Anda di halaman 1dari 77

PERANCANGAN OVERHEAD CRANE KAPASITAS

10 TON DENGAN METODE VDI 2221

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Strata-1 (S-1)

Disusun oleh :
BUDHI CAHYONO
0130311-124

JURUSAN TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MERCU BUANA
JAKARTA
2005

i
LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR

PERANCANGAN OVERHEAD CRANE KAPASITAS 10 TON


DENGAN METODE VDI 2221

Disusun oleh :

BUDHI CAHYONO

0130311-124

Pembimbing Koordinator TA

Ruli Nutranta , M.Eng Ir. Ariosuko

Ketua Jurusan Teknik Mesin UMB

Ruli Nutranta , M.Eng

ii
ABSTRAK

Tujuan penulisan tugas akhir ini adalah untuk lebih memahami

Perancangan dan cara kerja dari mesin pengangkat Overhead Crane, serta untuk

mengetahui metode penggunaannya pada Industri-industri yang ada.

Perancangan Overhead crane ini menggunakan sistem VDI 2221 untuk

memperoleh varian komponen yang akan digunakan. Dari beberapa varian yang

didapat, penulis mengambil satu varian yang selanjutnya dijadikan dasar dari

perhitungan rancangan overhead crane ini.

Komponen komponen utama yang dibahas dalam tulisan ini adalah :

alat penggerak, pemindah daya, drum, elemen fleksibel pengangkat, pengikat

beban, rem dan kerangka dasar struktur penopang.

iii
DAFTAR ISI

Judul ................................................................................................................ i

Halaman Pengesahan ...................................................................................... ii

Abstrak ............................................................................................................ iii

Kata Pengantar ................................................................................................ iv

Daftar Isi ......................................................................................................... v

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1

1.2 Tujuan Penulisan ....................................................................................... 1

1.3 Batasan Masalah ....................................................................................... 1

1.4 Metode Penulisan ...................................................................................... 2

1.5 Sistematika Penulisan ............................................................................... 2

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Sistem Perancangan menurut VDI 2221 ................................................... 4

2.2 Sifat sifat Umum Mesin Pengangkat...................................................... 8

2.3 Pemilihan Mesin Pemindah Material ........................................................ 10

2.4 Mekanisme Pengangkat ............................................................................ 12

BAB III PERANCANGAN OVERHEAD CRANE DENGAN METODE VDI

2221

3.1 Daftar Persyaratan ..................................................................................... 15

3.2 Spesifikasi Overhead Crane ...................................................................... 17

3.3 Lembar Solusi Overhead Crane ................................................................ 21

v
BAB IV PERANCANGAN OVERHEAD CRANE

4.1 Spesifikasi Overhead Traveling Crane...................................................... 23

4.2 Cara Kerja Overhead Traveling Crane ...................................................... 23

4.3 Pemilihan Tali Baja ................................................................................... 24

4.4 Pemilihan Pulley ....................................................................................... 29

4.5 Perancangan Kait ...................................................................................... 31

4.6 Perancangan Drum .................................................................................... 37

4.7 Pemilihan Motor Pengangkat Hoist .......................................................... 41

4.8 Perancangan Motor Penggerak Melintang ................................................ 53

4.9 Perancangan Motor Penggerak Memanjang ............................................. 60

4.10 Perancangan Rangka Crane (Girder) ...................................................... 67

BAB V KESIMPULAN & SARAN

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

vi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam rangka mengakhiri perkuliahan di Fakultas Tehnik Industri

jurusan Tehnik Mesin Universitas Mercu Buana Jakarta, setiap mahasiswa

diwajibkan untuk membuat tugas akhir. Adapun tugas akhir tersebut

merupakan pembinaan bagi setiap mahasiswa agar dapat

mengkomunikasikan ilmu pengetahuan yang dimilikinya secara tertulis serta

mempertanggungjawabkannya secara lisan di depan para dosen penguji.

Pada kesempatan ini penulis memilih judul Perancangan Overhead Crane

Kapasitas 10 Ton dengan Metode VDI 2221. Dengan berpedoman pada

teori-teori yang didapat selama mengikuti perkuliahan serta pengalaman,

maka penulisan Tugas Akhir ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktu

yang ditentukan.

1.2. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan tugas akhir ini adalah untuk lebih memahami

Perancangan dan cara kerja dari mesin pengangkat Overhead Crane, serta

untuk mengetahui metode penggunaannya pada Industri-industri yang ada.

1.3. Batasan Masalah

1
Pada perancangan mesin pengangkat Overhead Crane ini

pelaksanaannya dilakukan meliputi perancangan bagian-bagian utama yaitu;

Pemilihan Tali Baja, Perancangan Kait, Pulley, Sistem Pulley, Konstruksi

Rangka ( Girder ), Perancangan Daya Motor Penggerak dan Pengereman,

sedangkan perencanaan sistem alat kontrol tidak dibahas.

1.4. Metode Penulisan

Metode penulisan tugas akhir ini dilakukan dengan tahapan - tahapan

sebagai berikut;

Studi Kepustakaan

Yaitu mempelajari serta memperdalam teori-teori yang terkait dengan

pengangkat dari yang tersedia.

Pengamatan

Yaitu dengan cara memperhatikan penggunaan dan konstruksi alat

tersebut di lapangan.

1.5. Sistematika Penulisan

Sistematika Penulisan dan pembahasan perancangan mesin pengangkat

Overhead Crane ini adalah sebagai berikut:

BAB. I. PENDAHULUAN

2
Pada bab ini dibahas mengenai latar belakang penulisan , tujuan

penulisan , batasan masalah, metode penulisan dan sistematika

penulisan.

BAB. II. LANDASAN TEORI

Pada bab ini dibahas mengenai teori alat angkat, sifat - sifat, dan

karakteristik yang menjadi dasar pemilihan alat angkat untuk

menangani suatu pekerjaan. Dan juga membahas tentang sistem

perancangan dengan metode VDI 2221.

BAB. III. PERANCANGAN OVERHEAD CRANE

DENGAN METODE VDI 2221

Pada bab ini dibahas mengenai spesifikasi dan cara kerja mesin

pengangkat Overhead Crane yang akan direncanakan. Dan dibahas

mengenai pemilihan komponen-komponen dengan metode VDI 2221.

BAB. IV. PERHITUNGAN OVERHEAD CRANE

Pada bab ini dibahas perhitungan-perhitungan komponen Overhead

Crane hasil perancangan pada BAB III.

BAB. V. PENUTUP

Pada bab ini dilakukan pembahasan mengenai kesimpulan dari seluruh

tahapan-tahapan perancangan yang dilakukan.

3
BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 System perancangan menurut VDI 2221

sebelum ditentukannya spesifikasi dari mesin yang akan kita rancang,

maka terlebih dahulu dituliskan daftar persyaratan mengenai alat tersebut. Mula-

mula daftar persyaratan dituliskan secara acak, kemudian disusun secara

sistematis dan akhirnya dicantumkan ke dalam suatu format yang disebut

spesifikasi.

Pedoman penyusunan daftar persyaratan / spesifikasi menurut G.Pahl dan W.Beitz

Ciri Utama Contoh

Geometri Panjang, lebar, tinggi, besar, berat,

volume, garis Tengah, jumlah, susunan,

sambungan, bangunan dan perluasan.

Kinematika Jenis gerakan, arah gerakan, kecepatan,

percepatan

Gaya dan Momen Besar gaya, arah gaya, populasi gaya,

gaya berat, beban, perubahan bentuk,

kekakuan, sifat pegas, stabilitas,

4
resonansi.

Energi Daya, efisiensi, kerugian, geseran,

ventilasi, tekanan, temperatur,

kelembaban, pemanasan, penyimpanan,

pendinginan.

Material Sifat sifat fisika dan kimia, input dan

output bahan yang diproses, bahan

bantu, ketentuan bahan, arus dan

transportasi bahan.

Sinyal Input dan output sinyal, jenis

penunjukan, bentuk sinyal, alat

pengawas dan pencatat data kerja

Keselamatan Teknik keselamatan langsung,

pelindung, keselamatan kerja,

keselamatan perusahaan dan

keselamatan lingkungan.

Ergonomi

Hubungan manusia dan mesin,

pelayanan, kemudi, jenis pelayanan,

5
kejelasan pelayanan, penerangan,

Produksi bentuk.

Batas Pembuatan, ukuran terbesar yang

dapat ditangani, alat bantu Pembuatan,

Pengujian mutu dan toleransi.

Kemungkinan uji ukuran dan data,

Perakitan syarat khusus.

Ketentuan perakitan khusus,

pemasangan, penggabungan, tempat

Transportasi merakit, fundamen.

Batas pengangkatan yang tersedia, jenis

Pemakaian dan persyaratan kemasan.

Tempat pemakaian, lokasi pasar,

Perawatan keausan.

Periode perawatan, inspeksi,

Biaya penyetelan, overhaul, pengecatan,

jadwal kebersihan.

6
Jadwal Biaya maksimal diijinkan, biaya

perkakas sewa alat, investasi.

Waktu pengembangan, waktu

Pembuatan, waktu penyerahan.

Dalam suatu spesifikasi yang lengkap, penting diperhatikan

mengenai persyaratan yang ditulis tersebut apakah termasuk Demans (keharusan)

ataukah Wishes (keinginan).

Demans (keharusan)

Adalah persyaratan yang harus dapat dipenuhi dalam keadaan apapun.

Dengan kata lain, persyaratan yang tidak mempunyai solusi tidak dapat diterima

sebagai demands/keharusan. Keharusan tersebut dirumuskan dengan jelas.

Wishes (keinginan)

Adalah persyaratan yang dapat dipertimbangkan apabila memungkinkan,

misalnya dengan cara memberi batas kenaikan harga yang diakibatkan oleh

persyaratan tersebut. Disarankan untuk menggolongkan tingkat kepentingan

wishes ke dalam:

- Tingkat kepentingan umum

- Tingkat kepentingan menengah

- Tingkat kepentingan rendah

Sebelum solusi tertentu diperoleh, daftar demands dan wishes dicantumkan dalam
spesifikasi. Dengan demikian akan menghasilkan informasi yang lebih lengkap.

7
2.2 Sifat - sifat Umum Mesin Pengangkat

Parameter teknik utama dari mesin pengangkat adalah : kapasitas angkat,

bobot mati dari mesin, kecepatan angkat pada berbagai momen, ketinggian angkat

dan dimensi geometris dari mesin pengangkat tersebut seperti span, jangkauan dll.

Semua mesin pengangkat memiliki kelas dan berbagai macam perilaku dan

kapasitas perjamnya yang diekspresikan dengan formula formula berikut :

Qhr = nQ ton/hr (literature 1. hal 14)

Dimana :

n = jumlah siklus mesin perjam

Q = berat beban hidup dalam ton

Qhr = beban / jam

Bila unit beban yang ditangani Q adalah beban rata-rata dari setiap potong barang

dalam ton, maka :

Q = V (literature 1. hal 14)

Dimana :

V = kapasitas bucker atau grab (m3)

= faktor pengisian

= berat per satuan volume (ton/m3) kecepatan

Maka beban total kapasitas angkat dari mesin pengangkat tersebut menjadi :

Q=(Q+G) ton (literature 1. hal 14)

Dimana :

Q = beban berat hidup (ton)

8
G = berat bucket atau grab (ton)

Jumlah siklus perjam :

n=3600 / n (literature 1. hal 14)

Dimana n = waktu total dalam detik yang diperlukan pada pengoperasian satu

siklus mesin pengangkat yang tergantung pada kecepatan pergerakan dalam

berbagai pengoperasian, perpindahan dan ketinggian pengangkatan. Selain itu

perlu diperhatikan banyaknya waktu yang terbuang dalam percepatan dan

perlambanan, serta hilangnya waktu dalam grabbing dan discharging beban.

Kapasitas perjam dari mesin pengangkat adalah konstan bila mesin

pengangkat dioperasikan secara reguler pada kondisi beban penuh. Kapasitas

perjam praktis dari peralatan ini adalah harga variable yang tergantung pada

faktor-faktor dibawah ini :

1. Beban yang diberikan pada mesin

2. Penggunaan tahunan atau harian

3. Faktor pembebanan relatif (selama periode dihidupkan = DF %)

4. Temperatur ambang.

2.3 Pemilihan Mesin Pemindah Material

Mesin pemindah material di produksi dalam berbagai macam design

dengan berbagai macan metode pengoperasian. Pemilihan yang tepat tidak hanya

membutuhkan kemampuan pengetahuan yang khusus, akan tetapi juga melalui

pemahaman organisasi produksi dari perusahaan yang menggunakan.

9
Beberapa faktor teknik berikut dapat digunakan sebagai petunjuk

pemilihan dari type peralatan yang dapat digunakan untuk penanganan berbagai

proses antara lain : (literature 1. hal8)

1. Jenis dan sifat dari barang (beban) yang akan ditangani.

Jenis dan sifat barang yang akan dipindah merupakan dasar utama dalam

menentukan type mesin pemindah material. Untuk barang yang berupa

unit, misalnya : bentuk barang, berat, bentuk permukaan luar, suhu dll.

Untuk barang curah, misalnya : ukuran butiran, sifat mudah hancur, berat

per satuan volume, variable jumlah, suhu, sifat kimia dll.

2. Kebutuhan kapasitas perjam dari setiap unit mesin pemindah

material.

Dalam prakteknya ketidakterbatasan kapasitas beban pemindah perjamnya

dapat memudahkan pemilihan kapasitas dan type mesin pemindah material

yang diperlukan.

3. Arah dan jarak perpindahan.

Arah dan jarak perpindahan juga merupakan dasar yang penting dalam

menentukan type mesin pemindah material. Misalnya, bermacam-macam

type dari mesin pemindah material dapat mengangkut beban pada arah

horizontal atau vertical memerlukan mesin pengangkat (hoist) seperti

crane, elevator bucket atau baki.

4. Metode penumpukan barang (beban).

10
Metode penumpukan barang pada awal, akhir dan pada saat pemuatan

kendaraan pengangkut dapat menjadi dasar pemilihan type mesin

pemindah material.

5. Karakteristik proses produksi.

Pemilihan mesin pemindah material sering didasarkan pada karakteristik

proses produksi, terutama pada pabrik-pabrik penghasil produksi berat

maupun ringan yang mengalami proses secara bertahap pada lokasi titik

yang berbeda.

6. Kondisi spesifik setempat.

Kondisi spesifik setempat sangat berperan dalam menentukan mesin

pemindah material yang diperlukan.

Selain pemilihan dilakukan dengan pertimbangan yang didasarkan pada

prinsip faktor teknik seperti yang telah diuraikan diatas, pemilihan mesin

pemindah material juga perlu dipertimbangkan dari segi faktor ekonomis. Dalam

evaluasi ekonomis dari type peralatan, perlu menjadi perhatian besarnya modal

awal yang meliputi pembelian alat dan biaya konstruksi serta biaya operasional.

Yang termasuk dalam biaya operasional adalah :

Gaji atau upah pekerja serta santunan lainnya.

Biaya yang diperlukan serta santunan sosial lainnya

Biaya pelumasan, pembersihan dan pembelian material lain untuk

proses pembersihan.

Biaya perbaikan dam perawatan.

11
2.4 Mekanisme pengangkat

Mekanisme pengangkat adalah bagian yang utama pada pesawat

pengangkat.

Mekanisme pengangkat ini biasanya terdiri dari : ( literatur 1. hal 222)

1 Motor atau alat penggerak manual.

2 Pemindah daya diantara drum dan poros roda penggerak.

3 Drum atau sproket untuk penggulungan tali pengangkat.

4 Elemen fleksibel pengangkat (rantai dan tali)

5 Pengikat beban.

6 Rem.

7 Kerangka dasar struktur penopang mekanisme pengangkat.

Berdasarkan sumber penggeraknya, mekanisme pengangkat dibagi dalam

3 bagian : (literatur 1. hal 222)

1 Mekanisme pengangkut dengan penggerak tangan.

Gambar 2.1 Mekanisme Pengangkat manual

12
Gerakan dipindahkan dari engkol 1 ke drum yang dipasang pada poros

dengan radius R. Untuk menaikkan beban, karet digerakkan sesuai dengan arah

panah, selanjutnya daya yang digunakan menggerakkan handle dipindah melalui

pasangan roda gigi tersebut.

2 Mekanisme pengangkat dengan penggerak listrik sendiri.

Jika system pengangkat, menggunakan motor listrik sebagai penggerak

seperti ditunjukkan pada gambar berikut :

Gambar 2.2 Mekanisme penggerak listrik

3 Mekanisme Pengangkat dengan motor listrik.

Dalam system pengangkat dengan menggunakan motor listrik sebagai

penggerak utama, daya dipindahkan dari motor listrik melalui pasangan spur gear

ke drum seperti ditunjukkan pada gambar berikut :

13
Gambar 2.3 Perpaduan beberapa motor untuk berbagai pergerakan

Poros I = Poros motor listrik

Poros II, dan III = Poros spur gear

Poros IV = Poros drum

14
BAB III

PERANCANGAN OVERHEAD CRANE DENGAN METODE

VDI 2221

3.1. Daftar persyaratan

Daftar persyaratan overhead crane ( secara acak ):

Hemat energi

Anti polusi & kebisingan

Mampu mengangkat 10 ton

Ukuran ruangan 12 m x 25 m

Mudah perawatannya

Dibuat di dalam negeri

Komponen di dalam negeri

Mudah diperbaiki

Sesuai dengan kondisi Indonesia

Pengoperasiannya mudah

Mekanisme mesin tidak rumit

Aman dalam pengoperasian

Ongkos produksi murah

Suku cadang mudah didapat

Pembuatan tidak memerlukan waktu lama

Bila terjadi kerusakan dapat diperbaiki di tempat

15
Tinggi 6 meter

Kecepatan angkat 5 m/min

Kecepatan melintang 20 m/min

Kecepatan memanjang 30m/min

Petunjuk pengoperasian mudah dimengerti

Terdiri dari 3 gerakan : naik-turun, melintang & memanjang

Selanjutnya daftar persyaratan diatas disusun secara sistematik ke dalam

suatu format yang disebut dengan spesifikasi

16
SPESIFIKASI OVERHEAD CRANE

Perubahan D/W Persyaratan

Geometri:

D Ukuran ruangan 12m x 25m

D Tinggi 6 meter

Energi:

D Hemat energi

Material:

W Komponen di dalam negeri

Sinyal:

D Petunjuk pengoperasian mudah dimengerti

Keselamatan:

D Aman dalam pengoperasian

Ergonomi:

D Anti polusi & kebisingan

D Sesuai dengan kondisi Indonesia

D Pengoperasiannya mudah

D Mekanisme mesin tidak rumit

Produksi:

D Dibuat di dalam negeri

D Ongkos produksi murah

D Pembuatan tidak memerlukan waktu lama

D Kemampuan operasi:

17
D Mampu mengangkat beban 10 ton

D Kecepatan angkat 5m/menit

D Kecepatan melintang 20m/menit

D Kecepatan memanjang 30m/menit

D Terdiri dari 3 gerakan :

naik-turun, melintang & memanjang

D Perawatan:

D Mudah perawatannya

D Mudah diperbaiki

W Suku cadang mudah didapat

Bila terjadi kerusakan dapat diperbaiki di tempat

18
Mesin 1 2 3 4

A Perabot

Pengangkat

Fleksibel

Rantai lasan Rantai rol Tali rami Tali baja

B Puli

Puli tetap Puli bebas Sproket

C Kait

Kait tunggal Kait ganda Kait mata

D Rem

manual Otomatis

E Penggerak

Gagang Motor listrik Motor


engkel Bakar

19
F Pemindah

gaya

Roda gigi Belt

G Rel

Rel baja rata Rel khusus Penopang Penopang


crane jalan I T

20
Budhi C LEMBAR SOLUSI OVERHEAD CRANE
VARIASI Solusi yang dievaluasi dari KEPUTUSAN
PRINSIP kriteria utama:
SOLUSI Variasi yang dipilih
( + ) Ya ( + ) Ya
( - ) Tidak ( - ) Tidak
( ? ) Tidak Jelas ( ? ) Evaluasi ulang
( ! ) Periksa spesifikasi ( ! ) periksa untuk diganti
Kesesuaian dengan tugas utama
Memenuhi keharusan / lihat spek
Dapat direalisasikan secara prinsip
Dalam batasan biaya produksi
Dalam batasan ukuran keamanan
Sesuai dengan desainer
Keterangan (alasan)
A1 + + + + + + +
A2 - - + + + - -
A3 - - + + - - -
A4 + + + + + + +
B1 + + + + + + +
B2 + + + + + + +
B3 - - + + - - -
C1 + + + + + + +
C2 + + + + + + +
C3 - - - + + - -
D1 - - + + - - -
D2 + + + + + + +
E1 - - + + - - -
E2 + + + + + + +
E3 - - + + + - -
F1 + + + + + + +
F2 - - + + + + -
G1 + - + + - - -
G2 + + + + + + +
G3 - - + - + - -
G4 + + + + + - -

21
Dari lembar solusi diatas, didapatkan beberapa alternatif solusi perancangan

Overhead crane sebagai berikut :

1. A1 B1 C1 D2 E2 F1 G2

2. A1 B2 C1 D2 E2 F1 G2

3. A1 B1 C2 D2 E2 F1 G2

4. A1 B2 C2 D2 E2 F1 G2

5. A4 B1 C1 D2 E2 F1 G2

6. A4 B2 C1 D2 E2 F1 G2

7. A4 B1 C2 D2 E2 F1 G2

8. A4 B2 C2 D2 E2 F1 G2

Penulis mengambil alternatif nomer 5, yaitu :

A4 = Tali baja

B1 = Puli tetap

C1 = Kait tunggal

D2 = Rem otomatis

E2 = Penggerak motor listrik

F1 = Pemindah gaya roda gigi

G2 = Rel khusus crane jalan

22
BAB IV

PERANCANGAN OVERHEAD CRANE

4.1.Spesifikasi Overhead Crane

Overhead Crane yang dirancang mampu melayani kegiatan dalam satu

ruangan dengan jangkauan pada setiap titik dalam ruangan tersebut dengan data-

data sebagai berikut:

Kapasitas angkat :10 ton

Lebar ruangan :12 meter

Panjang ruangan :25 meter

Tinggi girder :6 meter

Kecepatan angkat :5 m / menit

Kecepatan melintang :20 m / menit

Kecepatan memanjang :30 m / menit

4.2.Cara Kerja Overhead Crane

Cara kerja mesin pengangkat overhead crane ini terdiri dari tiga gerakan

yaitu:

1. Gerakan turun naik (hoist) yaitu gerakan untuk menaikkan dan

menurunkan beban. Beban yang diangkat digantung pada kait yang diikat

dengan kabel baja yang digulung oleh drum. Drum ini diputar oleh motor

listrik dengan menggunakan transmisi roda gigi. Jika jarak pengangkatan

atau penurunan telah sesuai dengan yang dikehendaki maka arus listrik

23
pada motor diputus. Bersamaan dengan itu rem akan bekerja sehingga

beban tersebut tidak turun atau naik. Proses naik turunnya beban sesuai

dengan putaran motor. Sedangkan untuk mengubah putaran motor yaitu

dengan mengubah fasa arus listrik pada motor.

2. Gerakan transversal (melintang) yaitu gerakan trolley untuk memindahkan

beban secara melintang. Roda jalan trolly untuk digerakkan oleh motor

listrik melalui transmisi roda gigi. Roda jalan ini bergerak / berjalan di atas

rel. Untuk memperoleh gerakan melintang ini dengan mengubah putaran

motor. Jika posisi yang diinginkan sudah tercapai, maka motor penggerak

trolly dimatikan, dan secara otomatis rem akan bekerja sehingga gerakan

trolly akan berhenti.

3. Gerakan longitudinal ( memanjang ) yaitu gerakan girder untuk

memindahkan beban secara memanjang. Roda jalan girder digerakkan

motor listrik melalui transmisi roda gigi. Roda jalan ini bergerak di atas rel

yang terpasang di atas tiang topang. Gerakan memanjang untuk arah

berlawanan diperoleh dengan mengubah putaran motor.

4.3.Pemilihan Tali Baja

Tali baja pada mesin pengangkat Overhead Crane berfungsi sebagai

tempat beban akan digantung. Tali baja terbuat dari kawat baja dengan kekuatan

b = 130 sampai 200 kg/mm2.

24
Beberapa keunggulan tali baja jika dibandingkan dengan rantai adalah :

(literatur 1. Hal 30 )

1. Lebih ringan

2. Lebih tahan terhadap sentakan

3. Operasi yang tenang (tidak berisik) pada kecepatan operasi tinggi

4. Keandalan operasi yang lebih tinggi

Disamping itu kerusakan pada rantai terjadi tiba-tiba sedangkan pada tali

baja, kawat pada bagian luar akan mengalami keausan lebih parah dan putus lebih

dahulu dibandingkan bagian dalamnya. Pada perancangan Overhead Crane ini tali

baja yang digunakan adalah : 6 x 37 = 222 + 1c. Sistem pulley yang digunakan

adalah pulley majemuk seperti terlihat pada gambar berikut:

Gambar 4.1. Sistem Pulley Majemuk

Sistem pulley majemuk ini digunakan untuk mengangkat beban sampai 25

ton, perbandingan transmisinya i=2. panjang tali baja yang tergulung pada setiap

25
setengah drum adalah :1=2h (h=tinggi pengangkatan). Kecepatan tali c=2v dan

efisiensi =0,94. (Literatur I. Hal 65)

4.3.1.Diameter Tali Baja

Dari gambar diatas diketahui bahwa jumlah lengkungan=3, dari tabel

diperoleh:

Dmin
= 23 (Literatur 1, Tabel 17, hal 38)
d
Dimana:

Dmin = Diameter Pulley

D = diameter tali baja

Gaya tarik akibat beban pada tali baja:

Q + G0
S= (Literatur 1, hal 81)
Zx p
Dimana:

Q = Kapasitas Crane

Go = Berat pulley dan kait (diperkirakan 50 kg)

p = Efisiensi Pulley = 0,94

Z = Jumlah tali yang menahan beban = 4 buah

Maka:

10.000 + 50
S=
4 x0,94
= 2672,9 kg

Luas penampang tali:

26
s
F ( 222) = (Literatur 1, hal 39)
d b
x36.000
k Dmin
Dimana:

b=Tegangan yang diijinkan (1300 s/d 2000 N/mm2)

= 1900 N/mm2.

K = Faktor keamanan = 5,5

Maka:
2672,9
F ( 222 ) =
1900 1
x36.000
5,5 23

=1,4 cm2

=140 mm2

diameter kawat:

F ( 222 ) = 6 x37 x x 2
4
4 xF
=
222 x
4 x140
=
222 x3,14
= 0,9 mm

Diameter Tali Baja:

=1,5 x x I

=1,5x0,9x222

=20,1 mm

Sesuai standart dipilih tali baja dengan diameter : d = 24,0 mm.

27
4.3.2. Pemerikasaan Tali Baja

Tegangan tarik maksimum yang diijinkan pada tali baja dihitung dengan:

P
S max = (Literatur 1, hal 40)
K
Dimana:

S = Tarikan maksimum yang diinginkan pada tali

=2672,9 kg

P = Kekuatan putus tali sebenarnya = 19.600 kg

K = Faktor keamanan = 5,5 (untuk crane jalan)

maka:
19.600
S max =
5,5
= 3563,6 kg

S < Smax , maka tali baja dinyatakan aman.

4.3.3.Jumlah Bengkokan Tali Baja

Dari gambar diatas diketahui bahwa sistem pulley yang digunakan adalah
pulley majemuk, dengan jumlah bengkokan (Number of Bend)=3 buah, dan dari
tabel didapat:
Dmin
= 23
d

4.3.4.Perhitungan Umur Tali Baja

Tegangan tarik yang terjadi pada tali baja adalah :

s 2672,9
b = = = 19,09
F( 222 ) 140

Umur tali baja dihitung dengan rumus :

28
Z1
N= (Literatur 1, hal 46)
a.z2 . .
Dari tabel diperoleh harga :

a = jumlah siklus kerja rata-rata per bulan = 3400

Z2 = jumlah lengkungan berulang per siklus kerja =3

Z1 = jumlah perubahan daya tahan tali =0,4

= factor perubahan tali baja = 170.000

= Z/Z1 = 2,5

Maka umur tali baja :

170.000
N=
3400 x3x0,4 x 2,5

= 16,7 bulan

Jika mesin pengangkat Overhead Crane dioperasikan dengan :

1. Pengoperasian setiap hari selama 16 jam

2. Jumlah hari kerja yaitu 25 hari setiap bulan

3. Jumlah siklus kerja setiap hari 136 siklus

Maka :

N = 16,7 x 25 x 16

= 6680 jam

4.4.Pemilihan Pulley

Untuk menentukan dimensi pulley harus disesuaikan dengan diameter tali

baja. Tali baja dengan diameter 24 mm maka dimensi yang digunakan adalah

sebagai berikut : (Literatur I. Hal 71)

29
Gambar 4.2 Dimensi Pulley

a = 65 mm r = 14,5 mm

b = 50 mm r1 = 5 mm

c = 10 mm r2= 5 mm

e = 1,5 mm r3= 20 mm

h = 37 mm r4= 15 mm

l = 18 mm

Diameter poros pulley dihitung dengan rumus :

Q
p= (Literatur 1, hal 72)
l.d

Dimana:

p = Tekanan pada pulley = 75 kg / cm2

l = Panjang pulley ( 1,5 d dan 1,8 d ) = 1,8d (diambil)

Q = Beban + berat pulley / kait = 100 +50 = 10050 kg

Maka diameter poros dari pulley adalah:

Q
d=
p.l
10.050
=
(91,8d )(75)

30
10.050
=
(1,8)(75)
= 8,6 cm

Diameter pulley dihitung dengan menggunakan rumus :

Dputih = 1 x 2 x d

Dimana :

d = Diameter kabel baja =24 mm

1= Faktor yang tergantung dari tipe peralatan pengangkat dan kondisi

pelayanan = 25

2 = Faktor yang tergantung dari konstruksi kabel = 0,9

Maka diameter pully adalah :

Dpuli = 25 x 0,9 x 24

= 54 cm

= 540 mm

4.5.Perancangan Kait

Direncanakan kait dengan jenis kait tunggal dengan bahan ST 50 yang

mempunyai kekuatan tarik 1 480 N / mm2 dengan bentuk ulir kait trapesium.

Untuk pengangkatan 10.000 kg diambil diameter dalam ulir kait d1 = 59 mm,

maka tegangan tarik 1 yang terjadi adalah :

4.Q
1 =
.d1 2

4 x10.000
=
3,14 x59
=35,4 N/mm2

31
Gambar 4.3. Dimensi Kait

Dengan perhitungan diatas dengan kekuatan tarik 49 kg/mm2 serta

mengambil faktor keamanan sf = 5,5 maka didapat tegangan tarik yang diijinkan :

Q
t =
sf
49
=
5,5
= 89 N/mm2

Dengan perhitungan diatas maka kait diatas memenuhi persyaratan teknik

karena 1< I atau 35,4 < 89 N/ mm2

4.5.1.Perhitungan Tegangan tarik dan Tegangan Geser ulir

Ulir kait berfungsi sebagai pengikat pada batang lintang. Jenis ulir yang

digunakan adalah jenis ulir trapezium. Dimensi ulir pada kait ulir sebagai berikut :

32
Gambar 4.4. Ulir Kait

H1 = 5 mm d = 68 mm

D3 = 59 mm d1 = 60 mm

P = 10 mm d2 = 65 mm

= 30

Tegangan Tarik Ulir :

Pada ulir, tegangan yang terjadi adalah tegangan tarik yang disebabkan

oleh beban aksial yaitu akibat beban yang diangkat.

Tegangan tarik yang terjadi adalah :

Q Q
= = (Literatur 1, hal 87)
A 2
D3
4

4 x10.000
=
(59) 2

= 36 N/mm2

33
Tegangan Geser

Besarnya beban yang diangkat menimbulkan terjadinya tegangan geser

pada luas silinder. Jumlah ulir z dihitung dengan rumus :

Q
q = qa (Literatur 2, hal 297)
.d 2 .H 1 .Z
dimana :

d2 = 59 m

h1 = 5mm

qa = 3 kg/mm2

Maka :

10.000
Z
.65.5.3

3,26

Untuk lebih aman diambil jumlah ulir sebanyak 5 buah, dan besarnya tekanan

bidang pada ulir adalah:

Q
q=
xd 2 xH 1 xZ
10.000
=
x65 x5 x5
= 19 N/mm2

Tegangan geser b yang timbul adalah pada luas silinder adalah

Q
b = (Literatur 2, hal 297)
d1 k p z
dimana:
k = 0,84
d2 = 60 mm
p = 10 mm
maka:

34
10.000
b =
60 0,84 10 5
= 13,2 N/mm2

Perubahan dianggap merata di seluruh ulir, maka ulir memenuhi persyaratan

teknis dengan h < q

4.5.1.Pemilihan Bantalan Kait

Bantalan pada kait berfungsi agar kait dapat berputar dan memperkecil

terjadinya gesekan. Beban yang terjadi pada kait adalah beban aksial, untuk

konstruksi ini bantalan yang dipergunakan adalah bola aksial dengan dimensi :

d = 70 mm D = 130 mm

H = 5 mm C = 11900 kg

Gambar 4.5. Bantalan Bola Aksial

4.5.2.Pemilihan Batang Lintang

Batang lintang berfungsi sebagai tumpuan kait yang akan menerima beban.

Bahan untuk beban lintang adalah ST 50 dengan kekuatan tarik = 490 N / mm2

dengan dimensi sebagai berikut :

35
d2 = 58 mm b1 = 140 mm h1 = 60 mm

d4 = 80 mm b2 = 210 mm h2 = 32,5 mm

d5 = 50 mm b3 = 35 mm h4 = 4 mm

d6 = 36 mm b4 = 29 mm d1 = 130 mm

Gambar 3.6. Batang Lintang

Momen lentur maksimum yang terjadi pada batang lintang adalah : ( Literatur 1.

hal 98 )

Q L Q d2
M 1 max = x x x
2 2 2 4
Dimana:
b4
L= + b1
2
29
= + 140
2
= 154,5 mm
maka:

10.000 154,5 10.000 58


M 1 max x x
2 2 2 4

= 3.137.500 Nmm
Momen perlawanannya adalah:

36
(b1 d 4 )h12
W= (Literatur 1, hal 98)
6
(140 80)602
=
6
= 36.000

Dengan mengambil factor keamanan Sf = 5,5 maka tegangan arik yang diijinkan
49
1 = = 9 0 N/mm2
5,5
Besarnya tegangan tarik pada batang lintang adalah :

M 1 max
1 =
W

301.750
=
36.000

= 87,1 N/mm2

Dari hasil perhitungan diatas diperoleh 1 < I maka perancangan batang lintang

dinyatakan cukup aman.

4.6.Perancangan Drum ( Tromol Penggulung )

Drum berfungsi untuk menggulung tali baja yang dibuat dari besi cor atau

besi tuang. Dengan memperhitungkan pada bantalan maka efisiensi = 0,95.

Drum ini dilengkapi dengan alur heliks ke kiri dan ke kanan, sehingga tali dapat

tergulung dengan seragam. Jari- jari alur heliks ini harus sesuai dengan diameter

tali baja.

37
Gambar 3.7. Drum Penggulung Tali Baja

Jumlah lilitan pada drum untuk satu tali adalah :

H i
Z= +2
D
Dimana:

i = Perbandingan System pulley =2

D = Diameter drum = 54 cm = 0,54 m

H = Tinggi pengangkatan = 5,5 m

Sedangkan angka 2 ditambahkan untuk menahan beban

5,5 x 2
Z= +2
3,14 x0,54

= 8,48 lilitan

= 9 lilitan

3.6.1.Perhitungan Kekuatan Drum

Pada drum terjadi tegangan tekan sebesar :

38
s
comp = (Literatur 1. hal 74)
s

Dimana :

S = Gaya tarik yang terjadi = 26729 N

s = kisar n= 22 mm = 2,2 cm

= tebal dinding drum = 1,9 cm

Untuk besi cor tegangan tekan ( comp ) yang diijinkan sampai dengan

10.000 N / cm2

Maka:
2672,9
comp =
1,9 x 2,2

= 6394 N/cm2

Dari perhitungan diatas diperoleh bahwa tegangan tekan yang diijinkan, maka

dimensi drum dinyatakan aman.

4.6.2.Perancangan Panjang Drum

Panjang drum dihitung dengan = z s (Literatur 1, hal 75)

dimana s = kisar, dari table diperoleh = 27

Maka :

= 9 x 27

= 243 mm

Denan menyisakan panjang sebesar 5s untuk menahan tali maka panjang drum

menjadi :

39
H i
L= + 7 s (Literatur 1, hal 75)
RD

5,5 x 2
= + 7 27
3,14 x0,54

= 364,2 mm

365 mm

Karena System pulley yang digunakan adalah sistem pulley majemuk, maka

panjang total drum adalah :

H i
L= + 12 s + l1 (Literatur 1, hal 75)
RD
5,5 x 2
= + 12 27
3,14 x0,54

= 742,2mm

75 mm

4.6.3.Perancangan Tebal Drum

Tebal Drum dihitung dengan rumus :

= 0,02 D + (0,6 + sampaidengan1,0)

= 0,02 x 540 + 1

= 11,8 mm

= 12 mm ( untuk keamanan dibulatkan menjadi 12 )

40
4.7.Pemilihan Motor Pengangkat Hoist

Untuk mencari daya motor dihitung dengan rumus :

Q V
N= (Literatur 1, hal 292)
75
Dimana :

Q = Kapasitas angkat + berat pulley dan kait = 10050 kg

v = Kecepatan Angkat = 5 m/ menit = 0,08 m / detik

= efisiensi transmisi = 0,85

maka :

10.050 x5
N=
75 x0,85 x60

Dari hasil perhitungan diatas maka dipilih motor pengangkat hoist dengan data-

data sebagai berikut :

N = 15 HP = 11.1855KW

n = 750 rpm

Voltage = 380 Volt / 3 phae

Frekwensi = 50 Hz

Momen Girasi rotor ( GD2 ) = 0,033kg m / det2

4.7.1.Pemerikasaan Motor Terhadap Beban Lebih

Momen statis :

N
M st = 71.620 (Literatur 1, hal 292)
n

13,14
=71.620
750

41
= 12547,8 Ncm atau 125,5 Nm

Momen dinamis :

GD 2 n 0,975 Q V
M din = +
375 ts n ts
Dimana :

= Koefisien transmisi yang dipengaruhi masa yang bergerak = 1,15

ts = waktu start ( 1,5 s/d 5 detik ) = 3 detik ( diambil )

n = putaran motor = 750 rpm

Q = Kapasitas angkat + brat kait dan pulley = 10050 kg

v = Kecepatan angkat = 5 m/menit

= Efisiensi mekanis = 0,80

Antara motor penggerak dan transmisi dihubungkan dengan kopling

fleksible dengan diameter poros D = 300 mm. Momen Inersia kopling di dapat

dan tabel I = 0,8 Nm.

Maka momen girasi kopling :

GD 2poros = GDrotor
2
+ GDcoupl
2

= 0,08 x 4 x 9,81

= 31,4 Nm

Momen girasi poros :

GD 2poros = GDrotor
2
+ GDcoupl
2

= 0,33 + 31,4

= 31,73 Nm

Sehingga momen dinamis diperoleh :

42
1,15 x3,173x750 0,975 x10.020 x0,08
M din = +
375 x3 750 x30 x0,80

= 28,6 Nm

Momen maximum yang terjadi pada motor adalah :

M max = M din + M st

= 28,6 + 125,5

= 154,1 Nm

Momen gaya ternilai adalah :

15
M rated = 716,20
750

= 143,2 Nm

4.7.2.Perancangan Transmisi Roda Gigi

Transmisi (roda gigi) pada motor pengangkat direncanakan 3 tingkat seperti

pada gambar berikut :

Gambar 4.8. Sistem Transmisi ( Susunan Roda Gigi)

Kecepatan tali dihitung dengan :

Vtali = V i

43
Dimana:

V = kecepatan angkat = 5 m/menit

i = perbandingan transmisi pulley = 2

maka :

Vtali = 5 x 2

= 10 m/menit

Kecepatan putaran drum :

Vtali
drum =
D

10
=
3,14 0,54

= 5,89 rpm

Diambil drum = rpm

Total perbandingan transmisi diambil 3 tingkat

I total = i1 + i2 + i3

1
Atau : I total =
drum

Dimana :

1 = putaran roda gigi 1 (pinion)

= 750 rpm

maka :

750
I total = = 125
6

Total perbandingan transmisi motor hoist dinyatakan dengan :

44
Z2 Z 4 Z6
I total = X X
Z1 Z 3 Z 5

Roda gigi yang digunakan adalah roda gigi lurus ( spur gear ) dengan sudut tekan

kerja =20o, bahan roda gigi pinion adalah S 45 C yang memiliki kekuatan tarik

B1 =58 kg / mm2 dan tegangan lentur ijin a1 = 30 kg / mm2 . Untuk roda gigi

besar, bahannya : S 35 C dengan kekuatan tarik B2 = 52 kg / mm2 dan tegangan

lentur yang diijinkan A2 = 26 kg / mm2 .

Direncanakan jarak poros a = 200 mm dan dari tabel diperoleh modul m = 4.

Diameter roda gigi dihitung dengan menggunakan rumus : ( literature 2. hal 220 )

2 a 2 200
d 1= = = 66,7mm 67mm
1+ i 1+ 5

2 a i 2 200 5
d 2= = = 333,3mm 333mm
1+ i 1+ 5

maka jumlah roda gigi :

d1 67
Z 1= = = 16,75mm 17mm
m 4

d 2 333
Z 2= = = 83,75mm 84mm
m 4

Dengan perbandingan gigi 17 : 84 = 4,94 adalah mendekati 5 maka jumlah gigi

roda pinion diambil Z1 = 17 dan Z2 = 84.

Putaran roda gigi dua :

n1 Z1 750 x17
n 2= = = 151,78 152rpm
Z2 84

45
Roda gigi 2 dan roda gigi 3 dihubungkan dengan satu poros. Maka : n2 = n3 = 152

Rpm. Dengan mengambil modul m2 =4 dan I2 =5 dan a2 = 150 mm, maka didapat :

z a2 2 x150
d 3= = = 50mm
1+ i 1+ 5

2 xa2 xi 2 x150 x5
d 4= = = 250mm
1+ i 1+ 5

Jumlah gigi Z3 dan Z4 dihitung dengan menggunakan rumus :

d3 50
Z 3= = = 12,5 13
m 4

d 4 250
Z 4= = = 62,5 64
m 4

Z 4 64
i 2= = = 4,923
Z 3 13

Perbandingan transimisi i2 = 4,923 tidak sama dengan 5 sehingga diambil Z3 = 13

buah, sehingga diapat :

65
i 2= =5
13

Putaran roda gigi 4 :

3 xZ3 152 x13


4 = = = 30,4rpm
Z4 65

Untuk menghitung roda gigi 5 dan roda gigi 6 sama seperti roda gigi 2 dan roda

gigi 3, dengan :4 = 5 = 30 Rpm, m = 4, i3 = dan a3 150, maka diperoleh :

2 a3 2 + 150
d 5= = = 50mm
1 + i3 6

46
2 a3 i3 2 x150
d 6= = = 50
1 + i3 6

Jumlah gigi Z5 dan Z6 dihitung dengan menggunakan rumus :

55 50
Z 5= = = 12,5 13
m 4

d 6 250
Z6= = = 62,5 64
m 13

Z 6 64
i 3= = = 4,923
Z 5 13

Perbandingan transmisi i3 = 4,923 tidak sama dengan 5, maka diambil Z5 = 13

buah dan Z6 = 65 buah.

Pemeriksaan putaran drum 6 :

Z 5 xn5 13x30,4
6= = = 6,08rpm
Z6 65

Dari hasil perhitungan transimisi diatas, dengan putaran motor 1 = 750 Rpm dan

putaran drum 6 = 6 Rpm, maka perbandingan transimisi dinyatakan cukup layak

untuk perencanaan pengangkat hoist.

4.7.3. Perancangan Poros dan pasak

Poros berfungsi sebagai penerus daya dan pasak digunakan untuk meneruskan

momen dari atau ke poros. Bahan poros diambil S 45 CD dengan kekuatan tarik

B =600 N / mm2 dan pasak SC 35 dengan kekuatan tarik 520 N / mm2 . Poros

mengalami kelelahan puntir dan diberi alur pasak, dari tabel diperoleh Sf1 = 6 dan

Sf2 = 2 ( Literatur2. Hal. 8 )

47
Gambar 4.9. Poros dan Pasak

Tegangan tarik yang diijinkan untuk poros adalah :

B
a = (Literatur 2, hal 8)
Sf1 Sf 2

60
=
6 1

= 150 N/mm2

Momen puntir yang terjadi adalah :

Pd
T=9,74x10 5 (Literatur 2, hal 8)
n1
Dimana :

Pd = Daya motor = 11,1855 kw

N1 = Putaran motor = 750 rpm

Maka :

11,1855
T=9,74x10 5
750

= 1.452.623,6 Nmm

Diameter poros ditentukan dengan :

48
1
5,1 3
d s = K1 Cb T (Literatur 2, hal 8)
a

Dimana :

K1 = Faktor pembebanan (1,5-3)

= 2 (pembebanan dengan sedikit kejutan )

Cb = 1,8 ( diperkirakan tidak mengalami beban lentur )

Maka :
1
5,1 3
d s = x 2 x1,8 x145262,36
15

= 56,23 mm

Sesuai standart dan untuk keamanan maksimal diameter maksimal diameter poros

diambil 60 mm. Jenis pasak yang digunakan adalah pasak benam ( pasak luncur )

dengan bentuk persegi yang diber alur pada poros.

Dengan diameter poros 60 mm maka :

d s 60
Lebar alur : b= = = 15mm
4 4

60
Kedalaman alur : t= = 7,5mm
8

Dari tabel diperoleh harga dimensi pasak standart yang mendekati untuk diameter

poros tersebut dengan data- data sebagai berikut :

b = 15 mm = 40 80 mm

h = 10 mm r1= r2 = 0,25 0,40 mm

t1 = 15 mm c = 0,40 0,60 mm

49
t2 = 15 mm

Gaya tangensial yang terjadi pada permukaan poros adalah :

2 T
F= (Literatur 2, hal 25)
ds
Dimana :

T = Momen yang terjadi = 14523,6 Nmm

Ds = Diameter poros = 60 mm

Maka :

2 x145262,36
F= = 4.842,07kg = 48,42 KN
60

Tegangan geser yang terjadi adalah :

F
k = (Literatur 2, hal 25)
b 1
Dimana :

b = lebar pasak = 15 mm

l = antara 40-80 mm ( diambil l = 80 mm )

maka :
4842,07
k = = 4,03kg / mm2 = 40,3 N/mm2
15 x80
Dengan membagi kekuatan tarik B dengan sfk1 = 6 dan sfk2 maka diperoleh

tegangan tarik ijin :


B 52
ka = = = 13kg / mm 2 = 130 N/mm2
sf k1 sf k 2 62

Panjang pasak yang dibutuhkankan dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

50
F
ka (Literatur 2, hal 25)
b l1

F 4842,07
l1 = = = 24,83mm
ka b 13x15

Dengan perbandinagn bahwa tegangan geser yang timbul lebih k lebih kecil dari

tegangan tarik ijin ka maka pasak dinyatakan aman untuk digunakan.

4.7.4. Pemilihan bantalan

Bantalan yang digunakan adalah bantalan gelinding jenis bantalan bola

radial alur dalam baris tunggal dengan data-data sebagai berikut :

Gambar 4.10. Bantalan bola radial alur dalam baris tunggal

d = 60 mm D = 130 mm

B = 16 mm r = 1,5 mm

4.7.5. Perancangan Pengereman Pengangkat Hoist

Pengereman pada pengangkat hoist bertujuan untuk menahan beban tetap

pada posisi yang diinginkan. System pengereman pada Overhead Crane adalah

51
System elektromagnetik yang bekerja secara otomatis. Rem dipasang pada poros

motor :
Q V
N br =
75 (Literatur 1, hal 292)

Dimana :

Q = Kapasitas angkat + beat kait dan pulley = 10.050 kg.

v = Kecepatan angkat = 5 m/menit.

k = Efisiensi = 0,80

maka :
10.020 x5 x0,8
N br = = 8,9 HP = 6,63673 KW
60 x75

Momen static pada poros pengereman adalah :

N br
M st = 71620
1

nbr
8,9
=71620-
750

= 8498,9 N/cm

= 84,989 N/m

Momen dinamis saat pengereman adalah :

GD 2 0,975 Q v 2
1
M din = + (Literatur 1, hal 293)
375tbr n tbr

Dimana :

= koefisien transmisi yang dipengaruhi massa bergerak = 1,15

tbr = waktu pengereman 3 detik

52
n = kecepatan putaran motor = 750 rpm

Q = kapasitas angkat + berat pulley dan kait = 10.050 kg

V = kecepatan angkat = 5 m/menit

= efisiensi = 0,80

Dari perhitungan sebelumnya diperoleh momen girasi poros DG2poros = 31,7 Nm,

maka momen dinamis saat pengereman menjadi :

1,15 x3,173x750 0,975 x10.050 x52 x750


M din = +
1

375 x750 x3 602 x750 x3

= 9,31 Nm

Maka momen gaya yang diperlukan untuk pengereman adalah :


M br = M st1 + M din
1

= 84,9 + 9,31

= 94,29 Nm

Momen pengereman dapat pula dihitung dengan koefisiensi pengereman :

M br = M st1

= 8,4989 x 2

= 169,97 Nm

Maka untuk keamanan diambil momen pengereman terbesar, yaitu 169,7 Nm.

4.8. Perancangan Motor Penggerak Melintang

Motor penggerak melintang berfungsi untuk memindahkan beban secara

melintang.

53
Dengan lebar ruangan 12 meter maka diambil L = 11,4 m dengan beban

angklat = G = 10.000 kg dan berat trolley diperhitungkan Go = 500 kg.

Daya penggerak trolley adalah :


W V
N=
75
dimana :

w = Tahanan terhadap gerak

v = kecepatan = 20 m / menit

= Efisiensi = 0,80

Dimana adalah faktor traksi yang tergantung pada diameter roda D dan diameter

poros d. Dalam perancangan ini diambil D = 400 mm dan d = 70 mm, dari tabel

diperoleh = 20 kg/ton sedangkan koefisien pengereman =2

Maka tahanan gerak :


W= (G + G0 ) (Literatur 1, hal 239)

= 2(10+0,5)20

=4200 N/ton

Daya motor trolley :

420 x 20
N= = 2,3HP = 1.71511 KW
75 x0,8 x60

Untuk motor penggerak trolley digunakan dua buah motor, maka daya untuk satu

2,3
buah motor menjadi : = 1,15HP = 0,85756. Maka dipilih motor dengan data-
2
data sebagai berikut :

N = 2 HP = 1.4914 KW

54
n = 750 rpm

Voltage = 380 volt/50Hz

GD2rotor = 0,19 Nm2

4.8.1. Pemeriksaan Motor Terhadap Beban Lebih

Momen ststis yang terjadi :

N
M st = 71620

1,15
=71620
750

= 10,98 Nm

Momen Dynamis :

DG 2 n 0,975 G1 V 2
M din = +
375 ts n ts

dimana :

= Koefisien transmisi = 1,15

ts = Waktu start = 3 detik

n = Putaran motor = 750 Rpm

= Efisiensi = 0,80

v = Kecepatan melintang = 20 m/ menit

G1 = (Berat beban + Berat trolley)

= 10.000 + 500 = 10500 kg

Dari tabel diperoleh untuk D =400 mm, momen inersia I = 0,0035 kg m / menit

55
Maka momen girasi kopling :

2
GD coupl = 4.I.g

= 0,019 + 0,156

= 1,75 Nm2

Momen dinamis :

1,15 x0,175 x750 0,975 x10.500 x(20) 2


M din = +
375 x3 750 x3x0,80 x(60) 2

= 0,076 Ncm

Momen motor =Mst + Mdyn

=1,098 + 0,0076

=11,5 Nm

Momen motor ternilai adalah

N
M rated = 71620
n

2
=71620
750

= 19 Nm

4.8.2. Perancangan Rel dan Roda Jalan

Rel dan roda jalan Overhead Crane berfungsi agar Crane dapat bergerak

tanpa adanya hambatan atau mengurangi terjadinya gesekan.

Pemilihan Roda Jalan

56
Roda untuk crane ini dibuat dari baja cor cast iron 35 36 dengan

kekuatan bahan = 720 N/mm2 . Gaya yang bekerja pada roda jalan

adalah

Q + G0
P max = (Literatur 1, hal 237)
4
Dimana :

Q = Kapasitas angkat = 10,000kg

G0 = Berat trolley = 500kg

Maka :

10.000 + 500
P max = = 2625kg
4

Pada Perancangan ini dimensi roda adalah sebagai berikut :

d1 = 400mm b1 = 65mm

d2 = 440mm b2 = 110mm

d3 = 80mm b3 = 65mm

d4 = 180mm 4 = 280mm

d5 = 240mm 5 = 220mm

d6 = 345mm 6 = 164mm

d7 = 230mm 7 = 15mm

Tegangan tekan yang timbul pada roda :

Pk
1 max = 400 (Literatur 1, hal 260)
b1 r

Dimana :

P = Beban yang bekerja pada roda = 2562,5 kg

57
b1 = Lebar permukaan kerja rel rata = 65cm

r = Jari jari permukaan rel = 20cm

k = Koefisien permukaan roda = 0.24 m/detik

Maka :

2625 x0,24
1 max = 400 = 880,6kg / cm2 = 8806 N/cm2
6,5 x 20

Dengan mengambil factor keamanan Sf = 5,5, maka kekuatan tarik ijin

adalah :

7200
i = = = 1309kg / cm2 = 13,09kg / mm 2 =130,9 N/mm2
sf 515

Maka bahan memenuhi syarat yaitu 1 max i

Pemilihan Rel

Pada Perancangan Overhead Crane rel yang digunakan adalah rel khusus

untuk crane jalan dengan data-data sebagai berikut :

Gambar 4.11. Dimensi rel

h = 75mm b1 = 175mm

b = 65mm b0 = 78mm

58
c = 30mm e = 10mm

d = 34mm f = 14mm

s = 38mm g = 20mm

r = 5mm

4.8.3. Perancangan Pengereman Gerak Melintang

Daya pengereman motor adalah :

wv
N br =
75
dimana:

v = Kecepatan melintang = 20 m/menit

= Efisiensi = 0,08

W = Tahanan terhadap gerakan 420 kg

Maka :

420 x 20
N br = = 2,3HP = 1.71511 KW
75 x0,80 x60

Motor yang diperlukan untuk gerak melintang adalah dua buah maka daya
2,3
pengereman untuk tiap motor menjadi : = 1,15HP = 0,85756 KW
2
Untuk lebih aman dipilih daya motor 1,5 HP = 1,11855 KW

Momen statis pengereman :

N
M st = 71620
n
1,15
=71620
750
= 1098 Ncm

= 11 Nm

59
Momen dinamis pengereman :

GD 2 n 0,975Gv 2
M 1din = +
375tbr n tbr

1,15 x0,017 x750 0,975 x5125 x(20) 2 x0,8


= +
375 x3 750 x3 x(60) 2

= 2,1 Nm

Maka momen yang diperlukan untuk pengereman :

Mbr = Mst + Mdin

= 11,5 + 2,1

= 13,6 Nm

4.9. Perancangan Motor Penggerak Memanjang

Perecanaan Daya Motor :

W v
N=
75

dimana :

v = Kecepatan memanjang = 30 m/menit

= Efisiensi = 0,85

w = Tahanan terhadap gerak

W = ( Q + Go + G )

Dengan :

Q = Kapasitas angkat = 10.000 kg

Go = Berat trolley = 500 kg

60
G = Berat girder = 10.000 kg (diperkirakan)

= Faktor traksi ( koefisien tahanan gerak )

Bantalan roda yang digunakan adalah bantalan peluru dengan koefisien

gesek = 0.01 sedangkan koefisien gesek rol diasumsikan k=0.05 cm. Dari table

diperoleh untuk diameter roda penggerak D = 400mm dan diameter poros d =

70mm didapat = 20 kg/ton. Dengan mengambil koefisien pengereman = 2,

maka diperoleh factor traksi :

W = 2(10+0.5+10)20

=820kg

Daya motor yang dibutuhkan adalah :

820 x30
N= = 6,43HP = 4,79485KW
75 x0,85 x60

Motor yang digunakan untuk penggerak memanjang adalah dua buah motor.

Maka daya untuk satu motor adalah 6,43/2 = 3,125HP = 2,33031KW, maka daya

untuk satu motor diambil 4HP = 2,9828KW dengan data-data ebagai berikut:

N = 4 HP = 2,9828KW

n = 750rpm

Voltage = 380 Volt/50 Hz

GD2 = 1,3 Nm2

4.9.1 Pemeriksaan Motor Terhadap Beban Lebih

Momen statis pada poros motor :

61
N
M st = 71620
n

3,125
= 71620
750

= 2984 Ncm

= 30,7 Nm

Momen dinamis pada poros pada saat start :

GD 2 n 0,975G v 2
M din = +
375ts n ts

2
GD coupl = 4 I g

= 4x0,035x9,81

= 1,37 Nm2

GD 2motor = GDmotor
2
+ GDcoupl
2

=0,13 + 0,137

=2,67 Nm2

1,15 x0,267 x750 0,975 x 20500 x(30) 2


M din = +
375 x3 750 x3x0,85 x(60) 2

= 28,17 Nm

Maka momen motor yang diperlukan pada saat start adalah :

M motor = M st + M din = 3,07 + 2,817 = 68,87 Nm

Momen motor ternilai adalah :

62
N
M rated = 71620
n

4
=71620
750

= 3819,7 Ncm

= 31,89 Nm

Momen maximum yang diijinkan adalah Mmax = Mmotor

M max 6,887
= = 1,8 <(1,75-2)
M rated 3,819

Maka penggunaan motor pada konstruksi ini cukup aman.

4.9.2 Perancangan rel dan Roda Jalan

Pemilihan roda jalan

Tekanan maksimum yang terjadi pada roda jalan pada saat troli yang

dibebani berada pada daerah mati e bentangan crane. Jarak d adalah jarak

antara sumbu kait pengangkat dengan sumbu rel crane.

63
Gambar 4.12 Mekanisme Penjalan crane

Tekanan maksimum yang terjadi pada roda adalah:

G Q + G0 L e
P max = + (Literatur 1, hal 241)
4 2 L

Dimana :

Q = Kapasitas angkat = 10.000kg

G = Berat girder (rangka) = 10.000kg

G0 = Berat troli = 500 kg (diperkirakan)

L = Panjang = 11,4m = 11.400mm

E = Jarak daerah mati

Dari Gambar diatas diketahui bahwa :

64
b D
e= +
2 2

Dimana :

B = Jarak roda jalan = 950 mm(diperkirakan)

D = Diameter roda jalan = 400mm

Maka jarak daerah mati adalah :

950 400
e= + = 675mm = 67,5cm
2 2
Maka tekanan maksimum yang terjadi pada roda adalah :

10.000 10.000 + 500 1140 67,5


P max = +
4 2 1140

= 74391,4 kg/cm2

Tegangan tekan maksimum yang terjadi pada roda adalah :

Pk
max = 400 (Literatur 1, hal 260)
b1 r
Dimana :

p = beban yang diterima roda = 7439,14 kg

k = Koefisien kecepatan roda = 0,24

b1= Lebar permukaan kerja rel = 6,5cm

r = Jari jari permukaan rel = 20cm

Maka :

7439,14 x 2,04
max = 400
6,5 x 20

= 14823,6 N/cm2

= 148,236 N/mm2

65
Pemilihan rel

Pemilihan rel pada Perancangan Overhead Crane ini adalah rel khusus

untuk crane jalan dengan dimensi sama seperti rel pada troli.

4.9.3 Perancangan pengereman

Perancangan daya pengereman dihitung dengan rumus :

W v
N br =
75
Dari perhitungan sebelumnya diketahui bahwa tehanan terhadap gerakan adalah :

W= (Q + G0 + G )

= 2(10+0,5+10)20

= 820 kg
Maka :

820 30
N br = = 6,43HP = 4,79485 KW
75 0,85 60

Momen statik pengereman adalah :

Nbr
M 1st = 71620
nbr

3,125
=71620
750

= 3070 Ncm

= 30,7 Nm

Momen dinamis pengereman adalah :

GD 2 n 0,975 G1 v n
M din = +
375 tbr n tbr

66
1,15 x0,267 x750 0,975 x 20500 x(30) 2 x750
= +
375 x3 750 x3 x(60) 2

= 16658,3 Ncm

= 166,583 Nm

Momen gaya pengereman menjadi :

M br = M din
1
M st1

= 16,658 3,07

= 136,13 Nm

4.10 Perancangan Rangka Crane (Girder)

Rangka crane (girder) merupakan bagian utama pesawat pengangkat

overhead crane. Karena pada girder ini trolli dapat bergerak secara melintang

yang sekaligus sebagai tempat beban digantung. Pada Perancangan ini girder yang

digunakan adalah profil I standar DIN 100 dengan data-data sebagai berikut :

Gambar 4.13 Dimensi Profil

h = 500 mm Ix = 644750 cm4

67
b = 150 mm Wx = 1280 cm3

d = 20 mm Q = 314 kg/m

t = 36 mm

Pada Perancangan crane ini jumlah girder yang digunakan dua buah,

dengan panjang girder 11,4m.

4.10.1 Defleksi Akibat Berat Girder

Panjang bentangan girder L = 11,4m dan G = bobot girder yaitu beban

konstan dalam ton yang terdistribusi merata sepanjang bentangan, q = bobot mati

dalam ton per meter maka momen lentur pada jarak x dari penumpu sebelah kiri

akibat bobot mati adalah:

x
Mq = q Nm
2

L
Momen lentur maximum terjadi pada x= , adalah :
2
L2 L
M L max = q =G (Literatur 1, hal 315)
8 8

11,4
=7159,2
8

= 10201,86 tonm

= 102018,6 KNm

Defleksi girder akibat berat sendiri adalah :

G 5L3
1 = x cm (Literatur 1, hal 320)
E I 384

68
Dimana :

G = Berat girder

= (3,14x11,4)x2=7159,2 kg

l = Panjang girder

= 11,4m = 1140cm

I = Momen inersia

= 644770cm2

E = Modulus elastisitas

= 2.200.200 kg/cm2

maka :

7159,2 5 x(1140)3
= 1
x
2.200.200 x644.770 384

= 0,097 cm

3.10.2. Defleksi Akibat Beban Kerja

Gambar 4.14 Diagram Defleksi Girder Utama

Defleksi akibat kerja ditentukan dengan asumsi bahwa troli berada secara

sistematis di tengah bentangan girder crane, defleksi ini dapat dihitung dengan :

"=
P
48EI
[
( L b) L2 + ( L + b) 2 ] (Literatur 1,hal 320)
Dimana:

P = Q+G

69
Q = Kapasitas angkat = 10.000 kg

G = Berat troli dan komponennya = 500 kg

b = Jarak antar sumbu roda jalan = 950mm = 95cm

L = Panjang girder = 1140 cm

E = Modulus Elastisitas = 2.200.200 kg/cm2

I = Momen inersia = 644.770 cm4

Maka :

"=
10.500
48 x 2.200.200 x644.770
[
(1140 95) (1140) 2 + (1140 + 95) 2 ]

= 0,4555 cm

Defleksi total adalah :


= '+ " (Literatur 1, hal 320)

= 0,097 + 0,455

= 0,552 cm

70
BAB V

KESIMPULAN & SARAN

Kesimpulan:

Dari uraian uraian yang dikemukakan di atas, maka dapat disimpulkan:

1. Dengan perancangan sistem VDI 2221, diperoleh alternatif terbaik untuk

Pembuatan overhead crane adalah menggunakan tali baja, puli tetap, kait

tunggal, rem otomatis, motor listrik, roda gigi, dan rel khusus crane jalan.

2. Untuk mengangkat beban 10ton dibutuhkan ukuran tali baja d=24mm,

yang menggunakan sistem pulley majemuk, diameter pulley Dpuli=540mm

dan drum penggulung tali baja D= 450mm.

3. Daya motor penggerak hoist adalah 15HP, untuk penggerak melintang

digunakan dua buah motor dengan daya masing masing 2 HP sedangkan

untuk penggerak memanjang digunakan dua buah motor dengan daya

masing-masing 4HP.

4. Girder yang digunakan bentuk profil I, ukuran h=500mm, b=150mm,

d=20mm, t=36mm, dan berat per meter = 314 kg.

Saran:

Alternatif pada perancangan dengan metode VDI 2221 bisa ditambahkan

lagi, sehingga mendapatkan alternatif yang lebih banyak dan hasil yang lebih baik.

Bisa dilanjutkan dengan perancangan bagian kontrolnya.


DAFTAR PUSTAKA

1. G.PAHL W.BEITZ, Engineering Design, The Design Council, London,

1984

2. RUDENKO, Mesin pengangkat, Erlangga, Jakarta 1994

3. SULARSO, Dasar Perencanaan Dan Pemilihan Elemen Mesin,

PT.Pradnya Paramita, Jakarta, 1997

Anda mungkin juga menyukai