Bawang Putih
Bawang Putih
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tanaman hortikultura merupakan salah satu tanaman yang menunjang
pemenuhan gizi mayarakat sebagai sumber vitamin, mineral, protein, dan
karbohidrat. Produksi hortikultura yaitu sayuran dan buah-buahan
menyumbang pertumbuhan sektor pertanian nasional masing-masing sebanyak
3,1 juta ton dan 2,6 juta ton (Sugiarti, 2003).
Hortikultura merupakan komoditas pertanian khas tropis yang potensial
untuk dikembangkan di Indonesia dan memiliki prospek yang cerah di masa
mendatang sekaligus sebagai sumber perolehan devisa bagi Indonesia. Nilai
ekspor hortikultura pada bulan Februari 2007 mengalami peningkatan sebesar
34,46 persen dari bulan Januari 2007. Permintaan pasar domestik maupun
pasar internasional terhadap komoditas hortikultura di masa mendatang
diperkirakan akan meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk dan
tingkat pendapatan (Departemen Pertanian, 2007).
Tanaman bawang putih (Allium sativum Linn.) adalah tanaman
holtikultura yang memiliki banyak manfaat terutama umbinya berguna sebagai
bumbu dan dapat digunakan untuk mengobati beberapa penyakit seperti infeksi
pernafasan dan untuk meningkatkan vitalitas tubuh (Pratimi, 1995). Wijaya et
al. (2014) menyatakan bahwa produksi bawang putih di Indonesia belum
mampu memenuhi permintaan kebutuhan pangan masyarakat sehingga
menyebabkan selisih dan kekosongan yang cukup besar diantara konsumsi dan
produksi dalam negeri. Peristiwa ini menyebabkan terjadinya defisit produksi
yang mengharuskan pemerintah melakukan impor untuk memenuhi konsumsi
komoditas tersebut (Wibowo, 2006).
Pada tahun 2012 produksi bawang putih Indonesia adalah 296.500 ton,
sementara permintaan bawang putih nasional sebesar 400.000 ton. Untuk
memenuhi kebutuhan bawang putih nasional, pemerintah Indonesia melakukan
impor bawang putih tahun 2013 sebesar 320 ribu ton terutama impor bawang
putih asal Cina. Peningkatan volume impor ini disebabkan oleh beberapa
kendala seperti luas lahan yang sempit, biaya tinggi, kualitas bibit bawang
putih yang digunakan rendah serta ketergantungan masyarakat Indonesia
terhadap konsumsi bawang putih (BPS, 2012). Untuk mengatasi permasalahan
tersebut diperlukan suatu usaha seperti pemuliaan tanaman yang dapat
menghasilkan produksi 2 kultivar-kultivar unggul bawang putih di Indonesia
ialah Lumbu putih, Lumbu hijau, Jalibarang, Banjarsari, Sanur I, Sanur II,
Kediri (Bagor), Layur, dan Honya (kultivar lokal Majalengka) (Lamina, 1990 ;
Wibowo, 2006).
Oleh karena itu melalui makalah ini, pembaca dapat memahami hal - hal
mengenai pembudidayaan tanaman bawang putih sehingga diharapkan dapat
ikut berperan dalam peningkatan produksi tanaman hortikultura di Indonesia
khususnya bawang putih.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana klasifikasi dari Allium sativum Linn.?
2. Bagaimana morfologi dari Allium sativum Linn.?
3. Apa syarat tumbuh dari Allium sativum Linn.?
4. Bagaimana teknik budidaya dari Allium sativum Linn.?
5. Bagaimana pengelolahan hama dan penyakit dari Allium sativum Linn.?
6. Apa manfaat dan kandungan dari Allium sativum Linn.?
BAB II
ISI
B. Morfologi Tanaman
Bawang putih (Allium sativum Linn.) adalah herba semusim berumpun
yang mempunyai ketinggian sekitar 30 - 60 cm. Tanaman ini banyak ditanam
di ladang-ladang di daerah pegunungan yang cukup mendapat sinar matahari
(Syamsiah dan Tajudin, 2003). Daunnya panjang berbentuk pipih. Helai daun
seperti pita dan melipat ke arah panjang dengan membuat sudut pada
permukaan bawahnya, kelopak daun kuat, tipis, dan membungkus kelopak
daun yang lebih muda sehingga membentuk batang semu yang tersembul
keluar. Bunganya hanya sebagian keluar atau sama sekali tidak keluar karena
sudah gagal tumbuh pada waktu berupa tunas bunga ( J.Sugito dan Murhanto
1999)
Strukiur morfologi tanaman bawang putih terdiri atas: akar, batang
utama, batang semu. tangkai bunga yang pendek atau sama sekali tidak ke luar,
dan daun. Akar bawang putih terbentuk di pangkal bawah batang sebenarnya
(discus). Sistem perakaran tanaman ini bersifat serabut. namun tidak terlalu
dalam, sehingga tidak tahan kekeringan. Di atas discus terbentuk batang semu
yang dapat berubah bentuk dan fungsinya sebagai tempat penyimpanan
makanan cadangan atau disebut umbi. Umbi bawang putih terdiri atas
beberapa bagian umbi yang disebutsiung. Siung-siung ini terbungkus oleh
selaput tipis yang kuat. sehingga tampak dan luar seolah-olah umbi yang
berukuran besar. Ukuran siung dan berat umbi per tanaman sangat bervariasi,
tergantung pada jenis atau varietasnya. Di samping itu, sering ditemukan umbi
tunggal (utuh) yang ukurannya kecil- kecil atau sering disebut bawang
lanang. Bawang ini diduga terbentuk pada kondisi Iingkungan (ekologi) yang
kurang cocok untuk bawang putih sehingga pertumbuhannya merana hanya
menghasilkan umbi kecil-kecil yang tidak bersiung (Rukmana,1995)
a b
Gambar 2.1 : Morfologi habitus Allium sativum Linn, gambar a) merupakan gambar
ilustrasi sedangkan b) menunjukkan habitus nyata dari Allium sativum Linn
+
Adapun struktur morfologi dari tanaman bawang putih ialah sebagai
berikut :
1. Daun
Berupa helai-helai seperti pita yang memanjang ke atas. Jumlah daun yang
dimiliki oleh tiap tanamannya dapat mencapai 10 buah. Bentuk daun pipih
rata, tidak berlubang, runcing di ujung atasnya dan agak melipat ke dalam.
2. Batang
Batangnya merupakan batang semu, panjang (bisa 30 cm) tersusun dari
pelepah daun yang tipis yang saling menutuoi satu sama lain, namun kuat.
Gambar 2.2 : Batang Allium sativum Linn
3. Akar
Terletak di batang pokok atau di bagian dasar umbi ataupun pangkal umbi
yang berbentuk cakram. Sistem perakarannya akar serabut, pendek,
menghujam ke tanah, mudah goyang dengan air dan angin berlebihan.
4. Bunga
Bunga bawang putih tersusun secara majemuk dalam bentuk paying
sederhana yang muncul pada anak umbi, memiliki 1- 3 daun pelindung
seperti selaput Bawang putih tidak dapat berbunga secara normal, kalaupun
ke luar tangkai bunga biasanya berukuran pendek sekali dan tidak tersembul
tumbuh dari ujung tanaman, tetapi berada dalam batang semu. Pada bagian
ujung bunga kadangkala tumbuh umbi-umbi kerdil, sehingga batang semu
membengkak seolah-olah bunting. Umbi yang berukuran kecil ni
sebenarnya dapat digunakan sebagai bahan perbanyakan secara vegetatif.
Untuk mendapatkan ukuran umbi yang besar atau normal, umbi yang kecil-
kecil tersebut perlu ditanam berulang-ulang selama 2 tahun (Rukmana,
1995).
a
b
c
Gambar 2.3 : Morfologi bunga Allium sativum Linn, gambar a dan b) merupakan
gambar ilustrasi sedangkan c) menunjukkan bunga dari Allium sativum Linn.
5. Umbi dan Siung
Di dekat pusat pokok bagian bawah, tepatnya diantara daun muda dekat
pusat batang pokok, terdapat tunas, dan dari tunas inilah umbi-umbi kecil
yang disebut siung muncul. Hampir semua daun muda yang berada di dekat
pusat batang pokok memiliki umbi. Hanya sebagian yang tidak memiliki
umbi (Syamsiah dan Tajudin, 2003).
Gambar 2.3 : Umbi dan siung Allium sativum Linn.
C. Syarat Tumbuh
Bawang putih menghendaki iklim yang sejuk dan relatif kering. Dengan
demikian iklim yang paling cocok untuk bawang putih hanya di dataran tinggi.
Syarat tumbuh tanaman bawang putih yaitu, ketinggian tempat : 600 m - 1.200
m di atas permukaan laut, Curah hujan tahunan : 800 mm - 2.000 mm/tahun
Bulan basah (di atas 100 mm/bulan): 5 bulan - 7 bulan Bulan kering (di
bawah 60 mm/bulan): 4 bulan - 6 bulan, Suhu udara 15oC 20oC, Kelembapan
tinggi ,Penyinaran matahari sedang
Jenis tanah yang baik untuk pertumbuhan bawang putih adalah tanah
yang subur, gembur, dan banyak mengandung bahan organik. misalnya,
regosol, latosol, dan alluvial dengan tekstur lempung berpasir (gembur),
drainase baik, Kedalaman air tanah : 50 cm - 150 cm dari permukaan tanah.
Kedalaman perakaran : di atas 15 cm dari permukaan tanah Kemasaman (pH)
berkisar 6 - 7.
Namun sekarang sudah ada beberapa verietas dari bawang putih yang
dapat ditanam pada dataran rendah misalnya varietas lumbuh putih, jati barang
dsb. Kendala budi daya bawang putih dataran rendah ialah bila tak
terpenuhinya cuaca yang sejuk dan kering saat pembentukan umbi. Untuk
mengakalinya, bawang putih ditanam pada bulan Mei, Juni, atau Juli.
Menanam pada musim hujan tak dianjurkan karena tanah jadi terlalu basah dan
temperatumya tak baik untuk pertumbuhan umbi. Tanah yang disukai bawang
putih pH-nya 6 - 7. Oleh karena itu, untuk tanah yang asam harus diberi kapur
dahulu hingga mendekati netral.
D. Teknik Budidaya
Bawang putih dikembangbiakkan dengan umbi siung. Cara menanam
hampir sama dengan bawang merah. Kualitas bibit merupakan faktor penentu
hasil tanaman. Tanaman yang dipergunakan sebagai bibit harus cukup tua.
Yaitu berkisar antara 70-80 hari setelah tanam. Bibit kualitas baik adalah
berukuran sedang, sehat, keras dan permukaan kulit luarnya licin/ mengkilap.
Cara penyimpanan yang baik dan biasa dilakukan oleh petani adalah dengan
menyimpan diatas para-para dapur atau disimpan
di gudang ( Sunarjono, 2004).
1. Persiapan
a. Lahan dibuat bedengan dengan lebar bedengan 1,2 1,75 m, dengan
jarak perit antar bedengan 40 50 cm; sedangkan panjang bedengan
disesuaikan dengan lahan yang tersedia.
b. Kemudian diidtirahatkan sekitar 2 minggu, selanjutnya diolah 2 3 kali
sehingga permukaan tanahnya cukup halus.
c. Sebelum penanaman, perlu dicek pH tanahnya, jika < 5,6 perlu dilakukan
pengapuran dengan dosis 1,5 3, ton per ha.
d. 2 3 hari sebelum tanam dilakukan pemberian pupuk dasar yaitu
menggunakan pupuk kandang (10 15 ton/ha) atau pupuk kompos (2 ton
/ha) dan SP-36 sebanyak 200 300kg /ha.
e. Umbi bibit yang telah siseleksi (dalam bentuk siung-siung) ditanam
dibedengan dengan kedalaman 1/4 1/2 tinggi siung bibit, kemudian
ditutp dengan mulsa jerami padi setebal 3 5 cm.
f. Pemupukan susulan dilakukan sebanyak 3 kali, yaitu pada umur 15, 30
dan 45 hari setelah tanam dengan menggunakan campuran pupuk 200 kg
ZA + 100kg Urea + 100 kg KCL per ha untuk setiap kali pemberian
pupuk susulan. Caranya, pupuk disebar antara barisan tanaman kemudian
diikuti dengan penyiraman.
2. Pemeliharaan Tanaman
Penjarangan dan Penyulaman
Bawang yang ditanam kadang-kadang tidak tumbuh karena kesalahan
teknis penanaman atau faktor bibit. Oleh karena itu, tidak mengherankan
jika dalam suatu lahan ada tanaman yang tidak tumbuh sama sekali, ada
yang tumbuh lalu mati, dan ada yang pertumbuhannya tidak sempurna. Jika
keadaan ini dibiarkan, maka produksi yang dikehendaki tidak tercapai. Oleh
sebab itu, untuk mendapatkan pertumbuhan yang seragam, seminggu setelah
tanam dilakukan penyulaman terhadap bibit yang tidak tumbuh atau
pertumbuhannya tampak tidak sempurna. Biasanya untuk penyualaman
dipersiapkan bibit yang ditanam di sekitar tanaman pokok atau disiapkan di
tempat khusus. Persiapan bibit cadangan ini dilakukan bersamaan dengan
penanaman tanaman pokok.
Penyiangan
Pada penanaman bawang putih, penyiangan dan penggemburan dapat
dilakukan dua kali atau lebih. Hal ini sangat tergantung pada kondisi
lingkungan selama satu musim tanam. Penyiangan dan penggemburan yang
pertama dilakukan pada saat tanaman berumur 3-2 minggu setelah tanam.
Adapun penyiangan berikutnya dilaksanakan pada umur 4-5 minggu setelah
tanam. Apabila gulma masih leluasa tumbuh, perlu disiang lagi. Pada saat
umbi mulai terbentuk, penyiangan dan penggemburan harus dilakukan
dengan hati-hati agar tidak merusak akar dan umbi baru.
Pembubunan
Dalam penanaman bawang putih perlu dilakukan pembubunan.
Pembubunan terutama dilakukan pada tepi bedengan yang seringkali
longsor ketika diairi. Pembubunan sebaiknya mengambil tanah dari selokan/
parit di sekeliling bedengan, agar bedengan menjadi lebih tinggi dan parit
menjadi lebih dalam sehingga drainase menjadi normal kembali.
Pembubunan juga berfungsi memperbaiki struktur tanah dan akar yang
keluar di permukaan tanah tertutup kembali sehingga tanaman berdiri kuat
dan ukuran umbi yang dihasilkan dapat lebih besar-besar.
Pemupukan
Pemberian pupuk dilakukan dengan 2 tahap, yaitu sebelum tanam atau
bersamaan dengan penanaman sebagai pupuk dasar dan sesudah penanaman
sebagai pupuk susulan. Unsur hara utama yang diperlukan dalam
pemupukan adalah N, P, dan K dalam bentuk N, P2O5, dan K2O. Unsur-
unsurhara lainnya dapat terpenuhi dengan pemberian pupuk kandang.
Perkiraan dosis dan waktu aplikasi pemupukan Bawang putih memerlukan
sulfur dalam jumlah yang cukup banyak. Unsur ini mempengaruhi rasa dan
aroma khas bawang putih. Oleh sebab itu, apabila menggunakan KCl
sebagai sumber kalium, maka sebagai sumber nitrogen sebaiknya
menggunakan pupuk ZA. Jika sebagai sumber nitrogen digunakan Urea,
maka untuk sumber kalium sebaiknya digunakan ZK.
Hal ini dilakukan agar kebutuhan sulfur tetap terpenuhi. Berdasarkan
kebutuhan unsur hara di atas, jumlah pupuk yang akan digunakan dapat
dihitung berdasarkan jenis dan kandungan unsur haranya. Aplikasi
pemupukan dilakukan dengan mebenamkan pupuk di dalam larikan
disamping barisan tanaman seperti cara memberikan pupuk dasar.
Penggunaan pupuk anorganik ini dapat diimbangi dengan pemberian pupuk
organik maupun kompos yang diseseuaikan dengan kebutuhan tanaman.
a b
Gambar 2.1 : a) Konidia A. Porri, penyebab penyakit trotol, b) Gejala penyakit trotol
Penerapan PHT
Pendekatan PHT didasarkan pada prinsip ekologi dan penerapannya
menggabungkan berbagai komponen pengendalian, yaitu:
1. Kultur teknis
Pengendalian secara kultur teknis adalah kegiatan yang dapat
mengubah lingkungan menjadi kurang sesuai bagi perkembangan hama-
penyakit, atau mengalihkan perhatian hama-penyakit sehingga tanaman
utama terbebas dan gangguan hama-penyakit. Termasuk dalam kegiatan
kultur teknis adalah: (1) menanam bawang merah di setiap pinggir bedengan
untuk mengalihkan serangan S. exigua dan bawang putih ke bawang merah,
(2) menyiram tanaman di pagi han untuk mencuci atau menghilangkan
konidia becak ungu (A. Porri) yang menempel daun di malam han atau
menyiram tanaman pada siang han apabila turun hujan.
2. Penanaman varietas resisten
Penanaman varietas resisten merupakan salah satu komponen cara
pengendalian yang paling murah, aman, relatif tahan lama dan mudah
dilaksanakan petani. Kultivar Tawangmangu Baru cukup toleran terhadap
serangan becak ungu.
3. Pengendalian dengan cara fisik dan mekanis
Beberapa cara pengendalian lisik dan mekanis adalah (1) memotong
bagian daun yang terserang ulat S. exigua, (2) memasang 40 perangkap
warna putih per ha segera setelah bawang putih tumbuh untuk
mengendalikan serangan thrips, dan (3) memusnahkan tanaman bergejala
layu Fusarium.
4. Pemanfaatan/pelestarian musuh-musuh alami
Beberapa musuh alami yang cukup potensial menekan populasi hama
dan penyakit bawang putih adalah (1) patogen Nuclear Polyhedrosis Virus
(SeNPV) untuk mengendaliakan S. Exigua, (2) Beauveria bassiana dan
Verticillium lecani efektif menekan populasi thrips 27 - 36%, (3) serangga
Coccinela transversalis (Gambar 3.3) dan Scymus latermaculatus sebagai
predator thrips, dan (4) cendawan Trichoderma harzianum sebagai antagonis
penyakit layu Fusarium.
Gambar 3.3 : Coccinela
transversalis
5. Pengendalian secara kimiawi
Pengendalian menggunakan pestisida kimia hanya dilakukan apabila
cara pengendalian lain tidak mampu lagi mengendalikan hama penyakit
seria kerusakan sudah melampaui ambang pengendalian. Contoh pestisida
yang sering digunakan pada tanaman bawang putih adalah (1) Diafentiuron,
Fipronil, Imidaklorpid, Merkaptodimetur dan Dimetoat untuk
mengendalikan hama trhips; (2) Tebufenozide, Flufenoksuron,
Klorfluazuron, Betasiflutrin, dan Sihalotrin untuk mengendalikan ulat
bawang; dan (3) Difenokonazol, Kiorotalonil, Propineb dan Mancozeb
untuk mengendalikan penyakit becak ungu atau trotol (Korina, 2006).
Adapun efek dan manfaat bawang putih terhadap tubuh kita ialah sebagai
berikut :
1. Pada metabolisme lemak dan kolesterol
Bawang putih membantu metabolisme lemak dan menurunkan level
kolesterol tubuh. Meningkatkan kolesterol baik, HDL dan menurunkan
kadar kolesterol jahat, LDL dan trigliserida. Melindungi pembuluh darah
dan jantung. Secara signifikan mengurangi aktivitas HMG CoA dan enzim
lainnya (Bayan, 2013).
2. Terhadap proses oksidasi sel kanker
Studi baru belakangan ini menunjukkan bahwa suatu kandungan
dalam bawang putih memiliki kadar anti-oksidan yang kuat. Dan komponen
sulfur dalam bawang putih juga dipercaya memiliki kemampuan
menghambat pertumbuhan tumor (Bayan, 2013).
3. Terhadap sistem kardiovaskular
Bawang putih dapat memperbaiki keseimbangan profil lipid,
mempengaruhi tekanan darah, menginhibisi fungsi platelet, antioksidan dan
aktivitas fibrinolisis (Bayan, 2013).
4. Terhadap tulang dan sendi
Diallyl disulfide (DADS), menghambat ekspresi protease matriks yang
menyebabkan kerusakan pada struktur kondrosit. Serta memiliki mekanisme
potensial bersifat protektif terhadap pasien dengan osteoporosis. Selain itu
pula, bawang putih memiliki kemampuan anti-inflamasi (Bayan, 2013).
5. Kemampuan antibakteri
Studi In vitro telah menunjukkan bahwa bawang putih memiliki
aktivitas melawan banyak bakteri gram negatif dan bakteri gram positif.
Beberapa bakteri yang telah diuji sensitivitasnya terhadap bawang putih
antara lain ialah Escherichia, Salmonella, Staphylococcus, Streptococcus,
Klebsiella, Proteus, Bacillus, Clostridium dan Mycobacterium tuberculosis
(Bayan, 2013).
Louis Pasteur merupakan orang pertama yang menemukan efek
antibakteri dari jus bawang putih. Bawang putih dipercayai memiliki
aktivitas antibakteri berspektrum luas (Stavelikova, 2008). Kemampuan
antibakteri ini diyakini dikarenakan adanya zat aktif Allicin dalam bawang
putih. (Cai et al., 2007)
Bawang putih dapat membantu meredakan stress, kecemasan. dan
depresi. Tentunya dengan efek yang lebih lembut. Bawang putih bermanfaat
untuk membantu melepaskan serotonin, yakni bahan kimia yang terlibat dalam
pengaturan serangkaian luas suasana hati dan tingkah laku termasuk kecemasan,
murung, rasa sakit, agresi, stress, kurang tidur dan ingatan. Kadar serotonin yang
tinggi dalam otak cenderung berfungsi sebagai obat penenang yang
menentramkan Anda, memudahkan tidur, dan meringankan kemurungan.
Bawang putih menolong menormalkan sistem serotonin tersebut. Menghambat
kemerosotan otak dan sistem kekebalan. Membantu menghambat proses
penuaan. Menghambat pertumbuhan sel kanker. Dengan mengkonsumsi bawang
putih. resiko terkena kanker dapat dikurangi. Bawang putih yang dikonsumsi
secara rutin dalam jangka wuktu tertentu dapat membantu menurunkan kadar
kolesterol. Zat anti kolesterol dalam bawang putih yang bemama ajoene
menolong mencegah pcnggumpalan darah.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah ini adalah
1. Allium sativum Linn. Merupakan tumbuhan berkeping biji tunggal yang
masuk kedalam ordo Liliales dan family Liliaceae.
2. Bawang putih (Allium sativum Linn.) adalah herba semusim berumpun yang
mempunyai ketinggian sekitar 30 - 60 cm. Strukiur morfologi tanaman
bawang putih terdiri atas: akar, batang utama, batang semu. tangkai bunga
yang pendek atau sama sekali tidak ke luar, dan daun
3. Bawang putih menghendaki iklim yang sejuk dan relatif kering. Dengan
demikian iklim yang paling cocok untuk bawang putih hanya di dataran
tinggi. Namun sekarang sudah ada beberapa verietas dari bawang putih yang
dapat ditanam pada dataran rendah misalnya varietas lumbuh putih, jati
barang dsb.
4. Adapun teknik budidaya dari Allium sativum Linn dimulai dari persiapan
lalu pemeliharaan tanaman dengan penjarangan dan penyulaman,
penyiangan, pembubuhan, pemupukan pengairan dan penyiraman.
Selanjutnya yakni proses pemanenan. Pada masa pasca panen dilakukan
pengumpulan, penyimpanan serta pengemasan dan pengangkutan.
5. Pengelolahan hama dan penyakit dilakukan melalui pendekatan PHT yakni
identifikasi hama dan penyakit utama lalu menemtukan ambang kendali
setelah itu dilakukan pemantauan. Penerapan PHT di lalukan melalui kultur
teknis,penanaman varietas resisten, pengendalian dengan cara fisik dan
mekanis, pemanfaatan/pelestarian musuh-musuh alami dan pengendalian
secara kimiawi.
DAFTAR PUSTAKA
Cai Y, Wang R, Pei F, dan Liang B. 2007. Antimicrobial activity of allicin alone
and in combination with beta lactams against Staphylococcus spp. And
Pseudomonas aeruginosa. J Antibiot. 60: 335-338.
Janick, J. 1972. Horticultural Science. W.H. Freeman and Co. San Francisco.
Korina, Eli. 2006. Pengelolahan Hama dan Penyakit Bawang Putih Secara
Terpadu. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. Jawa Timur.
Majewski M. 2014. Allium sativum: Facts and Myths Regarding Human Health. J
Natl Ins Public Health. 65 (1): 1-8.
Roser, David. 1997. Bawang Putih untuk Kesehatan. Bumi Aksara. Jakarta.
Sugito, J dan Murhanto. 1999. Bawang Putih Dataran Rendah. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Syamsiah dan Tajudin. 2003. Khasiat dan Manfaat Bawang Putih : Raja
Antibiotik Alam. PT. Agro Media Pustaka. Jakarta.
Segala puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah yang maha kuasa,
sehingga dalam penyusunan makalah hortikultura yang membahas mengenai
bawang putih (Allium sativum Linn.) ini dapat selesai tepat pada waktunya.
Dalam penyusunan makalah ini saya ingin menyampaikan banyak-banyak
terimakasih kepada ibu dosen pembimbing yang telah membimbing saya dari
awal perkuliahan sampai saat ini dan kepada teman-teman yang telah memberikan
kepada saya motivasi untuk menyelesaikan makalah ini kami ucapkan banyak-
banyak terimakasih.
Makalah yang saya susun ini tidak terlepas dari kesalahan dan
kekeliruan,oleh karena itu, bagi pembaca, yang kami harapkan adalah kritik dan
saran yang dapat membangun motivasi saya sehingga kedepannya kami dapat
menyusun makalah dengan lebih baik lagi dan berharap selalu menuju sebuah
kesempurnaan.
Penulis
MAKALAH HORTIKULTURA
BAWANG PUTIH
(Allium sativum Linn.)
DISUSUN OLEH :
CALVARIS
1214141020
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2017