1 000095 1 PDF
1 000095 1 PDF
MEMUTUSKAN :
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
BAB II
RUANG LINGKUP DAN TUJUAN
Pasal 2
Pasal 3
Pasal 4
Pasal 5
BAB III
PERIZINAN
Pasal 6
BAB IV
KEWAJIBAN DAN TANGGUNG JAWAB
Pasal 7
Pasal 8
Pasal 9
Pasal 10
Pasal 11
Pasal 12
Pasal 13
BAB V
PEMBUNGKUSAN
Pasal 14
Pasal 15
Pasal 16
Pasal 17
Pasal 18
Pasal 19
Pasal 20
BAB VI
PROGRAM PROTEKSI RADIASI
Pasal 21
Pasal 22
Pasal 23
Pasal 24
Pasal 25
Pasal 26
BAB VII
PELATIHAN
Pasal 27
BAB VIII
PROGRAM JAMINAN KUALITAS
Pasal 28
BAB IX
JENIS DAN BATAS AKTIVITAS ZAT RADIOAKTIF
Pasal 29
(1) Jenis dan aktivitas zat radioaktif dalam suatu bungkusan tidak
boleh melebihi batas yang ditentukan untuk tipe bungkusan.
(2) Jenis dan aktivitas zat radioaktif sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Keputusan Kepala Badan
Pengawas.
- 12 -
BAB X
ZAT RADIOAKTIF
DENGAN SIFAT BAHAYA LAIN
Pasal 30
BAB XI
PENANGGULANGAN KEADAAN DARURAT
Pasal 31
Pasal 32
didekonta-minasi.
Pasal 33
BAB XII
SANKSI ADMINISTRATIF
Pasal 34
Pasal 35
BAB XIII
KETENTUAN PIDANA
Pasal 36
Setiap orang atau badan yang melanggar ketentuan Pasal 6 ayat (1)
dipidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 Undang-undang
Nomor 10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran.
BAB XIV
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 37
Pasal 38
Pasal 39
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 13 Mei 2002
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
ttd
MEGAWATI SOEKARNOPUTRI
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 13 Mei 2002
SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA,
ttd
BAMBANG KESOWO
PENJELASAN
ATAS
RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 26 TAHUN 2002
TENTANG
KESELAMATAN PENGANGKUTAN ZAT RADIOAKTIF
UMUM
Zat radioaktif dan bahan nuklir disamping dapat memberikan manfaat yang
sangat besar bagi manusia dan lingkungan hidup, juga dapat mempunyai
potensi bahaya radiasi terhadap manusia, harta benda, dan lingkungan hidup.
Oleh karenanya perlu dibuatkan pengaturan dalam pelaksanaan
pemanfaatannya khususnya dalam pelaksanaan pengangkutan zat radioaktif.
Pasal 1
Cukup jelas
Pasal 2
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Bahan nuklir yang dimaksud merupakan zat radioaktif dengan sifat
khusus.
- 19 -
Pasal 3
Ayat (1)
Pengecualian pengaturan tersebut dikarenakan ada zat radioaktif yang
tidak membahayakan bagi pekerja, anggota masyarakat dan atau
lingkungan hidup.
Huruf a
Untuk pemindahan zat radioaktif di dalam suatu instalasi tetap
berlaku ketentuan keselamatan kerja terhadap radiasi.
Huruf b
Contoh zat radioaktif yang dipasang atau dimasukan dalam tubuh
manusia atau binatang antara lain alat pacu jantung pada manusia.
Huruf c
Contoh zat radioaktif yang merupakan bagian tak terpisahkan dari
sarana angkutan antara lain tanda-tanda luminisen pada pesawat
terbang.
Huruf d
Contoh zat radioaktif dalam bentuk barang atau produk langsung
antara lain jam tangan, detektor asap (smoke detector), kaos
lampu.
Huruf e
Contoh zat radioaktif yang berasal dari alam antara lain batu-batu
yang mengandung uranium, monasit.
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 4
Cukup jelas
Pasal 5
Ayat (1)
Huruf a
Cukup jelas
- 20 -
Huruf b
Cukup jelas
Huruf c
Kondisi subkritis adalah kondisi bahan nuklir dimana tidak terjadi
reaksi pembelahan inti berantai.
Huruf d
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 6
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Persetujuan dari Badan Pengawas yang diperoleh sebelum melakukan
pengangkutan dimaksudkan agar Badan Pengawas dapat melakukan
penilaian terhadap persyaratan yang harus ditaati oleh Pengirim seperti
persyaratan untuk zat radioaktif, bungkusan dan pembungkus, dan
kelengkapan dokumen pengangkutan. Hal ini mempunyai akibat
terhadap keselamatan, jika tidak dipatuhi oleh Pengirim.
Ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 7
Ayat (1)
Huruf a
Informasi yang lengkap dan benar, antara lain, adalah cara
pengangkutan, rute pengangkutan, jumlah, jenis, dan aktivitas zat
- 21 -
Huruf b
Pengertian dari jalan adalah sesuai dengan Undang-undang
Nomor 13 Tahun 1980 tentang Jalan, yaitu prasarana perhubungan
darat dalam bentuk apapun, meliputi segala bagian jalan termasuk
bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan
bagi lalu lintas.
Cara pemasangan, bentuk dan jenis tanda, label atau plakat pada
setiap kendaraan berbeda-beda sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
Huruf c
Pengangkut tidak mungkin menyerahkan bungkusan kepada
Penerima apabila disebabkan oleh, antara lain, Penerima tidak
datang, menolak menerima bungkusan, atau menolak untuk
membayar apa yang harus dibayar olehnya.
Huruf d
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 8
Cukup jelas
- 22 -
Pasal 9
Apabila dipandang perlu Inspektur Keselamatan Nuklir Badan Pengawas dapat
memeriksa secara langsung persiapan pengangkutan mulai dari dokumen
sampai persyaratan lainnya. Dalam hal data di lapangan tidak sesuai dengan
dokumen yang diajukan kepada Badan Pengawas, maka Inspektur Keselamatan
Nuklir Badan Pengawas dapat menunda bahkan membatalkan pengangkutan
zat radioaktif tersebut.
Pasal 10
Tujuan pemberitahuan dari Pengirim kepada Penerima segera setelah
pengangkutan dilaksanakan adalah agar Penerima dapat mengetahui saat
datangnya bungkusan dan melakukan persiapan yang diperlukan.
Pasal 11
Ayat (1)
Merupakan tanggung jawab dari Pengangkut untuk menjaga agar
keselamatan bungkusan tetap terjamin, sehingga tidak membahayakan
masyarakat.
Ayat (2)
Pemberitahuan yang disampaikan kepada Pengirim disertai dengan
permintaan petunjuk mengenai langkah selanjutnya yang perlu
dilakukan.
Ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 12
Ayat (1)
Kebocoran yang dimaksud adalah zat radioaktif keluar dari bungkusan
dan paparan radiasi yang dipancarkan melampaui nilai yang ditentukan.
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
- 23 -
Ayat (4)
Cukup jelas
Ayat (5)
Cukup jelas
Ayat (6)
Cukup jelas
Pasal 13
Cukup jelas
Pasal 14
Ayat (1)
Tipe bungkusan adalah bungkusan dibuat dan dirancang berdasarkan
daya tahan bungkusan.
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Untuk menjamin keselamatan bungkusan zat radioaktif diperlukan
pengujian yang dilakukan oleh laboratorium uji bungkusan yang
memenuhi persyaratan dan kualitas teknis dan administrasi. Pemenuhan
terhadap persyaratan dan kualifikasi tersebut dibuktikan dengan adanya:
a. akreditasi oleh lembaga atau instansi sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku; dan
b. penunjukan berdasarkan kelayakan dan kriteria yang ditentukan oleh
Badan Pengawas.
- 24 -
Ayat (4)
Sertifikat lolos uji dikeluarkan atau diberikan oleh laboratorium uji
bungkusan.
Ayat (5)
Cukup jelas
Pasal 15
Bungkusan yang dikecualikan adalah bungkusan dengan pembungkus zat
radioaktif yang mempunyai aktivitas sangat rendah sehingga paparan radiasi
yang ditimbulkan dalam batas aman, contohnya smoke detector, jam tangan.
Pasal 16
Validasi atas sertifikat bungkusan yang dapat dilakukan oleh Badan Pengawas
adalah validasi terhadap sertifikat yang menurut ketentuan internasional harus
divalidasi.
Pasal 17
Ketentuan ini dimaksudkan agar tidak terjadi interaksi antara barang lain
tersebut dengan pembungkus yang dapat mengurangi keselamatan bungkusan.
Peralatan untuk penanganan zat radioaktif antara lain alat pembuka bungkusan,
penyerap panas, alat pemantau radiasi, atau tang panjang.
Pasal 18
Sifat bahaya lain, antara lain, adalah mudah meledak, mudah terbakar, beracun,
piroforik, atau korosif.
Pasal 19
Ayat (1)
Dokumen pengangkutan merupakan kelengkapan dalam pengangkutan
barang pada umumnya. Dokumen pengangkutan antara lain memuat
tanda pengenal bungkusan dari Badan Pengawas, keterangan singkat
mengenai bungkusan termasuk bahan konstruksi, berat kotor, ukuran
luar, tampak luar, termasuk tindakan yang harus dilakukan apabila
terjadi kecelakaan selama pengangkutan.
- 25 -
Ayat (2)
Dokumen pengangkutan diletakkan pada sisi terluar dari bungkusan zat
radioaktif dan berada diantara bungkusan dengan wadahnya, dimana
kondisi dokumen tersebut diusahakan agar tetap aman dan tidak basah.
Ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 20
Cukup jelas
Pasal 21
Asas Proteksi Radiasi meliputi :
a. Asas justifikasi yaitu bahwa setiap kegiatan yang memanfaatkan radioaktif
atau sumber radiasi lainnya hanya boleh dilakukan apabila menghasilkan
keuntungan yang lebih besar kepada seseorang yang terkena penyinaran
radiasi atau bagi masyarakat, dibandingkan dengan kerugian radiasi yang
mungkin diakibatkannya, dengan memperhatikan faktor sosial, faktor
ekonomi, dan faktor lain yang sesuai. Dalam melakukan pengkajian perlu
diperhitungkan pula estimasi kerugian yang berasal dari penyinaran
potensial, yaitu terjadinya penyinaran yang tidak dapat diramalkan
sebelumnya.
b. Asas limitasi yaitu bahwa penerimaan dosis oleh seseorang tidak boleh
melampaui nilai batas dosis yang ditetapkan oleh Badan Pengawas. Yang
dimaksud nilai batas dosis disini adalah dosis radiasi yang diterima dari
penyinaran eksterna dan interna selama 1 (satu) tahun dan tidak bergantung
pada laju dosis. Penetapan nilai batas dosis ini tidak memperhitungkan
penerimaan dosis untuk tujuan medik dan yang berasal dari radiasi alam.
dosis.
Pasal 22
Ayat (1)
Persyaratan adanya proteksi fisik ini dimaksudkan agar bahan nuklir
tersebut tidak dicuri, disabotase atau digunakan untuk tujuan
pemanfaatan yang menyimpang.
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 23
Untuk mencegah paparan radiasi pada manusia dan barang, perlu ada jarak
yang aman antara bungkusan yang merupakan sumber radiasi dengan orang
maupun barang lainnya misalnya dengan film fotografi yang belum diproses.
Pasal 24
Sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, Pengirim
bertanggung jawab terhadap pemantauan dosis radiasi petugas pengangkut.
Pasal 25
Ayat (1)
Ketentuan ayat ini dimaksudkan agar tidak terjadi kontaminasi pada
barang lainnya yang nonradioaktif. Pernyataan aman atau bebas
kontaminasi diberikan oleh Petugas Proteksi Radiasi.
- 27 -
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 26
Ayat (1)
Instansi yang berwenang adalah instansi yang karena tugasnya
memandang perlu untuk mengadakan pemeriksaan terhadap isi
bungkusan, seperti Bea dan Cukai, Kepolisian, dan sebagainya.
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 27
Cukup jelas
Pasal 28
Program Jaminan Kualitas diperlukan selama tahap desain, fabrikasi, pengujian,
dokumentasi, pemakaian, perawatan dan inspeksi untuk zat radioaktif bentuk
khusus, zat radioaktif yang mudah menyebar dan semua jenis bungkusan, dan
selama pengangkutan, penyimpanan selama transit, dan penyimpanan
sementara sebelum dan sesudah pengangkutan.
Pasal 29
Cukup jelas
Pasal 30
Cukup jelas
Pasal 31
Termasuk pengertian pejabat yang berkepentingan antara lain polisi, pejabat
pamongpraja (seperti Bupati, Camat), pejabat perhubungan pada daerah atau
tempat terjadinya kecelakaan.
- 28 -
Pasal 32
Ayat (1)
Tindakan mengisolasi oleh petugas pengangkut dimaksudkan untuk
mencegah semakin meluasnya bahaya radiasi dan kontaminasi dan
masuknya orang yang tidak berkepentingan ke dalam daerah atau tempat
terjadinya kecelakaan.
Ayat (2)
Petugas Proteksi Radiasi yang terlebih dahulu datang untuk menangani
kecelakaan tersebut dapat berasal dari pihak Pengirim maupun Penerima
atau kedua-duanya, tergantung pada siapa yang terdekat dengan lokasi
kejadian.
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup jelas
Pasal 33
Cukup jelas
Pasal 34
Cukup jelas
Pasal 35
Cukup jelas
Pasal 36
Cukup jelas
Pasal 37
Cukup jelas
- 29 -
Pasal 38
Cukup jelas
Pasal 39
Cukup jelas