Anda di halaman 1dari 7

HALAMAN PENGESAIIAN

Artikel Ilmiah berjudul :

ANALI$S DRAG frEI,ATED PROBLEMS (DRP,S) DALAM


PENGGUNAAFT AIYTIBIOTIK PADA PASIEN RAWAT INAP DI KLIFIIK
SARI MEDIKA AMBARAWA BERDASARKANI PARAMETER
INTERAKSI OBAT

disusun oleh:

NIM. 05011

Pembimbing Pendamping

Nova Hasani F, S.Farm., M.Sc., Apt Richa Yuswantinq S.Farm., Apt., M.Si

NIDN.0611118401 NIDN.0630038702
Analisis Drug Related Problems(DRPs) dalam Penggunaan Antibiotik pada
Pasien Rawat Inap di Klinik Sari Medika Ambarawa berdasarkan
Parameter Interaksi Obat

Meilinda Saputri
Program StudiFarmasi STIKES NgudiWaluyoUngaran,
Email :meilindasaputri578@yahoo.co.id

ABSTRAK
Latar Belakang :Pemberian dua atau lebih obat secara bersamaan dapat
mengakibatkan interaksi obat. Interaksi obat merupakan salah satu drug related
problems (DRPs)yang dapat mempengaruhi outcome terapi pasien.
Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi Drug RelatedProblems
(DRPs) dalam penggunaan antibiotik pasien dengan diagnosa penyakit infeksi
kategori interaksi obat padapasien rawat inap di Klinik Sari Medika Ambarawa
pada periode Januari-Mei 2016.
Metode : Penelitian ini merupakan penelitian dengan rancangan deskriptif dan
data diambil secara retrospektif. Data diambil dari rekam medik pasien rawat inap
yang mengalami interaksi obat. Analisis data interaksi obat berdasarkan
mekanisme, kategori dan level signifikansi menurut Drug Interaction Facts 2012.
Hasil : Hasil penelitian menunjukan dari total 96 pasien yang memenuhi kriteria
inklusi, yang mengalami potensi interaksi obat sebanyak 2 pasien (2,1%). Obat
yang mengalami potensi interaksi obat yaitu Ciprofloxacin dan Sukralfat dengan
kategori moderat dan level signifikansi 2 serta Chloramphenicol dan Paracetamol
dengan kategori minor dan level signifikansi 5.
Simpulan : Interaksi obat pasien rawat inap dengan diagnosa penyakit infeksi di
Klinik Sari Medika Ambarawa periode Januari-Mei 2016 sebesar 2,1 % (N=96).

Kata kunci : Drug Related Problems (DRPs), antibiotik, interaksi obat


Kepustakaan : 36 (1995-2014)
ABSTRACT
Background : Administration of two or more drugs simultaneously can lead to
drug interactions. The increasing number of drugs available and the increasing use
of multidrug regimens enhance the possibility for drug interactions.
Objectives : The aim of the study is to evaluate the drug related problem on the
use of antibiotics in patients with the diagnosis of infectious disease, in drug
interactions category in hospitalized patients in Sari Medika Clinic Ambarawa on
the period from January until May 2016.
Method : This research was a study with a descriptive design and data were taken
retrospectively. Data were extracted from medical records of hospitalized patients
experiencing potential drug interactions. Data analysis was based on the
mechanisms, categories and levels of significance according to Drug Interaction
Facts 2012.
Results : The research showed that from 96 patients who met the inclusion
criteria, those experiencing a potential drug interaction were two patients (2,1 %).
Drugs having potential drug interactions were Ciprofloxacin and Sucralfat with
moderate category and levels of significance 2 and Chloramphenicol and
Paracetamol with minor category and levels of significance 5.
Conclusion : Drug interactions in hospitalized patients with the diagnosis of
infectious disease in Sari Medika Clinic Ambarawa on the period from January
until May 2016 were 2,1% (N=96)

Keywords : Drug Related Problems (DRPs), antibiotics, drug interactions


Biliographies : 36 (1995-2014)
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Penyakit infeksi merupakan penyebab morbiditas dan mortalitas
yang signifikan, khususnya pada orang- orang yang paling rentan
terhadap penyakit ini seperti mereka yang berusia sangat muda, orang
lanjut usia dan orang dengan tanggap imun yang lemah. Infeksi terjadi
ketika suatu agen eksogen masuk ke dalam tubuh dari lingkungan atau
ketika suatu agen endogen mengalahkan imunitas bawaan tubuh dan
menyebabkan penyakit (Mcphee, 2010).
Infeksi merupakan salah satu masalah klasik dalam bidang
kesehatan di Indonesia yang terus berkembang. Infeksi dapat disebabkan
oleh berbagai mikroorganisme seperti bakteri, virus, jamur dan protozoa.
Beberapa infeksi disebabkan oleh bakeri yang secara umum merupakan
patogen bagi manusia, bersifat tidak tampak atau asimptomatik.
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013
menunjukkan prevalensi rata-rata infeksi di Indonesia sebesar 3,5 persen.
Prevalensi tertinggi adalah Provinsi Jawa Tengah sebesar 3,3 persen dan
terendah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta sebesar 3,1 persen
(Depkes RI, 2013).
Antibiotik merupakan pilihan terbaik untuk menanggulangi suatu
infeksi. Antibiotik adalah zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba,
terutama yang dapat menghambat atau dapat membasmi mikroba jenis
lain (Gunawan, 2008). Antibiotik merupakan obat yang paling banyak
digunakan pada infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Berbeda dengan
terapi lainnya, penggunaan antibiotik mensyaratkan kewaspadaan pada
tiga aspek, yakni penderita, obat dan kuman penyebab penyakit.
Identifikasi kuman perlu dilakukan untuk mencari antibiotik yang efektif.
Selanjutnya dinilai apakah antibiotika tersebut tepat untuk si penderita
(Arnita, 2006). Penggunaan antibiotik yang tepat dibutuhkan untuk
mengatasi masalah resistensi antibiotik. Dalam lima tahun terakhir
semakin banyak bakteri telah menjadi resisten terhadap antibiotik (Tjay
dan Rahardja, 2007).
Penggunaan antibiotik seringkali disertai dengan obat lain untuk
mengatasi gejala lain atau komplikasi dari penyakit, sehingga dapat
menimbulkan interaksi antar obat. Interaksi obat didefinisikan sebagai
modifikasi efek suatu obat akibat obat lain yang diberikan pada
awalnya atau diberikan bersamaan, sehingga keefektifan atau toksisitas
satu obat atau lebih berubah (Fradgley, 2003).
Beberapa laporan studi menyebutkan proporsi interaksi obat
dengan obat lain berkisar antara 2,2% sampai 30% terjadi pada pasien
rawat inap dan 9,2% sampai 70,3% terjadi pada pasien-pasien rawat
jalan, walaupun kadang-kadang evaluasi interaksi obat tersebut
memasukkan pula interaksi secara teoritis selain interaksi obat
sesungguhnya yang ditemukan dan terdokumentasi (Peng et al, 2003)
Berdasarkan latar belakang permasalahan, maka perlu dilakukan
suatu penelitian mengenai interaksi obat khususnya penggunaan
antibiotik pada pasien penyakit infeksi rawat inap di Klinik Sari Medika
periode Januari-Mei 2016 sehingga terjadinya kasus interaksi obat dapat
diminimalisir atau dicegah untuk pemberian obat selanjutnya.
2. Tujuan Penelitian
a. Tujuan Umum
PenelitianinibertujuanuntukmengevaluasiDrug RelatedProblems
(DRPs) dalam penggunaan antibiotik kategori interaksi obat
padapasiendi InstalasiRawatInap Klinik Sari Medika Ambarawa.
b. Tujuan Khusus
Untuk mengetahui kemungkinan adanya interaksi antibiotik
dengan obat-obat lain berdasarkan fase farmakokinetik dan
farmakodinamik.
B. METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode yang bersifat non eksperimental dan menggunakan pendekatan
retrospektif, yaitu pengumpulan data sekaligus pada satu waktu dan
menggunakan data yang lalu (Notoatmodjo, 2012)
Populasi dalam penelitian ini adalah pasien dengan diagnosa
penyakit infeksi yang tercatat pada rekam medik di Instalansi Rawat Inap
Klinik Sari Medika Ambarawa pada periode Januari-Mei 2016 yang
memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sebanyak 96 anak. Berikut kriteria
inklusi dan eksklusi :
1. Kriteria Inklusi
a. Pasien rawat inap penyakit infeksi dengan terapi antibiotik di Klinik
Sari Medika Ambarawa
b. Data rekam medik yang lengkap (terdapat nomor rekam medik,
nama pasien, umur, jenis kelamin, diagnosa, nama obat, keterangan
pasien saat meninggalkan Klinik) dan data rekam medik yang
terbaca.
c. Menggunakan obat lebih dari satu macam.
2. Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi dalam penelitian ini yaitu :
a. Pasien hanya menggunakan satu macam obat
b. Data rekam medik yang tidak lengkap dan tidak terbaca.
Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2016 di Klinik Sari
Medika. Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data berupa
Lembar Pengumpulan Data (LPD).
Analisis data dalam penelitian ini yaitu analisis univariat tentang
interaksi obat pada pasien infeksi menggunakan antibiotik dengan
distribusi frekuensi dan persentase dari tiap variabel.

C. HASIL DAN PEMBAHASAN


Tabel 1. Distribusi Frekuensi Ada Tidaknya Interaksi Obat
Interaksi Obat Jumlah Pasien Persentase (%)
Ada 2 2,1
Tidak Ada 94 97,9
Total 96 100
Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi obat pada pasien
infeksi di Klinik Sari Medika hanya ditemukan 2,1% dan sisanya 97,9%
pasien tidak berpotensi mengalami interaksi obat. Maka dapat dikatakan
bahwa Klinik Sari Medika dalam penggunaan dan pemberian antibiotik
dalam hal penanggulangan interaksi obat telah dilakukan dengan baik.
Kombinasi antibiotik dengan obat lain dibuat dalam rute yang berbeda,
sehingga tidak terjadi interaksi.

Tabel 2. Mekanisme Interaksi Obat


Tempat Antibiotik Obat Lain Mekanisme Severity Significance Jumlah
Interaksi Interaksi
Absorpsi Ciprofloxaci Sukralfat Menurunkan Moderat 2 1
n penyerapan
dari
ciprofloxacin.
Distribusi - - - - - -
Metabolisme - - - - - -
Eliminasi - - - - - -
Tidak Chloramphe Paracetamol Tidak Minor 5 1
diketahui nicol diketahui
Hasil penelitian dengan parameter interaksi obat yang terjadi disini
ialah interaksi pada fase farmakokinetika dan tidak diketahui
mekanismenya, yang masing-masing terjadi pada satu orang pasien.
Interaksi obat yang terjadi pada fase farmakokinetik ini yaitu antara
antibiotik golongan fluorokuinolon (ciprofloxacin) dengan sukralfat.
Sukralfat merupakan cytoprotective agent, yang pada susasana saluran
pencernaan yang asam, akan membentuk kompleks dengan protein yang
akan melapisi mukosa lambung (Sweetman,2009).
Pemberian sukralfat bersamaan dengan antibiotika fluorokuinolon,
dapatmenyebabkan penurunan absorpsi antibiotika fluorokuinolon (Tatro,
2012). Mekanisme interaksi ini terkait dengan pembentukan kompleks
yang tidak larut antara fluorokuinolon dan komponen aluminium dari
sukralfat, sehingga menurunkan kemampuan absorpsi fluorokuinolon.
AUC siprofloksasin yang diberikan secara oral menurun lebih dari 90%
ketika diberikan bersamaan dengan sukralfat(Lacy et al., 2005).
Berdasarkan literatur Drug Interaction Facts 2012, interaksi antara
ciprofloxacin dengan sukralfat ini berada pada level signifikansi 2 dan
masuk dalam kategori moderat yang berarti efek yang timbul
mengakibatkan penurunan dari status klinik pasien sehingga dibutuhkan
terapi tambahan atau perawatan di rumah sakit atau memperpanjang lama
tinggal di rumah sakit. Interaksi ciprofloxacin dengan sukralfat ini dapat
diminimalkan dengan pemberian sukralfat 6 jam setelah pemberian
ciprofloxacin (Tatro, 2012).
Berdasarkan literatur, pada interaksi yang tidak diketahui
mekanismenya ini terjadi pada chloramphenicol dan paracetamol. Kategori
interaksi obat dengan mekanisme tidak diketahui dimasukkan, karena
adanya laporan penelitian mengenai kejadian efek dari interaksi tersebut,
namun tidak terdapat penjelasan tentang mekanisme yang terjadi. Interaksi
obat ini masuk dalam level signifikansi 5 dan kategori minor, yang berarti
efek yang dihasilkan ringan dimana tidak mempengaruhi hasil terapi,
biasanya tidak memerlukan pengobatan tambahan.Level signifikansi dan
derajat keparahan disini sangat penting diketahui, untuk menentukan
langkah selanjutnya yang diambil setelah kejadian interaksi obat. Level
signifikansi merupakan suatu derajat dimana obat yang berinteraksi akan
mengubah kondisi pasien. Sedangkan kategori derajat keparahan sangat
penting diketahui karena dimaksudkan untuk menentukan alternatif terapi
yang akan diambil dari interaksi obat yang muncul, biasanya dengan
penyesuaian dosis maupun jadwal pemberian obat yang dapat menghindari
interaksi antar obat (Tatro, 2012).
D. SIMPULAN
Penelitian mengenai analisis Drug Related Problems (DRPs) dalam
penggunaan antibiotik pada pasien rawat inap di Klinik Sari Medika
Ambarawa berdasarkan parameter interaksi obat pada periode Januari-Mei
2016 ini menghasilkan beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Berdasarkan hasil penelitian pada 96 pasien, diperoleh sebanyak 2
pasien (2,1%) yang mengalami interaksi obat.Obat yang mengalami
interaksi yaitu antibiotik golongan fluorokuinolon (ciprofloxacin)
dengan sukralfat terjadi pada 1 pasien, serta interaksi antibiotik
chloramphenicol dengan paracetamol tejadi pada 1 pasien.
2. Interaksi obat berdasarkan mekanismenya yaitu farmakokinetik 1 kasus
dan tidak diketahui 1 kasus.Interaksi obat berdasarkan level signifikansi
dan kategori keparahan yaitu 1 kasus dengan level signifikansi 5,
kategori keparahan moderat serta 1 kasus dengan level signifikansi 2,
kategori keparahan minor.
E. UCAPAN TERIMA KASIH
Seluruh civitas akademika STIKES Ngudi Waluyo Ungaran, Ketua
Program Studi Farmasi STIKES Ngudi Waluyo Ungaran Drs. Jatmiko
Susilo, Apt., M.Kes, Dosen Pembimbing I Nova Hasani F, S.Farm., M.Sc.,
Apt, Dosen Pembimbing II Richa Yuswantina S.Farm., Apt., M. Si.,
Klinik Sari Medika Ambarawa serta seluruh karyawan Klinik Sari Medika
Ambarawa, Bapak Ibu saya tercinta serta adik saya.

Anda mungkin juga menyukai