Anda di halaman 1dari 21

1.

Pemanenan
Mutu buah-buahan yg baik hanya akan diperoleh bila dipanen :
Pada tingkat kematangan yang cukup
Dilakukan pada suhu udara belum terlalu panas
Produk harus diletakkan ditempat yang teduh.
Dilakukan secara hati hati dan harus bebas dari luka, bintik, penyakit dan
kerusakan lainnya.
Tingkat kematangan buah-buahan dapat ditentukan dengan cara visual, fisik,
analisis kimia, perhitungan jumlah hari setelah persemaian (penanaman), jumlah hari
setelah keluarnya bunga, dan metode fisiologis.
cara pemetikan yang baik adalah dengan alat petik berkantong yang dapat diatur panjang-
pendeknya.untuk melepaskan pisang dari tandannya digunakan alat penyisir pisang yang
dibuat dari bahan besi tempa dan dapat dibuat sendiri oleh petani.

2. Pengumpulan
Hal-hal yang perlu diperhatikan :
1. Lokasi pengumpulan atau penampungan harus dekat dengan tempat
pemanenan,
2. Wadah sebagai tempat penampung sementara antara lain berupa keranjang, peti,
atau karung goni yang digunakan untuk mengangkut hasil panen dari lapang ke
gudang penyimpanan.
3. Buah-buahan harus dihindarkan dari kontak langsung dengan sinar matahari.
4. Perlakuan/tindakan penanganan dan spesifikasi wadah yang digunakan harus
disesuaikan dengan sifat dan karakteristik buah yang ditangani.

3. Sortasi
Sortasi dilakukan untuk memisahkan buah-buahan yang luka, busuk dan cacat
lainnya untuk menghindari penyebab infeksi ke produk lain. sortasi dilakukan dilapangan
dan dirumah pengemasan baik secara manual maupun mekanis.

4. Pencucian
Pencucian dilakukan dengan tujuan untuk menghilangkan kotoran (tanah) serta
residu pestisida (insektisida atau fungisida), dapat dilakukan dengan cara menyikat buah
dengan sikat halus.

5. Grading
Grading bertujuan untuk memisahkan produk berdasarkan mutu, warna,berat dan
ukuran.umumnya pemilahan ini masih dilakukan secara visual dan manual, baik dikebun
maupun rumah pengemasan. selama grading harus diusahakan agar terhindar dari kontak
sinar matahari langsung.

6. Pengemasan
Pengemasan berfungsi untuk melindungi buah-buahan dari kerusakan fisik selama
pengangkutan. bahan pengemas luar bisa terbuat dari kayu, rotan, bambu atau karton
bergelombang. Sedangkan pengemasan untuk tingkat pengecer (disebut kemasan dalam)
biasanya terbuat dari film plastik, kertas, plastik tercetak atau bahan campuran dari kertas
dan plastik.

7. Pelilinan
Pelilinan merupakan perlakuan khusus bagi beberapa buah yang bertujuan untuk
mengurangi kehilangan air, meningkatkan umur simpan, mengurangi perkembangan
penyakit mengganti bahan lilin alami pada buah selama pencucian, melindungi dari luka
dan memperbaiki penampilan buah. bahan lilin harus dari bahan yang aman untuk
dikonsumsi.

8. Pemeraman
Pemeraman(ripening) adalah proses untuk merangsang pematangan buah agar
matang merata dengan menggunakan bantuan gas karbit atau etilen dan suhu yang
digunakan berkisar 18-28c dan harus diperhatikan karateristik biologis/fisiologis dari
komoditas tersebut dengan tidak mencampurkan komoditas yang mempunyai
sifat/karateristik fisiologis yang berbeda dalam satu tempat atau satu proses.

9. Penyimpanan
Tujuan penyimpanan adalah untuk mempertahankan mutu dan kesegaran buah-
buahan serta untuk memperpanjang masa simpannya. berbagai teknologi penyimpanan
telah banyak dilakukan untuk mempertahankan umur simpan buah diantaranya dengan
metode cas (controlled atmosphere storage), map (modified atmosphere packaging).

10. Transportasi
Perlu diperhatikan sifat/karakteristik jenis produk yang diangkut, lamanya
perjalanan, serta alat/sarana pengangkutan yang digunakan.
Buah yang diangkut sebaiknya terhindar dari sinar matahari secara langsung
selama pengangkutan.
Buah yang diangkut agar dijaga dari kemungkinan terjadi benturan, gesekan dan
tekanan yang terlalu berat sehingga dapat menimbulkan kerusakan atau
menurunnya mutu produk tersebut.
Penanganan pasca panen buah-buahan mempunyai kedudukan yang sama dengan
penanganan sebelum panen (budidaya). Hal ini untuk menjamin mutu buah agar tetap
dalam kondisi prima sampai ke tangan konsumen, sehingga kehilangan hasil produk
dapat ditekan pada setiap rantai penanganan pasca panen dan meningkatkan mutu produk
yang pada akhirnya dapat meningkatkan nilai ekonomis dan daya saing produk.

1. PEMANENAN PADA BUDIDAYA MAWAR

A. Ciri dan Umur Panen


Ciri-ciri bunga mawar siap dipetik (dipanen)
Untuk tujuan sebagai bunga potong : kuntum bunganya belum mekar penuh dan
berukuran normal.
Untuk tujuan bunga tabur : pemetikan bunga pada stadium setelah mekar penuh.
Waktu panen yang paling tepat adalah pagi atau sore hari (saat suhu udara dan
penguapan air tidak terlalu tinggi). Di beberapa sentra produsen bunga potong
melakukan pemetikan bunga mawar pada malam hari.

B. Cara Panen
Cara panen bunga mawar adalah dengan memotong tangkai bunga pada bagian
dasar (pangkal) atau disertakan dengan beberapa tangkai daun. Alat pemotong bunga
mawar dapat berupa pisau ataupun gunting pangkas yang tajam, bersih dan steril.

C. Periode Panen
Dalam budidaya mawar , pemanenan dapat dilakuakan dalam beberapa periode.
Tanaman mawar yang bibitnya berasal dari stek ataupun okulasi dapat dipanen pada umur
4-5 bulan setelah tanam atau tergantung varietas dan kesuburan pertumbuhannya.
Pembungaan ini akan produktif bertahun-tahun berkisar 3-5 tahun.
D. Prakiraan Produksi
Jumlah produksi dala budidaya sudah dapat diperhitungkan sejak awal. Tanaman
mawar yang dipelihara secara intensif dari jenis/varietas unggul dapat menghasilkan
120.000280.000 kuntum/hektar/tahun. Tingkat produksi ini tergantung pada varietas
mawar, kesuburan tanah, jarak dan tingkat perawatan tanaman selama di kebun.

PASCA PANEN
A. Tahap Pengumpulan
Proses pengumpulan pascapanen bunga mawar dilakukan denga cara yang berbeda
pada bunga mawar tabor dan bunga mawar potong. Cara pengumpulannya adalah sebagai
berikut:
1. yang berisi air bersih. Posisi tangkai bunga diatur sebelah bawah terendam
air.Pengumpulan pascapanen bunga potong mawar:
a) Kumpulkan bunga segera seusai panen dan masukkan ke dalam wadah
(ember)
b) Angkut seluruh hasil panen ke tempat pengumpulan hasil untuk
memudahkan penanganan berikutnya
2. Pengumpulan pascapanen bunga mawar tabur:
Kumpulkan kuntum bunga mawar yang baru dipetik ke dalam suatu wadah
(keranjang plastik, tampah/ember berisi air bersih).

B. Penyortiran dan Penggolongan


Setelah hasil panen terkumpul semua, kemudian dilakukan penyortiran atau
pengelompokan untuk memisahkan bunga mawar berdasarkan kualitas/gradenya. Hal ini
berkaitan dengan pemasaran dan harga jual bunga mawar. Penyortiran dilakukan dengan
cara :
1. Sortir bunga yang rusak, layu dan busuk pisahkan secara tersendiri.
2. Klasifikasikan bunga berdasarkan jenis, ukuran bunga, panjang tangkai bunga dan
warna bunga yang seragam. Pengklasifikasian berdasarkan panjang tangkai bunga
dipisahkan ke dalam dua grade. Grade A bunga dengan panjang tangkai lebih dari
60 cm, grade B panjang tangkai kurang dari 60 cm.

C. Penyimpanan
Tahap berikutnya adalah proses penyimpanan. Tahapan ini perlu dilakukan dengan
hati-hati sehingga bunga mawartetap dalam kondisi segar dan kualitas bunga dapat
dipertahankan sampai waktu dipasarkan. Penyimpanan dilakukan dengan cara :
1. Untuk bunga potong mawar, simpan bunga yang telah dikemas ke dalam ruang
penyimpanan bersuhu dingin (cold storage) dengan kelembaban relatif stabil 90 %.

2. Untuk bunga mawar tabur, simpan di tempat/ruangan teduh, dingin, lembab, dan
sirkulasi udara baik.

D. Pengemasan dan Pengangkutan


Tahapan terakhir dalam budidaya mawar adalah pengemasan. Proses ini juga
memerlukan kehati-hatian untuk menjaga kualitas bunga mawar. Pengemasan dilakukan
dengan cara :
1. Ikat bunga yang telah diklasifikasikan dan disatukan menjadi suatu ikatan-ikatan.
Tiap ikatan berisi 20 tangkai bunga.
2. Kemas ikatan-ikatan bunga tadi kedalam keranjang/dos karton dan sirkulasi udara
baik.
3. Angkut bunga mawar ke tempat sasaran pasar.
4. Alasi pangkai tangkai bunga dengan kapas basah atau masukkan ke dalam botol
plastik berisi air, terutama untuk tujuan pengiriman jarak jauh.
5. Tambahkan remukan es di sekitar wadah (kontainer) bunga mawar agar kondisi
ruangan alat angkut cukup dingin dan lembab.

Tahapan Penanganan Pascapanen Bunga Potong Krisan


1. Pemanenan
Waktu panen yang paling baik adalah pagi hari (06.00-08.00) atau sore hari. Akan
tetapi bunga yang telah dipotong sebaiknya direndam di dalam larutan gula (glukosa),
agar bunga tidak cepat layu.
2. Pengumpulan Bunga yang Telah Dipotong
Bunga Krisan yang telah dipotong langsung dikumpulkan di dalam wadah (tempat
bunga), segera disimpan di tempat yang teduh dan aman, terhindar dari percikan air atau
kotoran lainnya, sehingga bunga terjaga dari kerusakan yang dapat menurunkan kualitas
bunga krisan.
3. Pengangkutan ke Tempat Sortasi
Setelah selesai dikumpulkan, bunga krisan diangkut ke tempat sortasi untuk
diseleksi. Di tempat sortasi, sebaiknya pangkal tangkai bunga direndam dulu di dalam
bak berisi air bersih agar bunga tidak cepat layu.
4. Seleksi Kualitas
Bunga krisan hasil panen diletakkan di atas meja, dipisahkan menurut jenis dan
warna bunga. Bunga diperiksa satu persatu untuk melihat tingkat kemekaran bunga,
panjang-pendek, lurus-bengkok, besar-kecil, dan tegar-lemas (vigor), serta kebersihan
daun.
5. Pengelompokan (Gradding) dan Pengikatan Bunga (Bunching)
Krisan yang telah diseleksi dilakukan pengikatan (grading) kemudian diikat
dengan menggunakan tali atau karet dalam jumlah tertentu.

Dalam menentukan grade, hal yang diperhatikan adalah sebagai berikut:


Panjang tangkai
Diameter batang bunga
Diameter bunga saat dipanen
Kemekaran bunga saat dipanen
Jumlah bunga mekar dalam batang
Kesegaran bunga
Keadaan tangkai bunga
Keseragaman kultivar
Keadaan daun 1/3 bagian
Keadaan daun 2/3 bagian
Hama dan penyakit
Kelenturan
Jumlah dalam kemasan
Bentuk rangkaian dalam kemasan
Pembungkus
Pengikat
Perlakuan pasca panen

Pada waktu pemanenan bunga sebaiknya dilakukan juga seleksi bunga berdasarkan
kualitasnya (grade I dan II). Bunga yang tidak termasuk grade I dan II, sebaiknya tidak
dipanen dan dibuang pada saat pembongkaran tanaman. Kriteria untuk grade I dan II
adalah sebagai berikut, (Soekarwati, 1999):
1. Grade I
Bunga mekar (tidak terlalu mekar atau terlalu kuncup), segar, tidak
bergerombot, tidak terserang hama penyakit seperti apid, thrips dan sebagainya, pada
pinggir bunga tidak ada busuk kehitaman; batang besar (sesuai dengan jenisnya),
tegar, lurus dan panjang minimal 75 cm; daun hijau segar, tidak kering dan tidak
terserang hama penyakit, seperti leaf miner, white rust, dan sebagainya; Bentuk bunga
normal dan tidak ada kelainan-kelainan yang menyimpang dari bentuk atau warna
aslinya.
2. Grade II
Bunga mekar, segar, boleh bergerombol tetapi tidak terserang hama penyakit;
batang boleh agak kecil tetapi harus lurus dengan panjang minimal 50 cm; kriteria lain
sama dengan kriteria grade I dengan sedikit toleransi, misalnya jika daun terserang
hama penyakit tetapi tidak terlalu parah masih dapat dimasukkan dalam grade II. Pada
saat panen, bunga langsung dilakukan pengikatan di lapangan. Bunga yang diikat
adalah yang sejenis dan sama gradenya. Jumlah tangkai bunga per ikat disesuaikan
dengan besarnya diameter bunga, yaitu minimal berdiameter 20 cm bila dibungkus
dan jumlah tangkainya minimal 10 tangkai bunga. Bunga yang sudah diikat, disimpan
dalam wadah yang berisi air. Setelah 10 ikat, ikatan tersebut sebaiknya cepat dibawa
ke bagian sortasi dan dibungkus dengan kertas pembungkus. Produktifitas krisan
cukup baik jika diperoleh 5 bungkus setiap 1 m2 atau 50 tangkai bunga per m2.
Untuk mengetahui kualitas bunga, dilakukan uji coba vase life bunga krisan potong
dengan kriteria yang diamati pada bunga-bunga setelah panen adalah:
1. Tingkat pecahnya benang sari:
0 = Belum pecah
1 = Pecah 0 - 25 % dari lingkar bunga
2 = Pecah 25 - 50 % dari lingkar bunga
3 = Pecah 50 - 70 % dari lingkar bunga
4 = Pecah > 75 % dari lingkar bunga

2. Tingkat perubahan warna bunga:


0 = Sesuai deskripsi varietas
1 = Pudar 0 - 25 % dari warna asli
2 = Pudar 25 - 50 % dari warna asli
3 = Pudar 50 - 70 % dari warna asli
4 = Pudar > 75 % dari warna asli
3. Kondisi bunga:
0 = Segar
1 = Layu
2 = Kering 0 - 25 %
3 = Kering 25 - 50 %
4 = Kering 50 - 75 %
5 = Kering > 75 %
4. Tingkat perubahan warna daun:
0 = Hijau
1 = Menguning 0 - 25 %
2 = Menguning 25 - 50 %
3 = Menguning 50 - 75 %
4 = Menguning > 75 %
5. Kondisi daun:
0 = Segar
1 = Layu
2 = Kering 0 - 25 %
3 = Kering 25 - 50 %
4 = Kering 50 - 75 %
5 = Kering > 75 %
6. Pembungkusan
Setelah diikat bunga kemudian dibungkus dengan kertas atau plastik pembungkus,
hal ini bertujuan untuk menjaga agar bunga terhindar dari kerusakan sehingga
kualitas bunga tetap terjaga.
7. Perendaman dengan Larutan Pengawet
Zat pengawet digunakan pada empat macam tahapan yaitu: conditioning, pulsing,
holding,dan pembukaan kuncup.
Conditioning : perlakuan pemberian air pada bunga yang layu dengan
pendinginan, menggunakan air deionized yang mengandung larutan pembasmi
kuman. Agen pembasah (0.010.1%) dapat ditambahkan, dan air harus
diasamkan dengan asam sitrat, hydroxyquinoline citrate (HQC), atau almunium
sulfat pada pH mendekati 3.5.
Pulsing : perlakuan perendaman dalam larutan yang mengandung nutrisi
(glukosa atau sukrosa) atau anti oksidan.
Holding solution : larutan yang digunakan untuk keragaan bunga.
Pada umumnya bahan penyusun larutan pengawet adalah sumber energi, bahan
penurun pH, senyawa anti etilen dan zat sebagai pengatur tumbuh. Sumber
energi yang digunakan umumnya adalah sukrosa, glukosa atau fruktosa.
8. Penyimpanan
Penyimpanan sementara dilakukan untuk penyimpanan bunga dalam jangka waktu
pendek (kurang dari 1 hari) yaitu di suhu ruang dengan merendam pangkal
tangkainya di dalam bak berisi air bersih. Penyimpanan untuk persediaan (stok)
dilakukan untuk jangka waktu yang agak lama bunga harus disimpan di dalam
ruang penyimpanan berpendingin (cold storage) dengan temperatur sekitar 50C dan
kelembaban udara yang tinggi, sekitar 90%.
9. Pengepakan
Untuk pengiriman ke tempat penjualan, bunga krisan harus dikemas dalam karton
atau kontainer plastik yang berukuran sesuai dengan panjang maksimal bunga,
sehingga bunga bisa diatur rapi dan tetap terjaga kualitasnya. Dalam satu karton
berukuran 100 x 40 x 40 cm dapat diisi dengan 25 bungkus krisan @ 10 tangkai.
Pada karton berukuran 88 x 40 x 40 cm diisi 30-35 bungkus @ 10 tangkai. Pada
bidang yang berukuran 40 x 40 cm diberi lubang-lubang sebagai tempat pegangan
tangan dan juga untuk ventilasi udara. Faktor yang perlu diperhatikan dalam
pengangkutan adalah penentuan alat angkutan yang cocok dengan jarak tempuh ke
tempat pemasaran. Untuk tujuan pemasaran dengan jarak tempuh yang jauh dapat
dipilih alat angkut yang dilengkapi fasilitas pendingin yang bersuhu 70C - 80C dan
kelembaban 60% - 70%. Kemasan berisi bunga krisan kemudian disusun secara
teratur, rapi dan tidak longgar, dalam bak atau box alat angkut.
10. Fumigasi
Fumigasi dilakukan pada krisan tujuan ekspor (bila dipersyaratkan). Fumigasi
harus dilakukan secara tepat karena akan mengganggu vase life
11. Pengiriman
Pengiriman bunga krisan dengan mobil boks yang sebaiknya dilengkapi dengan
pengatur suhu. Selama perjalanan, temperatur di dalam box mobil diusahakan
rendah dan stabil pada temperatur sekitar 120C, sehingga kesegaran bunga tetap
terjaga dan bunga diterima konsumen dalam keadaan baik.
12. Penanganan Eceran
Setelah bunga tiba, bunga dipotong pada pangkal batang 2 cm dan kemudian
bunga ditempatkan segera di ruang berpendingin. Jika bunga bersisa di toko
beberapa hari, bunga tersebut diletakkan pada ember yang bersih atau vas berisi
bahan pengawet.

Langkah Langkah Penanganan Pasca Panen Buah Mangga


A. Waktu Panen
Masyarakat di Desa Tanah Harapan sebagian besar tidak memperhatikan waktu
panen buah mangga yang baik, mereka lebih cenderung memilih waktu luang untuk
memanen buah mangganya. Waktu pemetikan buah yang baik antara jam 07.00 - 08.00,
atau waktu dimana buah yang di petik tidak langsung terkena sinar matahari karena akan
mempercepat perusakan buah.

B. Cara Panen
Seperti halnya dengan waktu panen, cara panen pun mereka tidak memperhatikan
cara panen yang baik, mereka hanya menggunakan alat tradisional seperti galah dari
bamboo sehingga buah yang dipanen lebih banyak yang jatuh ke tanah dan rusak
sehingga buah tidak dapat bertahan lebih lama. Padahal, cara panen yang baik yaitu buah
yang dipanen dengan menggunakan tangkai menunjukkan getah yang lebih bersih
berbeda dengan buah yang tidak menggunakan tangkai lebih tampak kotor. Buah mangga
dipanen dengan tingkat ketuaan 85% yaitu berumur 110 120 hari semenjak bunga
mekar dengan warna hijau dengan pangkal kemerahan. Buah mangga dipanen dengan
menyisakan tangkai sepanjang 10 - 15 mm.
Hal ini dikarenakan dengan menyisakan tangkai tidak akan terjadi penyebaran
getah. Getah ini diperkirakan akan mempercepat kerusakan buah dan mendorong
terjadinya stem end rot dan akan mengotori permukaan buah sehingga buah tetap terlihat
bersih. Dalam tahap pemanenan buah tidak boleh dilempar untuk mengurangi kerusakan
akibat memar. Waktu panen dan cara petik yang tepat dapat menekan kerusakan dan
meningkatkan kualitas terutama untuk pemasaran ekspor.

C. Pembersihan buah
Masyarakat di Desa tersebut umumnya membersihkan buah hanya dengan
menggunakan lap biasa, kemudian mengemasnya untuk dibawa ke pasar. Cara
pembersihan buah yang baik yaitu dengan menggunakan gunting untuk memotong
tangkai yang masih tersisa, setidaknya 10 cm dari tangkai harus dipertahankan. Dengan
demikian getah yang sangat lekat dan mudah mengalir pada buah mangga yang baru
dipetik, tidak akan mengotori buah. Kemudian, jika terdapat getah atau kotoran lain yang
melekat pada buah sebaiknya dicuci dengan larutan 100 ppm natrium hipokhlorit
secepatnya setelah buah dipetik, untuk mencegah getah membakar kulit buah yang
selanjutnya dapat menyebabkan buah membusuk.
Untuk mengendalikan Antraknosis buah direndam dalam air hangat bersuhu 520 C
selama 1 - 3 menit. Kendala yang dihadapi pada metode ini ialah bahwa sulit sekali untuk
mempertahankan suhu yang diperlukan dengan peralatan yang tersedia di daerah
pedesaan. Lagi pula metode ini mahal dan buah akan banyak bertambah ringan,
kehilangan lapisan lilinnya dan lebih cepat membusuk sebagai akibat dari penerapan
metode tersebut.

D. Sortasi
Untuk tahapan sortasi, para petani buah mangga hanya memisahkan buah yang
busuk atau rusak tanpa memisahkan berdasarkan tingkat kematangan, besar buah, serta
kriteria lain.
Sortasi buah mangga sebaiknya lebih memperhatikan kriteria tersebut untuk
memperoleh buah dengan ukuran, tingkat kematangan dan kualitas yang seragam. Sortasi
bertujuan untuk memisahkan buah yang layak jual dan tidak layak dijual agar diperoleh
buah yang seragam bentuk, warna, ukuran dan kematangannya.

E. Grading
Proses grading pada saat panen buah mangga tidak dilakukan, sehingga tidak ada
pembagian buah dengan kualitas rendah, sedang dan baik. Padahal, proses grading buah
mangga bertujuan untuk memperoleh buah yang seragam ukurannya ( besar, sedang, kecil
atau sangat kecil ). Sehingga mendapatkan harga yang lebih tinggi.

F. Waxing atau pelilinan.


Pada proses tahapan ini, masyarakat di Desa tersebut hampir semua tidak pernah
melakukan proses ini. Padahal proses pelapisan lilin atau waxing dapat menekan laju
respirasi sehingga perlakuan ini merupakan salah satu alternatif untuk memperpanjang
masa simpan buah-buahan. Pelilinan akan menghambat proses respirasi sehingga
perubahan kimiawi yang terjadi pada mangga relatif terhambat.
Perlakuan pelilinan buah dilakukan dengan cara pencelupan atau penyemprotan
menggunakan emulsi lilin selama 10 - 30 detik. Kemudian dilakukan penirisan dengan
membiarkan kering angin atau menggunakan kipas angin guna mempercepat proses
pengeringan. Mangga yang diberi perlakuan pelilinan memiliki penampakan yang lebih
bagus dibandingkan dengan tanpa pelilinan. pada buah mangga dapat menurunkan
serangan antracnose dan buah memiliki penampakan yang lebih baik secara fisik dan
kimia dengan kerusakan minimal.
G. Pengemasan
Untuk tahapan ini masyarakat umumnya melaksanakan, namun yang membedakan
adalah bahan yang digunakan untuk proses pengemasan hasil panen buah mangga.
Masyarakat di Desa tersebut umumnya menggunakan karung atau wadah yang terbat dari
daun kelapa.
Tujuan utama pengemasan yaitu harus mampu melindungi mangga dari kerusakan
yang terjadi selama distribusi dan pemasaran. Fungsi lain pengemasan adalah
mempertahankan bentuk dan kekuatan kemasan dalam waktu yang lama, termasuk dalam
kondisi kelembaban nisbi yang mendekati jenuh atau setelah terguyur air.

H. Penyimpanan
Pada tahapan ini, masyarakat umumnya sudah mengetahui cara penyimpanan yang
baik agar buah mangga tidak cepat rusak, biasanya mereka menyimpannya jauh dari
tempat lembab dengan menggunakan berbagai macam wadah penyimpanan, salah
satunya dengan menggunakan kardus yang besar dengan melapisi bagian dalamnya
dengan karung atau daun pisang, dll.
Berbeda dengan teknik yang lebih maju dan tujuan pasar ekspor, penyimpanan
buah mangga: dilakukan dalam suhu dingin. Penyimpanan dingin buah klimakterik selain
mengakibatkan tertundanya kematangan buah juga berpengaruh pada respon jaringan
terhadap etilen. Penyimpanan dingin bertujuan untuk membatasi pembusukan tanpa
menyebabkan terjadinyakematangan abnormal atau perubahan-perubahan lainnya yang
tidak diinginkandan mempertahankan mutu sampai ke tangan konsumen dalam jangka
waktu yang lama.

I. Pengangkutan
Umumnya, masyarakat menggunakan mobil pick up atau bak terbuka untuk
melakukan proses pengangkutan ke pasar. Penggunaan mobil bak terbuka karena tujuan
pasar hasil produksi buah mangga setempat tidak jauh jarak dan waktu tempuhnya,
sehingga tidak membutuhkan alat angkutan yang lebih modern seperti mobil
berpendingan
Pada pengangkutan buah mangga untuk tujuan ekspor maupun domestik harus
menggunakan mobil yang dilengkapi ruang pendingin. Hal ini untuk menjaga rantai
dingin selama transportasi. Rantai dingin diperlukan untuk membatasi pembusukan tanpa
menyebabkan terjadinya kematangan abormal atau perubahan-perubahan lainnya yang
tidak diinginkan dan mempertahankan mutu sampai ke tangan konsumen. Suhu yang
tepat untuk pengangkutan mangga adalah 10C.

PASCAPANEN ALPUKAT
A. Pencucian
Pencucian dimaksudkan untuk menghilangkan segala macam kotoran yang
menempel sehingga mempermudah penggolongan/penyortiran. Cara pencucian
tergantung pada kotoran yang menempel.

B. Penyortiran
Penyortiran buah dilakukan sejak masih berada di tingkat petani, dengan tujuan
memilih buah yang baik dan memenuhi syarat, buah yang diharapkan adalah yang
memiliki ciri sebagai berikut:
1) Tidak cacat, kulit buah harus mulus tanpa bercak.
2) Cukup tua tapi belum matang.
3) Ukuran buah seragam. Biasanya dipakai standar dalam 1 kg terdiri dari 3 buah
atau berbobot maksimal 400 g.
4) Bentuk buah seragam. Pesanan paling banyak adalah yang berbentuk lonceng.
Buah yang banyak diminta importir untuk konsumen luar negeri adalah buah
alpukat yang dagingnya berwarna kuning mentega tanpa serat. Sedangkan untuk
memenuhi kebutuhan dalam negeri, semua syarat tadi tidak terlalu diperhitungkan.

C. Pemeraman dan Penyimpanan


Alpukat baru dapat dikonsumsi bila sudah masak. Untuk mencapai tingkat
kemasan ini diperlukan waktu sekitar 7 hari setelah petik (bila buah dipetik pada saat
sudah cukup ketuaannya). Bila tenggang waktu tersebut akan dipercepat, maka buah
harus diperam terlebih dulu. Untuk keperluan ekspor, tidak perlu dilakukan pemeraman
karena tenggang waktu ini disesuaikan dengan lamanya perjalanan untuk sampai di
tempat tujuan.
Cara pemeraman alpukat masih sangat sederhana. Pada umumnya hanya dengan
memasukkan buah ke dalam karung goni, kemudian ujungnya diikat rapat. Setelah itu
karung diletakkan di tempat yang kering dan bersih. Karena alpukat mempunyai umur
simpan hanya sampai sekitar 7 hari (sejak petik sampai siap dikonsumsi), maka bila ingin
memperlambat umur simpan tersebut dapat dilakukan dengan menyimpannya dalam
ruangan bersuhu 5 derajat C. Dengan cara tersebut, umur penyimpanan dapat diperlambat
samapai 30-40 hari.

D. Pengemasan dan Pengangkutan


Kemasan adalah wadah/tempat yang digunakan untuk mengemas suatu komoditas.
Kemasan untuk pasar lokal berbeda dengan yang untuk diekspor. Untuk pemasaran di
dalam negeri, buah alpukat dikemas dalam karung-karung plastik/keranjang, lalu
diangkut dengan menggunakan truk. Sedangkan kemasan untuk ekspor berbeda lagi,
yaitu umumnya menggunakan kotak karton berkapasitas 5 kg buah alpukat. Sebelum
dimasukkan ke dalam kotak karton, alpukat dibungkus kertas tissue, kemudian diatur
sususannya dengan diselingi penyekat yang terbuat dari potongan karton

PASCAPANEN SEMANGKA
A. Pengumpulan
Pengumpulan hasil panen sampai siap dipasarkan, harus diusahakan sebaik
mungkin agar tidak terjadi kerusakan buah, sehingga akan mpengaruhi mutu buah &
harga jualnya. Mutu buah dipengaruhi adanya derajat kemasakan yg tepat, karena akan
mpengaruhi mutu rasa, aroma & penampakan daging buah, dgn kadar air yg sempurna.
B. Penyortiran & Penggolongan
Penggolongan ini biasanya tergantung pd pemantauan & permintaan pasaran.
Penyortiran & penggolongan buah semangka dilakukan dlm beberapa klas antara lain:
1) Kelas A : berat = 4 kg, kondisi fisik sempurna, tidak terlalu masak.
2) Kelas B : berat 2-4 kg, kondisi fisik sempurna, tidak terlalu masak.
3) Kelas C : berat < 2 kg, kondisi fisik sempurna, tidak terlalu masak.
C. Penyimpanan
Penyimpanan buah semangka di tingkat pedagang besar (sambil menunggu harga
lebih baik) dilakukan sbg berikut:
Penyimpanan pd suhu rendah sekitar 4,4 derajat C, & kelembaban udara
antara 80-85%;
Penyimpanan pd atmosfir terkontrol (merupakan cara pengaturan kadar
O2 & kadar CO2 dgn asumsi oksigen atau menaikan kadar karbon
dioksida (CO2), dpt mengurangi proses respirasi;
Penyimpanan dlm ruang tanpa pengatur suhu: mrupakan penyimpanan
jangka pendek dgn cara memberi alas dari jerami kering setebal 10-15
cm dgn disusun sebanyak 4-5 lapis & setiap lapisnya diberi jerami
kering.

D. Pengemasan & Pengangkutan


Di dlm mempertahankan mutu buah agar kondisi selalu baik sampai pd tujuan
akhir dilakukan pengemasan dgn proses pengepakan yg secar benar & hati-hati.

E. Penanganan Lain
Pemasaran mrupakan salah satu faktor penting, maka perlu diperhatikan nilai
harga & jalur-jalur pemasaran mulai dari produsen (petani) sampai konsumen. Semakin
cepat dikonsumsi semakin tinggi harga jualnya. Pemasaran biasa dilakukan melalui
sistem borongan dgn harga yg lebih rendah, atau melalui beberapa tahapan (seperti
produsen, pengumpul, pengecer).

Penanganan Paska Panen Jeruk


Aktivitas panen dan penanganan seperti teknik pemanenan yang kurang tepat,
sortasi yang tidak baik, pengemasan dan pengepakan, pengangkutan dan penyimpanan
yang kurang diperhatikan serta adanya serangan hama dan penyakit dapat menyebabkan
kerusakan buah jeruk hingga sekitar 25%. Untuk menghasilkan jeruk bermutu tinggi,
alur penanganan panen hingga pemasaran yang perlu diterapkan adalah sebagai berikut :
A. Panen
Umur buah/tingkat kematangan buah yang dipanen, kondisi saat panen, dan cara
panen merupakan faktor terpenting yang mempengaruhi mutu jeruk. Umur buah yang
optimum untuk dipanen adalah sekitar 8 bulan dari saat bunga mekar. Ciri-ciri buah yang
siap dipanen : jika dipijit tidak terlalu keras; bagian bawah buah jika dipijit terasa lunak
dan jika dijentik dengan jari tidak berbunyi nyaring, warnanya menarik (muncul warna
kuning untuk jeruk siam), dan kadar gula (PTT) minimal 10%. Kadar gula dapat
ditentukan dengan alat hand refraktometer di kebun. Dalam satu pohon, buah jeruk tidak
semuanya dapat dipanen sekaligus, tergantung pada kematangannya. Jeruk termasuk buah
yang kandungan patinya rendah sehingga bila dipanen masih muda tidak akan menjadi
masak seperti mangga. Jika panen dilakukan setelah melampaui tingkat kematangan
optimum atau buah dibiarkan terlalu lama pada pohon, sari buah akan berkurang dan akan
banyak energi yang dikuras dari pohon sehingga mengganggu kesehatan tanaman dan
produksi musim berikutnya. Panen yang tepat adalah pada saat buah telah masak dan
belum memasuki fase akhir pemasakan buah. Dalam penyimpanan, rasa asam akan
berkurang karena terjadi penguraian persenyawaan asam lebih cepat dari pada peruraian
gula.
Kerusakan mekanis selama panen bisa menjadi masalah yang serius, karena
kerusakan tersebut menentukan kecepatan produk untuk membusuk, meningkatnya
kehilangan cairan dan meningkatnya laju respirasi serta produksi etilen yang berakibat
pada cepatnya kemunduran produk. Panen dapat dilakukang dengan tangan maupun
gunting. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam panen jeruk :

Jangan melakukan panen sebelum embun pagi lenyap.

Tangkai buah yang terlalu panjang akan melukai buah jeruk yang lain sehingga
harus di potong di sisakan sekitar 2 mm dari buah.

Panen buah di pohon yang tinggi harus menggunakan tangga, agar cabang dan
ranting tidak rusak.

Jangan memanen buah dengan cara memanjat pohon, karena kaki kotor dapat
menyebarkan penyakit pada pohon

Pemanen buah dilengkapi dengan keranjang yang dilapisi karung plastik atau
kantong yang dapat digantungkan pada leher.

Wadah penampung buah terbuat dari bahan yang lunak, bersih, dan buah
diletakkan secara perlahan. Krat walau biaya awalnya mahal, bisa ditumpuk,
bertahan lama, dapat dipakai berulang-ulang dan mudah dibersihkan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jeruk yang cara pengambilanya berhati-hati
dan disimpan pada temperatur kamar 23-31oC selama 3 minggu, yang busuk mencapai 7
%; buah yang dijatuhkan diatas lantai yang busuk sebanyak 12 %; buah yang dipetik
basah yang busuk sebesar 21 %; buah yang dipetik terlalu masak yang busuk sebanyak 29
%; buah yang terkena sinar matahari selama satu hari yang busuk sebanyak 38 %.

B. Sortasi dan Pencucian


Sortasi atau seleksi merupakan salah satu rangkaian dari kegiatan setelah panen
yang umumnya dikerjakan di bangsal pengemasan atau di kebun dengan tujuan
memisahkan buah yang layak dan tidak layak untuk dipasarkan (busuk, terserang
penyakit, cacat, terlalu muda/tua dan lain-lain). Sortasi juga dilakukan untuk memenuhi
persyaratan mutu yang ditetapkan oleh pemerintah atau pasar. Setelah sortasi, buah jeruk
dicuci untuk membersihkan kotoran dan pestisida yang masih menempel pada permukaan
kulit buah. Buah direndam dalam air yang dicampur deterjen atau cairan pembersih 0,5-1
%, kemudian digosok pelan-pelan menggunakan lap halus atau sikat lunak jangan sampai
merusak kulit. Selanjutnya buah dibilas dengan air bersih, dikeringkan menggunakan lap
lunak dan bersih atau ditiriskan.

C. Pemutuan
Pemutuan atau grading dilakukan setelah sortasi dan pencucian untuk
mengelompokan buah berdasarkan mutu yaitu, ukuran, berat, warna, bentuk, tekstur, dan
kebebasan buah dari kotoran atau bahan asing. Peranan penerintah tidak hanya terbatas
pada bidang pemasaran saja. Tetapi yang paling penting ialah penetapan standarisasi
buah, yang mencakup kualitas buah. Sehubumgan dengan standarisasi buah tersebut,
Standar Nasional Indonesia (SNI) menggolongkan buah jeruk kedalam 4 kelas
berdasarkan bobot atau diameter buah (Tabel 1).
Tabel 1. Kriteria Jeruk Keprok, termasuk Jeruk Siam (SNI 01-3165-1992)

Kelas Bobot (g) Diameter (cm)


A 151 71
B 101 150 61 -70
C 51 100 51 -60
D 50 40 50

D. Pelilinan
Beberapaa jenis buah secara alami dilapisi oleh lilin yang berfungsi sebagai
pelindung terhadap serangan fisik, mekanik, dan mikrobiologis. Pelapisan lilin pada
buah-buahan sebenarnya adalah menggantikan dan menambah lapisan lilin alami yang
terdapat pada buah yang sebagian besar hilang selama penanganan karena lapisan lilin
yang menutupi pori-pori buah dapat menekan respirasi dan transpirasi sehingga daya
simpan buah lebih lama dan nilai jualnya lebih baik. Manfaat lainnya adalah
meningkatkan kilau dan menutupi luka atau goresan pada permukaan kulit buah sehingga
penampilannya menjadi lebih baik. Pelilinan terhadap buah jeruk segar pertama kali
dikenal sejak abad 12-13 oleh bangsa Cina, tetapi pada saat itu tanpa memperhatikan
adanya efek-efek respirasi dan tranpirasi sehingga lapisan lilin yang terbentuk terlalu
tebal, mengakibatkan respirasi anaerob (fermentasi) dan menghasilkan jeruk yang masam
dan busuk. Oleh karena itu, pelilinan harus diupayakan agar pori-pori kulit buah tidak
tertutupi sama sekali agar tidak terjadi kondisi anaerob di dalam buah. Sebaliknya, jika
lapisan lilin terlalu tipis hasilnya kurang efektif mengurangi laju respirasi dan transpirasi.
Dibandingkan dengan pendinginan. aplikasi lilin kurang efektif dalam menurunkan laju
respirasi sehingga pelilinan banyak dilakukan untuk melengkapi penyipanan dalam suhu
dingin.
Lilin yang digunakan dapat berasal dari berbagai sumber seperti tanaman, hewan,
mineral maupun sintetis. Kebanyakan formula lilin dipersiapkan dengan satu atau lebih
bahan seprti beeswax, parafin wax, carnauba wax (secara alami didapat dari carnauba
palm) dan shellac (lilin dari insekta). Syarat lilin yang digunakan : tidak mempengaruhi
bau dan rasa buah, cepat kering, tidak lengket, tidak mudah pecah, mengkilap dan licin,
tipis, tidak mengandung racun, harga murah dan mudah diperoleh. Syarat komoditi yang
dilapisi adalah segar (baru dipanen) dan bersih, sehat (tidak terserang hama/penyakit),
dan ketuaan cukup. Lilin yang banyak digunakan adalah lilin lebah yang diemulsikan
dengan konsentrasi 4 12%. Air yang digunakan tidak boleh menggunakan air sadah
karena garam-garam yang terkandung dalam air tersebut dapat merusak emulsi lilin.
Aplkasinya dapat dilakukan dengan, penyemprotan, pencelupan, atau pengolesan.
Untuk membuat emulsi lilin standar 12 % diperlukan lilin lebah 120 g, asam oleat
20 g, triethanol amin (TEA) 40 g dan air panas 820 cc. Lilin dipanaskan dalam panci
sampai mencair, kemudian dimasukkan dalam blender. Selanjutnya dituang sedikit demi
sedikit asam oleat, TEA dan air panas, larutan diblender 2-5 menit agar tercampur dengan
sempurna kemudian emulsi lilin didinginkan. Emulsi lilin dapat digunakan setelah proses
pendinginan selesai dilaksanakan.
Sebenarnya pelilinan buah-buahan itu tidak mengandung racun karena
menggunakan lilin lebah dan konsentrasinya pelilinannya sedikit sekali. Yang paling
dikuatirkan buah-buahan itu rawan kandungan pestisida kemudian terlapisi lilin sehingga
pestisidanya masih menempel pada buah. Kandungan pestisida inilah yang sangat
berbahaya bila sampai termakan, bisa menyebabkan banyak penyakit diantaranya kanker,
leukimia, tumor, neoplasma indung telur dll.

E. Labeling dan Pengemasan

Pengemasan buah bertujuan melindungi buah dari luka, memudahkan pengelolaan


(penyimpanann, pengangkutan, distribusi), mempertahankan mutu, mempermudah
perlakuan khusus, dan memberikan estetika yang menarik konsumen. Kemasan dan lebel
jeruk perlu di desain sebaik mungkin baik warna dan dekorasinya karena kemasan yang
bagus dapat menjadi daya daya tarik bagi konsumen.
Bila jeruk akan dikirim keluar kota, buah jeruk yang diangkut dengan peti akan
lebih aman dari pada dengan keranjang bambu atau karung karena keranjang atau karung
tidak dapat meredam goncangan selama penggangkutan.
Peti jeruk harus di paku kuat-kuat, bagian ujung dan tengah-tengahnya diikat tali
kawat atau bahan pengikat kain yang kuat. Bahan peti dipilih yang ringan dan murah
misalnya kayu senggon laut (albazia falcata) atau kayu pinus. Bentuk peti disesuaikan
dengan bak angkutan, disarankan persegi panjang (60 x 30 x 30 cm) atau bujur sanggkar
(30 x 30 x 30 cm), tebal papan 0,5 cm, lebar 8 cm, jarak antar 1,5 cm agar udara di dalam
peti tidak lembab tetapi juga tidak terlalu panas. Bobot maksimal setiap peti sebaiknya
tidak melebihi 30 kg. Buah jeruk lebih baik jika dibungkus dengan kertas tissue
(potongan/sobekan kertas) kemudian peti diberi tanda diantaranya yaitu nama barang,
jumlah buah setiap peti, berat peti dan jeruk, kualitas, tanda merek dagang, daerah/negara
asal.

F. Penyimpanan

Penyimpanan buah jeruk bertujuan : memperpanjang kegunaan, menampung hasil


panen yang melimpah, menyediakan buah jeruk sepanjang tahun, membantu pengaturan
pemasaran, meningkatkan keuntungan financial, mempertahankan kualitas jeruk yang
disimpan. Prinsip dari perlakuan penyimpanan : mengendalikan laju respirasi dan
transpirasi, mengendalikan atau mencegah penyakit dan perubahan-perubahan yang tidak
dikehendaki oleh konsumen
Penyimpanan di ruang dingin dapat mengurangi aktivitas respirasi dan
metabolisme, pelunakan, kehilangan air dan pelayuan, kerusakan karena aktivitas
mikroba (bakteri, kapang/cendawan). Jeruk yang disimpan hendaknya bebas dari lecet
kulit, memar, busuk dan kerusakan lainnya. Untuk mendapatkan hasil yang baik, suhu
ruang penyimpanan dijaga agar stabil. Suhu optimum untuk penyimpanan buah jeruk
adalah 5 10oC. Jika suhu terlalu rendah dapat menyebabkan kerusakan buah (chiling
injury). Jika kelembaban rendah akan terjadi pelayuan atau pengkeriputan dan jika
terlalu tinggi akan merangsang proses pembusukan, terutama apabila ada variasi suhu
dalam ruangan. Kelembaban nisbi antara 85-90% diperlukan untuk menghindari pelayuan
dan pelunakan pada beberapa jenis sayuran. Beberapa produk bahkan memerlukan
kelembaban sekitar 90-95%. Kelembaban udara dalam ruangan pendinginan dapat
dipertinggi antara lain dengan cara menyemprot lantai dengan air. Kelembaban yang tepat
akan menjamin tingkat keamanan bahan yang disimpan terhadap pertumbuhan mikroba.
Sirkulasi udara diperlukan secukupnya untuk membuang panas yang berasal dari hasil
respirasi atau panas yang masuk dari luar.

Anda mungkin juga menyukai