Anda di halaman 1dari 27

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang

Menurut kabo (2010) hipertensi adalah suatu kondisi medis yang kronis di mana tekanan
darah meningkat di atas tekanan darah yang disepakati normal.
Hipertensi adalah factor penyebab utama kematian karena stroke dan factor yang
memperberat infark miokard(serangan jantung). Kondisi tersebut merupakan gangguan yang
paling umum pada tekanan darah. Hiper merupakan gangguan asimptomatik yang sering
terjadi dengan peningkatan tekanan darah secra persisten.diagnosa hipertensi pada orang
dewasa dibuat saat bacaan diastolic rata-rata dua atau lebih,paling sedikit dua kunjungan
berikut adalah 90mmHg atau lebih tinggi atau bila tekanan darah multiple sistolik rerata pada
dua atau lebih kunjungan berikutnya secara konsisten lebih tinggi dari 140mmHg. (Potter &
Perry, 2005).

Di Amerika atau sekitar 60 juta individu dan hampir 1 milyar penduduk dunia menderita
hipertensi, dengan mayoritas dari populasi ini mempunyai risiko yang tinggi untuk
mendapatkan komplikasi kardiovaskuler. Data yang diperoleh dari Framingham Heart Study
menyatakan bahwa prevalensi hipertensi tetap akan meningkat meskipun sudah dilakukan
deteksi dini dengan dilakukan pengukuran tekanan darah (TD) secara teratur.(Joint National
Committee,JNC VII). Di Indonesia banyaknya penderita Hipertensi diperkirakan 15 juta
orang tetapi hanya 4% yang merupakan hipertensi terkontrol. Prevalensi 6-15% pada orang
dewasa, 50% diantaranya tidak menyadari sebagai penderita hipertensi sehingga mereka
cenderung untuk menjadi hipertensi berat karena tidak menghindari dan tidak mengetahui
factor risikonya, dan 90% merupakan hipertensi esensial.Saat ini penyakit degeneratif dan
kardiovaskuler sudah merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia.
Hasil survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1972, 1986, dan 1992 menunjukkan
peningkatan prevalensi penyakit kardiovaskuler yang menyolok sebagai penyebab kematian
dan sejak tahun 1993 diduga sebagai penyebab kematian nomor satu. Penyakit tersebut
timbul karena berbagai factor risiko seperti kebiasaan merokok, hipertensi, disiplidemia,
diabetes melitus, obesitas, usia lanjut dan riwayat keluarga. Dari faktor risiko diatas yang
sangat erat kaitannya dengan gizi adalah hipertensi, obesitas, displidemia, dan diabetes
melitus (http://ridwanamiruddin.com/2007/12/08/hipertensi) .Medical record rumahsakitislam
samarinda,2011 menggatakan Dewasa ini, penyakit infeksi telah menggalami pergeseran oleh
penyakit degenerative. Hal ini memberikan perhatian kepada tenaga kesehatan khususnya
keperawatan untuk meningkatkan pengetahuan yang mendalaam terhadap penyakit
degenerative, penyakit hipertensi merupakan penyakit yang banyak di alami masyarakat
dalam beberapa tahun terakhir. Berdasarkan data diruang perawatan penyakit dalam
khususnya ruang jabal rahmah rumah sakit islam samarinda selama enam bulan terakhir
tahun 2011. Hipertensi menempati urutan pertama, yaitu 190 kasus,dengan jumlah pasien
laki-laki 88 orang dan perempuan 102 orang.
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu
hipertensi primer dan hipertensi sekunder.Hipertensi primer meliputi lebih kurang 90% dari
seluruh pasien hipertensi dan 10% lainnya disebabkan oleh disebabkan oleh hipertensi
sekunder. Hanya 50% dari golongan hipertensi sekunder dapat di ketahui penyebabnya dan
dari golongan ini hanya beberapa persen yang dapat diperbaiki kelainannya. Oleh karena itu
upaya penaggulanan hipertensi terhadap hipertensi primer baik menggenai pathogenesis
maupun tentang penggobatannya. Hipertensi tidak boleh di anggap penyakit yang ringan
karena jika terlambat memberikan pertolongan penyakit ini akan merenggut nyawa
penderita.(www.askep hipertensi.com). Saat ini banyak penderita hipertensi yang tidak
tahu/tidak mengerti penyakitnya bahkan banyak yang tidak tahu resiko dari penderita
hipertensi apabila tidak di atasi. Beberapa komplikasi penyakit yang sering terjadi akibat
penyakit hipertensi yang tidak cepat di atasi adalah stroke, insomnia, fertigo.

Mengingat berbagai masalah yang bisa terjadi kepada penderita hipertensi, maka penulis
menggambarkan studi kasus pada penderita hipertensi melalui proses keperawatan. Sehingga
dapat membantu para pelaksana kesehatan dalam menangani kasus hipertensi yang di
harapkan nantinya dapat berguna bagi seluruh masyarakat maupun para penderita hipertensi.

1.2.1 TujuanUmum
Dapat memberikan gambaran tentang hipertensi

1.2.2 TujuanKhusus
Setelah menggambaran Asuhan Keperawatan ,diharapkan akan dapat :
1. Melakukan pengkajian pada klien dengan Hipertensi Melakukan pengkajian pada klien
dengan Hipertensi secara benar di secara benar
2. Merumuskan masalah keperawatan yang mungkin timbul pada klien dengan Hipertensi.
3. Merencanakan tindakan keperawatan pada klien dengan Hipertensi
4. Melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan Hipertensi
5. Membuat evaluasi dari tindakan keperawatan yang telah dilakukan pada klien dengan
Hipertensi
6. Melakukan pendokumentasian secara baik dan benar sesuai dengan rencara tindakan dan
evaluasi.

1.3 ManfaatPenulisan
Adapun manfaat penulisan adalah sebagi berikut :
1. Untuk meningkan kualitas dan taraf hidup yang sehat di lingkungan masyarakat
2. Untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dan keperawatan
3. Untuk memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif sesuai dengan kebutuhan dan
kondisi klien.

Sistematika penulisan
Makalah ini terdiri dari tiga bab, yang secara sistematika di susun dengan urutan
sebagai berikut:
Bab 1 : Pendahulaan yang terdiri dari latar belakang,tujuan umum dan khusus, manfaat
penulisan, , metode penulisan dan sistematika penulisan.
Bab 2 : Tinjauan pustaka, menguraikan tentang konsep hipertensi dan konsep kprawatan
hiipertensi.
Bab 3 : tinjauan kasus , mengerukaikan tentang pembahasan pelaksanaan keperawatan pada
klien dengan hipertensi yang meliputi pembahasan pengkajian, diagnose keperawatan,
perencanaan ,pelaksanaaan, danevaluasi.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep hipertensi


2.1.1 Pengertian hipertensi
Hipertensi adalah factor penyebab utama kematian karena stroke dan factor yang
memperberat infark miokard(serangan jantung). Kondisi tersebut merupakan gangguan yang
paling umum pada tekanan darah. Hiper merupakan gangguan asimptomatik yang sering
terjadi dengan peningkatan tekanan darah secra persisten.diagnosa hipertensi pada orang
dewasa dibuat saat bacaan diastolic rata-rata dua atau lebih,paling sedikit dua kunjungan
berikut adalah 90mmHg atau lebih tinggi atau bila tekanan darah multiple sistolik rerata pada
dua atau lebih kunjungan berikutnya secara konsisten lebih tinggi dari 140mmHg (Potter &
Perry, 2005).

Hipertensi adalah tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140mmHg
dan teknan diastolic di atas 90 mmHg (smelz&bare, 2002).

Pada manula, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan
darah distolik 90mmHg.(suddrath and brunner,2002).

2.1.2 Klasifikasi hipertensi


Klasifikasi sesuai WHO

Klasifikasi pada klien dengan hipertensi berdasarkan standart WHO

Klasifikasi Sistolik Distolik


Normotonesi < 140 mmHg <90mmHg
Hipertensi ringan 140-180 mmHg 90-105 mmHg
Hipertensi perbatasan 140-160 mmHg 90-95 mmHg
Hipertensi sedang dan berat >180 mmHg >105 mmHg
Hipertensi sistolik terisolasi >140 mmHg <90 mmHg
Hipertensi sistolik 140-160 mmHg <90 mmHg
perbatasan

Tekanan Darah Pada Dewasa menurut JNC VII


Kategori Tekanan Darah Sistolik Tekanan Darah Distolik

Normal < 120 mmHg (dan) < 80 mmHg


Pre-hipertensi 120-139 mmHg (atau) 80-89 mmHg
Stadium 1 140-159 mmHg (atau) 90-99 mmHg
Stadium 2 >= 160 mmHg (atau) >= 100 mmHg
2.1.3 Etiologi
hipertensi tidak dapat memiliki sebab yang di ketahui (essensial, idiopatik, atau primer) atau
berkaitan dengan penyakit lain(sekunder).(Dorlan,1998).
Berdasarkan penyebab hipertensi di bagi menjadi dua golonagan yaitu :
1. Hipertensi essensial dan hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya, disebut juga
hipertensi idiopatik.terdapat sekitar 95% kasus. Banyak faktor yang mempengaruhi nya
seperti genetic, lingkungan, hiperaktivitas susunan saraf simpatis,system
reninangiotensin,efek dalam ekskersi Na, peningkatan Na dan Ca ekstrseluler dan factor-
faktor yang meningkatkan resiko eperti obesitas, alcohol, merokok serta polisitemia.

2. Hipertensi sekunder atau hipertensi renal. Terdapat sekitar 5% kasus. Penyebab spesifikny
dikietahui seperti gangguan estrogen, penyakit ginjal, hipertensi vascular renal,
hiperaldosteronisme promer, dan sindrom cushing, feokromositoma, koarksasio aorta,
hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan(mansjoer A dkk,2001).

2.1.4 Tanda dan gejala


a. Tekanan darah meningkat,tachikardi
b. Palpitasi, berkeringat dingin, pusing, nyeri kepala bagian suboccipital,mati rasa(kelemahan
salah satu anggota tubuh).
c. Kecemasan,depresi, dan cepat marah.
d. Diplodia(penglihatan ganda).
e. Mual dan muntah
f. Sesak nafas, tachipne.

2.1.5 Patofisologi
Hipertensi sebagai suatu penyakit dimana terjadi peningkatan tekanan darah sistolik dan
/atau diastolic yang tidk normal.Batas yang tepat dari kelainan ini tidak pasti. Nilai yang
dapat dan diterima berbeda sesuai usia dan jenis kelamin(sistolik 140-160mmHg ;diastolic
90-95mmHg). Tekanan darah dipengengaruhi oleh curah jantung tekanan perifer dan tekanan
atrium kanan.
Didalam tubuh terdapat system yang berfungsi mencegah perubahan tekanan darah
secara akut yang disebabkan oleh gangguan sirkulasi, yang berusaha untuk mempertahankan
kestabilan tekanan darah dalam jangka panjang reflek kardiovaskuler melalui system saraf
termasuk system control yang beraksi segera.Kestabilan tekanan darah jangka panjang
dipertahankan oleh system yang menggatur jumlah cairan tubuh yang melibtkan berbagai
organ terutama ginjal.
Berbagai factor seperti factor genetic yang menimbulkan perubahan pada ginjal dan
membrane sel,aktivitas saraf simpatis dan system rennin-angiotensin yang mempenggaruhi
keadaan hemodinamik, asupan natrium dan metabolism kalium dalam ginjal, serta obesitas
dan factor endotel mempunyai peran dalam peningkatan tekanan darah. Strees dengan
peninggian saraf simpatis menyebabkan kontruksi fungsional dan hipertensi structural.
2.1.6 Komplikasi
Pada jadi pada hipertensi berat yaitu apabila tekanan darah diastolic sama atau lebih
besar dari 130mmHg,atau kenaikan tekanan darah yang terjadi secara mendadak, alat-alat
tubuh yang sering terseang hipertensi antaraa lain:
1. Mata :berupa perdarahan retina, gangguan penglihatan sampai dengan kebutaan.
2. Ginjal : berupa gagal ginjal
3. Jantung : berupa payah jantung, jantung koroner.
4. Otak : berupa pendarahan akibat pecahnya mikro anerisma yang dapat menggakibatkan
kematian, iskemia dan proses emboli (mansjoer,dkk,2001).

2.1.5 Pemeriksaan diagnostic


Pemeriksaan laboratorium rutin ysng dilakukan sebelum memulai terapi bertujuan untuk
menean pemeriksaan lain seperti ntukan adanya kerusakan organ dan factor resiko lain atau
mencari penyebab hipertensi. Biasannya di periksa, urinaria, darah ferifer lengkap, kimia
darah(kalum,natrium, kreatinin,gula darah puasa,kolestrol total, kolestrol HDL dan EKG.
Sebagai tambahan dapat dilakukan pemriksaan lain seperti klirens kreatini,protein,
urine 24 jam, asam urat, kolesterol LDL, TSH dan echokardiografi (mansjoerr A,dkk,2001).

2.1.6 Penatalaksanan medis


Tujuan dari pada penatalaksaan hipertensi adalah menurunkan resiko penyakit
kardiovaskuler dan morbilitas yang berkaitan. Sedangkan tujuan terapi pada penderita
hpertensi adalah mencapai dan mempertahankan tekanan sistolik di bawah 140mmHg dan
tekanan distolikdi bawah 90mmHg dan mengontrol adanya resiko. Hal ini dapat dicapai
melalui modifikasi gayaa hidup saja atau dengan obat antihipertensi (mansjoer A,dkk,2001).
Kelompok resiko di katagorikan menjadi :
1. Pasien dengan tekanan darah perbatasan atau tingkat 1,2,3 tanpa sengaja penyakit
kardiovaskuler, kerusakan organ atau fakor resiko lainnya. Bila dengan modifikasi gaya
hidup tekanan darah belum dapat di turunkan maka harus di turunkan obat anti hipertensi.
2. Pasien Tanya penyakit kardiovaskular atau kerusakn organ lainnya, tetapi memiliki satu tau
lebih factor resiko yang terera di atas, namun bukan diabetes mellitus. Jika terdapat beberapa
factor maka harus langsung di berikan obat anti hipertensi.
3. Pasien dengan gejala klinis penyakit kardiovaskular atau kerusakan organ yang jelas, factor
resiko : usia lebih dari 60 tahun, merokok, dislipedemia, diabetes mellitus, jenis kelamin (pria
dan wanita menopause), riwayat penyakit k kardiovaskular dalam keluarga. Kerusakan
organ : penyakit jantung ( hpertrofi ventrikel kiri, infark miokard, angina pectoris, gagal
jantung, riwayat revaskularisai korener, stroke, transientischemic attack, nefropati,penyakit
arteri perifer dan retinopati) (mansjoer A, dkk,2001).

Penatalaksanaan berdasarkan klisifikasi resiko klien dengan hipertensi

Tekanan darah Kelompok resiko Kelompok resiko Kelompok resiko


A B
C

130-139 / 85- Modifikasi gaya Modifikasi gaya Dengan obat


89 hidup hidup
Dengan obat
140-159 / 90- Modifikasi gaya Modifikasi gaya
99 hidup hidup
Dengan obat
>160 / > 100 Dengan obat Dengan obat

Sumber : Mansjoer, dkk, 2001

Modifikasi gaya hidup cukup efektif, dapat menurunkan resiko kardio vaskuler dengan biaya
sedikit dan resiko minimal. Tatalaksanan ini tetap di anjurkan meski harus di sertai obat anti
hipertensi karena dapat menurunkan jumlah dan dosis, langkah-langkah yang dianjurkan :
A. Menurunkan BB bila terdapat kelebihan (indek masa tubuh > 27)
B. Membatasi alcohol
C. Meningkatkan aktifitas fisik aerobic, (30-45 menit per hari)
D. Mengurangi asupan natrium ( 100 mmol Na/gram NaCl perhari )
E. Mempertahankan asupan kalsium yang adekuat ( 90 mmol per hari)
F. Mempertahankan asupan kalsium dan mengurangi asupan lemak jenuh dan kolesterol dalam
makanan (Masjoer, dkk, 2001)

2.1.7 Jenis-jenis obatan hipertensi antara lain :


Diuretik : HCT, Higroton, lasik
Betabloker : Propanolol (inderal)
Alfabloker : Phentolamin, prozazine (minipres)
Siphatolik : Catapres, reseptin
Fasodilator : hidralazine, dizoxide, nitruprusdide, catopril
Ca antagonis : nefidipine (adalat)
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit darah tinggi yang lebih dikenal sebagai hipertensi merupakan
penyakit yang mendapat perhatian dari semua kalangan masyarakat, mengingat
dampak yang ditimbulkannya baik jangka pendek maupun jangka panjang sehingga
membutuhkan penanggulangan jangka panjang yang menyeluruh dan terpadu.
Penyakit hipertensi menimbulkan angka morbiditas (kesakitan) dan mortalitasnya
(kematian) yang tinggi.
Penyakit hipertensi merupakan penyakit yang timbul akibat adanya interaksi
dari berbagai faktor resiko yang dimiliki seseorang. Berbagai penelitian telah
menghubungkan antara berbagai faktor resiko terhadap timbulnya hipertensi.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tenyata prevalensi (angka
kejadian) hipertensi meningkat dengan bertambahnya usia. Dari berbagai penelitian
epidemiologis yang dilakukan di Indonesia menunjukan 1,8-28,6% penduduk yang
berusia diatas 20 tahun adalah penderita hipertensi.
Hipertensi, saat ini terdapat adanya kecenderungan bahwa masyarakat
perkotaan lebih banyak menderita hipertensi dibandingkan masyarakat pedesaan.
Hal ini antara lain dihubungkan dengan adanya gaya hidup masyarakat kota yang
berhubungan dengan resiko penyakit hipertensi seperti stress, obesitas
(kegemukan), kurangnya olahraga, merokok, alkohol, dan makan makanan yang
tinggi kadar lemaknya.
Sejalan dengan bertambahnya usia, hampir setiap orang mengalami kenaikan
tekanan darah, tekanan sistolik terus meningkat sampai usia 80 tahun dan tekanan
diastolik terus meningkat sampai usia 55-60 tahun, kemudian berkurang secara
perlahan atau bahkan menurun drastis.
1.2 Rumusan Masalah
a. Bagaimana definisi hipertensi ?
b. Bagaimana mengukur tekanan darah ?
c. Menjelaskan penyebab hipertensi ?
d. Menjelaskan tanda dan gejala hipertensi ?
e. Menjelaskan akibat dari hipertensi ?
f. Bagaimana pencegahan hipertensi ?
g. Menjelaskan pengobatan hipertensi ?

1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui definisi hipertensi.
b. Untuk mengetahui cara mengukur tekanan darah.
c. Untuk mengetahui penyebab hipertensi.
d. Untuk mengetahui gejala yang di timbulkan.
e. Untuk mengetahui akibat dari hipertensi.
f. Untuk mengetahui pencegahan hipertensi.
g. Untuk mengetahui pengobatan hipertensi.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi

Hipertensi atau tekanan darah tinggi, adalah meningkatnya tekanan darah


atau kekuatan menekan darah pada dinding rongga di mana darah itu berada.
Tekanan Darah Tinggi (hipertensi) adalah suatu peningkatan tekanan darah di dalam
arteri. (Hiper artinya Berlebihan, Tensi artinya tekanan/tegangan; jadi, hipertensi
adalah Gangguan sistem peredaran darah yang menyebabkan kenaikan tekanan
darah diatas nilai normal.
Tekanan darah dalam kehidupan seseorang bervariasi secara alami. Bayi dan
anak-anak secara normal memiliki tekanan darah yang jauh lebih rendah daripada
dewasa. Tekanan darah juga dipengaruhi oleh aktivitas fisik, dimana akan lebih
tinggi pada saat melakukan aktivitas dan lebih rendah ketika beristirahat. Tekanan
darah dalam satu hari juga berbeda, paling tinggi di waktu pagi hari dan paling
rendah pada saat tidur malam hari.

2.2 Mengukur Tekanan Darah

Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. Angka yang lebih
tinggi diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik), angka yang lebih rendah
diperoleh pada saat jantung berelaksasi (diastolik). Tekanan darah ditulis sebagai
tekanan sistolik garis miring tekanan diastolik, misalnya 120/80 mmHg, dibaca
seratus dua puluh per delapan puluh. Sejalan dengan bertambahnya usia, hampir
setiap orang mengalami kenaikan tekanan darah, tekanan sistolik terus meningkat
sampai usia 80 tahun dan tekanan diastolik terus meningkat sampai usia 55-60
tahun, kemudian berkurang secara perlahan atau bahkan menurun drastis.
Tekanan darah ditulis dengan dua angka, dalam bilangan satuan mmHg
(millimeter air raksa) pada alat tekanan darah/ tensi meter, yaitu sistolik dan
diastolik. Sistolik adalah angka yang tertinggi ialah tekanan darah pada waktu
jantung sedang menguncup atau sedang melakukan kontraksi. Diastolik adalah
angka yang terendah pada waktu jantung mengembang berada di dalam akhir
relaksasi.
Misalnya tekanan darah 120/ 80 mmHG artinya tekanan sistolik 120 dan
tekanan diastolik 80 mmHg.
Tekanan darah adalah tekanan yang dihasilkan oleh :
a. Kekuatan kuncup jantung yang mendesak isi bilik kiri untuk memasukkan darah
ke dalam batang pembuluh nadi.
b. Tahanan dalam pembuluh nadi terhadap mengalirnya darah.
c. Saraf otonom yang terdiri dari sistem simpatikus dan para simpatikus.

Klasifikasi tekanan darah


No Klasifikasi Sistolik Diastolik
1 Optimal < 120 mmHg < 80 mmHg
2 Normal < 130 mmHg < 85 mmHg
3 Normal tinggi 130 139 mmHg 85 89 mmHg
4 Hipertensi ringan 140 159 mmHg 90 99 mmHg
5 Hipertensi sedang 160 179 mmHg 100 109 mmHg
6 Hipertensi berat > 180 mmHg > 110 mmHg

Tekanan darah normal


Tekanan darah setiap orang bervariasi setiap hari, tergantung pada keadaan
dan dipengaruhi oleh aktivitas seseorang, jadi tekanan darah normalpun bervariasi.
Orang dewasa bila tekanan darah menunjukkan angka 140/ 90 mmHg ke atas
dianggap tidak normal. Ada anggapan tekanan darah rendah kurang baik, hal
tersebut kurang tepat. Sebab data statistik menunjukkan bahwa orang dengan
tekanan darah rendah mempunyai umur yang sama dengan yang disebut normal.
Yang terbaik adalah menjaga tekanan darah agar normal dan anggapan bahwa
semakin bertambah usia tekanan darah lebih tinggi tidak menjadi masalah, adalah
anggapan yang perlu diluruskan, karena berdasarkan data statistik orang tua yang
tekanan darahnya berkisar di normal, kecenderungan mendapat gangguan stroke
rendah. Periksa tekanan darah secara teratur minimal 6 bulan sekali atau setiap kali
ke dokter/ fasilitas kesehatan.
Di kenal 2 klasifikasi hipertensi (berdasarkan penyebabnya) yaitu :
a. Hipertensi primer (hipertensi idiophatik), dimana penyebabnya tidak diketahui
dengan pasti. Dikatakan juga bahwa hipertensi ini adalah dampak dari gaya hidup
seseorang dan faktor lingkungan.
b. Hipertensi secundary, adalah hipertensi yang terjadi akibat dari penyakit dari
penyakit lain misalnya kelainan pada ginjal atau keruskanan dari sistem hormon.

WHO mengklasifikasikan hipertensi berdasarkan ada tidaknya kelainan pada organ


tubuh lain, yaitu :
a. Hipertensi tanpa kelainan pada organ tubuh lain.
b. Hipertensi dengan pembesaran jantung.
c. Hipertensi dengan kelainan pada organ lain di samping jantung.

Klasifikasi hipertensi berdasarkan tingginya tekanan darah yaitu :


a. Hipertensi borderline : tekanan darah antara 140/90 mmHg dan 160/95 mmHg.
b. Hipertensi ringan : tekanan darah antara 160/95 mmHg dan 200/110 mmHg.
c. Hipertensi moderate : tekanan darah antara 200/110 mmHg dan 230/120
mmHg.
d. Hipertensi berat : tekanan darah antara 230/120 mmHg dan 280/140 mmHg.

2.3 Penyebab hipertensi


Ada 2 macam hipertensi, yaitu esensial dan sekunder.
a. Hipertensi esensial adalah hipertensi yang sebagian besar tidak diketahui
penyebabnya. Ada 10-16% orang dewasa mengidap takanan darah tinggi.
b. Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang diketahui sebab-sebabnya.
Hipertesnsi jenis ini hanya sebagian kecil, yakni hanya sekitar 10%.
Beberapa penyebab hipertensi, antara lain :
1. Keturunan

Faktor ini tidak bisa dikendalikan. Jika seseorang memiliki orang tua atau
saudara yang memiliki tekanan darah tinggi, maka kemungkinan ia menderita
tekanan darah tinggi lebih besar. Statistik menunjukkan bahwa masalah tekanan
darah tinggi lebih tinggi pada kembar identik daripada yang kembar tidak identik.
Sebuah penelitian menunjukkan bahwa ada bukti gen yang diturunkan untuk
masalah tekanan darah tinggi.

2. Usia

Faktor ini tidak bisa dikendalikan. Penelitian menunjukkan bahwa seraya usia
seseorang bertambah, tekanan darah pun akan meningkat. Anda tidak dapat
mengharapkan bahwa tekanan darah Anda saat muda akan sama ketika Anda
bertambah tua. Namun Anda dapat mengendalikan agar jangan melewati batas atas
yang normal.

3. Garam
Faktor ini bisa dikendalikan. Garam dapat meningkatkan tekanan darah
dengan cepat pada beberapa orang, khususnya bagi penderita diabetes, penderita
hipertensi ringan, orang dengan usia tua, dan mereka yang berkulit hitam.

4. Kolesterol

Faktor ini bisa dikendalikan. Kandungan lemak yang berlebih dalam darah
Anda, dapat menyebabkan timbunan kolesterol pada dinding pembuluh darah. Hal
ini dapat membuat pembuluh darah menyempit dan akibatnya tekanan darah akan
meningkat. Kendalikan kolesterol Anda sedini mungkin.

5. Obesitas/Kegemukan

Faktor ini bisa dikendalikan. Orang yang memiliki berat badan di atas 30
persen berat badan ideal, memiliki kemungkinan lebih besar menderita tekanan
darah tinggi.

6. Stres

Faktor ini bisa dikendalikan. Stres dan kondisi emosi yang tidak stabil juga
dapat memicu tekanan darah tinggi.

7. Rokok

Faktor ini bisa dikendalikan. Merokok juga dapat meningkatkan tekanan darah
menjadi tinggi. Kebiasan merokok dapat meningkatkan risiko diabetes, serangan
jantung dan stroke. Karena itu, kebiasaan merokok yang terus dilanjutkan ketika
memiliki tekanan darah tinggi, merupakan kombinasi yang sangat berbahaya yang
akan memicu penyakit-penyakit yang berkaitan dengan jantung dan darah.

8. Kafein

Faktor ini dikendalikan. Kafein yang terdapat pada kopi, teh maupun minuman
cola bisa menyebabkan peningkatan tekanan darah.

9. Alkohol

Faktor ini bisa dikendalikan. Konsumsi alkohol secara berlebihan juga


menyebabkan tekanan darah tinggi.

10. Kurang Olahraga

Faktor ini bisa dikendalikan. Kurang olahraga dan bergerak bisa


menyebabkan tekanan darah dalam tubuh meningkat. Olahraga teratur mampu
menurunkan tekanan darah tinggi Anda namun jangan melakukan olahraga yang
berat jika Anda menderita tekanan darah tinggi.

2.4 Tanda dan Gejala hipertensi

Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala,


meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya
berhubungan dengan tekanan darah tinggi (padahal sebenarnya tidak ada ).
Gejala-gejala hipertensi, antara lain :
a. Sebagian besar tidak ada gejala.
b. Sakit pada bagian belakang kepala.
c. Leher terasa kaku.
d. Kelelahan.
e. Mual.
f. Sesak napas.
g. Gelisah.
h. Muntah.
i. Mudah tersinggung.
j. Sukar tidur.
k. Pandangan jadi kabur karena adanya kerusakan pada otak, mata, jantung, dan
ginjal

Keluhan tersebut tidak selalu akan dialami oleh seorang penderita hipertensi.
Sering juga seseorang dengan keluhan sakit belakang kepala, mudah tersinggung
dan sukar tidur, ketika diukur tekanan darahnya menunjukkan angka tekanan darah
yang normal. Satu-satunya cara untuk mengetahui ada tidaknya hipertensi hanya
dengan mengukur tekanan darah.

2.5 Akibat-akibat hipertensi


Komplikasi/bahaya yang dapat ditimbulkan pada penyakit hipertensi :

1. Pada mata : penyempitan pembuluh darah pada mata karena penumpukan


kolesterol dapat mengakibatkan retinopati, dan efek yang ditimbulkan pandangan
mata kabur.
2. Pada jantung : jika terjadi vasokonstriksi vaskuler pada jantung yang lama dapat
menyebabkan sakit lemah pada jantung, sehingga timbul rasa sakit dan bahkan
menyebabkan kematian yang mendadak.

3. Pada ginjal : suplai darah vaskuler pada ginjal turun menyebabkan terjadi
penumpukan produk sampah yang berlebihan dan bisa menyebabkan sakit pada
ginjal.

4. Pada otak : jika aliran darah pada otak berkurang dan suplai O 2 berkurang bisa
menyebabkan pusing. Jika penyempitan pembuluh darah sudah parah
mengakibatkan pecahnya pembuluh darah pada otak (stroke).

2.6 Pencegahan hipertensi

Resiko seseorang untuk mendapatkan hipertensi (kecuali yang esensial), dapat


dikurangi dengan cara :
a. Memeriksa tekanan darah secara teratur.
b. Menjaga berat badan ideal.
c. Mengurangi konsumsi garam.
d. Jangan merokok.
e. Berolahraga secara teratur.
f. Hidup secara teratur.
g. Mengurangi stress.
h. Jangan terburu-buru.
i. Menghindari makanan berlemak.
Pencegahan Primer :
Tidur yang cukup, antara 6-8 jam per hari.
Kurangi makanan berkolesterol tinggi dan perbanyak aktifitas fisik untuk
mengurangi berat badan.
Kurangi konsumsi alkohol.
Konsumsi minyak ikan.
Suplai kalsium, meskipun hanya menurunkan sedikit tekanan darah tapi
kalsium juga cukup membantu.
Pencegahan Sekunder
Pola makanam yamg sehat.
Mengurangi garam dan natrium di diet anda.
Fisik aktif.
Mengurangi Akohol intake.
Berhenti merokok.
Pencegahan Tersier
Pengontrolan darah secara rutin.
Olahraga dengan teratur dan di sesuaikan dengan kondisi tubuh.

2.7 Pengobatan hipertensi


Pengobatan hipertensi yang paling baik adalah :
a. Selalu mengontrol tekanan darah secara teratur dengan memeriksakan diri ke
dokter.
b. Selalu minum obat teratur meskipun tanpa keluhan.
c. Mengurangi konsumsi garam.
d. Perbanyak konsumsi sayur dan buah.
e. Mematuhi nasihat dokter.
Selain obat-obatan yang diijinkan oleh dokter,ada cara lain yang tradisisonal yaitu
dengan :

1. Dua buah belimbing diparut kemudian diperas airnya sehingga menjadi satu gelas
belimbing dan diminum setiap pagi.

2. Daun salam 4 lembar + 2 gelas air direbus sampai menjadi 1 gelas, minum 2
gelas/hari.

3. Makan 2 buah ketimun / hari atau dibuat jus

Cara membuat jus mentimun :

d. kg buah mentimun dicuci bersih


e. Dikupas kulitnya kemudian diparut
f. Saring airnya menggunakan penyaring/kain bersih
g. Diminum setiap hari 1 kg untuk 2 kali minum pagi dan sore hari

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN

Penyakit Hipertensi merupakan suatu masalah kesehatan masyarakat yang


mana dapat dihadapi baik itu dibeberapa negara yang ada didunia maupun di
Indonesia.

Cara mengatur diet untuk penderita hipertensi adalah dengan memperbaiki


rasa tawar dengan menambah gula merah/putih, bawang (merah/putih), jahe, kencur
dan bumbu lain yang tidak asin atau mengandung sedikit garam natrium. Makanan
dapat ditumis untuk memperbaiki rasa. Membubuhkan garam saat diatas meja
makan dapat dilakukan untuk menghindari penggunaan garam yang berlebih.
Dianjurkan untuk selalu menggunakan garam beryodium dan penggunaan garam
jangan lebih dari 1 sendok teh per hari.

DAFTAR PUSTAKA

1. Instalasi Gizi Perjan RS Dr. Cipto Mangunkusumo dan Asosiasi Dietisien


Indonesia. Penuntun Diet;Edisi Baru, Jakarta, 2004, PT Gramedia Pustaka Utama
2. Mansjoer A, Triyanti K, Savitri R, Wardhani W. I, Setiowulan W, Kapita Selekta
Kedokteran Edisi ke-3 jilid 1, Media Aesculapius Fakultas Kedokteran UI, Jakrta,
1999
AB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dewasa ini masyarakat sudah tidak asing lagi mendengar kata Hipertensi.
Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang umum dijumpai di masyarakat,
dan merupakan penyakit yang terkait dengan sistem kardiovaskuler. Hipertensi
memang bukan penyakit menular, namun kita juga tidak bisa menganggapnya
sepele,selayaknya kita harus senantiasa waspada.

Tekanan Darah tinggi atau Hipertesi dan arterosclerosis (pengerasan arteri)


adalah dua kondisi pokok yang mendasari banyak bentuk penyakit
kardiovaskuler. Lebih jauh, tidak jarang tekanan darah tinggi juga menyebabkan
gangguan ginjal. Sampai saat ini, usaha-usaha baik untuk mencegah maupun
mengobati penyakit hipertensi belum berhasil sepenuhnya, hal ini dikarenakan
banyak faktor penghambat yang mempengaruhi seperti kurang pengetahuan
tentang hipertensi (pengertian, klasifikasi, tanda dan gejala, sebab akibat,
komplikasi) dan juga perawatannya.

Saat ini, angka kematian karena hipertensi di Indonesia sangat tinggi. Hipertensi
merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dan tuberkulosis, yakni
mencapai 6,7% dari populasi kematian pada semua umur di Indonesia.
Hipertensi merupakan gangguan sistem peredaran darah yang menyebabkan
kenaikan tekanan darah di atas normal, yaitu 140/90 mmHg. Hasil Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) Balitbangkes tahun 2007 menunjukan prevalensi
hipertensi secara nasional mencapai 31,7% (Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia).

Dari jumlah itu, 60% penderita hipertensi berakhir pada stroke. Sedangkan
sisanya pada jantung, gagal ginjal, dan kebutaan. Sementara di dunia Barat,
hipertensi justru banyak menimbulkan gagal ginjal, oleh karena perlu diadakan
upaya-upaya untuk menekan angka peyakit hipertensi terlebih bagi penderita
hipertensi perlu diberikan perawatan dan pengobatan yang tepat agar tidak
menimbukan komplikasi yang semakin parah. Selain itu pentingnya pemberian
asuhan keperawatan pada pasien hipertensi juga sangat diperlukan untuk
melakukan implementasi yang benar pada pasien hipertensi.

Diharapkan dengan dibuatnya makalah tentang asuhan keperawatan klien


dengan gangguan hipertensi ini dapat memberi asuhan keperawatan yang tepat
dan benar bagi penderita hipertensi dan dapat mengurangi angka kesakitan
serta kematian karena hipertensi dalam masyarakat.

1.2 Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

a. Tujuan Umum

Mahasiswa mampu memahami konsep asuhan keperawatan pada pasien


hipertensi

b. Tujuan Khusus

1) Memaparkan konsep penyakit hipertensi yang meliputi anatomi dan


fisiologi penyakit jantung, definisi, klasifikasi, etiologi, manifestasi klinis,
patofisiologi, pathway, komplikasi, pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan
medis, keperawatan dan diet

2) Memahami asuhan keperawatan pada pasien hipertensi dengan


metodologi asuhan keperawatan yang benar

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan Fisiologi Hipertensi

a. Anatomi

1) Jantung
Berukuran sekitar satu kepalan tangan dan terletak di dalam dada, batas
kanannya terdapat pada sternum kanan dan apeksnya pada ruang intercosta
kelima kiri pada linea midclavikula.

Hubungan jantung adalah:

a) atas: pembuluh darah besar

b) bawah: diafragma

c) setiap sisi: paru-paru

d) belakang: aorta dessendens, oesopagus, columna vertebralis

2) Arteri

Adalah tabung yang dilalui darah yang dialirkan pada jaringan dan organ.Arteri
terdiri dari lapisan dalam: lapisan yang licin, lapisan tengah jaringan elastin/otot:
aorta dan cabang-cabangnya besar memiliki lapisan tengah yang terdiri dari
jaringan elastin (untuk menghantarkan darah untuk organ), arteri yang lebih
kecil memiliki lapisan tengah otot (mengatur jumlah darah yang disampaikan
pada suatu organ).

Meningkatnya tekanan darah di dalam arteri bisa terjadi melalui beberapa cara:

a) Jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak cairan


pada setiap detiknya

b) Arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku, sehingga mereka


tidak dapat mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri
tersebut. Karena itu darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui
pembuluh yang sempit daripada biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan.
Inilah yang terjadi pada usia lanjut, dimana dinding arterinya telah menebal dan
kaku karena arterosklerosis. Dengan cara yang sama, tekanan darah juga
meningkat pada saat terjadi vasokonstriksi, yaitu jika arteri kecil (arteriola)
untuk sementara waktu mengkerut karena perangsangan saraf atau hormon di
dalam darah.

c) Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa menyebabkan meningkatnya


tekanan darah. Hal ini terjadi jika terdapat kelainan fungsi ginjal sehingga tidak
mampu membuang sejumlah garam dan air dari dalam tubuh. Volume darah
dalam tubuh meningkat, sehingga tekanan darah juga meningkat, Sebaliknya,
jika:
a) Aktivitas memompa jantung berkurang,

b) arteri mengalami pelebaran,

c) banyak cairan keluar dari sirkulasi.

Maka tekanan darah akan menurun atau menjadi lebih kecil.

Penyesuaian terhadap faktor-faktor tersebut dilaksanakan oleh perubahan di


dalam fungsi ginjal dan sistem saraf otonom (bagian dari sistem saraf yang
mengatur berbagai fungsi tubuh secara otomatis).

3) Perubahan fungsi ginjal

Ginjal mengendalikan tekanan darah melalui beberapa cara:

a) Jika tekanan darah meningkat, ginjal akan menambah pengeluaran garam


dan air, yang akan menyebabkan berkurangnya volume darah dan
mengembalikan tekanan darah ke normal.

b) Jika tekanan darah menurun, ginjal akan mengurangi pembuangan garam


dan air, sehingga volume darah bertambah dan tekanan darah kembali ke
normal

c) Ginjal juga bisa meningkatkan tekanan darah dengan menghasilkan


enzimyang disebut renin, yang memicu pembentukan hormon angiotensin, yang
selanjutnya akan memicu pelepasan hormon aldosteron.

Ginjal merupakan organ penting dalam mengendalikan tekanan darah, karena itu
berbagai penyakit dan kelainan pada ginjal bisa menyebabkan terjadinya
tekanan darah tinggi. Misalnya penyempitan arteri yang menuju ke salah satu
ginjal (stenosis arteri renalis) bisa menyebabkan hipertensi. Peradangan dan
cedera pada salah satu atau kedua ginjal juga bisa menyebabkan naiknya
tekanan darah.

4) Arteriol

Adalah pembuluh darah dengan dinding otot polos yang relatif tebal. Otot
dinding arteriol dapat berkontraksi. Kontraksi menyebabkan kontriksi diameter
pembuluh darah. Bila kontriksi bersifat lokal, suplai darah pada jaringan/organ
berkurang. Bila terdapat kontriksi umum, tekanan darah akan meningkat.

5) Pembuluh darah utama dan kapiler


Pembuluh darah utama adalah pembuluh berdinding tipis yang berjalan langsung
dari arteriol ke venul. Kapiler adalah jaringan pembuluh darah kecil yang
membuka pembuluh darah utama

6) Sinusoid

Terdapat limpa, hepar, sumsum tulang dan kelenjar endokrin. Sinusoid tiga
sampai empat kali lebih besar dari pada kapiler dan sebagian dilapisi dengan sel
sistem retikulo-endotelial. Pada tempat adanya sinusoid, darah mengalami
kontak langsung dengan sel-sel dan pertukaran tidak terjadi melalui ruang
jaringan

7) Vena dan venul

Venul adalah vena kecil yang dibentuk gabungan kapiler. Vena dibentuk oleh
gabungan venul. Vena memiliki tiga dinding yang tidak berbatasan secara
sempurna satu sama lain.

b. Fisiologi

Jantung mempunyai fungsi sebagai pemompa darah yang mengandung oksigen


dalam sistem arteri, yang dibawa ke sel dan seluruh tubuh untuk mengumpulkan
darah deoksigenasi (darah yang kadar oksigennya kurang) dari sistem vena yang
dikirim ke dalam paru-paru untuk reoksigenasi (Black, 2010).

2.2 Definisi

Hipertensi didefinisikan oleh Joint National Commitee on Detection, Evaluation


and Treatment of High Blood Pressure (JNC) sebagai tekanan yang lebih tinggi
dari 140/90 mmHg dan diklasifikasikan sesuai derajat keparahannya, mempunyai
rentang dari tekanan darah (TD) normal tinggi sampai hipertensi maligna.
Keadaan ini dikategorikan sebagai primer/esensial (hampir 90 % dari semua
kasus) atau sekunder, terjadi sebagai akibat dari kondisi patologi yang dapat
dikenali, sering kali dapat diperbaiki (Marilynn E. Doenges, dkk, 1999).

Hipertensi merupakan keadaan ketika tekanan darah sistolik lebih dari 120
mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 80 mmHg. Hipertensi sering
menyebabkan perubahan pada pembuluh darah yang dapat mengakibatkan
semakin tingginya tekanan darah (Arif Muttaqin, 2009).
Menurut Bruner dan Suddarth (2001) hipertensi dapat didefinisikan sebagai
tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan
tekanan diastoliknya di atas 90 mmHg. Pada populasi manula, hipertensi
didefinisikan sebagai tekanan sistolik di atas 160 mmHg dan tekanan diastolik di
atas 90 mmHg.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa hipertensi adalah meningkatnya tekanan


sistolik sedikitnya 140 mmHg dan diastolik sedikitnya 90 mmHg.

2.3 Klasifikasi

Klasifikasi tekanan darah menurut JNC 7 (2003) dapat dilihat pada tabel
berikut:

Klasifikasi Tekanan Sistolik (mmHg) Tekanan Diastolik (mmHg)

Normal <120 <80

Prehipertensi 120-139 80-89

Hipertensi stage I 140-150 90-99

Hipertensi stage II >150 >100

(Arif Muttaqin, 2009).

Klasifikasi Hipertensi menurut WHO:

Kategori Sistol (mmHg) Diastol (mmHg)

Optimal <120 <80

Normal <130 <85

Tingkat I (hipertensi ringan) 140-159 90-99

Sub group: Perbatasan 140-149 90-94

Tingkat 2 (Hipertensi Sedang) 160-179 100-109

Tingkat 3 (Hipertensi Berat) >180 >110

Hipertensi Sistol terisolasi >140 <90

Sub group: Perbatasan 140-149 <90


(Andy Sofyan, 2012)

Klasifikasi Hipertensi Hasil Konsensus Perhimpunan Hipertensi Indonesia

Kategori Sistol (mmHg) Dan/Atau Diastol (mmHg)

Normal <120 Dan <180

Pre Hipertensi 120-139 Atau 80-89

Hipertensi Tahap I 140-159 Atau 90-99

Hipertensi Tahap II 160 Atau 100

Hipertensi Sistol Terisolasi 140 Dan <90

(Andy Sofyan, 2012)

2.4 Etiologi

a. Elastisitas dinding aorta menurun

b. Katub jantung menebal dan menjadi kaku

c. Kehilangan elastisitas pembuluh darah dan penyempitan lumen pembuluh


darah

Klasifikasi hipertensi menurut etiologinya:

a) Hipertensi primer : Konsumsi Na terlalu tinggi, Genetik, Stres psikologis

b) Hipertensi renalis : keadaan iskemik pada ginjal

c) Hipertensi hormonal

d) Bentuk hipertensi lain : obat, cardiovascular, neurogenik (Andy Sofyan,


2012)

2.5 Manifestasi Klinis

sebagian besar manifestasi klinis timbul setelah mengalami hipertensi


bertahun-tahun berupa:
a. nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah

b. penglihatan kabur akibat kerusakan retina akibat hipertensi

c. ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat

d. nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerulus

e. edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler

(Elizabeth J. Corwin, 2000).

2.6 Patofisiologi

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di


pusat vasomotor, pada medula di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula pada
sistem saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari
kolumna medula spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan abdomen.
Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak
ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis.

Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang
serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya
norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti
kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respons pembuluh darah
terhadap rangsangan vasokonstriktor. Individu dengan hipertensi sangat sensitif
terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal
tersebut bisa terjadi.

Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh


darah sebagai respons rangsang emosi. Kelenjar adrenal juga terangsang,
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi
epineprin, yang menyebabkan vasokonstriksi.

Korteks adrenal mensekresi kortisol dan streroid lainnya, yang dapat


memperkuat respons vasokonstriksi pembuluh darah. Vasokonstriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin.
Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi
angiotensin II, suatu vasokonstrikstriktor kuat. Yang pada gilirannya merangsang
sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. hormon ini menyebabkan retensi
natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume
intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung mencetuskan keadaan
hipertensi.

Pertimbangan gerontologis. Perubahan struktur dan fungsional pada sistem


perifer bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada
usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi arterosklerosis, hilangnya elastisistas
jaringan ikat, dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang
pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh
darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam
mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup),
mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan parifer
(Bruner dan Suddarth, 2001).

DAFTAR PUSTAKA

Bruner dan Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Edisi 8 vol.2. Jakarta:
EGC.

Copstead C., Lee-Ellen dan Jacquelyn L. Banasik. 2005. Pathophysiology Vol. 1. Elsevier
:St. Louis Missouri 63146.

Diklat PJTRSCM. 2008. Buku Ajar Keperawatan Kardiologi Dasar Edisi 4. Jakarta: RSCM.

Doenges, Marilynn E., dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk
Perencanaan Dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC.

Muttaqin, Arif. 2009. Asuhan Keperawatan Dengan Pasien Gangguan Kardiovaskuler.


Jakarta: Salemba Medika.

Sofyan, Andy. 2012. Hipertensi. Kudus.

Corwin, J Elizabeth. 2000. Patofisiologi. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai