Anda di halaman 1dari 10

A.

SUBJEK PAJAK
1. Pengertian Subyek Pajak
Subjek pajak adalah orang, badan atau kesatuan lainnya yang telah memenuhi
syarat-syarat subjektif, yaitu bertempat tinggal atau berkedudukan di Indonesia.
Subjek pajak baru menjadi wajib pajak bila telah memenuhi syarat-syarat obyektif.
Subjek pajak tidak identik dengan subjek hukum, oleh karena itu untuk
menjadi subjek pajak tidak perlu menjadi subjek hukum. Sehingga firma,
perkumpulan, warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan dapat menjadi
subjek pajak. Demikian juga orang gila, anak yang masih di bawah umur dapat
menjadi subjek atau wajib pajak, tetapi untuk mereka perlu ditunjuk orang atau wali
yang dapat dipertanggungjawabkan untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya.
2. Yang Menjadi Subjek Pajak
Adapun yang menjadi subjek pajak sesuai undang-undang PPh No. 36 Tahun
2008 adalah :
a. Orang Pribadi
b. Badan
c. Bentuk Usaha Tetap
Subjek pajak dibedakan menjadi subjek pajak dalam negeri dan subjek pajak luar
negeri,
a. Subjek Pajak Dalam Negeri
1) Orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi
yang bertempat tinggal di Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka
waktu 12 bulan, atau orang pribadi yang dalam suatu tahun pajak berada di
Indonesia dan mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia
2) Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia, kecuali
unit tetentu Subjek dari badan pemerintah yang memenuhi kriteria :
Pembentukannya berdasarkan peraturan perundang-undangan
Pembiayaannya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Penerimaannya dimasukkan dalam anggaran Pemerintah Pusat atau
Pemerintah Daerah
Pembukuaanya diperiksa oleh aparat pengawasan fungsional Negara

b. Pajak Luar Negeri


1) Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang
berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan,
dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia,

1
yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap
di Indonesia,
2) Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang
berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan,
dan badan yang tidak didirikan dan tidak berkedudukan di Indonesia, yang
dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia tidak dari
menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di
Indonesia.
Perbedaan yang penting antara Wajib Pajak Dalam Negeri dan Wajib Pajak
Luar Negeri terletak dalam pemenuhan kewajiban pajaknya, antara lain :
a. Wajib Pajak dalam negeri dikenai pajak atas penghasilan baik yang diterima atau
diperoleh dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, sedangkan Wajib Pajak luar
negeri dikenai pajak hanya atas penghasilan yang berasal dari sumber penghasilan
di Indonesia
b. Wajib Pajak dalam negeri dikenai pajak berdasarkan penghasilan neto dengan
tarif umum, sedangkan Wajib Pajak luar negeri dikenai pajak berdasarkan
penghasilan bruto dengan tarif pajak sepadan
c. Wajib Pajak dalam negeri wajib menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan
Pajak Penghasilan sebagai sarana untuk menetapkan pajak yang terutang dalam
suatu tahun pajak, sedangkan Wajib Pajak luar negeri tidak wajib
memberitahukan Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan karena kewajiban
pajaknya dipenuhi melalui pemotongan pajak yang bersifat final.
3. Yang Tidak Termasuk Subjek Pajak
a. Kantor perwakilan Negara asing.
b. Pejabat-pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat-pejabat lain dari
Negara asing dan orang-orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja
pada dan bertempat tinggal bersama-sama mereka denga syarat bukan warga
Negara Indonesia dan di Indonesia tidak menerima atau memperoleh penghasilan
di luar jabatan atau pekerjaannya tersebut serta Negara bersangkutan memberikan
perlakuan timbal balik.
c. Organisasi-organisasi internasional dengan syarat :
Indonesia menjasi anggota organisasi tersebut.
Tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk memperoleh penghasilan
dari Indonesia selain memberikan pinjaman kepada pemerintah yang dananya
berasal dari iuran para anggota.
4. Saat Mulai dan Berakhirnya Kewajiban Pajak Subjektif
a. Dimulainya Pajak Subjektif

2
1) Subjek pajak orang pribadi
a) Bagi Subjek pajak orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia,
maka kewajiban pajak subjektifnya akan dimulai pada saat lahir di
Indonesia
b) Bagi subjek pajak orang pribadi yang berada di Indonesia lebih dari 183
hari dalam jangka waktu 12 bulan, atau orang pribadi yang dalam suatu
tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk bertempat
tinggal di Indonesia, maka kewajiban pajak subjektifnya akan dimulai
sejak saat orang tersebut berada di Indonesia
c) Bagi subjek pajak orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia
atau berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12
bulan, maka kewajiban pajak subjektifnya akan dimulai pada saat orang
pribadi tersebut menjalankan usahanya di Indonesia
d) Bagi subjek pajak orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia
atau berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12
bulan, maka kewajiban pajak subjektifnya akan dimulai pada saat orang
pribadi tersebut menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia.
2) Subjek pajak badan
a) Bagi subjek pajak badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di
Indonesia, maka kewajiban pajak subjektifnya akan dimulai pada saat
badan tersebut didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia,
b) Bagi subjek pajak badan yang tidak didirikan atau tidak bertempat
kedudukan di Indonesia yang dapat menerima atau memperoleh
penghasilan dari Indonesia bukan dari menjalankan usaha atau melakukan
kegiatan di Indonesia, maka kewajiban pajak subjektifnya mulai pada saat
badan tersebut menerima atau memperoleh penghasilan di Indonesia.
3) Subjek pajak warisan yang belum terbagi
Untuk warisan yang belum terbagi, maka kewajiban pajak subjektifnya
dimulai pada saat timbulnya warisan, yaitu pada saat pewaris meninggal
dunia. Warisan yang belum terbagi baru menjadi wajib pajak apabila warisan
tersebut mengeluarkan penghasilan. Mengenai siapa yang bertanggungjawab
atas pajak penghasilan warisan yang belum terbagi tersebut, undang-undang
tidak menentukan.
Menurut Rachmat Soemitro, yang bertanggung jawab adalah :
Pelaksana warisan (executor testamenter)
Salah seorang ahli waris (yang tidak menolak warisan)
Semua ahli waris dari orang-orang lain yang mendapat bagian dari
warisan itu, bertanggung jawab secara renteng atas pajak penghasilan.

3
b. Berakhirnya kewajiban pajak subjektif
1) Subjek pajak orang pribadi
a) Bagi subjek pajak orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia,
maka kewajiban pajak subjektifnya berakhir pada saat ia meninggal dunia
atau meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya
b) Bagi subjek pajak orang pribadi yang berada di Indonesia lebih dari 183
hari dalam jangka waktu 12 bulan atau orang pribadi yang dalam suatu
tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk bertempat
tinggal di Indonesia, maka kewajiban pajak subjektifnya berakhir pada
saat orang tersebut tidak lagi menjalankan usaha atau tidak melakukan
kegiatan di Indonesia
c) Bagi subjek pajak orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia
atau berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12
bulan, maka kewajiban pajak subjektifnya berakhir pada saat orang
tersebut tidak lagi menjalankan usahanya di Indonesia
d) Bagi subjek pajak orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia
atau berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12
bulan, maka kewajiban pajak subjektifnya berakhir pada saat orang
tersebut tidal ;agi menerima atau memperoleh penghasilan di Indonesia.

2) Subjek pajak badan


a) Bagi subjek pajak danan yang didirikan atau bertempat kedudukan di
Indonesia, maka kewajiban pajak subjektifnya berakhir pada saat badan
tersebut dibubarkan atau tidak lagi bertempat kedudukan di Indonesia,
b) Bagi subjek badan yang tidak didirikan atau tidak bertempat kedudukan di
Indonesia yang dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari
Indonesia bukan dari menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di
Indonesia, maka kewajiban pajak subjektifnya berakhir pada saaat badan
tersebut tidak lagi menerima atau memperoleh penghasilan di Indonesia.
3) Subjek pajak warisan yang belum terbagi
Untuk warisan yang belum terbagi kewajiban pajak subjektifnya berakhir
pada saat warisan tersebut selesai dibagikan kepada para ahli warisnya
masing-masing, dan sejak saat itu pula beralih pemenuhan kewajiban
pajaknya kepada para ahli warisnya.

Subjek Pajak PPh pasal 21

4
Subyek PPh 21 adalah penerima penghasilan yang dipotong oleh:
1. Pemberi kerja yang membayar gaji, upah, honorarium tunjangan dan pembayaran
lain sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukan oeh pegawai
atau bukan pegawai
2. Bendahara pemerintah yang membayar gaji, upah, honorarium tunjangan dan
pembayara lain sehubungan dengan pekerjaan, jasa atau kegiatan
3. Dana pensiun atau badan lain yang membayarkan uang pension dan pembayaran lain
dengan nama apapun dalam rangka pensiun.
4. Badan yang membayar honorarium atau pembayaran lain sebagai imbalan
sehubungan dengan jasa termasuk jasa tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas
5. Penyelenggara kegiatan yang melakukan pembayaran sehubungan dengan
pelaksanan suatu kegiatan
Subyek Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak atas Penjualan Barang Mewah (PPN-
PPnBM)
1. Subyek Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
Subyek PPN adalah Pengusaha Kena Pajak (PKP). Pengusaha Kena Pajak adalah
pengusaha yang melakukan melakukan penyerahan Barang Kena Pajak (BKP)
dan/atau Jasa Kena Pajak (JKP).
2. Subyek Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM)
Subyek Pajak Penjualan atas Barang Mewah adalah PKP yang menghasilkan BKP
yang tergolong mewah dalam lingkungan perusahaan atau pekerjaannya dan
pengusaha yang mengimpor barang yang tergolong mewah.
Subyek Pajak Bumi dan Bangunan
Subyek PBB adalah orang atau badan yang secara nyata mempunyai hak atas bumi
dan/atau, memperoleh manfaat atas bumi dan /atau, memiliki atau menguasai bangunan;
dan/atau memperoleh manfaat atas bangunan.
Subyek Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
Subyek pajak BPHTB adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh hak atas Tanah
dan/atau Bangunan.

B. OBJEK PAJAK
1. Pengertian Objek Pajak
Mengenai apa yang dapat dijadikan objek pajak banyak sekali macamnya. Pada
prinsipnya segala sesuatu yang ada dalam masyarakat dapat dijadikan sasaran atau
objek pajak, baik keadaan, perbuatan, maupun peristiwa. Misalnya :

5
a. Keadaan : kekayaan seseorang pada saat tertentu; memiliki kendaraan bermotor,
radio, televisi ;
b. Perbuatan : melakukan penyerahan barang karena perjanjian, mendirikan rumah
atau gedung ;
c. Peristiwa : kematian, keuntungan yang diperoleh secara mendadak,
2. Macam Macam Objek Pajak
a. Objek Pajak Penghasilan (PPh)
Objek PPh adalah penghasilan itu sendiri,. Penghasilan sebagai objek pajak PPh
diartikan secara luas yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang
diterima atau diperoleh wajib pajak baik yang berasal dari Indonesia maupun dari
luar Indonesia yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah
kekayaan wajib pajak dengan nama dan dalam bentuk apapun.
Menurut ketentuan UU No.7 Tahun 1983 yang telah diperbaharui oleh UU No.36
Tahun 2008 pasal 4 ayat 1 yang termasuk dalam penghasilan adalah :
1) Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang
diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi,
bonus, gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya kecuali
ditentukan lain dalam undang-undang ini,
2) Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan,
3) Laba usaha,
4) Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta,
5) Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya
dan pembayaran tambahan pengembalian pajak,
6) Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena
jaminan pengembalian utang,
7) Dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen daari
asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi,
8) Royalty atau imbalan atas penggunaan hak,
9) Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta,
10) Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala,
11) Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah
tertentu yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah,
12) Keuntungan selisih kurs mata uang asing,
13) Karena penilaian kembali aktiva,
14) Premi asuransi,
15) Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri
dari wajib pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas,
16) Tambahan kekayaan netto yang berasal dari penghasilan yang belum
dikenakan pajak,
17) Penghasilan dari usaha berbasis syariah,
18) Imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam undang-undang yang mengtur
mengenai ketentuan umum dan tata cara perpajakan,

6
19) Surplus Bank Indonesia.
b. Objek pajak PPN
Objek pajak PPN sesuai dengan pasal 4 UU No. 8 tahun 1984 sebagaimana telah
diubah terakhir dengan UU No. 18 tahun 2000 adalah :
1) Penyerahan barang kena pajak di dalam daerah pabean yang dilakukan oleh
pengusaha dengan syarat :
a) Barang berwujud atau tidak berwujud yang diserahkan merupakan
barang kena pajak
b) Penyerahan dilakukan di dalam daerah pabean
c) Penyerahan dilakukan dalam rangka kegiatan usaha atau pekerjaannya.
2) Impor barang kena pajak
3) Penyeraan barang kena pajak yang dilakuka di dalam daerah pabean oleh
pengusaha dalam syarat :
a) Jasa yang diserahkan merupakan jasa kena pajak
b) Penyerahan yang dilakukan harus di dalam daerah pabean
c) Penyerahan yang dilakukan harus dalam kegiatan usaha atau
pekerjaannya.
d) Pemanfaatan barang kena pajak tidak brwujud dari luar daerah pabean di
dalam daerah pabean
e) Pemanfaatan jasa kena pajak dari luar daerah pabean di dalam daerah
pabean.
f) Ekspor barang kena pajak oleh pengusaha kena pajak.
g) Objek PPN sesuai dengan pasal 16 c UU No. 8 tahun 1984 sebagaimana
telaha diuah terakhir dengan UU No. 18 tahun 2000 yaitu, kegiatan
membangun sendiri yang dilakukan tidak di dalam lingkungan perusahaan
atau pekerjaannya, oleh orang pribadi atau badan, baik yang hasilnya akan
digunakan sendiri atau pihak lain.
h) Objek PPN berdasar pasal 16 D UU No. 8 tahun 1984 yang sebagaimana
telah diubah terakhir degan UU No. 18 tahun 2000 yaitu, penyerahan
aktiva oleh pengusaha kena pajak yang menurut tujuan semula tidak untuk
diperjualbelikan sepanjang PPN yang dibayar pada saat perolehannya
dapat dikreditkan
c. Objek pajak PPn-BM
Menurut pasal 5 UU No. 8 tahun 1984 sebagaimana telah diubah terakhirdengan
UU No. 18 tahun 2000 yang termasuk objek PPn BM adalah :
1) Penyerahan barang kena pajak yang tergolong mewah yang dilakukan oleh
penguasaha yang mengasilkan barang kena pajak yang tergolong mewah
tersebut di dalam daerah pabean dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya.
2) Impor barang yang kena pajak yang tergolong mewah.
d. Objek Pajak Bumi dan Bangunan

7
Dalam Pajak Bumi dan Bangunan yang menjadi objek pajak adalah bumi
dan/atau bangunan. Pengertian bumi disini adalah permukaan bumi yang meliputi
tanah dan perairan pedalaman, serta laut wilayah Indonesia, dan tubuh bumi yang
ada di bawahnya. Sementara itu, bangunan adalah konstruksi teknik yang
ditananm atau dilekatkan secara tetap pada tansh atau perairan. Termasuk dalam
bangunan yang dapat dikenakan pajak adalah :
1) Bangunan tempat tinggal (rumah)
2) Gedung kantor
3) Hotel
4) Pabrik
5) Jalan lingkungan pabrik dan emplasemennya
6) Kolam Renang
7) Tempat penampungan/kilang minyak, air, dan gas, juga pipa minyak, fasilitas
lain yang memberikan manfaat.
Sedangkan objek pajak yang tidak dikenakan Pajak Bumi dan Bangunan adalah
objek pajak yang :
1) Digunakan semata-mata untuk melayani kepentingan umum di bidang
ibadah, social, kesehatan, pendidikan dan kebudayaan nasional, yang tidak
dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan
2) Digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala, atau yang sejenis dengan
itu
3) Merupakan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan wisata, taman nasional,
tanah penggembalaan yang dikuasai oleh desa, dan tanah Negara yang belum
dibebani suatu hak
4) Digunakan oleh perwakilan diplomatik, konsulat berdasarkan asas perlakuan
timbal balik
5) Digunakan oleh badan atau perwakilan organisasi internasional yang
ditentukan oleh Menteri Keuangan
e. Objek pajak Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)
Yang menjadi objek pajak adalah perolehan hak atas tanah dan atau bangunan,
yang meliputi :
1) Pemindahan hak karena :
a) Jual beli
b) Tukar menukar
c) Hibah
d) Hibah wasiat
e) Waris
f) Pemasukan dalam perseroan atau badan hukum lainnya
g) Pemisahan hak yang mengakibatkan peralihan,
h) Penunjukan pembeli dalam lelang,
i) Pelaksanaan putusan hakim yang mempunyai kekuatan hukum tetap,
j) Penggabungan usaha,

8
k) Peleburan usaha,
l) Pemekaran usaha,
m) Hadiah.
2) Pemberian hak baru karena :
a) kelanjutan pelepasan hak,
b) di luar pelepasan hak
Adapun yang dimaksud hak atas tanah diantaranya adalah :
1) hak milik,
2) hak guna usaha,
3) hak guna bangunan,
4) hak pakai,
5) hak milik atas satuan rumah susun,
6) hak pengelolaan.
f. Objek pajak Bea Materai
Dokumen yang dikenakan bea materai adalah :
1) Surat perjanjian dan surat-surat lainnya yang dibuat dengan tujuan untuk
digunakan sebagai alat pembuktian mengenai perbuatan,kenyataan, atau
keadaan yang bersifat perdata
2) Akta-akta notaris termasuk salinannya
3) Akta-akta yang dibuat oleh pejabat pembuat akta tanah termasuk rangkap-
rangkapnya
4) Surat yang memuat jumlah uang, yaitu :
a) Yang menyebutkan penerimaan uang
b) Yang menyarankan pembukuan uang atau penyimpanan uang dalam
rekening bank
c) Yang berisi pemberitahuan saldo rekening di bank
d) Yang berisi pengakuan bahwa utang uang seluruhnya atau sebagian telah
dilunasi atau diperhitungkan,
5) Surat berharga seperti wesel, promes, aksep, dan cek,
6) Dokumen yang akan digunakan sebagai alat pembuktian di muka pengadilan,
yaitu surat-surat biasa dan surat-surat kerumahtanggaan, dan surat-surat yang
semula tidak dikenakan bea materai berdasarkan tujuannnya jika digunakan
untuk tujuan lain atau digunakan oleh orang lain, lain dari maksud semula.
Sedangkan yang tidak dikenakan Bea Materai adalah:
1) Dokumen yang berupa :
a) Surat penyimpanan barang
b) Konosemen
c) Surat angkutan penumpang dan barang
d) Keterangan pemindahan
e) Bukti untuk pengiriman dan penerimaan barang
f) Surat pengiriman barang untuk dijual atas tanggungan pengiriman
g) Segala bentuk ijazah

9
h) Tanda terima gaji, uang tunggu, pension, uang tunjangan, dan
pembayaran lainnya yang ada kaitannya dengan hubungan kerja serta
surat-surat yang diserahkan untuk mendapatkan pembayaran tersebut

10

Anda mungkin juga menyukai