Anda di halaman 1dari 7

Permintaan Uang dalam Islam

Permintaan akan uang dalam suatu sistem perekonomian yang islami


akan dipengaruhi oleh motif seorang muslim dalam memegang uang.
Menurut Metwally ada dua motif utama seorang muslim dalam
memegang uang, yaitu: (1) Motivasi transaksi, (2) Motivasi berjaga-
jaga. Dengan 2 motif ini jelas, bahwa permintaan uang untuk tujuan
spekulasi sebagaimana yang dikemukakan Keynes, tidak akan ada
dalam suatu sistem perekonomian yang islami. Permintaan uang dalam
ekonomi islam menurut Metwally juga dipengaruhi oleh tingkat
pendapatan. Besarnya persediaan uang tunai akan berhubungan
dengan tingkat pendapatan, dan prekuensi pengeluaran.[19]
Mazhab Iqtishadunam, permintaan uang hanya ditujukan untuk dua
tujuan pokok, yaitu transaksi dan berjaga-jaga atau untuk investasi.
Secara matematik formula permintaan uang dapat dituliskan sebagai
berikut:
Md = Mdtrans + Md prec

Permintaan uang untuk transaksi merupakan fungsi dari tingkat


pendapatan yang dimiliki oleh seseorang. Dimana semakin tinggi
tingkat pendapatan seseorang maka permintaan uang untuk
memfasilitasi transaksi barang dan jasa juga akan meningkat. Fungsi
permintaan uang untuk motif berjaga-jaga (meliputi juga permintaan
uang untuk investasi dan tabungan) ditentukan oleh besar kecilnya
harga barang tangguh untuk pembelian barang tidak tunai. Pada masa
Rasulullah, permintaan uang hanya ada dua yaitu untuk transaksi dan
berjaga-jaga. Md = Mdtr + Mdpr apabila Mdpr maka Mdtr
Mazhab Mainstrem, landasan filosofis dari teori dasar permintaan uang
ini adalah islam mengarahkan sumber-sumber daya untuk dialokasikan
secara maksimum dan efisien. Pelarangan hoarding money atau
penimbunan kekayaan merupakan kejahatan penggunaan uang yang
harus diperangi. Pengenaan pajak terhadap aset produktif yang
menganggur merupakan strategi utama yang digunakan oleh mazhab
ini. Dues of idle cash atau pajak atas aset produktif yang menganggur
bertujuan untuk mengalokasikan setiap sumber dana yang ada pada
kegiatan usaha produktif. Pengenaan kebijakan ini akan berdampak
pada pola permintaan uang untuk motif berjaga-jaga. Semakin tinggi
pajak yang dikenakan terhadap aset produktif yang anggurkan maka
permintaan terhadap aset ini akan berkurang. Secara sederhana dapat
dianalogikan sebagai berikut, Ahmad yang memiliki kekayaan berupa
tanah dan kemudian tanah tersebut hanya dianggurkan saja sehingga
tidak ada nilai tambah kekayaannya, maka kebijakan yang dikenakan
terhadap Ahmad agar tanah tersebut memiliki nilai tambah adalah
mendorong Ahmad mendorong Ahmad untuk bersedia mengelola
kekayaannya pada kegitan yang produktif. Instrumen yang digunakan
adalah pajak terhadap pengangguran tanah tersebut. Sehingga Ahmad
akan terkena risiko pembayaran pajak apabila tanah miliknya tetap
dianggurkan.[21]
Md = Mdtrans +Md prec
Mdtrans = f(Y)
Mdprec&inv= f(Y,)

Secara matematis, permintaan uang untuk mashab ini dapat


dirumuskan sebagai berikut:
Tingkat dues if idle fund diwakili oleh nilai , semakin tinggi nilai ,
maka semakin kecil permintaan uang untuk motif berjaga-jaga karena
pada tingkat yang tinggi biaya risiko yang harus dikeluarkan untuk
membayar pajak terhadap uang kas tersebut menjadi naik.dalam
kondisi seperti ini seseorang akan berusaha memperkecil pajak yang
dia bayarkan kepada pemerintah dengan cara mengurangi kekayaan
yang idle. Begitu juga sebaliknya apabila nilai relatif rendah, maka
memegang atau menyimpan uang kas relatif tidak memiliki risiko yang
tinggi.
Mazhab Alternatif, permintaan uang dalam mazhab ketiga ini, sangat
erat kaitannya dengan konsep endogenous uang dalam islam. Teori
endogenous dalam islam secara sederhana dapat diartkian bahwa
keberadaan uang pada hakikatnya adalah repsentasi dari volume
transaksi yang ada dalam sektor riil. Teori inilah yang kemudian
menjembatani dan tidak mendikotomikan antara pertumbuhan uang di
sektor moneter dan pertumbuhan nilai tambah uang di sektor riil. Islam
menganggap bahwa perubahan nilai tambah ekonomi tidak dapat
didasarkan semata-mata pada perubahan waktu. Nilai tambah uang
terjadi jika dan hanya jika ada pemanfaatan secara ekonomis selama
uang tersebut dipergunakan. Sehinnga tidak selalu nilai uang harus
bertambah walau waktu terus bertambah, akan tetapi niali tambahnya
akan tergantung dari hasil yang diusahakan dengan uang itu. Secara
makroekonomi, nilai tambah uang dan jumlahnya hanyalah repsentasi
dari perubahan dan pertambahan di sektor riil. Konsep inilah yang
kemudian menjadikan landasan sistem moneter islam selalu berpijak
pada sektor mikroekonomi.[22]

Penawaran Uang dalam Islam


Mazhab Iqtishaduna, pandangan utama dari mazhab ini adalah jumlah
uang yang beredar bersifat elastis sempurna, di mana pemerintah
sebagai pemegang otoritas moneter tidak mampu untuk
mempengaruhi jumlah uang yang beredar. Penawaran uang (Ms)
ditentukan oleh perdagangan ekspor impor barang. Banyak sedikitnya
Ms yang beredar tidak akan berdampak dan berpengaruh terhadap
rasio harga tangguh terhadap harga tunai (Pt/P0), karena dengan
perdagangan yang bebas dan tidak adanya bea cukai dari
perdagangan tersebut menyebabkan pengontrolan keluar masuk uang
akan selalu diseimbangkan nilainya dengan nilai ekonomi barang yang
diperdagangkan. Elastis sempurna Ms ini juga didukung oleh kesamaan
dari nilai uang dengan nilai intrinsiknya serta tidak adanya suatu
institusi tertentu yang melakukan pencetakan uang dan
mengontrolnya.[23]

Mazhab Mainstream, menurut mazhab ini penawaran uang dalam


Islam sepenuhnya dikontrol oleh negara sebagai pemegang monopoli
dari penerbitan uang yang sah (legal tender). Keberadaan bank sentral
adalah untuk menerbitkan mata uang dan menjaga nilai tukarnya agar
dapat berada pada tingkat harga yang stabil. Oleh karena itu,
penawaran uang diasumsikan secara penuh dipengaruhi oleh kebijakan
bank sentral.[24]
Mazhab Alternatif, menurut mazhab ini jumlah uang beredar lebih
ditentukan oleh actual spending demand dalam kebutuhannya untuk
transaksi di pasar barang dan jasa (uang merupakan variabel yang
endogen). Asumsi yang digunakan dalam konsep ini yaitu: (1) telah
terjadinya globalisasi perekonomian menyebabkan bank sentral tidak
lagi mampu melakukan pengontrolan secara penuh terhadap jumlah
uang beredar. (2) perekonomian mengarah ke tahap islamisasi sistem
keungannya, sistem ummah yang sudah mulai diberlakuakan dalam
sistem perekonomian yang diantut. Sistem ummah yang dimaksud
adalah tidak adanya suku bunga dan penggunaan expected rate of
profit dalam sistem pembiayaan serta mengarahkan kepada
maksimalisasi sumber dana kepada usaha-usaha yang bersifat
produktif.[25]

IV.MoneyMarketandIktinaz

..SupplyofmoneyThequantityofmoneyavailableorin
circulationinanyeconomyisaffectedbythepublic,thebanking
system,and,particularly,bycentralbanks.Fromthemoneymarket
equilibriumpointofview,thisquantityistakentobeconstantinthe
shortterm.
Centralbanksininterestbasedeconomiescaneithercontroltherateof
interestorthestockofmoney,wherecontrollingeithervariablemeans
losingcontrolovertheother.Giventheprohibitionofinterestinan
Islamiceconomy,thestockofmoneybecomestheonlyvariableof
concernwhenformulatingmonetarypolicy.Chapra()points
outthatitistheresponsibilityoftheIslamiccentralbanktoensurea
sufficientmonetaryexpansionaccordingtotheneedsoftheeconomy
inordertomeetsocioeconomicgoals.Asthemonetarytoolsthatmay
beusedhavebeenwidelydiscussedintheliteraturethereisnoneedto
gooverthemhere.

Anotherimportantissueismoney(credit)creationwhichisakey
factorinthemoneysupply.Thisphenomenonoccursinaninterest
basedeconomythroughthebankingsystemsrequiredorfractional
reserveprinciple.Whilemaintainingasmallfractionoftheirtotal
reserves(totaldemanddeposits),asstipulatedbycentralbanks,
commercialbanksareabletousetheremainingpartoftheirreserves
(excessreserves)forlending.Theprocessoflendingleadsto
multiplicationofthetotalamountofmoneyincirculation,wherethe
createdorderivedmoneyisnothingbutaccountingorcreditmoney.

Theamountofmoneycreateddependsonseveralfactorsthe
percentageoftherequiredreservestipulatedbycentralbanks,the
lendingpoliciesadoptedbycommercialbanks,andtheborrowers
attitudetowardsdepositingpartoralloftheborrowedmoneybackinto
thebankingsystemfromwhichitwasborrowed.Whilecredit
creationisafactoflifein
ReviewofIslamicEconomics,Vol.,No.,

interestbasedeconomies,itis,tosaytheleast,highlyquestionablein
anIslamiceconomy.

AsstatedbySabhani(8),thisisacontroversialissue.Thereare
thosewhoholdthat(regardlessofthereasons)therewillalwaysbea
needforfunds,moneycreationisapracticalwayofmeetingthat
need,andsocreditcreationcanberelieduponinanIslamic
economy.However,holdersofthisviewdifferamongthemselveson
theeligibilityofIslamiccommercialbankstocreatecredit,andonthe
waytodoitviapublicbanksorcentralbanks.

Wewouldsaythatcreditcreationisnotasimplematter,noryeta
meretechnicalissue.Rather,itisamatterofgraveconcern,fromthe
Islamicviewpoint,inrespectofbothlegitimacyandsocioeconomic
justice.Ithas,atleast,threeclearandadverseeffectsonthe
ownershipordistributionofgrossdomesticproduct,onthepurchasing
powerofmoneyandresultingimpactofthatondistribution,andonthe
distributionofreturnsresultingfromtheuseofthecreatedcredit.
Consideringtheseeffects,itisourbeliefthatcreditcreationmaybe
resortedtoonlywhentheneedforitisprovenandprovideditis
handledbycentralbanksandthesocioeconomiceffectsjustmentioned
areproperlyconsidered.Thepossibilityofsatisfyingallthese
conditionstogetherissomethingthatremainstobeseen.

..Demandformoneyandiktinaz

MuslimeconomistsgenerallyseemtoaccepttwoofKeynesthree
motivesforholdingmoney,namelytransactionandprecaution,which
arerelatedtoincome,andrejectthethirdmotive,speculation,insofar
asitisrelatedtotherateofinterest.Inthisregard,Chapra()
statesthatthedemandformoneybalancesinanIslamiceconomy
wouldarisebasicallyfromthetwomentionedmotives(Chapra,
).Itdoesseemplausible,inprinciple,toholdthatinan
Islamiceconomypeoplewouldholdmoneyinordertomeetregular
paymentsandunforeseencontingencies.However,sincespeculationis
notaninterestderivedphenomenon,thereisnoreasonwhateverto
presumetheexclusionofthespeculativemotivefromthedemandfor
moneyinanIslamiceconomy.

Sincebothtransactionandspeculativemotivesdependonincome,the
moneydemandfunctionwillbeequaltoaconstantthatrepresentsa
fractionoftotalincome.Thequestionthatnecessarilyariseshereis:
wheredoesiktinazfitintothis?Althoughiktinazismentionedby
Muslimeconomistshereandthere,ithasnotbeen,tomyknowledge,
relatedtothedemandformoney,i.e.ithasnotbeentakentobea
determinantfactorin

Anda mungkin juga menyukai