TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Darah
Darah yang semula dikategorikan sebagai jaringan tubuh, saat ini telah
dimasukkan sebagai suatu organ tubuh terbesar yang beredar dalam sistem
kardiovaskuler, tersusun dari komponen korpuskuler atau seluler dan komponen
cairan. Komponen korpuskuler yaitu materi biologis yang hidup dan bersifat
multiantigenik, terdiri dari sel darah merah, sel darah putih dan keeping trombosit,
yang kesemuanya dihasilkan dari sel induk yang senantiasa hidup dalam sumsum
tulang. Ketiga jenis sel darah ini memiliki masa hidup terbatas dan akan mati jika
masa hidupnya berakhir. Agar fungsi organ darah tidak ikut mati, maka secara
berkala pada waktu-waktu tertentu, ketiga butiran darah tersebut akan diganti,
diperbarui dengan sel sejenis yang baru. Komponen cair yang juga disebut
plasma, menempati lebih dari 50 volume % organ darah, dengan bagian terbesar
dari plasma (90%) adalah air, bagian kecilnya terdiri dari protein plasma dan
elektrolit. Protein plasma yang penting diantaranya adalah albumin, berbagai
fraksi globulin serta protein untuk factor pembekuan dan untuk fibrinolisis. 3,6
Peran penting darah adalah :
a Sebagai organ transportasi, khususnya oksigen (O2), yang dibawa dari
paru-paru dan diedarkan ke seluruh tubuh dan kemudian mengangkut sisa
pembakaran (CO2) dari jaringan untuk dibuang keluar melalui paru-paru.
Fungsi pertukaran O2 dan CO2 ini dilakukan oleh hemoglobin, yang
terkandung dalam sel darah merah. Protein plasma ikut berfungsi sebagai
sarana transportasi dengan mengikat berbagai materi yang bebas dalam
plasma, untuk metabolism organ-organ tubuh.
b Sebagai orgam pertahanan tubuh (imunologik), khususnya dalam menahan
invasi berbagai jenis mikroba pathogen dan antigen asing. Tranfusi darah
adalah salah satu rangkaian proses pemindahan darah donor ke dalam
sirkulasi darah resipien sebagai upaya pengobatan.Mekanisme pertahanan
ini dilakukan oleh leukosit (granulosit dan limfosit) serta protein plasma
khusus (immunoglobulin).
c Peranan darah dalam menghentikan perdarahan (mekanisme homeostasis)
sebagai upaya untuk mempertahankan volume darah apabila terjadi
kerusakan pada pembuluh darah. Fungsi ini dilakukan oleh mekanisme
fibrinolisis, khususnya jika terjadi aktifitas homeostasis yang berlebihan.3,7
Apabila terjadi pengurangan darah yang cukup bermakna dari komponen
darah korpuskuler maupun non korpuskuler akibat kelainan bawaan ataupun
karena penyakit yang didapat, yang tidak dapat diatasi oleh mekanisme
homeostasis tubuh dalam waktu singkat maka diperlukan penggantian dengan
tranfusi darah, khususnya dari komponen yang diperlukan.3,8
1. Whole blood
Darah lengkap segar digunakan pada perdarahan akut, syok hemovolemik,
dan bedah mayor dengan perdarahan >1500 mL. Whole blood akan meningkatkan
kapasitas pengangkutan oksigen dan peningkatan volume darah. Transfusi 1 unit
whole blood akan meningkatkan hemoglobin 1 gr/dl. Sekarang produk ini sudah
jarang digunakan, para klinisi lebih senang menggunakan produk komponen darah
saja.
Darah lengkap ada 3 macam, yaitu:
2. Darah segar yaitu darah yang baru diambil dari donor samapi 6 jam
sesudah pengambilan. Keuntungan darah segar ini faktor pembekuan
masih lengkap termasuk faktor V dan VII dan fungsi eritrosit masih
relatif baik. Kerugiannya sulit diperoleh dalam waktu yang tepat karena
untuk pemeriksaan golongan, reaksi silang dan transportasi diperlukan
waktu lebih dari 4 jam dan resiko penularan penyakit relatif lebih
banyak.
3. Darah baru yaitu darah yang disimpan antara 6 jam sampai 6 hari
sesudah diambil dari donor.
4. Darah simpan yaitu darah yang disimpan lebih dari 6 hari.
Keuntungannya mudah tersedia setiap saat, bahaya penularan sifilis dan
sitomegalovirus hilang. Kerugiannya faktor pembekuannya V dan VII
sudah habis. Kemampuan transportasi oksigen oleh eritrosit menurun
yang disebabkan karena afinitas hemoglobin terhadap oksigen yang
tinggi, sehingga oksigen sukar dilepas ke jaringan.
Jumlah WB yang diperlukan dapat dihitung denga rumus : (Hb yang
diinginkan Hb sebelum transfusi) x 6 x BB
3. Platelet
Merupakan derivat dari whole blood dengan kandungan >5,5 x 1010
platelet per kantong, dan 50 mL plasma. Dosis pada kasus trombositopenia cukup
1 kantong, atau sesuai target kadar platelet biasanya 40.000-50.000/mm3. 1
kantong dapat meningkatkan platelet sekitar 50-100.000/mm3 .
Indikasi untuk mengatasi perdarahan karena kurangnya jumlah platelet,
dan fungsi platelet yang tidak normal dengan kadar platelet kurang dari 40.000
pada dewasa, dan kurang dari 100.000/mm3 pada neonatus. Kontraindikasi
autoimun trombositopenia, trombotik trombositopeniapurpura.
4. Frozen plasma
Biasa disebut fresh frozen plasma (FFP) mengandung semua protein
plasma (faktor pembekuan). 1 kantong berjumlah sekitar 250 mL yang dibekukan
pada suhu -180C dalam 6-8 jam. FFP dalam 24 jam mengandung Faktor V dan
Faktor VIII. Setiap 1 unit FFP dapat menaikkan masing-masing kadar faktor
pembekuan 2-3% pada orang dewasa.
FFP diindikasikan pada perdarahan masif, setelah terapi warfarin dan
kuagulopati pada penyakit hati, trombotik trombositopenia purpura. Dosis 10-20
mL/kg.
5. Cryoprecipitated AHF
Biasa disebut cryoprecipitated antihemophilic faktor. Didapatkan dengan
mencairkan FFP pada suhu 1-60C. Mengandung 150 mg fibrinogen, 80 IU faktor
VIII:C, faktor VIII:vWF (von Willebrand factor), faktor XIII, fibronectin, dan 5-
20 mL plasma.
Dosis kebutuhan fibrinogen : 250 fibrinogen/kantong. Biasanya sekitar 1
kantong per 7-10 kgBB. Indikasi perdarahan karena defisiensi fibrinogen dan
faktor XIII, pasien dengan hemofili A atau von Willebrands disease
6. Granulosit
Transfusi Granulosit, yang dibuat dengan leukapheresis, diindikasikan
pada pasien neutropenia dengan infeksi bakteri yang tidak respon dengan
antibiotik. Transfusi granulosit mempunyai masa hidup dalam sirkulasi sangat
pendek, sedemikian sehingga sehari-hari transfusi 1010 granulosit pada umumnya
diperlukan. Iradiasi dari granulosit menurunkan insiden timbulnya reaksi graft-
versus-host, kerusakan endothelial berhubungan dengan paru-paru, dan lain
permasalahan berhubungan dengan transfusi leukosit tetapi mempengaruhi fungsi
granulosit. Ketersediaan filgrastim (granulocyte colony-stimulating faktor, atau
G-CSF) dan sargramostim (granulocyte-macrophage colony-stimulating faktor,
atau GM-CSF) telah sangat mengurangi penggunaan transfusi granulosit.
1. Tes ABO-Rh
Reaksi Transfusi yang paling berat adalah yang berhubungan dengan
inkompatibilitas ABO. antibodi yang didapat secara alami dapat bereaksi
melawan antigen dari transfusi, mengaktifkan komplemen, dan mengakibatkan
hemolisis intravaskular. Sel darah merah pasien diuji dengan serum yang dikenal
mempunyai antibodi melawan A dan B untuk menentukan jenis darah. Oleh
karena prevalensi secara umum antibodi ABO alami, konfirmasi jenis darah
kemudian dibuat dengan menguji serum pasien melawan sel darah merah dengan
antigen yang dikenal.
Reagen golongan darah A, B, O, AB ini terdiri dari invitro kultur
supernatants dari immunoglobulin sel tikus, kemudian dicampur dengan buffer
phosphate, sodium chloride, dimana terjadi Anti serum A berwarna biru,
Antiserum B berwarna kuning, Antiserum AB tidak berwarna
Setelah darah ditetesi serum maka akan terjadi beberapa kemungkinan
yang
akan menunjukkan golongan darah tersebut. Beberapa kemungkinan tersebut
yaitu:
a. Jika serum anti-A menyebabkan aglutinasi pada tetes darah, maka individu
tersebut memiliki aglutinogen tipe A (golongan darah A).
b. Jika serum anti-B menyebabkan aglutinasi, individu tersebut memiliki
aglutinogen tipe B (golongan darah B).
c. Jika kedua serum anti-A dan anti-B menyebabkan aglutinasi induvidu
tersebut memiliki aglutinogen tipe A dan tipe B (golongan darah AB).
d. Jika kedua serum anti-A dan anti-B tidak mengakibatkan aglutinasi,maka
individu tersebut tidak memiliki aglutinogen (golongan darah O).
Berdasarkan ada tidaknya antigen-Rh, maka golongan darah manusia
dibedakan atas dua kelompok. Kelompok pertama adalah kelompok orang dengan
Rh-positif (Rh+), berarti darahnya memiliki antigen-Rh yang ditunjukkan dengan
reaksi positif atau terjadi penggumpalan eritrosit pada waktu dilakukan tes
dengan anti-Rh (antibodi Rh). Kelompok satunya lagi adalah kelompok orang
dengan Rh-negatif (Rh-), berarti darahnya tidak memiliki antigen-Rh yang
ditunjukkan dengan reaksi negatif atau tidak terjadi penggumpalan saat dilakukan
tes dengan anti-Rh (antibodi Rh).
2. Pemeriksaan lain terhadap infeksi.
Risiko transmisi agen-agen infeksi sehingga perlu dilakukan
pemeriksaan rutin terhadap produk-produk darah dapat dilihat di tabel 1
Reaksi alergi
Reaksi alergi (urtikaria) merupakan bentuk yang paling sering muncul,
yang tidak disertai gejala lainnya. Bila hal ini terjadi, tidak perlu sampai harus
menghentikan transfusi. Reaksi alergi ini diduga terjadi akibat adanya bahan
terlarut di dalam plasma donor yang bereaksi dengan antibodi IgE resipien di
permukaan sel-sel mast dan eosinofil, dan menyebabkan pelepasan histamin.
Reaksi alergi ini tidak berbahaya, tetapi mengakibatkan rasa tidak nyaman dan
menimbulkan ketakutan pada pasien sehingga dapat menunda transfusi.
Pemberian antihistamin dapat menghentikan reaksi tersebut.
Reaksi anafilaktik
Reaksi yang berat ini dapat mengancam jiwa, terutama bila timbul pada
pasien dengan defisiensi antibodi IgA atau yang mempunyai IgG anti IgA dengan
titer tinggi. Reaksinya terjadi dengan cepat, hanya beberapa menit setelah
transfusi dimulai. Aktivasi komplemen dan mediator kimia lainnya meningkatkan
permeabilitas vaskuler dan konstriksi otot polos terutama pada saluran napas yang
dapat berakibat fatal. Gejala dan tanda reaksi anafilaktik biasanya adalah
angioedema, muka merah (flushing), urtikaria, gawat pernapasan, hipotensi, dan
renjatan.
Penatalaksanaannya adalah :
(1) menghentikan transfusi dengan segera,
(2) tetap infus dengan NaCl 0,9% atau kristaoid,
(3) berikan antihistamin dan epinefrin.
Pemberian dopamin dan kortikosteroid perlu dipertimbangkan. Apabila terjadi
hipoksia, berikan oksigen dengan kateter hidung atau masker atau bila perlu
melalui intubasi.2,3