H65.1. Other acure nonsuppurative otitis media H66.0 Acute suppurative otitis media 1. Pengertian Otitis media akut (OMA) adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba eustachius, antrum mastoid, dan sel-sel mastoid yang terjadi dalam waktu kurang dari 3 minggu. 2. Anamnesis 1. Keluhan (tergantung stadium OMA yang sedang dialami) : - Stadium oklusi tuba : telinga terasa penuh atau nyeri, pendengaran dapat berkurang. - Stadium hiperemis : nyeri telinga makin intens, demam, rewel dan gelisah (pada bayi / anak), muntah, nafsu makan hilang, anak biasanya sering memegang telinga yang nyeri. - Stadium supurasi : sama seperti stadium hiperemis - Stadium perforasi : Keluar sekret dari liang telinga - Stadium resolusi 2. Setelah sekret keluar, intensitas keluhan berkurang (suhu turun, nyeri mereda, bayi / anak lebih tenang. Bila perforasi permanen, pendengaran dapat tetap berkurang. 3. Faktor Risiko : bayi dan anak, infeksi saluran napas atas berulang, menyusu dari botol dalam posisi berbaring telentang, klainan kongenital, misalnya: sumbing langit-langit, sindrom Down. 3. Pemeriksaan Fisik 1. Suhu dapat meningkat 2. Otoskopi - Stadium oklusi tuba : membran timpani suram, retraksi, dan refleks cahayanya hilang - Stadium hiperemis : Membran timpani hiperemis dan edema - Stadium supurasi : Membran timpani menonjol ke arah luar (bulging) berwarna kekuningan - Stadium perforasi : perforasi membran timpani, liang telinga luar basah atau dipenuhi sekret - Stadium resolusi : membran timpani tetap perforasi atau utuh, sekret di liang telinga luar sudah berkurang atau mengering. 4. Pemeriksaan Penunjang Audiometri nada murni, bila fasilitas tersedia 5. Kriteria Diagnosis Diagnosis ditegakkan melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik. 6. Diagnosis Kerja Otitis Media Akut 7. Diagnosis banding 1. Otitis media serosa akut 2. Otitis eksterna 8. Tatalaksana 1. Medikamentosa Topikal - Pada stadium oklusi tuba, terapi bertujuan membuka kembali tuba eustachius. Obat yang diberikan adalah: Obat yang diberikan adalah: obat tetes hidung HCl efedrin diberikan dalam larutan fisiologik untuk anak kurang dari 12 tahun dan HCl efedrin 1% dalam larutan fisiologik untuk anak yang berumur lebih dari 12 tahun atau dewasa. - Pada stadium perforasi, diberikan obat cuci telinga: H2O2 3%, 3 kali sehari, 4 tetes di telinga yang sakit, didiamkan selama 2 5 menit. Asam asetat 2%, 3 kali sehari, 4 tetes di telinga yang sakit. Chloramfenikol, 2 kali sehari, 5 10 tetes di telinga yang sakit, selama maksimal 2 minggu. Oral Sistemik: antibiotik, antihistamin (bila terdapat tanda-tanda alergi), dekongestan, analgetik / antipiretik. 9. Edukasi 1. Untuk bayi / anak, orang tua dianjurkan untuk memberikan ASI minimal 6 bulan sampai 2 tahun. 2. Menghindarkan bayi / anak dari paparan asap rokok. 10. Prognosis Ad vitam : Bonam Ad functionam : Bonam Ad sanationam : Bonam 11. Tingkat Evidens 12. Tingkat Rekomendasi 13. Kriteria Rujukan 1. Jika terdapat indikasi miringotomi. 2. Bila terjadi komplikasi dari otitis media akut. 14. Tujuan Rujukan Dokter Spesialis THT 15. Penelaah Kritis 1. Dr. Alfi Syahrin 2. Dr. Ni Wayan Diptaningsih 3. Dr. Dwi Fachrul 4. Dr. Risky Septiana 16. Indikator Keluhan membaik 17. Kepustakaan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor Hk. 02.02/Menkes/514/2015 tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama