Pemanenan
Mutu buah-buahan yg baik hanya akan diperoleh bila dipanen :
Pada tingkat kematangan yang cukup
Dilakukan pada suhu udara belum terlalu panas
Produk harus diletakkan ditempat yang teduh.
Dilakukan secara hati hati dan harus bebas dari luka, bintik, penyakit dan
kerusakan lainnya.
Tingkat kematangan buah-buahan dapat ditentukan dengan cara visual, fisik,
analisis kimia, perhitungan jumlah hari setelah persemaian (penanaman), jumlah hari
setelah keluarnya bunga, dan metode fisiologis.
cara pemetikan yang baik adalah dengan alat petik berkantong yang dapat diatur panjang-
pendeknya.untuk melepaskan pisang dari tandannya digunakan alat penyisir pisang yang
dibuat dari bahan besi tempa dan dapat dibuat sendiri oleh petani.
2. Pengumpulan
Hal-hal yang perlu diperhatikan :
1. Lokasi pengumpulan atau penampungan harus dekat dengan tempat
pemanenan,
2. Wadah sebagai tempat penampung sementara antara lain berupa keranjang, peti,
atau karung goni yang digunakan untuk mengangkut hasil panen dari lapang ke
gudang penyimpanan.
3. Buah-buahan harus dihindarkan dari kontak langsung dengan sinar matahari.
4. Perlakuan/tindakan penanganan dan spesifikasi wadah yang digunakan harus
disesuaikan dengan sifat dan karakteristik buah yang ditangani.
3. Sortasi
Sortasi dilakukan untuk memisahkan buah-buahan yang luka, busuk dan cacat
lainnya untuk menghindari penyebab infeksi ke produk lain. sortasi dilakukan dilapangan
dan dirumah pengemasan baik secara manual maupun mekanis.
4. Pencucian
Pencucian dilakukan dengan tujuan untuk menghilangkan kotoran (tanah) serta
residu pestisida (insektisida atau fungisida), dapat dilakukan dengan cara menyikat buah
dengan sikat halus.
5. Grading
Grading bertujuan untuk memisahkan produk berdasarkan mutu, warna,berat dan
ukuran.umumnya pemilahan ini masih dilakukan secara visual dan manual, baik dikebun
maupun rumah pengemasan. selama grading harus diusahakan agar terhindar dari kontak
sinar matahari langsung.
6. Pengemasan
Pengemasan berfungsi untuk melindungi buah-buahan dari kerusakan fisik selama
pengangkutan. bahan pengemas luar bisa terbuat dari kayu, rotan, bambu atau karton
bergelombang. Sedangkan pengemasan untuk tingkat pengecer (disebut kemasan dalam)
biasanya terbuat dari film plastik, kertas, plastik tercetak atau bahan campuran dari kertas
dan plastik.
7. Pelilinan
Pelilinan merupakan perlakuan khusus bagi beberapa buah yang bertujuan untuk
mengurangi kehilangan air, meningkatkan umur simpan, mengurangi perkembangan
penyakit mengganti bahan lilin alami pada buah selama pencucian, melindungi dari luka
dan memperbaiki penampilan buah. bahan lilin harus dari bahan yang aman untuk
dikonsumsi.
8. Pemeraman
Pemeraman(ripening) adalah proses untuk merangsang pematangan buah agar
matang merata dengan menggunakan bantuan gas karbit atau etilen dan suhu yang
digunakan berkisar 18-28c dan harus diperhatikan karateristik biologis/fisiologis dari
komoditas tersebut dengan tidak mencampurkan komoditas yang mempunyai
sifat/karateristik fisiologis yang berbeda dalam satu tempat atau satu proses.
9. Penyimpanan
Tujuan penyimpanan adalah untuk mempertahankan mutu dan kesegaran buah-
buahan serta untuk memperpanjang masa simpannya. berbagai teknologi penyimpanan
telah banyak dilakukan untuk mempertahankan umur simpan buah diantaranya dengan
metode cas (controlled atmosphere storage), map (modified atmosphere packaging).
10. Transportasi
Perlu diperhatikan sifat/karakteristik jenis produk yang diangkut, lamanya
perjalanan, serta alat/sarana pengangkutan yang digunakan.
Buah yang diangkut sebaiknya terhindar dari sinar matahari secara langsung
selama pengangkutan.
Buah yang diangkut agar dijaga dari kemungkinan terjadi benturan, gesekan dan
tekanan yang terlalu berat sehingga dapat menimbulkan kerusakan atau
menurunnya mutu produk tersebut.
Penanganan pasca panen buah-buahan mempunyai kedudukan yang sama dengan
penanganan sebelum panen (budidaya). Hal ini untuk menjamin mutu buah agar tetap
dalam kondisi prima sampai ke tangan konsumen, sehingga kehilangan hasil produk
dapat ditekan pada setiap rantai penanganan pasca panen dan meningkatkan mutu produk
yang pada akhirnya dapat meningkatkan nilai ekonomis dan daya saing produk.
B. Cara Panen
Cara panen bunga mawar adalah dengan memotong tangkai bunga pada bagian
dasar (pangkal) atau disertakan dengan beberapa tangkai daun. Alat pemotong bunga
mawar dapat berupa pisau ataupun gunting pangkas yang tajam, bersih dan steril.
C. Periode Panen
Dalam budidaya mawar , pemanenan dapat dilakuakan dalam beberapa periode.
Tanaman mawar yang bibitnya berasal dari stek ataupun okulasi dapat dipanen pada umur
4-5 bulan setelah tanam atau tergantung varietas dan kesuburan pertumbuhannya.
Pembungaan ini akan produktif bertahun-tahun berkisar 3-5 tahun.
D. Prakiraan Produksi
Jumlah produksi dala budidaya sudah dapat diperhitungkan sejak awal. Tanaman
mawar yang dipelihara secara intensif dari jenis/varietas unggul dapat menghasilkan
120.000280.000 kuntum/hektar/tahun. Tingkat produksi ini tergantung pada varietas
mawar, kesuburan tanah, jarak dan tingkat perawatan tanaman selama di kebun.
PASCA PANEN
A. Tahap Pengumpulan
Proses pengumpulan pascapanen bunga mawar dilakukan denga cara yang berbeda
pada bunga mawar tabor dan bunga mawar potong. Cara pengumpulannya adalah sebagai
berikut:
1. yang berisi air bersih. Posisi tangkai bunga diatur sebelah bawah terendam
air.Pengumpulan pascapanen bunga potong mawar:
a) Kumpulkan bunga segera seusai panen dan masukkan ke dalam wadah
(ember)
b) Angkut seluruh hasil panen ke tempat pengumpulan hasil untuk
memudahkan penanganan berikutnya
2. Pengumpulan pascapanen bunga mawar tabur:
Kumpulkan kuntum bunga mawar yang baru dipetik ke dalam suatu wadah
(keranjang plastik, tampah/ember berisi air bersih).
C. Penyimpanan
Tahap berikutnya adalah proses penyimpanan. Tahapan ini perlu dilakukan dengan
hati-hati sehingga bunga mawartetap dalam kondisi segar dan kualitas bunga dapat
dipertahankan sampai waktu dipasarkan. Penyimpanan dilakukan dengan cara :
1. Untuk bunga potong mawar, simpan bunga yang telah dikemas ke dalam ruang
penyimpanan bersuhu dingin (cold storage) dengan kelembaban relatif stabil 90 %.
2. Untuk bunga mawar tabur, simpan di tempat/ruangan teduh, dingin, lembab, dan
sirkulasi udara baik.
Pada waktu pemanenan bunga sebaiknya dilakukan juga seleksi bunga berdasarkan
kualitasnya (grade I dan II). Bunga yang tidak termasuk grade I dan II, sebaiknya tidak
dipanen dan dibuang pada saat pembongkaran tanaman. Kriteria untuk grade I dan II
adalah sebagai berikut, (Soekarwati, 1999):
1. Grade I
Bunga mekar (tidak terlalu mekar atau terlalu kuncup), segar, tidak
bergerombot, tidak terserang hama penyakit seperti apid, thrips dan sebagainya, pada
pinggir bunga tidak ada busuk kehitaman; batang besar (sesuai dengan jenisnya),
tegar, lurus dan panjang minimal 75 cm; daun hijau segar, tidak kering dan tidak
terserang hama penyakit, seperti leaf miner, white rust, dan sebagainya; Bentuk bunga
normal dan tidak ada kelainan-kelainan yang menyimpang dari bentuk atau warna
aslinya.
2. Grade II
Bunga mekar, segar, boleh bergerombol tetapi tidak terserang hama penyakit;
batang boleh agak kecil tetapi harus lurus dengan panjang minimal 50 cm; kriteria lain
sama dengan kriteria grade I dengan sedikit toleransi, misalnya jika daun terserang
hama penyakit tetapi tidak terlalu parah masih dapat dimasukkan dalam grade II. Pada
saat panen, bunga langsung dilakukan pengikatan di lapangan. Bunga yang diikat
adalah yang sejenis dan sama gradenya. Jumlah tangkai bunga per ikat disesuaikan
dengan besarnya diameter bunga, yaitu minimal berdiameter 20 cm bila dibungkus
dan jumlah tangkainya minimal 10 tangkai bunga. Bunga yang sudah diikat, disimpan
dalam wadah yang berisi air. Setelah 10 ikat, ikatan tersebut sebaiknya cepat dibawa
ke bagian sortasi dan dibungkus dengan kertas pembungkus. Produktifitas krisan
cukup baik jika diperoleh 5 bungkus setiap 1 m2 atau 50 tangkai bunga per m2.
Untuk mengetahui kualitas bunga, dilakukan uji coba vase life bunga krisan potong
dengan kriteria yang diamati pada bunga-bunga setelah panen adalah:
1. Tingkat pecahnya benang sari:
0 = Belum pecah
1 = Pecah 0 - 25 % dari lingkar bunga
2 = Pecah 25 - 50 % dari lingkar bunga
3 = Pecah 50 - 70 % dari lingkar bunga
4 = Pecah > 75 % dari lingkar bunga
B. Cara Panen
Seperti halnya dengan waktu panen, cara panen pun mereka tidak memperhatikan
cara panen yang baik, mereka hanya menggunakan alat tradisional seperti galah dari
bamboo sehingga buah yang dipanen lebih banyak yang jatuh ke tanah dan rusak
sehingga buah tidak dapat bertahan lebih lama. Padahal, cara panen yang baik yaitu buah
yang dipanen dengan menggunakan tangkai menunjukkan getah yang lebih bersih
berbeda dengan buah yang tidak menggunakan tangkai lebih tampak kotor. Buah mangga
dipanen dengan tingkat ketuaan 85% yaitu berumur 110 120 hari semenjak bunga
mekar dengan warna hijau dengan pangkal kemerahan. Buah mangga dipanen dengan
menyisakan tangkai sepanjang 10 - 15 mm.
Hal ini dikarenakan dengan menyisakan tangkai tidak akan terjadi penyebaran
getah. Getah ini diperkirakan akan mempercepat kerusakan buah dan mendorong
terjadinya stem end rot dan akan mengotori permukaan buah sehingga buah tetap terlihat
bersih. Dalam tahap pemanenan buah tidak boleh dilempar untuk mengurangi kerusakan
akibat memar. Waktu panen dan cara petik yang tepat dapat menekan kerusakan dan
meningkatkan kualitas terutama untuk pemasaran ekspor.
C. Pembersihan buah
Masyarakat di Desa tersebut umumnya membersihkan buah hanya dengan
menggunakan lap biasa, kemudian mengemasnya untuk dibawa ke pasar. Cara
pembersihan buah yang baik yaitu dengan menggunakan gunting untuk memotong
tangkai yang masih tersisa, setidaknya 10 cm dari tangkai harus dipertahankan. Dengan
demikian getah yang sangat lekat dan mudah mengalir pada buah mangga yang baru
dipetik, tidak akan mengotori buah. Kemudian, jika terdapat getah atau kotoran lain yang
melekat pada buah sebaiknya dicuci dengan larutan 100 ppm natrium hipokhlorit
secepatnya setelah buah dipetik, untuk mencegah getah membakar kulit buah yang
selanjutnya dapat menyebabkan buah membusuk.
Untuk mengendalikan Antraknosis buah direndam dalam air hangat bersuhu 520 C
selama 1 - 3 menit. Kendala yang dihadapi pada metode ini ialah bahwa sulit sekali untuk
mempertahankan suhu yang diperlukan dengan peralatan yang tersedia di daerah
pedesaan. Lagi pula metode ini mahal dan buah akan banyak bertambah ringan,
kehilangan lapisan lilinnya dan lebih cepat membusuk sebagai akibat dari penerapan
metode tersebut.
D. Sortasi
Untuk tahapan sortasi, para petani buah mangga hanya memisahkan buah yang
busuk atau rusak tanpa memisahkan berdasarkan tingkat kematangan, besar buah, serta
kriteria lain.
Sortasi buah mangga sebaiknya lebih memperhatikan kriteria tersebut untuk
memperoleh buah dengan ukuran, tingkat kematangan dan kualitas yang seragam. Sortasi
bertujuan untuk memisahkan buah yang layak jual dan tidak layak dijual agar diperoleh
buah yang seragam bentuk, warna, ukuran dan kematangannya.
E. Grading
Proses grading pada saat panen buah mangga tidak dilakukan, sehingga tidak ada
pembagian buah dengan kualitas rendah, sedang dan baik. Padahal, proses grading buah
mangga bertujuan untuk memperoleh buah yang seragam ukurannya ( besar, sedang, kecil
atau sangat kecil ). Sehingga mendapatkan harga yang lebih tinggi.
H. Penyimpanan
Pada tahapan ini, masyarakat umumnya sudah mengetahui cara penyimpanan yang
baik agar buah mangga tidak cepat rusak, biasanya mereka menyimpannya jauh dari
tempat lembab dengan menggunakan berbagai macam wadah penyimpanan, salah
satunya dengan menggunakan kardus yang besar dengan melapisi bagian dalamnya
dengan karung atau daun pisang, dll.
Berbeda dengan teknik yang lebih maju dan tujuan pasar ekspor, penyimpanan
buah mangga: dilakukan dalam suhu dingin. Penyimpanan dingin buah klimakterik selain
mengakibatkan tertundanya kematangan buah juga berpengaruh pada respon jaringan
terhadap etilen. Penyimpanan dingin bertujuan untuk membatasi pembusukan tanpa
menyebabkan terjadinyakematangan abnormal atau perubahan-perubahan lainnya yang
tidak diinginkandan mempertahankan mutu sampai ke tangan konsumen dalam jangka
waktu yang lama.
I. Pengangkutan
Umumnya, masyarakat menggunakan mobil pick up atau bak terbuka untuk
melakukan proses pengangkutan ke pasar. Penggunaan mobil bak terbuka karena tujuan
pasar hasil produksi buah mangga setempat tidak jauh jarak dan waktu tempuhnya,
sehingga tidak membutuhkan alat angkutan yang lebih modern seperti mobil
berpendingan
Pada pengangkutan buah mangga untuk tujuan ekspor maupun domestik harus
menggunakan mobil yang dilengkapi ruang pendingin. Hal ini untuk menjaga rantai
dingin selama transportasi. Rantai dingin diperlukan untuk membatasi pembusukan tanpa
menyebabkan terjadinya kematangan abormal atau perubahan-perubahan lainnya yang
tidak diinginkan dan mempertahankan mutu sampai ke tangan konsumen. Suhu yang
tepat untuk pengangkutan mangga adalah 10C.
PASCAPANEN ALPUKAT
A. Pencucian
Pencucian dimaksudkan untuk menghilangkan segala macam kotoran yang
menempel sehingga mempermudah penggolongan/penyortiran. Cara pencucian
tergantung pada kotoran yang menempel.
B. Penyortiran
Penyortiran buah dilakukan sejak masih berada di tingkat petani, dengan tujuan
memilih buah yang baik dan memenuhi syarat, buah yang diharapkan adalah yang
memiliki ciri sebagai berikut:
1) Tidak cacat, kulit buah harus mulus tanpa bercak.
2) Cukup tua tapi belum matang.
3) Ukuran buah seragam. Biasanya dipakai standar dalam 1 kg terdiri dari 3 buah
atau berbobot maksimal 400 g.
4) Bentuk buah seragam. Pesanan paling banyak adalah yang berbentuk lonceng.
Buah yang banyak diminta importir untuk konsumen luar negeri adalah buah
alpukat yang dagingnya berwarna kuning mentega tanpa serat. Sedangkan untuk
memenuhi kebutuhan dalam negeri, semua syarat tadi tidak terlalu diperhitungkan.
PASCAPANEN SEMANGKA
A. Pengumpulan
Pengumpulan hasil panen sampai siap dipasarkan, harus diusahakan sebaik
mungkin agar tidak terjadi kerusakan buah, sehingga akan mpengaruhi mutu buah &
harga jualnya. Mutu buah dipengaruhi adanya derajat kemasakan yg tepat, karena akan
mpengaruhi mutu rasa, aroma & penampakan daging buah, dgn kadar air yg sempurna.
B. Penyortiran & Penggolongan
Penggolongan ini biasanya tergantung pd pemantauan & permintaan pasaran.
Penyortiran & penggolongan buah semangka dilakukan dlm beberapa klas antara lain:
1) Kelas A : berat = 4 kg, kondisi fisik sempurna, tidak terlalu masak.
2) Kelas B : berat 2-4 kg, kondisi fisik sempurna, tidak terlalu masak.
3) Kelas C : berat < 2 kg, kondisi fisik sempurna, tidak terlalu masak.
C. Penyimpanan
Penyimpanan buah semangka di tingkat pedagang besar (sambil menunggu harga
lebih baik) dilakukan sbg berikut:
Penyimpanan pd suhu rendah sekitar 4,4 derajat C, & kelembaban udara
antara 80-85%;
Penyimpanan pd atmosfir terkontrol (merupakan cara pengaturan kadar
O2 & kadar CO2 dgn asumsi oksigen atau menaikan kadar karbon
dioksida (CO2), dpt mengurangi proses respirasi;
Penyimpanan dlm ruang tanpa pengatur suhu: mrupakan penyimpanan
jangka pendek dgn cara memberi alas dari jerami kering setebal 10-15
cm dgn disusun sebanyak 4-5 lapis & setiap lapisnya diberi jerami
kering.
E. Penanganan Lain
Pemasaran mrupakan salah satu faktor penting, maka perlu diperhatikan nilai
harga & jalur-jalur pemasaran mulai dari produsen (petani) sampai konsumen. Semakin
cepat dikonsumsi semakin tinggi harga jualnya. Pemasaran biasa dilakukan melalui
sistem borongan dgn harga yg lebih rendah, atau melalui beberapa tahapan (seperti
produsen, pengumpul, pengecer).
Tangkai buah yang terlalu panjang akan melukai buah jeruk yang lain sehingga
harus di potong di sisakan sekitar 2 mm dari buah.
Panen buah di pohon yang tinggi harus menggunakan tangga, agar cabang dan
ranting tidak rusak.
Jangan memanen buah dengan cara memanjat pohon, karena kaki kotor dapat
menyebarkan penyakit pada pohon
Pemanen buah dilengkapi dengan keranjang yang dilapisi karung plastik atau
kantong yang dapat digantungkan pada leher.
Wadah penampung buah terbuat dari bahan yang lunak, bersih, dan buah
diletakkan secara perlahan. Krat walau biaya awalnya mahal, bisa ditumpuk,
bertahan lama, dapat dipakai berulang-ulang dan mudah dibersihkan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jeruk yang cara pengambilanya berhati-hati
dan disimpan pada temperatur kamar 23-31oC selama 3 minggu, yang busuk mencapai 7
%; buah yang dijatuhkan diatas lantai yang busuk sebanyak 12 %; buah yang dipetik
basah yang busuk sebesar 21 %; buah yang dipetik terlalu masak yang busuk sebanyak 29
%; buah yang terkena sinar matahari selama satu hari yang busuk sebanyak 38 %.
C. Pemutuan
Pemutuan atau grading dilakukan setelah sortasi dan pencucian untuk
mengelompokan buah berdasarkan mutu yaitu, ukuran, berat, warna, bentuk, tekstur, dan
kebebasan buah dari kotoran atau bahan asing. Peranan penerintah tidak hanya terbatas
pada bidang pemasaran saja. Tetapi yang paling penting ialah penetapan standarisasi
buah, yang mencakup kualitas buah. Sehubumgan dengan standarisasi buah tersebut,
Standar Nasional Indonesia (SNI) menggolongkan buah jeruk kedalam 4 kelas
berdasarkan bobot atau diameter buah (Tabel 1).
Tabel 1. Kriteria Jeruk Keprok, termasuk Jeruk Siam (SNI 01-3165-1992)
D. Pelilinan
Beberapaa jenis buah secara alami dilapisi oleh lilin yang berfungsi sebagai
pelindung terhadap serangan fisik, mekanik, dan mikrobiologis. Pelapisan lilin pada
buah-buahan sebenarnya adalah menggantikan dan menambah lapisan lilin alami yang
terdapat pada buah yang sebagian besar hilang selama penanganan karena lapisan lilin
yang menutupi pori-pori buah dapat menekan respirasi dan transpirasi sehingga daya
simpan buah lebih lama dan nilai jualnya lebih baik. Manfaat lainnya adalah
meningkatkan kilau dan menutupi luka atau goresan pada permukaan kulit buah sehingga
penampilannya menjadi lebih baik. Pelilinan terhadap buah jeruk segar pertama kali
dikenal sejak abad 12-13 oleh bangsa Cina, tetapi pada saat itu tanpa memperhatikan
adanya efek-efek respirasi dan tranpirasi sehingga lapisan lilin yang terbentuk terlalu
tebal, mengakibatkan respirasi anaerob (fermentasi) dan menghasilkan jeruk yang masam
dan busuk. Oleh karena itu, pelilinan harus diupayakan agar pori-pori kulit buah tidak
tertutupi sama sekali agar tidak terjadi kondisi anaerob di dalam buah. Sebaliknya, jika
lapisan lilin terlalu tipis hasilnya kurang efektif mengurangi laju respirasi dan transpirasi.
Dibandingkan dengan pendinginan. aplikasi lilin kurang efektif dalam menurunkan laju
respirasi sehingga pelilinan banyak dilakukan untuk melengkapi penyipanan dalam suhu
dingin.
Lilin yang digunakan dapat berasal dari berbagai sumber seperti tanaman, hewan,
mineral maupun sintetis. Kebanyakan formula lilin dipersiapkan dengan satu atau lebih
bahan seprti beeswax, parafin wax, carnauba wax (secara alami didapat dari carnauba
palm) dan shellac (lilin dari insekta). Syarat lilin yang digunakan : tidak mempengaruhi
bau dan rasa buah, cepat kering, tidak lengket, tidak mudah pecah, mengkilap dan licin,
tipis, tidak mengandung racun, harga murah dan mudah diperoleh. Syarat komoditi yang
dilapisi adalah segar (baru dipanen) dan bersih, sehat (tidak terserang hama/penyakit),
dan ketuaan cukup. Lilin yang banyak digunakan adalah lilin lebah yang diemulsikan
dengan konsentrasi 4 12%. Air yang digunakan tidak boleh menggunakan air sadah
karena garam-garam yang terkandung dalam air tersebut dapat merusak emulsi lilin.
Aplkasinya dapat dilakukan dengan, penyemprotan, pencelupan, atau pengolesan.
Untuk membuat emulsi lilin standar 12 % diperlukan lilin lebah 120 g, asam oleat
20 g, triethanol amin (TEA) 40 g dan air panas 820 cc. Lilin dipanaskan dalam panci
sampai mencair, kemudian dimasukkan dalam blender. Selanjutnya dituang sedikit demi
sedikit asam oleat, TEA dan air panas, larutan diblender 2-5 menit agar tercampur dengan
sempurna kemudian emulsi lilin didinginkan. Emulsi lilin dapat digunakan setelah proses
pendinginan selesai dilaksanakan.
Sebenarnya pelilinan buah-buahan itu tidak mengandung racun karena
menggunakan lilin lebah dan konsentrasinya pelilinannya sedikit sekali. Yang paling
dikuatirkan buah-buahan itu rawan kandungan pestisida kemudian terlapisi lilin sehingga
pestisidanya masih menempel pada buah. Kandungan pestisida inilah yang sangat
berbahaya bila sampai termakan, bisa menyebabkan banyak penyakit diantaranya kanker,
leukimia, tumor, neoplasma indung telur dll.
F. Penyimpanan