapat berlangsung
pada: Ekstraksiparfum, untuk mendapatkan komponen dari bahan yang wangi.

Bahan Baku

1 TEH

Teh umumnya tumbuh pada ketinggian 200-2300m. Daun teh terbagi menjadi
dua kelompok Varasamica dari asam dan Varsineosi dari Cina. Perbedaan dari
dua kelompok daun teh tersebut adalah dilihat dari bentuk daunnya. Untuk
kelompok Varasamica daunnya besar dan ujung daunnya runcing, sedangkan
kelompok Varasineosi bentuk daunnya kecil dan ujungnya tumpul tidak lancip.
Biasanya tumbuhan teh tumbuh di tempat yang sejuk dan diperbukitan

Sifat-Sifat Fisis Dari Teh

Titik didih 80 C
Mudah larut dalam pelarut organic
Mempunyai sifat non eksplosi
Kadar karbon rendah
Mengandung caffeine
Berwarna hitam bila sudah diolah
Baunya wangi

Sifat-Sifat Kimia Dari Teh

Kreatifitasnya rendah
Dapat dipisahkan dari komponennnya dengan metode ekstraksi
Mudah larut dalam air terutama air panas.

Kegunaan Teh

Sebagai zat anti oksidasi dan bersifat merangsang saraf otak


Sebagai bahan baku minuman penyegar
Untuk menyerap kolesterol
2 ALKOHOL

Nama IUPAC Alkohol diambil dari nama alkana induknya, tetapi dengan akhiran
OL suatu angka awalan. Yang dipilih serendah mungkin jika digunakan

Metanol

Gugus OH yang berprioritas lebih rendah diberi nama awalan hidroksil seperti
nama dalam contoh

Asam 2-hidroksi propana

Sifat-Sifat Fisik Alkohol

Titik didih 78,3 C


Alkohol berbobot molekul rendah larut dalam air
Mudah terbakar
Bersifat polar karena mengandung gugus OH
Tidak berwarna (jenuh)
Hidrokarbon suatu alkohol bersifat hidrofob (menolak molekul-molekul air)

Sifat-Sifat Kimia Alkohol


Mudah terbakar
Alkohol adalah asam atau basa yang sangat lemah

Kegunaan Alkohol

Digunakan untuk minuman keras (etanol)


Digunakan sebagai zat pembunuh kuman (2-propanol)
Digunakan sebagai bahan bakar dan pelarut (metanol)
Alkohol berfungsi sebagai pengikat Coffeine dari teh
Bahan Baku Tambahan

1 NaOH

NaOH merupakan zat padat higroktis, basah leleh, berwarna putih, mudah larut
dalam air dan gliserol, merupakan elektrolit dan basa kuat.

Sifat-Sifat Kimia NaOH

Bereaksi dengan asam (HCL) membentuk garam

NaOH + HCl NaCl + H2O

Kegunaan NaOH

NaOH pada pembuatan Coffeine untuk menjernihkan

2 H2SO4

Merupakan salah satu senyawa terpenting dari belerang dalam teknik asam sulfat
dapat dibuat dengan dua cara:

Proses kontak
Proses bilik / kamar timbale

Persamaan dari proses diatas adalah menggunakan SO2 sebagai bahan dasar untuk
membuat asam sulfat. Dimana SO2 dihasilkan dari pembakaran
belerang/pemanggangan pyrit (FeS2). Perbedaan keduanya proses ini terletak
pada pemakaian jenis katalisnya. Pada proses kontak digunakan katalisator Fe 2O3,
V2O5, Pt dan pada proses timbal digunakan katalisator gas Mg dan NO 2. Belerang
adalah zat padat yang pada temperatur kamar melebur pada 119 C. Fungsi H 2SO4
dalam pembuatan coffeine dari teh adalah mengisolasi coffeine dari teh.

Sifat-Sifat Fisis H2SO4

Memiliki aroma khas yaitu bau belerang


Bersifat korosif
Berbentuk cair
Bersifat hidrokofis
Berat jenis 1,84 gr/ml
Titik didih 240 C dan titik leleh 10 C

Sifat-Sifat Kimia H2SO4

Merupakan asam kuat


H2SO4 bersifat encer tidak bereaksi dengan Bi, Hg, Cu dan logam muli
H2SO4 (encer) + Fe FeSO4 + H2
H2SO4 pekat dalam keadaan panas akan mengoksidasi logam-logam
2H2SO4 (P) + Cu CuSO4 + SO2 + 2H2O
Merupakan oksidator dengan reduksi terkuat

Kegunaan H2SO4

Bahan pembuatan pupuk amonium sulfat


Industri obat
Untuk pembuatan zat warna

3 MgO (Magnesium Oksida)

MgO dibuat dengan cara memanaskan magnosit maupun hidroksinya

MgO dapat dijumpai sebagai mineral periklasa dan dibuat dengan memanaskan
magnesium adalah oksigen atau lewat peruraian garam-garam Mg-nya seperti
Mg(OH)2, Mg(NO3)2, MgC2O4 dan garam-garam lain dari asam organic

Sifat-Sifat Fisis MgO

Berwarna putih
Bersifat keras dan tahan api
Titik leleh 2800 C

Sifat-Sifat Kimia MgO

Pijar bila dicampur dengan larutan magnesium klorida, akan membentuk bubur
bersifat plastic
Bersifat basa lemah disebabkan gaya tarik ion-ion oksidanya terhadap proton-
proton molekul air

O2- + H2O 2OH-

4 CHCl3 (Chloroform)

Jika etanol direaksikan dengan Cl2 dan KOH atau dengan CHLOR maka mula-
mula etanol dioksidasi menjadi etana. Etana ini kemudian bereaksi dengan Cl 2
sehingga membentuk trichloroetana atau CCl3-CHO. Dalam lingkungan KOH
maka diubah menjadi kalium metanoat dan chloroform.

CH3-CH2OH + Cl2 CH3-CHO + 2HCl

CH3-CHO + 3Cl2 CHCl3 + HCOOK

CCl3 CHO KOH CHCl3 + HCOOK


Chlorofrom dapat juga dibuat dari asetan Cl3 dan KOH

CH3 CO CH3 + 3Cl2 CCl3 CO CH3 + 3HCl

CCl3 CO CH3 + KOH CHCl3 + CH3COOK

Sifat-Sifat Fisis Chloroform

Suatu zat cair yang manis baunya dan mudah menguap


Mempunyai titik didih 61 C
Jika uap Chloroform dihisap maka bersifat membius

Sifat-Sifat Kimia Chloroform

Merupakan pelart organik yang dapat melarutkan lipida


Tidak larut dalam air tetapi mudah larut dalam alkohol atau eter

Kegunaan Chloroform

Chloroform banyak digunakan sebagai obat bius dan sebagai pelarut organik

Produk

1 Coffein

Coffeine atau tiena 1,3,7 trimetil santina C 8H10O2N4 terdapat dalam biji-biji
kopi. Zat ini didapatkan pada tahun 1820 oleh Runge Pelletries dan Capentau dari
kopi adalah identik dengan tiena dari teh. Coffeine merupakan zat alkohol yaitu
suatu zat yang dapat membuat orang mabuk, coffeine merupakan senyawa
heteroaromatik yang mempunyai unsur nitrogen yang terikat pada gugusan
karbonilnya yang mempunyai struktur bangun sebagai berikut :

Coffeine mengkristal dari larutannya dalam air berupa jarum-jarum bercahaya


sutra, bila tidak mengandung air coffeine mencari 236,5 C dan mensublimasi
pada temperatur yang lebih rendah. Dalam air panas zat ini mudah larut
sedangkan pada air dingan sukar larut.

Sifat-Sifat Fisis Coffeine

Merupakan kristal putih berupa jarum-jarum bercahaya sutra


Bila tak mengandung air coffeine mencair pada 236,5 C dan menyublimasi
pada temperatur rendah
Mudah larut dalam air panas tetapi sukar larut pada air dingin

Sifat-Sifat Kimia Coffeine

Coffeine mudah larut dalam pelarut organik seperti alkohol dan chloroform

Kegunaan Coffeine

Untuk mengiatkan pekerjaan susunan syaraf sentral dan mempertinggi tenaga


jantung
Dalam ilmu kedokteran digunakan dalam keadaan bebas dan dalam bentuk
senyawa-senyawa rangkap contohnya dengan natrium salisilat.

Operasi Pemisahan

Dalam coffeine dapat ditemukan pada teh, kopi dan dapat dipisahkan dengan cara
ekstraksi. Dalam ekstraksi yang perlu diperhatikan dalah adanya zat yang dapat
melarutkan zat yang diinginkan dan pelarutnya mudah dipisahkan kembali
dengan zat yang diekstrak.

Proses ekstraksi pada dasarnya merupakan pemisahan saling kontak campuran


yang berdasarkan daya larut dalam pelarut tertentu. Proses ekstraksi meliputi tiga
tahap yaitu:
1 Campurkan / mencampur bahan ekstraksi dengan pelarut dan membiakkannya
saling kontak dalam proses ini terjadi perpindahan masa dengan cara difusi
pada bidang antara muka ekstrak dengan pelarut.
2 Memisahkan larutan ekstrak dari rafinat
3 Mengisolasi ekstrak dari larutan ekstrak dan mendapatkan kembali pelarutnya
umumnya dilakukan dengan cara penguapan.

Penggunaan pelarut yang digunakan untuk ekstraksi harus memperhatikan


beberapa faktor seperti:

1 Selektivitas. Yaitu pelarut yang hanya dapat melarutkan ekstrak yang


diinginkan bukan komponen-komponen lain dari bahan ekstraksi.
2 Kelarutan. Yaitu pelarut yang sedapat mungkin memiliki kemampuan
melarutkan yang besar.
3 Kemampuan tidak saling bercampur, hal ini penting bila yang akan diekstrak
merupakan cairan.
4 Kerapatan terutama pada ekstraksi cairan yang sedapat mungkin mempunyai
perbedaan kerapatan yang besar antara pelarut dan bahan ekstraksi hal ini
dimaksudkan agar kedua fase dapat mudah dipisahkan kembali setelah
pencampuran. Bila perbedaan kerapatan kecil, pemisahan harus dilakukan
dengan meggunakan gaya sentrifugal.
5 Reaktifitas pada umumnya pelarut tidak boleh menyebabkan perubahan secara
kimia pada komponen bahan ekstraksi.
6 Titik didij, karena ekstrak dan pelarut harus dipisahkan dengan cara
penguapan, maka titik didih kedua bahan harus jenuh.

Berdasarkan bahan yang dipakai ekstraksi dibagi menjadi 2 macam :

1 Ekstraksi padat - cair yaitu suatu ekstraksi yang bahan ekstraksinya


merupakan zat padat yang menggunakan pelarut zat cair.
2 Ekstraksi cair cair yaitu suatu ekstraksi yang bahan ekstraksinya merupakan
zat cair dengan menggunakan pelarut zat cair.

Secara garis besar ekstraksi didefinisi, yaitu suatu cara pemisahan suatu zat cair
dari campurannya (merupakan zat padat atau cair) yang berdasarkan daya larut
dalam pelarutnya tertentu (pelarut sebagai pemisah).

Metode dasar pada ekstraksi cair-cair sebenarnya dibagi menjadi ekstraksi


bertahap continue dan counter curret seperti dibawah ini:

1 Ekstraksi bertahap : cara ekstraksi yang paling sederhana caranya dengan


menambahkan pelarut pengekstraksi yang tidak bercampur dengan pelarut
semula kemudian dilakukan pengocokkan sehingga terjadu kesetimbangan
konsenterasi zat yang akan diekstraksi pada kedua lapisan, setelah lapisan ini
tercapai didiamkan dan dipisahkan.
2 Ekstraksi continue : digunakan bila perbandiangn distributif relatif kecil
sehingga untuk pemisahan yang kuantitatif diperlukan beberapa tahap ektraksi,
efisiensi yang tinggi pada ekstraksi continue tergantung pada viskositas fase
dan faktor lain yang mempengaruhi kecepatan tercapainya kesetimbangan.
Efisiensi ekstraksi dapat ditingkatkan dengan menggunakan luas kotak yang
besar.
3 Ekstraksi counter current fase cair pengekstraksi dialirkan dengan arah yang
berlawanan dengan larutan yang mengandung zat yang akan diekstrak.
Biasanya digunakan untuk pemisahan zat isolasi ataupun pemurnian sangat
bermanfaat untuk fraksional senyawa organik tetapi kurang bermanfaat untuk
senyawa-senyawa organik.

Kristalisasi

Pemisahan bahan padat berbentuk kristal dari suatu larutan atau peristiwa
pembentukan partikel zat padat dalam fase homogen. Kristalisasi yang dapat
terjadi sebagai pembentukan partikel padat dalam uap.

Syarat syarat terbentuknya kristal

Larutan harus jenuh adalah larutan yang mengeandung jumlah zat terlarut
sedemikian rupa pada suhu tertentu sehingga kelebihan tidak lagi melarut
Larutan harus homogen. Partikel partikel yang sangat kecil tetap tersebar
merata biarpun didiamkan dalam waktu lama.
Adanya perubahan suhu. Penurunan suhu secara dratstis/kenaikan suhu secara
drastis tergantung dari kristal yang diinginkan.

Metode Metode Kristalisasi :

1 Pendinginan
Untuk bahan-bahan yang kelarutannya berkurang drastis dengan menurunnya
temperatur, kondisi lewat jenuh dapat dicapai dengan pendinginan larutan
panas yang jenuh.
2 Pemanas
Untuk bahan yang kelarutannya berkurang sedikit dengan menurunnya suhu.
Kondisi lewat jenuh dapat dicapai dengan penguapan sebagai pelarut.
3 Pemanas dan pendinginan
Metode ini merupakan gabungan dari 2 metode diatas larutan panas yang
jenuh dialirkan kedalam sebuah ruangan yang divakumkan
4 Penambahan bahan (zat) lain.

Proses kristalisasi pada pembekuan :

1 Dalam keadaan cair atom-atom tidak memiliki susunan tertentu dan selalu
mudah bergerak
2 Dengan turunnya temperatur maka energi atom akan semakin rendah
3 Inti atom menjadi pusat kristalisasi

Mekanisme pembentukan kristal

1 Pembentukan inti. Inti kristal adalah partikel partikel kecil bahkan sangat
kecil yang dapat terbentuk secara sponton akibat dari keadaan lewat jenuh.
2 Pertumbuhan kristal. Pertumbuhan kristal merupakan gabungan dari 2 proses
yaitu :
a Transportasi molekul molekul dari bahan yang akan dikristalkan dalam
larutan kepermukaan kristal dengan cara difusi, proses ini berlangsung
semakin cepat jika derajat lewat jenuh dalam larutan semakin besar.
b Penempatan molekul-molekul pada kisi kristal semakin luas total
permukaan kristal semakin banyak bahan yang ditempatkan pada kisi kristal
persatuan waktu

Metode Proses

Dalam praktikum ini kita menggunakan metode kristalisasi pemanasan karena


perubahan suhu drastisnya dengan cara dipanaskan.

VI. Diagram Alir :

50 gr teh + EKSTRAKSI + 25 gr MgO


200cc selama 2
alkohol jam
saring Rebus Panaskan
dengan air sampai
250 ml kering
seperti

Rebus + 10 % Rebus
dengan air H2SO4 25 sampai
150 ml ml volume nya
3x 1/3

Larutan CHCl3 Saring untuk


Filtrat
yang agak menghilang
dikocok 5x
kuning di kan kotoran
tambahkan
dengan
CHCl3 @15

Teteskan ke Timbang
porselain yang
sedang kristal
dipanaskan di Dan hitung
atas bunsen rendemen
sampai didapat

VII. Rangkaian Alat :

Rangkaian alat pada saat penyaringan dengan saringan penghisap


1

5
3

7
4

Keterangan gambar :
1. Sisa filtrat yang didapat 5. Klem
2. Saringan penghisap 6. Statif
3. Erlenmeyer khusus 7. Vakum
4. Filtrat yang didapat

Rangkaian Alat pada saat pemisahan hasil ekstrak dan pembentukkan kristal coffeine

Keterangan gambar :
1. Corong pemisah 4. Bunsen
2. Piring porselin 5. Statif
3. Kaki tiga 6. Klem
VIII. Alat dan Bahan :
Alat Bahan
1. Corong pemisah 1. Teh
2. Gabus 2. Alkohol
3. Statif 3. H2SO4
4. Pompa vakum 4. MgO
5. Bunzen 5. Chlorofom
6. Kertas saring 6. NaOH
7. Erlenmeyer hisap
8. Klem
9. Piring porselin

IX. Prosedur :
1. Kedalam alat ekstraksi dimasukkan 50 gr teh dan 200 cc alkohol
2. Proses ekstraksi ini berlangsung selama 2 jam (sampai cairan yang kembali ke
labu jernih)
3. Setelah ekstraksi, cairan ditambahkan 25 gr MgO dan kemudian dipanaskan di
atas Bunsen hingga suspensi menjadi kering seperti tepung
4. Tepung yang terjadi direbus dengan 250 cc air, lalu disaring dengan saringan
penghisap.
5. Kemudian tepung direbus lagi dengan 150 cc air sebanyak 3 kali
6. Pada tiap tiap penyaringan filtratnya dijadikan satu
7. Kemudian dalam cairan ini dimasukkan 10 % larutan asam sulfat 25 cc dan
cairan direbus hingga volumenya mencapai 1/3 dari volume awal.
8. Setelah perebusan saring kembali untuk menghilangkan kotoran kotoran
yang masih ada.
9. Filtrat yang didapat, dikocok 5 kali dengan chlorofom setiap 15 cc
pemakaiannya.
10. Larutan chloroform yang agak kuning diberi larutan NaOH encer agar
warnanya agak muda.
11. Kemudian diteteskan ke piring porselin yang sedang dipanasi diatas bunsen,
sehingga didapatkan kristal coffeine
12. Kristal coffeine yang didapat berupa jarum-jarum putih yang mengkilap,
mempunyai 1 mol air kristal dengan titik lebur 236C dan menyublim pada
suhu 180C.
13. Timbang kristal yang didapat dan hitung rendemen praktisnya.
14. Hasil yang didapat kira-kira 2 gram.

X. Data Pengamatan :
Bobot cawan porselin + coffeine = 108.411 gram
Bobot cawan porselin kosong = 107.702 gram -
Bobot coffeine = 0.709 gram

massa coffeine praktis


x 100
Presentasi (%) rendemen coffeine = massa coffeine teoritis
0.709 gram
x 100
= 2 gram

= 35.45%

XI. Pembahasan :
Dalam ekstraksi kafein pada praktikum ini bahan baku yang digunakan adalah
teh, karena teh mengandung kafein paling banyak dibandingkan dengan jenis
tanaman lainnya seperti kopi dan coklat. Untuk mengekstraksi teh, teh ini
dibungkus dengan kertas saring dan dimasukkan ke dalam ekstraktor. Kemudian
diisi dengan alcohol sebagai pelarutnya. Digunakan alkohol sebagai pelarutnya
karena mempunyai sifat yang sama dengan sampel, yaitu bersifat polar, sehingga
dapat melarutkan kafein yang terdapat di dalam teh. Pada proses ekstraksi
digunakan alat ekstraktor, dimana pada percobaan ini alat ekstraktor yang berisi
teh dengan pelarut alkohol bekerja dengan cara pemanasan yang dilakukan
dimana akan terjadi sirkulasi selama pemanasan. Semakin sering terjadi sirkulasi
maka akan semakin banyak kafein yang dihasilkan. Sirkulasi ini terjadi karena
pelarut alkohol yang berada pada labu bulat akan menguap akibat pemanasan. Alat
ekstraktor ini dilengkapi dengan cooler yang akan mendinginkan alkohol yang
menguap dan akan turun ke dalam ekstraktor hingga akhirnya jatuh ke dalam alas
bulat kembali. Setelah selesai diekstraksi, larutan campuran kemudian
dimasukkan ke dalam gelas kimia yang berisi suspensi dari MgO dan air. Tujuan
dari penambahan MgO tersebut untuk mengikat klorofil dan mengikat air, agar
kafein menjadi terlindungi pada saat pengeringan sehingga tidak pecah-pecah
yang menyebabkan kerusakan pada strukturnya. Kemudian campuran dituangkan
dalam cawan porselin kemudian dikeringkan. Pengeringan disini bertujuan untuk
menghilangkan kandungan alkohol dari campuran. Tepung yang terbentuk direbus dengan 250
cc air. Hal ini bertujuan untuk melarutkan coffein dan juga untuk memurnikan campuran
dari pengaruh alkohol yang masih ada dalam MgO. Setelah itu disaring dengan
saringan penghisap. Tepung direbus kembali hingga menghasilkan filtrate. Fitrat
yang mengandung kafein kemudian ditambahkan dengan 10% larutan H2SO4
25cc. Penambahan asam ini dimaksudkan untuk mengoksidasi larutan dan
menurunkan pH larutan sehingga kafein tidak mengalami kerusakan. Pada suasana
pH yang tinggi,kafein sangat mudah rusak, sehingga untuk mendapatkan kafein
yang baik, penambahan asam seperti asam sulfat untuk menurunkan pH harus
dilakukan. Setelah itu diakukan pengisatan sampai 1/3 volume semula. Hal ini
dilakukan agar larutan tersebut jenuh dan memenuhi syarat kristalisasi dan zat-zat
dan air yang tercampur pada kafein menjadi terpisah melalui proses ini. Larutan
yang tertinggal dimasukkan ke dalam corong pisah. Di dalam corong pisah
dilakukan pencucian dengan CHCl3 dengan cara pengocokan corong
pemisah yang berisi larutan dan kloroform agar kloroform dapat terdistribusi
dengan cepat dan keduanya tercampur sempurna. Dibukanya kran pada saat
pengocokan agar mengeluarkan gas didalamnya, karena jika tidak dikeluarkan
dapat memberikan tekanan pada tutup separator funnel dan dapat menyebabkan
tutup terbuka sendirinya.. Pemisahan larutan ini dikarenakan sifat kepolarannya.
Penggunaan kloroform (CHCl3) sebagai pencuci karena CHCl3 bersifat semipolar
yang dapat mengikat kotoran-kotoran dan zat-zat lain yang ada pada kafein
sekaligus berikatan dengan air. Larutan yang telah dikocok dalam corong
pemisah terbagi menjadi 3 lapisan. Lapisan atas berwarna cokelat tua yang
mengandung zat sisa, lapisan tengah berwarna coklat muda adalah kafein yang
masih bercampur dengan zat sisa sedangkan lapisan bawah yang berwarna bening
adalah larutan kafein. Terbentuknya 3 lapisan ini disebakan massa jenis. Semakin
kecil massa jenis maka akan berada di lapisan paling atas. Larutan kafein
dikeluarkan ke dalam gelas beker agar kafein terpisah dari zat-zat lainnya. Larutan
atas ditambah kloroform agar kafein yang masih tertinggal di nlarutan dapat
terpisah secara sempurna. Sehingga, kafein terikat dengan kloroform dan dapat
dikeluarkan ke gelas beker. Larutam kafein yang telah dipisahkan, ditambahkan
NaOH encer. Penambahan NaOH untuk menjernihkan larutan coffein yang
berwarna kuning dari pengaruh Kloroform. Kemudian larutan terbagi menjadi
dua lapisan, lapisan yang paling bawah berisi kafein yang akan dievaporasi diatas
piring porselin hingga menyisakan kristal kafein. Hasil kristal kafein yang didapat
adalah 0.709 gram.

XII. Kesimpulan :
Pembuatan coffein pada praktikum ini menggunakan prinsip ekstraksi
menggunakan alat yaitu ekstraktor.
Metode Operasi pemisahan yang digunakan yaitu ekstraksi, filtrasi, dekantasi
dan kristalisasi.
Metode kristalisasi yang digunakan pada praktikum ini adalah metode
pemanasan karena perubahan suhu drastisnya dengan cara dipanaskan.
Kristal coffein yang didapat sebanyak 0,709 gr
Rendemen kristal coffein yang didapat sebesar 35,45 %

XIII. Tugas :
1. Analisa kesalahan minimal 5 !
Jawab :
Proses ekstraksi kurang lama karena seharusnya proses ekstraksi ini
berlangsung selama 4 jam. Tapi pada kenyataannya praktikum kami hanya
melakukan ekstraksi selama 2 jam dikarenakan keterbatasan waktu.
Karena keterbatasan alat, sehingga membuat proses menjadi lama
Api yang digunakan untuk memanaskan bunsen mati, sehingga
memperlambat praktikum.
Kondisi alat Corong pemisah kurang bagus, sehingga pengocokkan tidak
maksimal.
Pada langkah terakhir yaitu proses penetesan larutan ke piring porselin
hingga menjadi kristal, suhunya tidak terkontrol dengan baik, bahkan
kadang terlalu tinggi hingga kristal coffein tersebut kemungkinan banyak
yang menyublim.

2. Jelaskan kelebihan dan kekurangan metode sokletasi dan refluks !


Jawab :
Kelebihan metode sokletasi :
Sampel diekstraksi dengan sempurna karena dilakukan berulang ulang.
Jumlah pelarut yang digunakan sedikit.
Proses sokletasi berlangsung cepat.
Jumlah sampel yang diperlukan sedikit.
Pelarut organik dapat mengambil senyawa organik berulang kali.

Kekurangan metode sokletasi :


Tidak baik dipakai untuk mengekstraksi bahan bahan tumbuhan yang mudah
rusak atau senyawa senyawa yang tidak tahan panas karena akan terjadi
penguraian.
Harus dilakukan identifikasi setelah penyarian, dengan menggunakan
pereaksi meyer, Na, wagner, dan reagen reagen lainnya.
Pelarut yang digunakan mempunyai titik didih rendah, sehingga mudah
menguap.

Kelebihan metode refluks :


Kondisi reaksi terkontrol dengan baik
Tahan pemanasan langsung
Rendemen yang dihasilkan cukup banyak
Reaksi yang berlangsung bisa bertahap
Dalam sintesis polimer, produk yang dihasilkan memiliki masa molekul yang
tidak kecil
Digunakan untuk mengekstraksi sampel-sampel yang mempunyai tekstur
kasar.

Kekurangan metode rufluks


Lama waktu reaksi sekitar 7 - 72 jam, tergantung reaksi dari jenis reaksi yang
digunakan
Suhu yang berubah ubah , sehingga waktu tidak efektif
Diperlukan pelarut yang cukup banyak

3. Dapatkah digunakan pelarut selain alkohol ?


Jawab :
Dalam ekstraksi teh, dapat menggunakan pelarut selain alkohol, karena sifat fisika
teh yaitu mudah larut dalam pelarut organik dan air. Asalkan sifatnya sama sama
polar dan mudah menguapkan. Contohnya : aseton , methanol , etil asetat

4. Sebutkan dan jelaskan metode metode ektraksi !


Jawab :
Metode metode dalam ekstraksi antara lain yaitu :
1) Metode Maserasi
Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana. Maserasi dilakukan
dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari. Cairan penyari
akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung
zat aktif, zat aktif akan larut dengan karena adanya perbedaan konsentrasi
antara larutan zat aktif di dalam sel dengan yang di luar sel, maka larutan yang
terpekat didesak keluar. Peristiwa tersebut berulang sehingga terjadi
keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel.

2) Metode Perkolasi
Perkolasi adalah proses penyarian simplisia dengan jalan melewatkan pelarut
yang sesuai secara lambat pada simplisia dalam suatu percolator. Perkolasi
bertujuan supaya zat berkhasiat tertarik seluruhnya dan biasanya dilakukan
untuk zat berkhasiat yang tahan ataupun tidak tahan pemanasan. Cairan
penyari dialirkan dari atas ke bawah melalui serbuk tersebut, cairan penyari
akan melarutkan zat aktif sel-sel yang dilalui sampai mencapai keadaan jenuh.
Gerak kebawah disebabkan oleh kekuatan gaya beratnya sendiri dan cairan di
atasnya, dikurangi dengan daya kapiler yang cenderung untuk menahan.
Kekuatan yang berperan pada perkolasi antara lain: gaya berat, kekentalan,
daya larut, tegangan permukaan, difusi, osmosa, adesi, daya kapiler dan daya
geseran (friksi).

3) Metode Refluks
Salah satu metode sintesis senyawa anorganik adalah refluks, metode ini
digunakan apabila dalam sintesis tersebut menggunakan pelarut yang volatil.
Pada kondisi ini jika dilakukan pemanasan biasa maka pelarut akan menguap
sebelum reaksi berjalan sampai selesai. Prinsip dari metode refluks adalah
pelarut volatil yang digunakan akan menguap pada suhu tinggi, namun akan
didinginkan dengan kondensor sehingga pelarut yang tadinya dalam bentuk
uap akan mengembun pada kondensor dan turun lagi ke dalam wadah reaksi
sehingga pelarut akan tetap ada selama reaksi berlangsung. Sedangkan aliran
gas N2 diberikan agar tidak ada uap air atau gas oksigen yang masuk terutama
pada senyawa organologam untuk sintesis senyawa anorganik karena sifatnya
reaktif.

4) Metode Soxhlet
Sokletasi adalah suatu metode atau proses pemisahan suatu komponen yang
terdapat dalam zat padat dengan cara penyaringan berulang-ulang dengan
menggunakan pelarut tertentu, sehingga semua komponen yang diinginkan
akan terisolasi. Sokletasi digunakan pada pelarut organik tertentu. Dengan cara
pemanasan, sehingga uap yang timbul setelah dingin secara kontinyu akan
membasahi sampel, secara teratur pelarut tersebut dimasukkan kembali ke
dalam labu dengan membawa senyawa kimia yang akan diisolasi tersebut.
Pelarut yang telah membawa senyawa kimia pada labu distilasi yang diuapkan
dengan rotary evaporator sehingga pelarut tersebut dapat diangkat lagi bila
suatu campuran organik berbentuk cair atau padat ditemui pada suatu zat
padat, maka dapat diekstrak dengan menggunakan pelarut yang diinginkan.

5) Metode destilasi uap air


Penyarian minyak menguap dengan cara simplisia dan air ditempatkan dalam
labu berbeda. Air dipanaskan dan akan menguap, uap air akan masuk ke dalam
labu sampel sambil mengekstraksi minyak menguap yang terdapat dalam
simplisia, uap air dan minyak menguap yang telah terekstraksi menuju
kondensor dan akan terkondensasi, lalu akan melewati pipa alonga, campuran
air dan minyak menguap akan masuk ke dalam corong pisah, dan akan
memisah antara air dan minyak atsiri.

6) Metode fraksinasi
Metode Fraksinasi, merupakan teknik pemisahan atau pengelompokan
kandungan kimia ekstrak berdasarkan kepolaran. Pada proses fraksinasi
digunakan dua pelarut yang tidak bercampur dan memiliki tingkat kepolaran
yang berbeda.

7) Metode rotavapor
Proses pemisahan ekstrak dari cairan penyarinya dengan pemanasan yang
dipercepatoleh putaran dari labu alas bulat, cairan penyari dapat menguap 5-
10 C di bawah titik didih pelarutnya disebabkan oleh karena adanya
penurunan tekanan. Dengan bantuan pompa vakum, uap larutan penyari akan
menguap naik ke kondensor dan mengalami kondensasi menjadi molekul-
molekul cairan pelarut murni yang ditampung dalam labu alas bulat
penampung.

8) Metode ekstraksi cair cair


Ekstraksi cair-cair (corong pisah) merupakan pemisahan komponen kimia di
antara 2 fase pelarut yang tidak saling bercampur di mana sebagian komponen
larut pada fase pertama dan sebagian larut pada fase kedua, lalu kedua fase
yang mengandung zat terdispersi dikocok, lalu didiamkan sampai terjadi
pemisahan sempurna dan terbentuk dua lapisan fase cair, dan komponen kimia
akan terpisah ke dalam kedua fase tersebut sesuai dengan tingkat kepolarannya
dengan perbandingan konsentrasi yang tetap.

9) Metode kromatografi lapis tipis


Pemisahan komponen kimia berdasarkan prinsip adsorbsi dan partisi, yang
ditentukan oleh fase diam (adsorben) dan fase gerak (eluen), komponen kimia
bergerak naik mengikuti fase gerak karena daya serap adsorben terhadap
komponen-komponen kimia tidak sama sehingga komponen kimia dapat
bergerak dengan kecepatan yang berbeda berdasarkan tingkat kepolarannya,
hal inilah yang menyebabkan terjadinya pemisahan.

Anda mungkin juga menyukai