Anda di halaman 1dari 19

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Pada saat ini penyakit peradangan payudara sangat merajala lela pada kalangan
wanita khususnya pada wanita yang masih pertama kali hamil. Penyakit yang menyerang
payudara ternyata tak hanya kanker payudara saja. Ada penyakit lain yang tak kalah
berbahayanya yaitu abses mammae. Abses mammae ini biasanya diderita oleh ibu yang
baru melahirkan dan menyusui. Radang ini terjadi karena si ibu tidak menyusui atau
puting payudaranya lecet karena menyusui. Kondisi ini bisa terjadi pada satu atau kedua
payudara sekaligus. Abses payudara merupakan istilah medis untuk peradangan payudara.
Gejalanya antara lain payudara memerah, terasa sakit serta panas dan membengkak. Bila
semakin parah, maka suhu tubuh meningkat hingga lebih dari 38 derajat Celcius dan
timbul rasa lelah yang sangat.

Abses ini biasanya terjadi pada wanita yang menyusui dan paling sering terjadi dalam
waktu 1-3 bulan setelah melahirkan. Sekitar 1-3% wanita menyusui mengalami abses
mammae pada beberapa minggu pertama setelah melahirkan.

1.2.Tujuan

1.untuk mengetahui pengertian abses mammae

2.untuk mengetahui penyebab dan factor resiko abses mammae

3.untuk mengetahui tanda dan gejala abses payudara

4.untuk mengetahui patofisiologi abses payudara

5.untuk memahami penatalaksanaan pada pasien dengan abses mammae


BAB II

LANDASAN TEORI

2.1.Definisi Abses Payudara

Abses payudara adalah suatu penimbunan nanah, biasanya terjadi akibat suatu
infeksi bakteri. Jika bakteri menyusup ke dalam jaringan yang sehat, maka akan
terjadi infeksi. Sebagian sel mati dan hancur, meninggalkan rongga yang berisi
jaringan dan sel-sel yang terinfeksi. Sel-sel darah putih yang merupakan pertahanan
tubuh dalam melawan infeksi, bergerak ke dalam rongga tersebut dan setelah menelan
bakteri, sel darah putih akan mati. Sel darah putih inilah yang mengisi rongga
tersebut.

Akibat penimbunan nanah ini, maka jaringan disekitarnya akan terdorong.


Jaringan pada akhirnya tumbuh di sekeliling abses dan menjadi dinding pembatas
abses. Hal ini merupakan mekanisme tubuh untuk mencegah penyebaran infeksi lebih
lanjut. Jika suatu abses pecah didalam, maka infeksi bisa menyabar di dalam tubuh
maupun dibawah permukaan kulit, tergantung pada lokasi abses.

2.2.Etiologi dan factor resiko Abses Payudara

Infeksi payudara biasanya disebabkan oleh bakteri yang banyak ditemukan


pada kulit yang normal (Staphylococcus aureus).Bakteri seringkali berasal dari mulut
bayi dan masuk ke dalam saluran air susu melalui sobekan atau retakan di kulit
(biasanya pada puting susu). Mastitis biasanya terjadi pada wanita yang menyusui dan
paling sering terjadi dalam waktu 1-3 bulan setelah melahirkan.

Sekitar 1-3% wanita menyusui mengalami mastitis pada beberapa minggu


pertama setelah melahirkan.

Pada wanita pasca menopause, infeksi payudara berhubungan dengan


peradangan menahun dari saluran air susu yang terletak di bawah puting susu.
Perubahan hormonal di dalam tubuh wanita menyebabkan penyumbatan saluran air
susu oleh sel-sel kulit yang mati. Saluran yang tersumbat ini menyebabkan payudara
lebih mudah mengalami infeksi.

Suatu Infeksi bakteri bisa menyebabkan abses melalui beberapa cara :

Bakteri masuk ke bawah kulit akibat luka dari tusukan jarum tidak steril.
Bakteri menyebar dari suatu infeksi dibagian tubuh yang lain.
Bakteri yang dalam keadaan normal, hidup di dalam tubuh manusia dan tidak
menimbulkan gangguan, kadang bisa menyebabkan terbentuknya abses.

Peluang terbentuknya suatu abses akan meningkat jika :

Terdapat kotoran atau benda asing di daerah tempat terjadinya infeksi.


Daerah yang terinfeksi mendapatkan aliran darah yang kurang.
Terdapat gangguan system kekebalan.

Abses Payudara merupakan komplikasi yang terjadi akibat adanya infeksi


payudara. Infeksi ini paling sering terjadi selama menyusui, akibat masuknya bakteri
ke jaringan payudara. Peradangan atau infeksi payudara atau yang disebut mastitis
dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, perembesan sekresi melalui fisura di putting,
dan dermatitis yang mengenai putting. Bakteri seringkali berasal dari mulut bayi dan
masuk ke dalam saluran air susu melalui sobekan atau retakan dikulit (biasanya pada
putting susu). Abses payudara bisa terjadi disekitar putting, bisa juga diseluruh
payudara.

Faktor risiko

Diabetes mellitus
Selain diabetes dan obesitas yang merupakan faktor risiko utama, beberapa faktor lain
ternyata dapat meningkatkan risiko abses payudara. Hal ini terungkap dalam sebuah
penelitian di University of Iowa, yang dipublikasikan dalam Journal of The American
College of Surgeons edisi Juli 2010.
Perokok berati
salah satu faktor yang dimaksud adalah rokok, yang dapat meningkatkan risiko abses
payudara 6 kali lipat dibanding pada wanita yang tidak merokok. Selain itu, rokok
juga membuat peluang kekambuhan melonjak hingga 15 kali lipat. Dari sejumlah
pasien yang mengalami kekambuhan, 60 persen di antaranya merupakan perokok
berat. Oleh karena itu, peneliti menyarankan para pendeita abses yang merokok untuk
menghentikan kebiasaanya agar risiko kambuh bisa dikurangi.

Dalam penelitian ini, para ahli melibatkan 68 wanita yang mengalami abses payudara,
termasuk 43 wanita perokok dan 9 wanita yang memiliki tindik di putingnya. Seluruh
partisipan tidak memiliki riwayat kanker payudara dan tidak sedang menjalani
penyinaran dengan radiasi maupun operasi payudara dalam 12 bulan terakhir.

faktor berikutnya yang baru pertama kali diungkap adalah tindik di bagian puting
susu.

Risiko untuk mengalami abses payudara pada wanita yang putingnya ditindik cenderung
meningkat pada kurun waktu hingga 7 tahun sejak tindik dibuat.

Infeksi setelah melahirkan


Kelelahan
Anemia
Penggunaan obat steroid
Rendahnya sistem imun
Penanaman silicon

2.3.Gejala Abses Payudara

Gejala dari abses tergantung pada lokasi dan pengaruhnya terhadap fungsi suatu
organ atau syaraf. Gejala dan tanda yang sering ditimbulkan oleh abses payudara
diantaranya :

Tanda-tanda inflamasi pada payudara (merah, panas jika disentuh, membengkak dan
adanya nyeri tekan).
Teraba massa, suatu abses yang terbentuk tepat dibawah kulit biasanya tampak
sebagai suatu benjolan. Jika abses akan pecah, maka daerah pusat benjolan akan
lebih putih karena kulit diatasnya menipis.
Gejala sistematik berupa demam tinggi, menggigil, malaise.
Nipple discharge (keluar cairan dari putting susu, bisa mengandung nanah)
Gatal-gatal
Pembesaran kelenjar getah bening ketiak pada sisi yang sama dengan payudara yang
terkena.

2.4.Patofisiologi Abses Payudara

Luka atau lesi pada putting terjadi peradangan masuk (organisme ini biasanya dari
mulut bayi) nya pengeluaran susu terhambat nya produksi susu normal nya penyumbatan
duktus nya terbentuk abses.

Abses dikulit atau dibawah kulit sangat mudah dikenali, sedangkan abses dalam
seringkali sulit ditemukan. Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil
pemeriksaan fisik. Jika tidak sedang menyusui, bisa ditemukan mammografi atau biopsy
payudara.

Pada penderita abses biasanya pemeriksaan darah menunjukkan peningkatan


jumlah sel darah putih. Untuk menentukan ukuran dari lokasi bses dalam, bisa dilakukan
pemeriksaan roentgen, USG atau CT scan.

Suatu abses seringkali membaik tanpa pengobatan, abses pecah dengan sendirinya san
mengeluarkan isinya. Kadang abses menghilang secara perlahan karena tubuh
menghancurkan infeksi yang terjadi dan menyerap sisa-sisa infeksi. Abses tidak pecah
dan bisa meninggalkan benjolan yang keras

2.5.Penanganan Abses Payudara

penanganan untuk absees diantaranya adalah :

1. Untuk meringankan neri dan mempercepat penyembuhan, suatu abses bisa ditusuk
dan dikelaurkan isinya dengan insisi. Insisi bisa dilakukan radial dari tengah dekat
pinggir areola, ke pinggir supaya tidak memotong saluran ASI.
2. Suatu abses tidak memliki aliran darah, sehingga pemberian antibiotic biasanya sia-
sia. Antibiotic bisa diberikan setelah suatu abses mongering dan hal ini dilakukan
untuk mencegah kekambuhan. Antibiotic juga diberikan jika abses menyebarkan
infeksi ke bagian tubuh lainnya.
3. Dapat diberikan parasetamol 500mg tiap 4 jam sekali bila diperlukan.
4. Dilakukan pengompresan hangat pada payudara selama 15 20 menit, 4 kali/hari.
5. Sebaiknya dilakukan pemijatan dan p emompaan air susu pada payudara yang
terkena untuk mencegah pembengkakan payudara.
6. Untuk mengurangi nyeri bisa diberikan obat pereda nyeri (misalnya acetaminophen
atau ibuprofen) karena kedua obat tersebut aman diberikan untuk ibu menyusui dan
bayinya.
BAB III

MANAJEMEN VARNEY ABSES PAYUDARA

Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai


metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasrkan teori
ilmiah,temuan,ketrampilan dalam rangakaian/ tahapan yang logis untuk mengambil suatu
keputusan yang tervokus pada klien (Varney,1997)

PENGUMPULAN DATA
Langkah ini dilakukan dengan melakukan pengkajian melalui proses
pengumpulan data yang diperlukaan untuk mengevaluasi keadaan pasien secara lengkap
seperti riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan, peninjauan catatan
terbaru atau catatan sebelumnya, data laboraturium dan membandingkannya dengan hasil
studi.

Data Subyektif

Data subyektif adalah data yang didapatkan dari klien sebagai suatu pendapat
terhadap suatu situasi dan kejadian.
1. Identitas
Nama Ibu / suami
Dikaji dengan jelas dan lengkap agar tidak terjadi kekeliruan dalam memberikan
asuhan kebidanan
Umur Ibu / suami
Dikaji untuk mengetahui berapa umur ibu
Agama
Dikaji untuk mengantisipasi kebiasaaan religius yang berkaitan dengan masa nifas.
Perasaan tenang, jenis kelamin, tenaga kesehatan dan beberapa kasus penggunaan produk
rendah (Wheeler, 2004)
Suku Bangsa
Dikaji untuk mengetahui bahasa yang digunakan pasien sehingga mempermudah
dalam berkomunikasi dengan pasien (Prawirohardjo, 2005)
Pendidikan
Dikaji untuk mempermudah tenaga kesehatan dalam memberikan asuhan sesuai
dengan tingkat pendidikan, memahami klien sebagai individu dan memberikan gambaran
kemampuan baca tulisnya (Wheeler, 2004)
Pekerjaan
Untuk mengkaji kecukupan ekonomi pada keluarga klien dan untuk mendeteksi
adanya ancaman bahaya lingkungan kerja yang dapat membahayakan ibu dan bayi
(Wheeler, 2004).
Alamat
Dikaji secara jelas dan lengkap diperlukan agar bila sewaktu-waktu pasien terjadi
kegawatdaruratan atau perlu tindakan segera dapat dengan mudah menghubunginya,
disamping itu alamat juga dikaji untuk kepentingan kunjungan rumah (Matondang, 2003)

2. Alasan datang
Dikaji untuk mengetahui tujuan utama pasien datang ke tenaga kesehatan. Pada
kasus ibu nifas dengan abses payudara alasan datang adalah ingin memeriksakan daerah
payudara ibu.
3. Keluhan utama
Keluhan utama adalah keluhan yang dirasakan pertama kali pada pasien (Varney,
2007). Pada kasus masa nifas dengan abses payudara keluhan yang dirasakan ibu adalah
ibu merasa badannya panas, payudaranya terasa sakit dan membengkak dan
mangeluarkan asi sedikit, sehingga tidak bisa menyusui bayinya.

4. Riwayat kesehatan sekarang


Dikaji tanda-tanda dan gejala-gejala yang ditemukan ibu nifas, mungkin
diperlukan terapi untuk mengatasi gejala dini atau penyeledikan lebih lanjut jika terdapat
gejala abnormal (Sujiyatini dkk, 2008).

5. Riwayat kesehatan yang lalu


Dikaji semua riwayat sakit, cidera, reaksi terhadap pengobatan, perawatan rumah
sakit, alergi yang diketahui, transfusi darah, semua riwayat pembedahan khususnya yang
berhubungan dengan struktur panggul untuk penyelidikan khusus mungkin diperlukan
untuk memperkirakan atau mencegah semua komplikasi yang mungkin terjadi dalam
masa nifas.
Riwayat kesehatan yang lalu juga dikaji untuk mengetahui apakah ibu menderita
penyakit menular seperti :
TBC : dapat menyebabkan ibu mengalami Mastitis Supurativa pada saat masa nifas.

6. Riwayat Kesehatan Keluarga


Untuk mengetahui apakah dalam keluarga ada yang menderita penyakit menular
dan penyakit menurun seperti hipertensi, DM, TBC, asma .
7. Riwayat perkawinan
Dikaji untuk mengetahui menikah berapa kali dan berapa lama menikah karena
status perkawinan ibu yang jelas atau terjadi kehamilan di luar nikah akan mengganggu
keadaan psikologis ibu (Prawirohardjo, 2005).
8. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Untuk mengetahui apakah ibu sebelumnya pernah hamil, bersalin,dan adakah
resiko atau penyakit. Bila ada dapat diantisipasi dengan segera oleh petugas kesehatan,
sehingga komplikasi tidak terjadi.
a. Kehamilan : Adakah gangguan seperti mual, muntah berlebihan, hipertensi dan
perdarahan pada kehamilan (Varney, 2007).
b. Persalinan: Spontan atau buatan, lahir aterm atau prematur, ada perdarahan waktu
persalinan atau tidak, ditolong oleh siapa dan dimana tempat melahirkan (Varney, 2007).
Melakukan pengkajian terhadap riwayat persalinan lalu yang kemungkinan berhubungan
dengan persalinan saat ini :
- Cara persalinan (apakah menggunakan tenaga ibu atau dengan bantuan alat), cara
persalinan yang lalu dapat memberikan gambaran mengenai ukuran panggul ibu.
- Ukuran janin (berat janin, panjang, lingkar kepala ), ukuran janin yang kecil dapat
meningkatkan resiko presentasi puncak kepala dibanding ukuran janin normal.
- Usia kehamilan saat persalinan, dapat memberikan gambaran ukuran panggul ibu.
Pada ibu yang kelahiran sebelumnya pervaginam dengan anak prematur tetap perlu
dilakukan pengukuran ukuran panggul luar jika ada indikasi.
- Keadaan bayi saat lahir
c. Nifas : Adakah terjadi perdarahan, infeksi dan bagaimana laktasinya (Varney, 2007).
d. Anak: jenis kelamin, hidup atau mati, berat badan waktu lahir, panjang badan, lingkar
kepala dan lingkar dada (Varney, 2007).

9. Riwayat Anak
Untuk mengatahui jenis kelamin, jumlah anak, hidup/mati, dan berat badan waktu
lahir.
10. Riwayat psikososial, spiritual dan ekonomi
Psikologis perlu dikaji untuk mengetahui bahwa kehamilannya diterima oleh
dirinya, suami dan keluarga atau tidak karena apabila ibu tidak mendapat dukungan
sehingga psikologi ibu terganggu dan dapat mengganggu kehamilannya (Prawirohardjo,
2005).
Penggunaan obat-obatan atau jamu dikaji untuk mengetahui apakah ibu
mengonsumsi jamu atau obat yang dapat membahayakan kehamilannya karena dapat
menimbulkan kelainan organ pada janin (Wiknjosastro, 2005).
- Respon ibu dan keluarga terhadap kelahiran bayinya : untuk mengetahui adanya
dukungan psikologi dan emosional dari keluarga atas kehamilan ibu.
- Ekonomi (diketahui dari jenis pekerjaan) : untuk mengetahui kemampuan ibu
dalam memenuhi kebutuhan. baik kebutuhan nutrisi, pakaian, maupun kebutuhan lainnya
- Pengambil keputusan dalam keluarga : untuk mengetahui pengambil keputusan
sehingga memudahkan bidan dalam menanyakan keputusan yang akan diambil saat
berada dikondisi yang mendesak.

11. Pola kebutuhan sehari-hari


a. Nutrisi
Untuk mengetahui status gizi ibu, apakah sudah memenuhi standar makanan yang
dibutuhkan atau belum. Dikarenakan ibu pada masa nifas harus menyusui sehingga
membutuhkan banyak nutrisi agar kebutuhan bayi dan ibu dapat terpenuhi.
b. Eliminasi
BAK ditanyakan apakah ibu sudah bisa BAK setelah persalinan, karena biasanya ibu
setelah persalinan apalagi memiliki jahitan pada perineum takut untuk BAK maupun
BAB, jika urine di tahan maka akan mengakibatkan infeksi. biasanya dalam 6 jam
pertama post partum pasien sudah dapat BAK.
Dalam Dalam 24 jam pertama , pasien juga sudah harus dapat buang air besar. Buang
air besar tidak akan memperparah luka jalan lahir, maka dari itu buang air besar tidak
boleh ditahan-tahan . BAB Hal ini disebabkan tonus otot usus menurun selama proses
persalinan dan awal masa pascapartum, diare sebelum persalinan, enema sebelum
melahirkan, kurang makan, dehidrasi, hemoroid ataupun laserasi jalan lahir.
c. Aktivitas
Untuk mengetahui aktivitas ibu berlebihan atau tidak dan adakah trauma atau
kecelakaan kerja (Sujatini dkk, 2006).
d. Istirahat
Wanita dalam mas nifas dianjurkan untuk merencanakan istirahat yang cukup yang
teratur. Jadwal istirahat dan tidur perlu diperhatikan dengan baik agar dapat memulihkan
kembali keadaan fisik, karena jika ibu kurang istirahat dapat mengurangi jumlah ASI
yang di produksi, memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan,
dan dapat menyebabkan depresi dan ketidaknyamanan untuk merawat bayi dan diri
sendiri
e. Personal hygiene
Dikaji kebiasaan ibu dalam menjaga kebersihan dirinya yaitu kebiasaan mandi,
mengganti pembalut minimal 2 kali dalam sehari. Mencuci tangan denga sabun dan air
setiap kali selesai membersihkan daerah kemaluan. Dan membersihkan daerah putting
payudara sebelum dan sesudah menyusui.
f. Hubungan seksual
Dikaji untuk mengetahui pola hubungan seksual dengan suami, karena dalam
masa nifas belum boleh melakukan hubungan seksual sebelum 40 hari masa nifas .
Secara fisik, aman untuk melakukan hubungan seksual begitu darah merah berhenti dan
ibu dapat memasukan satu atau dua jarinya ke dalam vagina tanpa rasa nyeri. Tetapi
banyak budaya dan agama yang melarang sampai masa waktu tertentu misalnya 40 hari
atau 6 mingggu setelah melahirkan. Namun kepiutusan itu etrgantung pada pasangan
yang bersangkutan.

DATA OBJEKTIF

1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum
Untuk mengetahui keadaan pasien dan kesan pertama pada klien
Kesadaran
Untuk mengetahui tingkat kesadaran ibu composmentis, apatis, somnolen, delirium,
sopor, koma.

o Compos Mentis : kesadaran normal, sadar sepenuhnya, dapat menjawab semua


pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya
o Apatis : keadaan kesadarn yang sedang untuk berhubungan dengan
sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh
o Delirium : gelisah, disorientasi (orang, tempat, waktu), memberontak,
berteriak-teriak, berhalusinasi, kadang berhayal
o Samnolen : kesadaran menurun, respon psikomotor yang lambat, udah tidur,
namun kesadaran data pulih bila dirangsang ( mudah dibangunkan tetapi jatuh
tertidur lagi, mampu memberi jawaban verbal)
o Sopor : keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada respon terhadap nyeri
o Coma : tidak biasa dibangunkan, tidak ada respon terhadap rangsangan
apapun

Keadaan sadar penuh akan mempermudah anamnesa


(Wiknjosastro, 2005).
Berat badan
Untuk mengetahui berat badan pasien Setelah melahirkan ibu akan kehilangan 5-6
kg berat badannya yang berasal dari bayi, ari-ari, air ketuban dan perdarahan persalinan,
2-3 kg lagi melalui air kencing sebagai usaha tubuh untuk mengeluarkan timbunan cairan
waktu hamil. Rata-rata ibu kembali ke berat idealnya setelah 6 bulan, walaupun sebagian
besar tetap akan lebih berat daripada sebelumnya.
Tekanan darah
Tekanan darah diukur untuk mengetahui kenormalan dan sebagai dasar untuk
memantau tekanan darah selama masa nifas .Tekanan darah normal yaitu 90/60 mmHg
130/90 mmHg
Nadi
Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 kali per menit. Pasca melahirkan,
denyut nadi dapat menjadi bradikardi maupun lebih cepat. Denyut nadi yang melebihi
100 kali per menit, harus waspada kemungkinan infeksi atau perdarahan post partum

Suhu
Satu hari (24jam) postprtum suhu badan akan naik sedikit (37,5C 38C)
sebagai akibat kerja keras waktu melahirkan, kehilangan cairan dan kelelahan.. Biasanya
pada hari ketiga suhu badan naik lagi karena adanya pembentukan ASI, buah dada
menjadi bengkak, berwarna merah karena banyaknya ASI. Bila suhu tidak turun
kemungkinan adanya infeksi pada endometrium, mastitis, tractus genitalis atau sistem
lain. Biasanya ibu yang terkena infeksi payudara atau abses payudara akan mengalami
Peningkatan suhu yang cepat dari (37,8 40 oC)
Pernafasan
Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan denyut nadi.
Bila suhu nadi tidak normal, pernafasan juga akan mengikutinya, kecuali apabila ada
gangguan khusus pada saluran nafas.
2. Pemeriksaan Fisik
Menurut Prawirohardjo (2005), pemeriksaan fisik dilakukan inspeksi, palpasi,
auskultasi dan perkusi untuk mengetahui keadaan umum yang mempengaruhi kesehatan
atau kehamilan dan persalinan ibu meliputi :
a. Mata
Perlu dikaji untuk mengetahui apakah ibu mengalami anemia atau tidak, dengan
melihat konjungtiva berwarna pucat atau tidak dan bagaimana skleranya.
b. Hidung
Perlu dikaji untuk mengetahui apakah ada pembesaran polip pada hidung yang
berpengaruh pada jalan nafas.
c. Mulut
Perlu dikaji tingkat kelembaban sehubungan dengan tingkat dehidrasi apakah ada
stomatitis atau tidak, gigi berlubang atau tidak.
d. Leher
Untuk mengetahui nampak pembendungan vena jugularis/tidak, nampak
pembesaran kelenjar tiroid /tidak
e. Dada
Observasi apakah simetris atau tidak, pengeluaran ASI, keadaan putting,
kebersihan.Saat palpasi adakah teraba benjolan cukup besar dan keras pada payudara dan
Area payudara kemerahan.
f. Abdomen
Perlu dikaji untuk mengetahui adakah luka bekas operasi, untuk mengetahui
tinggi fundus uteri apakah sesuai dengan hari atau tidak.
o Pada 1 minggu, TFU : teraba di pertengahan pusat dan simpisis dan berat
uterus 500gram diameter 7,5 cm
o Pada minggu ke 2 TFU sudah tidak teraba dengan berat 350 gram dan
diameter 5 cm
o 6 minggu TFU sudah kembali normal dengan berat 60gram dan diameter
2,5cm
g. Genetalia
Perlu dikaji untuk mengetahui adakah tanda-tanda infeksi vagina atau tidak,
keadaan luka jahitan dan kebersihan genetalia. pengeluaran lokhea sesuai hari atau tidak.
Lochea adalah istilah untuk sekret dari uterus yang keluar melalui vagina selama
puerperium
o Lochea Rubra
Lochea ini muncul pada hari ke 1-4 masa post partum. Cairan yang keluar
berwarna merah karena berisi darah segar, jaringan sisa sisa plasenta, dinding rahim,
lemak bayi, lanugo, dan meconium.
o Lochea Sanguinolenta
Cairan yang keluar berwarna merah kecoklatan dan berlendir. Berlangsung dari
hari ke 4 sampai ke 7 post partum.
o Lochea Serosa
Lochea ini berwarna kuning kecoklatan karena mengandung serum, leukosit dan
robekan/laserasi plasenta. Muncul pada hari ke 7 sampai ke 14 post partum.
o Lochea Alba
Mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel, selaput lendir serviks dan serabut
jaringan yang mati. Lochea ini berlangsung selama 2-6 minggu post partum
h. Anus
Perlu dikaji adakah haemoroid atau tidak.
i. Ekstremitas
Perlu dikaji apakah ada kelainan atau tidak, bisa digerakkan atau tidak, adakah
oedem, varices atau tidak.
Perkusi
Metode pemeriksaan dengan cara mengetuk dilakukan untuk mengetahui reflek
patella, bila negatif menunjukkan kekurangan vitamin B1 (Prihardjo, 2007).

1) Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk menegakkan diagnosa dan untuk menentukan
adakah faktor resiko .

INTERPRETASI DATA

Diagnosis Kebidanan : P_ Hnifas hari ke_ _ dengan infeksi payudara


Diagnosis Potensial : Abses Payudara
Masalah Aktual :

- Untuk mengetahu masalah yang dapat terjadi kepada ibu akibat infeksi payudara
mastitis, biasanya masalah yang akan terjadi adalah :
a. Peningkatan suhu yang cepat dari (37,8 40 oC)
b. Peningkatan kecepatan nadi
c. Menggigil
d. Malaise umum, sakit kepala
e. Area payudara kemerahan, sangat nyeri saat di tekan, dan menyakitkan, dengan
benjolan yang cukup besar dan keras

Masalah Potensial :
- Untuk mengetahui kemungkinan masalah yang dapat terjadi kepada ibu akibat
infeksi payudara mastitis agar dapat ditentukan tindakan apa yang harus di persiapkan,
biasanya masalah yang mungkin terjadi yaitu :
- Discharge putting susu purulenta
- Demam remiten ( suhu naik turun ) disertai mengigil
- Pembengkakan payudara dan nyeri yang hebat massa berukuran besar, keras
dengan area yang tidak rata, kemerahn dan pucat kebiruan pada kulit, menunjukkan
lokasi abses yang di penuhi pus

TINDAKAN SEGERA
Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera, seperti kompres air hangat,
pemberian analgetik dan antibiotik, menyusui segera.

INTERVENSI
1.Jelaskan pada ibu tentang kondisinya berdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan
2.Jelaskan pada ibu tentang infeksi payudara yang ibu alami
3.Beritahu ibu untuk kompres hangat pada payudara yang nyeri.
4.Beritahu ibu untuk meminum obat analgetik agar rasa nyeri pada bagian payudara yang
terkena dapat berkurang.
5.Memberikan informasi tentang teknik menyusui yang benar
6.Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup

IMPLEMENTASI
1.Jelaskan pada ibu tentang kondisinya berdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan
2.Jelaskan pada ibu tentang infeksi payudara yang ibu alami
3.Beritahu ibu untuk kompres hangat pada payudara yang nyeri
4.Beritahu ibu untuk meminum obat analgetik agar rasa nyeri pada bagian payudara yang
terkena dapat berkurang.
5. Memberikan informasi tentang teknik menyusui yang benar
6Anjurkan ibu untuk istirahat yang cukup.

EVALUASI
1.Ibu mengerti dengan penjelasan diberikan
2.Ibu mengerti tentang penyebab infeksi payudara yang dialaminya
3. Ibu mengerti dengan informasi yang diberikan tentang kompres hangat pada payudara
yang sakit.
4.Ibu mengerti dan mau meminum analgetik yang diberikan
5.Ibu mengeri dengan informasi teknik meyusui yang benar.
6.Ibu bersedia mengkonsumsi makanan yang bergizi dan istirahat yang cukup.
BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Abses adalah suatu penimbunan nanah, biasanya terjadi akibat suatu infeksi
bakteri. Jika bakteri menyusup ke dalam jaringan yang sehat, maka akan terjadi infeksi.
Sebagian sel mati dan hancur, meninggalkan rongga yang berisi jaringan dan sel-sel yang
terinfeksi. Sel-sel darah putih yang merupakan pertahanan tubuh dalam melawan infeksi,
bergerak ke dalam rongga tersebut dan setelah menelan bakteri, sel darah putih akan mati.
Sel darah putih inilah yang mengisi rongga tersebut. Biasanya abses disebabkan melalui
beberapa cara :

1. Bakteri masuk ke bawah kulit akibat luka dari tusukan jarum tidak steril.
2. Bakteri menyebar dari suatu infeksi dibagian tubuh yang lain.
3. Bakteri yang dalam keadaan normal, hidup di dalam tubuh manusia dan tidak
menimbulkan gangguan, kadang bisa menyebabkan terbentuknya abses.

Sedangkan Gejala dan tanda yang sering ditimbulkan oleh abses payudara
diantaranya :

Tanda-tanda inflamasi pada payudara (merah, panas jika disentuh, membengkak dan
adanya nyeri tekan).
Teraba massa, suatu abses yang terbentuk tepat dibawah kulit biasanya tampak
sebagai suatu benjolan. Jika abses akan pecah, maka daerah pusat benjolan akan
lebih putih karena kulit diatasnya menipis.
Gejala sistematik berupa demam tinggi, menggigil, malaise.
Nipple discharge (keluar cairan dari putting susu, bisa mengandung nanah)
Gatal-gatal
Pembesaran kelenjar getah bening ketiak pada sisi yang sama dengan payudara yang
terkena.
Adapun penanganan untuk absees diantaranya adalah :

1. Untuk meringankan neri dan mempercepat penyembuhan, suatu abses bisa ditusuk
dan dikelaurkan isinya dengan insisi.
2. Suatu abses tidak memliki aliran darah, sehingga pemberian antibiotic biasanya sia-
sia.
3. Dapat diberikan parasetamol 500mg tiap 4 jam sekali bila diperlukan.
4. Dilakukan pengompresan hangat pada payudara selama 15 20 menit, 4 kali/hari.
5. Sebaiknya dilakukan pemijatan dan pemompaan air susu pada payudara.
6. Untuk mengurangi nyeri bisa diberikan obat pereda nyeri.

4.2. saran

Penulis dalam penyusunan makalah ini telah berusaha semaksimal mungkin,


namun penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam kesempurnaan makalah
ini, untuk itu saran dan kritik yang membangun dari pembaca selalu penulis harapkan
demi penyusunan makalah-makalah selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Soedigmarto, m.prof.1979. Perawatan ibu.surabaya

Pardokor.h.dr.mph.1978.perawatan anak di pusat kesehatan.surabaya

Taber ben-zion, md. 1994. Kapita selekta kedokteran. Jakarta: egc.

Anemous www.google.com abses payudara

Anda mungkin juga menyukai