Anda di halaman 1dari 9

Kamis, 01 Maret 2012

IMPLEMENTASI MANAJEMEN MUTU TERPADU


MANAJEMEN MUTU TERPADU ( TOTAL QUALITY MANAGEMENT )

I. Pendahuluan
Dewasa ini perkembangan pemikiran manajemen sekolah mengarah pada sistem
manajemen yang disebut TQM (Total Quality Management) atau Manajemen Mutu Terpadu. Pada
prinsipnya sistem manajemen ini adalah pengawasan menyeluruh dari seluruh anggota organisasi
(warga sekolah) terhadap kegiatan sekolah. Penerapan TQM berarti semua warga sekolah
bertanggung jawab atas kualitas pendidikan.
Sebelum hal itu tercapai, maka semua pihak yang terlibat dalam proses akademis,
mulai dari komite sekolah, kepala sekolah, kepala tata usaha, guru, siswa sampai dengan
karyawan harus benar benar mengerti hakekat dan tujuan pendidikan ini. Dengan kata lain,
setiap individu yang terlibat harus memahami apa tujuan penyelenggaraan pendidikan. Tanpa
pemahaman yang menyeluruh dari individu yang terlibat, tidak mungkin akan diterapkan TQM.
Dalam ajaran TQM, lembaga pendidikan (sekolah) harus menempatkan siswa sebagai
klien atau dalam istilah perusahaan sebagai stakeholders yang terbesar, maka suara siswa
harus disertakan dalam setiap pengambilan keputusan strategis langkah organisasi sekolah.
Tanpa suasana yang demokratis manajemen tidak mampu menerapkan TQM, yang terjadi adalah
kualitas pendidikan didominasi oleh pihak pihak tertentu yang seringkali memiliki kepentingan
yang bersimpangan dengan hakekat pendidikan (Adnan Sandy Setiawan : 2000),
Penerapan TQM berarti pula adanya kebebasan untuk berpendapat. Kebebasan
berpendapat akan menciptakan iklim yang dialogis antara siswa dengan guru, antara siswa dengan
kepala sekolah, antara guru dan kepala sekolah, singkatnya adalah kebebasan berpendapat dan
keterbukaan antara seluruh warga sekolah. Pentransferan ilmu tidak lagi bersifat one way
communication, melainkan two way communication. Ini berkaitan dengan budaya akademis.
Selain kebebasan berpendapat juga harus ada kebebasan informasi. Harus ada
informasi yang jelas mengenai arah organisasi sekolah, baik secara internal organisasi maupun
secara nasional. Secara internal, manajemen harus menyediakan informasi seluas- luasnya bagi
warga sekolah. Termasuk dalam hal arah organisasi adalah progran program, serta kondisi
finansial.
Singkatnya, TQM adalah sistem menajemen yang menjunjung tinggi efisiensi. Sistem
manajemen ini sangat meminimalkan proses birokrasi. Sistem sekolah yang birokratis akan
menghambat potensi perkembangan sekolah itu sendiri.

II. Defenisi mutu


Secara umum mutu mengandung makna derajat atau tingkat keunggulan suatu produk (hasil
kerja /upaya) baik berupa barang maupun jasa, baik yang tangible (nyata) maupun intangible
(tidak nyata). Dalam konteks pendidikan pengertian mutu, dalam hal ini mengacu pada proses
pendidikan dan hasil pendidikan.
Mutu menurut Edward Salis (1993:24)
- Mutu sebagai sebuah konsep yang absolut
Beberapa kebingungan terhadap pemaknaan mutu bisa muncul karena mutu dapat digunakan
sebagai suatu konsep yang secara bersama-sama absolut dan relatif. Dalam percakapan sehari-
hari, mutu sebagian besar dipahami sebagai sesuatu yang absolut, misalnya restoran yang mahal
dan mobil-mobil yang mewah. Sebagai suatu konsep yang absolut mutu sama halnya dengan sifat
baik, cantik dan benar merupakan suatu idealisme yang tidak dapat dikompromikan. Dalam
defenisi yang absolut sesuatu yang bermutu merupakan bagian dari standar yang sangat tinggi
dan tidak dapat diungguli. Produk-produk yang bermutu adalah sesuatu yang dibuat dengan
sempurna dan dengan biaya mahal. Produk-produk tersebut dapat dinilai serta membuat puas dan
bangga para pemiliknya. Suatu contoh mobil yang bermutu adalah mobil hasil rancangan
istimewa, mahal, dan memiliki interior dari kulit. Dalam hal ini mahal dan langka adalah dua nilai
penting dalam defenisi mutu. Mutu dalam pandangan ini digunakan untuk menyampaikan
keunggulan status dan posisi, dan kepemilikan terhadap barang yang memiliki mutu akan
membuat pemiliknya berbeda dari orang lain yang tidak mampu memilikinya. Sebenarnya mutu
dalam pengertian yang sedemikian lebih tepat disebut dengan high quality atau top quality.

- Mutu sebagai konsep yang relatif


Mutu dapat juga digunakan sebagai suatu konsep yang relatif. Pengertian ini digunakan dalam
Total Quality management. Defenisi relatif tersebut memandang mutu bukan sebagai suatu atribut
produk atau layanan tetapi sesuatu yang dianggap berasal dari produk atau layanan tersebut.
Mutu dapat dikatakan ada apabila sebuah layanan memenuhi spesifikasi yang ada. Mutu
merupakan sebuah cara yang menentukan apakah produk terakhir sesuai dengan standar atau
belum. Dalam konsep relatif ini produk atau layanan akan dianggap bermutu bukan karena ia
mahal dan eksklusif tetapi karena memiliki nilai misalnya nilai misalnya keaslian produk, wajar dan
familiar.
Defenisi relatif tentang mutu ini memiliki dua aspek. Yang pertama adalah menyesuaikan diri
dengan spesifikasi. Cara ini seing disimpulkan sebagai sesuai dengan tujuan dan manfaat. Kadang
kala defenisi ini sering dinamai dengan produsen mutu. Mutu bagi produsen bisa diperoleh melalui
produk atau layanan yang memenuhi spesifikasi awal yang yang telah ditetapkan dalam gaya yang
konsisten. Para produsen menunjukkan bahwa mutu memiliki sebuah sistem yang biasa disebut
sistem jaminan mutu (quality assuranse system). Kedua adalah memenuhi kebutuhan pelanggan.

- Definisi mutu menurut pelanggan


Organisasi-organisasi yang menganut konsep Total Quality Management melihat mutu sebagai
sesuatu yang didefenisikan oleh pelanggan-pelanggan mereka. Pelanggan adalah wasit terhadap
mutu dan institusi sendiri tidak akan mampu bertahan tanpa mereka.
Mutu disini dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang memuaskan dan melampaui keinginan dan
kebutuhan pelanggan. Definisi ini disebut juga dengan istilah mutu sesuai persepsi (quality in
perception). Mutu ini bisa disebut sebagai mutu yang hanya ada di mata orang yang melihatnya.
Kenyatan bahwa pelanggan adalah pihak yang membuat keputusan terhadap mutu sering dan
selalu diabaikan. Mereka melakukan penilaian tersebut dengan merujuk kepada produk terbaik
yang bisa bertahan dalam persaingan.
Tom Peters dalam hriving On Chaos membicarakan tentang para pelanggan dalam menentukan
mutu dengan menekankan pada sebuah mutu yang dirasa (perceived quality). Peters juga
berpendapat bahwa mutu yang didefenisikan oleh pelanggan jauh lebih penting dibandingkan
harga dalam menentukan permintaan barang dan jasa. Walaupun demikian beliau selalu
mengingatkan bahwa pelaku yang ikut bergabung juga akan membuat para pelanggan redefinisi
terhadap mutu.
Definisi menurut Oemar Hamalik
pengertian mutu menurut Oemar Hamalik dapat dilihat dari dua sisi yaitu segi normatif dan segi
deskriptif. Dalam arti normatif mutu ditentukan berdasarkan pertimbangan (kriteria) instrinsik dan
ekstrinsik. Berdasarkan kriteria instrinsik mutu pendidikan merupakan produk pendidikan yakni
manusia terdidik sesuai standar ideal. Berdasarkan kriteria ekstrinsik pendidikan merupakan
instrumen untuk mendidik tenaga kerja terlatih. Adapun dalam bidang deskripsi mutu ditentukan
berdasarkan keadaan senyatanya.
Berdasarkan dari deskripsi dari beberapa pakar diatas dapat disimpulkan bahwa mutu
pendidikan adalah derajat keunggulan dalam pengelolaan pendidikan secara efektif dan efisien
untuk melahirkan keunggulan akademis dan ekstrakurikuler pada peserta didik yang dinyatakan
lulusdalam satu jenjang dan program pembelajaran tertentu.
Berkaitan dengan manajemen mutu terpadu (Total Quality Management) dapat dikatakan
bahwa konsep mutu memerlukan komitmen serta keterlibatan pihak manajemen pendidikan untuk
memenuhi keinginan atau kepuasan pelanggan secara konsisten.

III. Prinsip dan Komponen MMTP


1. Prinsip-Prinsip Manajemen Mutu Terpadu
Untuk menjalankan mutu terpadu diperlukan suatu perubahan baik perubahan dalam budaya
dan sistem nilai dari suatu organisasi yang harus mengacu pada prinsip-prinsip manajemen mutu
terpadu.
Ada empat prinsip utama manajemen mutu terpadu yang merupakan sasaran dalam
pengelolaan pendidikan
1. Kepuasan pelanggan

Dalam manajemen mutu terpadu konsep dan pelanggan diperluas. Kualitas tidak lagi bermuara
pada kesesuaian dengan spesialisasi-spesialisasi tertentu tetapi kualitas tersebut ditentukan oleh
pelanggan. Pelanggan itu sendiri meliputi pelanggan internal dan eksternal . kebutuhan pelanggan
diusahakan untuk dipuaskan dalam segala aspek termasuk di dalamnya harga, keamanan dan
ketepatan waktu. Oleh karena itu segala aktfitas organisasi harus dikoordinasikan untuk
memuaskan pelanggan.
2. Respek terhadap setiap orang

Dalam organisasi yang kualitasnya kelas dunia, setiap karyawan dipandang sebagai individu yang
memilki talenta dan kreatifitas khas. Ini berarti bahwa karyawan merupakan sumber daya
organisasi yang paling berharga. Oleh karena itu setiap orang dalam organisasi harus diperlakukan
dengan baik dan diberi kesempatan untuk terlibat dan berpartisipasi dalam tim pengambilan
keputusan, karyawan akan merasa lebih bertanggung jawab terhadap hasil keputusan yang
merupakan keputusan bersama, sehingga akan menjadi keputusan bulat yang didukung semua
lapisan.
3. Manajemen berdasarkan fakta

Organisasi kelas dunia biasanya berorientasi pada fakta. Ini menunjukkan bahwa keputusan yang
diambil berdasarkan pada fakta bukan pada perasaan. Ada dua konsep yang berkaitan dengan
ini . Pertama adanya prioritas dan kedua adanya variasi.
Prioritas merupakan konsep bahwa perbaikan tidak dapat dilakukan pada semua aspek pada saat
yang bersamaan, mengingat keterbatasan sumber daya yang ada. Oleh karena itu dengan
menggunakan data maka manajemen dan tim dalam organisasi dapat memfokuskan usahanya
pada situasi tertentu yang sangat vital. Sedangkan variasi yang dimaksudkan adalah varibilitas
kinerja manusia yang memberikan gambaran pada sistem organisasi. Dengan demikian
manajemen dapat memprediksi hasil dari setiap keputusan dan tindakan yang dilakukan.
4. Perbaikan Kesinambungan

Untuk dapat sukses setiap organisasi perlu melakukan proses yang sistematis dalam
melaksanakan perbaikan yang berkesinambungan . Konsep yang berlaku disini adalah siklus PDCA
(Paln-Do-Check-act). Siklus ini terdiri dari langkah-langkah perencanaan, melaksanakan rencana,
memeriksa hasil pelaksanaan rencana dan melakukan tindakan korektif terhadap hasil
pelaksanaan rencana dan melakukan tindakan korektif terhadap hasil yang diperoleh.
PDCA pertama kali ditemukan oleh Walter Shewhard seorang ahli fisika Amerika yang bekerja
pada Telephone Laboratories. Kemudian Deming mempopulerkan PDCA Cycle sebagai penerapan
metode ilmiah untuk proses perencanaan dan pengambilan keputusan.
Siklus PDCA bisa diterapkan untuk menangani hal-hal berikut :
a. Merencanakan perbaikan dan pengumpulan data secara berkesinambungan (Plan)

b. Melakukan perbaikan, pengumpulan data dan analisa (do)

c. Memeriksa dan mempelajari hasil-hasil yang dicapai (check)

d. Bertindak atas dasar hasil evaluasi dan melanjutkan perbaikan proses.

Prinsip-prinsip kunci TQM lebih lengkap dijelaskan oleh Hashmi (2004: 2):
Komitmen manajemen: perencanaan (dorongan, petunjuk), pelaksanaan (penyebaran,
dukungan, partisipasi), pemeriksaan (inspeksi), dan tindakan (pengakuan, komunikasi, revisi).
Pemberdayaan karyawan: pelatihan, sumbang saran, penilaian dan pengakuan, serta kelompok
kerja yang tangguh.
Pengambilan keputusan berdasarkan fakta: stastistical process control, the seven statistical
tools.
Perbaikan berkelanjutan: pengukuran yang sistimetis dan fokus pada biaya non kualitas (cost of
non-quality); kelompok kerja yang tangguh; manajemen proses lintas fungsional; mencapai,
memelihara, dan meningkatkan standart.
Fokus pada konsumen: hubungan dengan pemasok, hubungan pelayanan dengan konsumen
internal, kualitas tanpa kompromi, standar oleh konsumen. Dalam perkembangannya prinsip-
prinsip TQM bukan sekedar pendekatan proses dan struktur sebagaimana dijelaskan sebelumnya,
TQM lebih merupakan pendekatan kesisteman yang juga melibatkan aktivitas manajemen sumber
daya manusia. Oleh karena itu menurut Wilkinson (1992: 2-3), TQM pada hakekatnya memiliki
dua sisi kualitas yaitu hard side of quality dan soft side of quality. Hard side of quality meliputi
semua upaya perbaikan proses produksi mulai dari desain produk sampai dengan penggunaan
alat-alat pengendalian (QFD, JIT, danSPC, dsb.), dan perubahan organisasional lainnya (struktur
organisasi, budaya organisasi). Sedangkan soft side of quality terfokus pada upaya menciptakan
kesadaran karyawan akan pentingnya arti kepuasan konsumen dan menumbuhkan komitmen
karyawan untuk selalu memperbaiki kualitas.
Jadi dengan mengetahui prinsip-prinsip manajemen mutu terpadu dalam suatu organisasi
akan memberikan solusi terhadap sistem pelayanan yang akan diberikan atau dengankata lain
dapat memberikan pelayanan yang prima pada pelanggan atau penyelenggara pendidikan yang
mempunyai mutu yang tinggi.
Mengingat sasaran Manajemen mutu terpadu adalah memberikan pelayanan yang
memuaskan kepada pelanggan melalui penyelenggaraan pendidikan yang berkualitas maka
masalah kualitas atau mutu merupakan titik sentra yang menentukan.

2. Komponen Manajemen Mutu Terpadu


a. Jaminan Mutu (Quality Assurance)
Quality Assurance yang biasa diterjemahkan sebagai jaminan mutu adalah seluruh
perencanaan kegiatan sistematik yang diperlukan untuk memberikan suatu keyakinan yang
memadai bahwa suatu barang atau jasa akan memenuhi persyaratan mutu.
Untuk menjamin kepastian mutu tersebut maka diperlukan Quality Planning, Quality control. Dan
Quality audit.
Quality Planning atau perencanaan mutu yaitu dokumen yang berisikan pelaksanaan mutu
tertentu, sumberdaya dan urutan kegiatan yang terkait dengan produk barang jasa dan kontrak
atau proyek khusus.
Quality control atau pengendalian mutu adalah tehnik dan kegiatan operasional yang digunakan
untuk memenuhi persyaratan mutu.
Sedangkan Quality Audit atau audit mutu adalah pengujian sistematik dan mandiri untuk
menetapkan apakah kegiatan mutu dan hasil yang berkaitan sesuai dengan pengaturan yang
direncanakan dan apakah pengaturan tersebut diterapkan secara efektif dan sesuai untuk
mencapai tujuan.
b. Peningkatan Mutu (Quality Inprovement)

Peningkatan mutu atau quality improvement adalah suatu proses kegiatan yang dilakuka
untuk meningkatkan mutu barang atau jasa agar dapat sukses di setiap barangnya atau jasa agar
dapat sukses setiap perusahaan/institusi/lembaga harus melakukan proses secara sistematis
dalam melaksanakan perbaikan secara berkesinambungan untuk meningkatkan mutu.

III. Langkah-Langkah Manajemen Mutu Terpadu


Ahli mutu W. Edward Deming menggunakan 14 langkah untuk menerapkan perbaikan mutu
yang dikenal dengan Demings Fourteen Points. Langkah langkah tersebut dideskripsikan
sebagai berikut :
Menciptakan sebuah usaha peningkatan produk dan jasa dengan tujuan agar bisa kompetitif dan
tetap berjalan serta menyediakan lowongan pekerjaan. Deming percaya bahwa terlalu banyak
organisasi yang hanya memiliki tujuan jangka pendek dan tidak melihat apa yang akan terjadi
pada 20 atau 30 tahun mendatang. Mereka harus memiliki rencana jangka panjang yang
didasarkan pada visi masa depan dan inovasi baru. Mereka harus terus menerus berusaha
memenuhi kebutuhan pelanggan mereka.
Mengadopsi falsafah baru. Sebuah organisasi tidak akan mampu bersaing jika mereka terus
mempertahankan penundaan waktu, kesalahan, bahan-bahan cacat dan produk yang jelek.
Mereka harus membuat perubahan dan mengadopsi metode kerja yang baru.
Hindari ketergantungan pada inspeksi massa untuk mencapai mutu. Inspeksi tidak akan
meningkatkan atau menjamin mutu. Anda tidak dapat mengispeksi mutu ke dalam produk.
Deming berpendapat bahwa manajemen harus melengkapi staf-staf mereka dengan pelatihan
tentang alat-alat statistik dan tehni-tehnik yang dibutuhkan mereka untuk mengawasi dan
mengembangkan mutu mereka sendiri.
Akhiri praktek menghargai bisnis dengan harga. Menurut Deming harga tidak memiliki arti apa-apa
tanpa ukuran mutu yang dijual.
Tingkatkan secara konstan sistem produksi dan jasa, Untuk meningkatkan mutu dan produktivitas,
dan selanjutnya turunkan biaya secara konstan. Ini merupakan tugas manajemen untuk
mengarahkan proses peningkatan dan menjamin bahwa ada proses perbaikan yang berkelanjutan.
Lembagakan pelatihan kerja. Pemborosan terbesar dalam sebuah organisasi adalah kekeliruan
menggunakan keahlian orang-orangnya secara tepat. Mempergunakan uang untuk pelatihan
tenaga kerja adalah penting namun yang lebih penting lagi adalah melatih dengan standar terbaik
dalam kerja. Pelatihan adalah alat kuat dan tepat untuk perbaikan mutu.
Lembagakan kepemimpinan. Deming mengatakan bahwa kerja manajemen bukanlah mengawasi
melainkan memimpin. Makna dari hal itu adalah berubah dari manajemen tradisional yang selalu
memperhatikan hasil indikator-indikator prestasi, spesifikasi dan penilaian menuju peranan
kepemimpinan yang mendorong peningkatan proses produksi barang dan jasa yang lebih baik.
Hilangkan rasa takut agar setiap orang dapat bekerja secara efektif. Keamanan adalah basis motivasi
yang dibutuhkan para pegawai. Deming yakin bahwa pada hakikatnya setiap orang ingin
melakukan kerja dengan baik asalkan merekan bekerja dalam lingkungan yang mampu
mendorong semanagat mereka.
Uraikan kendala-kendala antar departemen. Orang dalam departemen berbeda harus dapat bekerja
bersama sebagai sebuah tim. Organisasi tidak diperkenankan untuk memiliki unit atau depatemen
yang mendorong pada arah yang berbeda.
Hapuskan slogan, desakan, dan target serta tingkatkan produktifitas tanpa menambah beban kerja.
Tekanan untuk bekerja giat mempresentasikan sebuah pemaksaan kerja oleh seorang manajer .
slogan dan target memiliki sedikit dampak praktis terhadap pekerja . kebanyakan persoalan
produksi terletak pada persoalan sistem dan ini merupakan tanggung jawab manajemen untuk
mengatasinya.
Hapuskan standar kerja yang menggunakan quota numerik
Hilangkan kendala-kendala yang merampas kebanggaan karyawan atas keahliannya. Hal ini perlu
dilakukan dengan menghilangkan sistem penilaian dan penghitungan jasa. Deming telah berupaya
keras menentang sistem penilaian yang mana diyakini menempatkan pekerja dalam kompetisi
antara satu dengan yang lain dan merusak kerja tim.
Lembagakan aneka program pendidikan yang meningkatkan semangat dan peningkatan kualitas
kerja
Tempatkan setiap orang dalam tim kerja agar dapat melakukan transformasi. Transformasi menuju
sebuah kultur mutu adalah tugas setiap orang.
Langkah langkah tersebut kemudian dikembangkan menjadi lima konsep program TQM yang
efektif yaitu: perbaikan berkelanjutan, pemberdayaan karyawan, perbandingan kinerja
(benchmarking), penyediaan kebutuhan tepat pada waktunya, dan pengetahuan tentang piranti
TQM (Render dan Herizer, 2004).

Sedangkan Juran (1995), mengembangkan trilogi Juran dalam pengelolaan mutu , dilakukan
melalui penggunaan tiga tahap manajemen, yaitu:
Perencanaan mutu: aktivitas pengembangan produk dan proses yang dibutuhkan untuk memenuhi
kebutuhan pelanggan
Pengendalian mutu: aktivitas evaluasi kinerja kualitas, membandingkan kinerja nyata dengan
tujuan kualitas, dan bertindak berdasarkan perbedaan.
Peningkatan mutu: cara-cara meningkatkan kinerja kualitas ke tingkat yang lebih dari
sebelumnya.
Di sini Juran menganjurkan penggunaan sebuah pendekatan tahap demi taham untuk
menyelesaikan masalah dalam meningkatkna mutu. Pendekatan ini kemudian lebih dikenal dengan
Manajemen Mutu Strategis ( Strategic Quality Management).

Sementara Philip Chrosby mengidentifikasi empat belas tahapan mencapai zero defectsyang
melibatkan pentingnya kelompok kualitas, pengukuran kualitas yang ada, mengestimasi biaya
kualitas, mengeliminasi kesalahan dan proses pengerjaan ulang
(Bhat dan Cozzoline, 2003).
Program Crosby itu dijabarkan sebagai berikut :
Komitmen manajemen (management Commitment). Hal ini adalah hal yang paling krusial menuju
sukses dan merupakan poin yang disepakati oleh semua para ahli mutu. Inisiatif mutu harus
diarahkan dan dipimpin oleh manajemen senior. Crosby menandaskan bahwa komitmen ini harus
dikomunikasikan dalam sebuah statement kebijakan mutu, yang harus singkat, jelas, dan dapat
dicapai.
Membangun Tim Peningkatan Mutu ( Quality Improvement Team) di atas dasar komitmen.
Dikarenakan setiap fungsi dalam organisasi menjadi kontributor potensial bagi kerusakan dan
kegagalan mutu maka setiap bagian organisasi harus berpartisipasi dalam upaya peningkatan
mutu. Tim peningkatan mutu bertugas mengatur dan mengarahkan program yang akan
diimplementasikan melalui oraganisasi.
Pengukuran Mutu ( Quality Measurement). Hal ini dibutuhkan untuk mengukur ketidaksesuaian
yang saat ini atau yang akan muncul dengan cara evaluasi dan perbaikan. Bentuk pengukuran ini
berbeda antara organisasi produksi dan organisasi layanan dan bentuk tersebut bergantung pada
data inspeksi, laporan pemeriksaan data statistik dan data umpan balik dari pelanggan.
Mengukur Biaya Mutu ( The Cost of Quality). Biaya mutu terdiri dari baiaya kesalahan, biaya kerja
ulang, biaya pembongkaran, baiaya inspeksi dan biaya pemeriksaan
Membangun kesadaran Mutu (Quality Awareness) yaitu langkah untuk menumbuhkan kesadaran
setiap orang dalam organisasi tentang biaya mutu (The Cost of Quality) dan keharusan untuk
mengimplementasikan program yang dicanagkan Tim Peningkatan Mutu (Quality Improvement
Team).
Kegiatan Perbaikan (Correctve Actions). Pihak pengawas harus bekerjasama dengan para staf
untuk memperbaiki mutu yang rendah. Metodologi yang sistematis diperlukan untuk mengatasi
masalah.
Salah satu cara untuk menyoroti proses peningkatan mutu adalah melalui langkah ketujuh ini
yaitu Perencanaan Tanpa Cacat (Zero Defect Planning). Crosby berpendapat bahwa program tanpa
cacat harus diperkenalkan dan dipimpin oleh tim Peningkatan Mutu yang juga bertanggung jawab
terhadap implementasinya. Beliau juga menagatakan bahwa seluruh staf harus menandatangani
kontrak formal mewujudkan kontrak formal tanpa caact dalam tugas dan kerja mereka.
Pelatihan Pengawa (Supervisor Training). Pelatihan ini penting bagi para manajer agar mereka
memahami peranan mereka dalam roses peningkatan mutu dan pelatihan ini bisa dilakukan
melalui program pelatihan formal.
Hari Tanpa Cacat ( Zero defect Day), ini adalah kegiatan sehari penuh yang memperkenalkan ide
tanpa cacat. Acara ini semacam Family gathering atau Annivesary Party yang pada dasarnya
adalah sebuah acara atau pesta untuk menyoroti dan merayakan penerapan metode tanpa cacat
dan untuk menekankan Komitmen Manajemen terhadap metode tersebut.
Penyusunan Tujuan (Goal Setting). Langkah ini dimaksudkan agar para staf dapat
mengkomunikasikan kepada manajemen tentang situasi tertentu yang mempersulit implementasi
metode tanpa cacat. Hal ini dapat diraih dengan mendesain sebuah bentuk standar yang sesuai
dengan garis manajemen dan semua bentuk tersebut harus sudah menerima jawaban dalam
periode waktu tertentu.
Pengakuan (Recognition) hal ini sangat penting dilakukan bagi mereka yang telah berpartisipasi
dalam usaha peningkatan mutu suatu organisasi.
Mendirikan Dewan-Dewan Mutu (Quality Councils), langkah ini juga sebuah struktur institusioanal
yang dianjurkan oleh Juran yaitu mengikut sertakan para tenaga profesional mutu untuk
menentukan bagaimana masalah dapat ditangani dengan tepat dan baik.
Lakukan Lagi (Do it Over Again) Program mutu adalah proses yang tidak pernah berakhir. Ketika
tujuan program telah tercapai maka program tersebut harus dimulai lagi.
Zero Defects ini adalah kontribusi pemikiran Crosby yang utama dan kontroversial tentang mutu
dan ide ini adalah sebuah ide yang sangat kuat. Ide ini adalah komitmen untuk selalu sukses dan
menghilangkan kegagalan.

IV.Hambatan Penerapan Manajemen Mutu Terpadu


Metode-metode yang digunakan dalam penerapan TQM dan dapat meningkatkan kemampuan
lembaga pendidikan tersebut untuk menyediakan lulusan yang bermutu, dalam berbagai program
kemampuan atau keilmuan dan keterampilan atau kejuruan.
Namun demikian, penerapan filosofi TQM di sektor pendidikan ini bukannya tanpa kendala.
Menurut Hittman (1993), ada beberapa hambatan yang sering dihadapi dalam menerapkan filosofi
tersebut, antara lain sebagai berikut.
(1) Sasaran dari berbagai metode perbaikan kualitas tradisional pada lembaga-lembaga pendididkan
hanya berupa kesesuaian terhadap standar
(2) Standar jaminan kualitas seringkali disusun terlalu rendah atau terlalu tinggi, sehingga program-
program pendidikan akan mengalami kesulitan dalam pencapaiannya.
(3) Definisi klasik mengenai jaminan kualitas terlalu sempit.
(4) Pendekatan yang mutakhir mengkonsentrasikan hanya pada performansi pengajaran dan
mengurangi penekanan pada kontribusi dari hal-hal yang bukan berkaitan dengan pengajaran.
(5) Pendekatan yang mutakhir yang hanya menekankan pada instruktur pendidikan.
Kesuksesan dalam penerapan TQM di suatu lembaga pendidikan tergantung dari visi yang
digunakan oleh oleh para guru atau dosen, guru besar, dan para pemimpin departemen.
Sasarannya adalah memperbaiki proses belajar dengan memberdayakan para peserta didik dan
meningkatkan tanggungjawabnya dalam proses belajar.
Filosofi TQM memang selalu menuntut perubahan dan perbaikan, sehingga membutuhkan
waktu lama dalam penerapannya. Perubahan dan perbaikan tersebut antara lain meliputi metode
pengajaran, prestasi peserta didik, komunikasi, pelayanan misalnya dalam penyediaan kantin,
transportasi, pemeliharaan, dan pembelian. Dengan kesadaran untuk selalu melakukan perbaikan
secara berkesinambungan maka filosofi TQM akan terlaksana dan tujuan lembaga pendidikan
untuk meningkatkan mutu dapat tercapai.
TQM di suatu lembaga pendidikan tidaklah mahal dan bukan bertujuan untuk membuat
kekacauan, melainkan diharapkan dapat melibatkan seluruh sumber daya yang dimiliki untuk
mencapai mutu pendidikan yang lebih baik. Di bawah payung TQMyang lebih menekankan pada
budaya daripada teknik, lembaga-lembaga pendidikan akan bekerja sebagai partner dalam
menyediakan kurikulum atau rencana program untuk mendukung TQM untuk meningkatkan mutu
pen-didikan.

V. Hambatan Penerapan TQM di Sekolah


Penerapan suatu sistem manajemen selalu mengakibatkan terganggunya keseimbangan.
Timbul dua pihak yang pro dan kontra, menerima TQM dan menolak TQM. Penolakan TQM
dikarenakan adanya perubahan dalam manajemen. Yaitu menyangkut nilai-nilai yang sudah
mapan. Jika dibandingkan nilai-nilai budaya Indonesia dengan nilai-nilai TQM akan tampak sebagai
berikut: (Hasibuan, 2000:227)
Nilai-nilai Budaya Indonesia : Nilai-Nilai TQM :
1. asas kekeluargaan 1. Kerja sama
2. gotong royong 2. total partisipasi
3. tut wuri handayani 3. menghargai sesama
4. bhineka tunggal ika 4. menghargai keunikan & kreativita

Mengapa orang enggan menerima perubahan sistem manajemen?, hal ini karena
menyangkut ketidak pastian hasil, kesulitan melaksanakan, kebiasaan yang sudah ada, dan
ancaman terhadap dirinya sendiri. (hasibuan, 2000:227). Sehingga dapat dikatakan bahwa cara
berfikir dan bertindak yang dilakukan berulang akan menjadi kebiasaan yang sulit diubah kecuali
otak kita diinstal dengan program baru (seperti software komputer saja).
Penelitian Usman (1996) menyimpulkan bahwa pelaksanaan Pengembangan Sekolah
Seutuhnya (PSS) di SMK mengalami kegagalan karena kepala sekolahnya masih cenderung
menampilkan gaya kepemimpinan otoriter, hal ini karena lemahnya kemandirian sekolah akibat
pembinaan pemerintah yang masih sentralistik, Birokratik, formalistik, konformistik, uniformistik
dan mekanistik. Pembinaan yang demikian ini tidak memberdayakan potensi sekolah. Akibatnya,
setiap hierarki yang berada di bawah kekuasaan bersikap masa bodoh, apatis, diam supaya aman,
menunggu perintah, tidak kreatif dan tidak inovatif, kurang berpartisipasi dan kurang bertanggung
jawab, membuat laporan asal bapak senang dan takut mengambil resiko.
Kendala pelaksanaan program TQM datang dari bawahan dan atasan, saya membatasi
kendala hanya dari atasan yaitu kepala sekolah. we cant see a Good School without a Good
Principle, kendala dari atasan (kepala sekolah) menurut Hasibuan (2000:225) adalah (a) atasan
tidak mendukung gagasan TQM; (b) sangat sibuk, tidak ada waktu; (c) kurangnya kewenangan
yang dimiliki; (d) belum memahami secara jelas pengertian TQM, dan (e) atasan menganut
sentralisasi wewenang. Sedangkan hambatan dari pihak guru biasanya tergantung bagaimana
gaya kepemimpinan kepala sekolah, salah satu cara menggerakkan guru dan staf lainnya untuk
berpartisipasi dalam menjalankan TQM adalah prinsip motivasi. Kepala sekolah harus mampu
merangsang guru termotivasi untuk mengerjakan tugasnya.
Hamzah B. Uno (2007:71) mendifinisikan motivasi kerja sebagai salah satu faktor yang
turut menentukan kinerja seseorang. Besar atau kecilnya pengaruh motivasi pada kinerja
seseorang tergantung pada seberapa banyak intensitas motivasi yang diberikan. Jadi jika
dikaitkan dengan motivasi kerja seorang guru dalam mengajar biasanya tercermin dalam berbagai
kegiatan dan bahkan prestasi yang dicapai guru tersebut. Sedangkan motivasi kerja guru menurut
Hamzah B. Uno (2007) adalah suatu proses yang dilakukan untuk menggerakkan guru agar
perilaku mereka dapat diarahkan pada upaya-upaya nyata untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
Jadi penulis dapat menyimpulkan bahwa untuk keberhasilan dalam penerapan TQM di
sekolah kepala sekolah harus menerapkan prinsip-prinsip pengelolaan sekolah secara sederhana
yaitu dengan istilah KITA (hanya pemikiran penulis saja), yaitu (a) Kebersamaan :ciptakan
prinsip-prinsip kebersamaan didalam mengelola sekolah, oleh karena itu setiap orang dalam
organisasi sekolah diperlakukan dengan baik dan diberi kesempatan untuk terlibat dan
berpartisipasi dalam tim pengambil keputusan; (b) Inovasi dan Kreativitas : hanya dengan
Inovasi dan kreativitas para pengelola sekolah maka sekolah akan tampil beda dari sekolah lain;
(c) Transparansi: perlu diciptakan iklim keterbukaan oleh kepala sekolah, karena hanya dengan
kejujuranlah bawahan akan termotivasi untuk bekerja; dan (d) Akuntabilitas : apa yang telah
dikerjakan oleh seorang pemimpin harus dipertanggung jawabkan kepada pelanggan (manusia)
dan kepada Sang Pencipta (Tuhan Yang Maha Kuasa)

VI. Penutup
Total Quality Management (TQM) memang merupakan suatu proses dan filosofi dasar yang akan
berhasil bila diterapkan secara serentak pada semua level dalam organisasi. Penerapan TQM tidak
memerlukan peralatan atau sistem manajemen baru, melainkan komitmen atau kesadaran untuk
mengadakan perubahan budaya yang berorientasi pada peningkatan kualitas dan perbaikan
seluruh proses secara terus-menerus, menyeluruh, dan berkesinambungan. TQM memang dapat
diterapkan dalam organisasi apa pun tak terkecuali. Dengan memperhatikan cara penerapannya,
dalam bidang apa saja filosofi tersebut diterapkan, dan bagaimana mensiasati kendala dan
hambatan yang menghalangi pene-rapan tersebut pada organisasi pendidikan tinggi, maka
pelaksanaan yang membutuhkan waktu lama tidak akan terasa. Selain itu, apabila diikuti dengan
benar maka keberhasilan akan berada di tangan, baik individu maupun organisasi.

Anda mungkin juga menyukai