Anda di halaman 1dari 20

PRAKTIKUM I

ENZIM PADA AIR LIUR


Hidrolisa Pati Oleh Air Liur

A. Landasan Teori

Ptyalin merupakan protein yang berada di dalam air liur. Ptyalin dapat
membantu proses pencernaan makanan dengan memecah pati menjadi potongan-
potongan gula yang larut dalam air. Enzim ptyalin merupakan nama lain dari amylase
yang hanya ditemukan dalam air liur manusia. Zat ini dikenal lebih akrab sebagai
amylase saliva (Anonimous, 2010).

Enzim ptyalin dalam saliva merupakan suatu enzim amylase yang berfungsi
untuk memecah molekul amilum menjadi maltose dengan proses hidrolisis. Enzim
ptyalin bekerja secara optimal pada pH 6,8. Di samping karena musin adalah suatu
zat yang kental dan licin, maka saliva mempunyai fungsi membasahi makanan dan
sebagai pelumas yang memudahkan atau memperlancar proses menelan makanan.
Enzim ptyalin mulai tidak aktif pada pH 4,0, karena setelah makanan ditelan dan
masuk ke dalam lambung, proses hidrolisis oleh enzim ptyalin tidak berjalan lebih
lama lagi. Dalam lambung cairan ini hanya dapat bertahan selama 15-30 menit,
karena cairan dalam lambung bersifat sangat asam yaitu mempunyai pH antara 1,6-
2,6. Rangsangan yang menyebabkan pengeluaran saliva dari kelenjar saliva adalah
pikiran tentang makanan yang disenangi, adanya bau makanan yang sedap atau
melihat makanan yang diharapkan sehingga menimbulkan selera (Poedjiadi,
2007:235-236).

Pati dan glikogen dihidrolisis sempurna oleh aktivitas enzim yang terdapat
dalam saluran pencernaan, menjadi molekul unit pembangunnya yaitu D-glukosa
bebas. Proses ini dimulai dari mulut selama proses penguraian makanan, dengan

Praktikum Biokimia | 1
bantuan enzim amylase. Amylase pada air ludah bekerja memutuskan sejumlah ikatan
glikosida pati dan glikogen sehingga dihasilkan campuran senyawa maltose,
glukosa dan oligosakarida. Kue crakers lambat laun terasa manis sewaktu kita
mengunyah karena kandungan zat patinya yang semula tak berasa, dihidrolisa
menghasilkan gula (Lehninger, 1994:6).

Pati dengan larutan iodium akan memberikan warna biru. Ikatan antara Pati
dengan iodium ini belum diketahui, dan ikatan tersebut secara fisika, sehingga bila
dipanaskan warna biru akan hilan dan warna timbul kembali apabila larutan
didinginkan

B. Tujuan
Adapun tujuan dari Praktikum ini adalah untuk mengetahui daya cerna air liur
dalam menghidrolisis larutan pati (telah mengalami pemanasan) dan tepung pati (pati
mentah).

C. Alat
Adapun alat yang kami gunakan dalam melakukan Praktikum adalah :
Beaker Glass
Pipet Tetes
Tabung Reaksi
Piring Reaksi
Penjepit Tabung
Watter Bath

D. Bahan
Adapun bahan yang kami gunakan dalam melakukan Praktikum adalah :
10 ml Air Liur
Larutan Iodium 0.01 M
Larutan Pati 1%
2,5 ml Larutan Benedict

Praktikum Biokimia | 2
E. Langkah Kerja
1. Masukan 10 ml larutan pati 1% ke dalam tabung reaksi, kemudian tambahkan
5 tetes air liur
2. Sesegera mungkin tabung reaksi dimasukan ke dalam water bath suhu 370 C
3. Secara bersamaan siapkan pula piring reaksi yang diisi dengan larutan iodium
0,01 M masing-masing 2 tetes
4. Setelah 1 menit, ambil 1 tetes larutan dalam tabung reaksi yang dimasukan
dalam water bath, lalu masukan ke dalam larutan iodium 0,01 M dalam piring
reaksi. Catat warna yang terjadi.
5. Ulangi Percobaan tadi tiap-tiap 1 menit sampai larutan iodium tidak
menimbulkan warna (berwarna kuning muda) dengan larutan dalam tabung
reaksi (titik akromatik)
6. Catat Waktunya ( pada menit keberapa)
7. Setelah tercapai titik akromatik, larutan dalam tabung reaksi di test dengan
test Benendict
8. Catatlah apakah reduksi telah terjadi.

F. Hasil Pengamatan
Dari praktikum yang telah dilakukan diapatkan hasil bahwa :
Pada percobaan pertama dengan memasukan larutan pati 10 ml , kemudian
larutan tersebut ditambahkan 5 tetes air liur, Setelah itu larutan dimasukan ke dalam
watter bath dengan suhu 370 C. Didapatkan bahwa tidak terjadinya perubahan warna
setelah larutan tersebut di teteskan ke larutan iodium.
Pada percobaan kedua dengan memasukan larutan pati ke dalam larutan
Benedict serta dididihkan 3 menit maka didapatkan bahwa terdapat endapan
kekuning-kungingan di dasar permukaan larutan tersebut.

G. Pembahasan
Hidrolisis adalah mekanisme reaksi penguraian suatu senyawa oleh air atau
asam dan basa. Pati atau amilum tergolong ke dalam kelompok polisakarida sehingga
pati atau amilum tersebut bisa dihidrolisis menjadi glukosa yang merupakan

Praktikum Biokimia | 3
monosakarida. Pertama-tama amilum dihidrolisis menghasilkan maltosa kemudian
maltosa dihidrolisis menghasilkan glukosa. Pada hidrolisis ini memerukan
katalisaator untuk memepercepaat jalannya reaksi. Katalisator yang dipakai berupa
enzim ptyalin (enzim amilase hidrolitik).
Pada percobaan ini akan menguji kerja enzim amilase yang bekerja untuk
memecahkan atau merombak pati menjadi glukosa, yaitu dengan sampel saliva.
Kemudian memanaskannya dalam penangas air dengan suhu 37 oC. Hal tersebut
dilakukan karena hampir semua enzim mempunyai aktivasi optimal pada suhu 30-
40oC dan akan mengalami denaturasi pada suhu 45oC. Pada umumnya semakin tinggi
suhu maka laju reaksi semakin cepat karena energi semakin besar dan melampaui
energi aktivasinya. Akan tetapi enzim merupakan suatu protein sehingga semakin
tinggi suhu proses aktivasi enzim ini juga meningkat. Pengaruh suhu yang terlau
tinggi dapat mempercepat pemecahan atau kerusakan enzim, demikian juga
sebaliknya. Uji iodin berfungsi sebagai indikator terhadap proses terjadinya reaksi
yang ditandai dengan adanya perubahan warna.
Namun pengamatan yang telah dilakukan, di dapatkan tidak adanya
perubahan warna pada larutan. Dapat dikatakan bahwa percobaan yang kami lakukan
telah gagal. Hal tersebut dikarenakan berbagai hal, salah satunya yaitu Kualitas
Larutan Iodium yang kurang baik

H. Kesimpulan
Dari praktikum ini dapat disimpulkan bahwa proses pencernaan berawal di
dalam rongga mulut yang dikatalis dengan enzim amilase yang terdapat di dalam
saliva. Uji iodin yang digunakan berfungsi sebagai indikator terhadap proses
terjadinya reaksi yang ditandai dengan adanya perubahan warna. Pati yang
terhidrolisis pada suhu optimun 37oC tidak menunjukkan perubahan warna pada
menit ke-6, sedangkan pati mentah berubah menjadi warna biru menandakan adanya
amilum.

Praktikum Biokimia | 4
Lampiran-Lampiran

Praktikum I

Praktikum Biokimia | 5
Praktikum II

Penetuan Kadar
Hemoglobin
Dalam Darah

Dengan Metode Cyanmet-Hb

A. Landasan Teori
Hemoglobin adalah metalprotein pengangkut oksigen yang mengandung besi
dalam sel merah dalam darah mamalia dan hewan lainnya. Molekul hemoglobin

Praktikum Biokimia | 6
terdiri dari globin, apoprotein dan empat gugus heme, suatu molekul organik dengan
satu atom besi (Wikipedia, 2016).
Hemoglobin adalah protein yang kaya akan zat besi. Memiliki afinitas (daya
gabung) terhadap oksigen dan dengan oksigen itu membentuk oxihemoglobin di
dalam sel darah merah. Dengan melalui fungsi ini maka oksigen dibawa dari paru-
paru ke jaringan-jaringan (Evelyn, 2009).
Hemoglobin merupakan senyawa pembawa oksigen pada sel darah merah.
Hemoglobin dapat diukur secara kimia dan jumlah Hb/100 ml darah dapat digunakan
sebagai indeks kapasitas pembawa oksigen pada darah.
Hemoglobin adalah kompleks protein-pigmen yang mengandung zat besi.
Kompleks tersebut berwarna merah dan terdapat didalam eritrosit. Sebuah molekul
hemoglobin memiliki empat gugus haeme yang mengandung besi fero dan empat
rantai globin (Brooker, 2011).
Hemoglobin adalah suatu senyawa protein dengan Fe yang dinamakan
conjugated protein. Sebagai intinya Fe dan dengan rangka protoperphyrin dan globin
(tetra phirin) menyebabkan warna darah merah karena Fe ini.

Praktikum Biokimia | 7
Eryt Hb berikatan dengan karbondioksida menjadi karboxy hemoglobin dan
warnanya merah tua. Darah arteri mengandung oksigen dan darah vena mengandung
karbondioksida (Depkes RI dalam Widayanti, 2008).

Menurut William, Hemoglobin adalah suatu molekul yang berbentuk bulat


yang terdiri dari 4 subunit. Setiap subunit mengandung satu bagian heme yang
berkonjugasi dengan suatu polipeptida. Heme adalah suatu derivat porfirin yang
mengandung besi. Polipeptida itu secara kolektif disebut sebagai bagian globin dari
molekul hemoglobin (Shinta, 2015).

Kadar hemoglobin ialah ukuran pigmenrespiratorik dalam butiran-butiran


darah merah (Costill, 1998). Jumlah hemoglobin dalam darah normal adalah kira-kira
15 gram setiap 100 ml darah dan jumlah ini biasanya disebut 100 persen (Evelyn,
2009). Batas normal nilai hemoglobin untuk seseorang sukar ditentukan karena kadar
hemoglobin bervariasi diantara setiap suku bangsa. Namun WHO telah menetapkan
batas kadar hemoglobin normal berdasarkan umur dan jenis kelamin (WHO dalam
Arisman, 2012).

Praktikum Biokimia | 8
Tabel 1. Batas Kadar Hemoglobin

Kelompok Umur Batas Nilai Hemoglobin (gr/dl)

Laki-Laki 12-18

Perempuan 12-16

Neonatus 16-25

Infants 10-15

Children 7,5-10

Toldder 6,8-8,7

Praktikum Biokimia | 9
B. Tujuan
Adapun Tujuan dari Praktikum ini adalah untuk mengetahui tahapan-tahapan
dalam menentukan kadar hemoglobin normal tubuh manusia

C. Alat
Adapun alat yang kami gunakan dalam melakukan praktikum adalah :
Spektrofotometru atau Fotometer
Pipet Otomatis
Pipet volume 5 ml

D. Bahan
Adapun bahan yang kami gunakan dalam melakukan parktikum adalah :
Larutan Hexacyanoferat 200 mg
Potassium Cyanide 50 mg
Potassium Dihidrogen Phospate 140 mg
Detergen Solution
Larutan Standart Hemoglobin Cyanide

E. Langkah Kerja
1. Masukan dengan pipet ke dalam tabung reaksi larutan pereaksi sejumlah 5 ml
dan Darah sebanyak 20 mikroliter ( 5 tetes) menggunakan pipet otomatis
2. Setelah mengosongkan pipet otomatis, cucilah pipet tersebut dengan cara
memasukan dan mengeluarkan larutan pereaksi yang terdapat di dalam tabung
reaksi
3. Campurkan hingga homogen dengan cara mengaduk larutan menggunakan
batang pengaduk. Tunggu minimal 3 menit. Kemuadian ukur absorbance
sampel tersebut pada panjang gelombang 540 nm
4. Bandingkan dengan absorbanc larutan dari blanko

F. Hasil
Diketahui :

CHb : A x 36,6 Hb/dl


Ket : A = Absorbance

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan kadar hemoglobin yang diperoleh


dengan metode Cyanmet-Hb yang di dapat dari sampel seorang Perempuan adalah :
Diketahui : A = 0,353

Praktikum Biokimia | 10
CHb = A x 36,6 Hb/dl
= 0,353 x 36,6
= 12,9 gr Hb/dl
Dapat dikatakan kadar hemoglobin perempuan tersebut adalah normal

G. Pembahasan
Metode Pemeriksaan Kadar Hemoglobin
Diantara metode yang paling sering digunakan di laboratorium dan yang
paling sederhana adalah metode sahli, dan yang lebih canggih adalah metode
cyanmethemoglobin. (Bachyar, 2002)

Pada metode Sahli, hemoglobin dihidrolisi dengan HCl menjadi globin


ferroheme. Ferroheme oleh oksigen yang ada di udara dioksidasi menjadi ferriheme
yang akan segera bereaksi dengan ion Cl membentuk ferrihemechlorid yang juga
disebut hematin atau hemin yang berwarna cokelat. Warna yang terbentuk ini
dibandingkan dengan warna standar (hanya dengan mata telanjang). Untuk
memudahkan perbandingan, warna standar dibuat konstan, yang diubah adalah warna
hemin yang terbentuk. Perubahan warna hemin dibuat dengan cara pengenceran
sedemikian rupa sehingga warnanya sama dengan warna standar. Karena yang
membandingkan adalah dengan mata telanjang, maka subjektivitas sangat
berpengaruh. Di samping faktor mata, faktor lain, misalnya ketajaman, penyinaran
dan sebagainya dapat mempengaruhi hasil pembacaan. Meskipun demikian untuk
pemeriksaan di daerah yang belum mempunyai peralatan canggih atau pemeriksaan
di lapangan, metode sahli ini masih memadai dan bila pemeriksaannya telat terlatih
hasilnya dapat diandalkan.

Metode yang lebih canggih adalah metode cyanmethemoglobin. Pada metode


ini hemoglobin dioksidasi oleh kalium ferrosianida menjadi methemoglobin yang
kemudian bereaksi dengan ion sianida membentuk sian-methemoglobin yang
berwarna merah. Intensitas warna dibaca dengan fotometer dan dibandingkan dengan
standar. Karena yang membandingkan alat elektronik, maka hasilnya lebih objektif.

Praktikum Biokimia | 11
Namun, fotometer saat ini masih cukup mahal, sehingga belum semua laboratorium
memilikinya.
Sumber kesalahan dalam metode ini antara lain :

A. Terjadinya jendalan darah


B. Leukositosis berat mempengaruhi pengukuran lebih rendah dari seharusnya
C. Tidak tepat memipet pada saat mengambil darah
D. Pemipetan pereaksi yang tidak akurat
E. Fotometer yang kurang baik

H. Kesimpulan
Kadar hemoglobin ialah ukuran pigmenrespiratorik dalam butiran-butiran
darah merah (Costill, 1998). Jumlah hemoglobin dalam darah normal adalah kira-kira
15 gram setiap 100 ml darah dan jumlah ini biasanya disebut 100 persen (Evelyn,
2009). Batas normal nilai hemoglobin untuk seseorang sukar ditentukan karena kadar
hemoglobin bervariasi diantara setiap suku bangsa. Namun WHO telah menetapkan
batas kadar hemoglobin normal berdasarkan umur dan jenis kelamin (WHO dalam
Arisman, 2002).

metode cyanmethemoglobin merupakan metode yang hemoglobinnya


dioksidasi oleh kalium ferrosianida menjadi methemoglobin yang kemudian bereaksi
dengan ion sianida membentuk sian-methemoglobin yang berwarna merah. Intensitas
warna dibaca dengan fotometer dan dibandingkan dengan standar. Karena yang
membandingkan alat elektronik, maka hasilnya lebih objektif. Namun, fotometer saat
ini masih cukup mahal, sehingga belum semua laboratorium memilikinya

Kadar hemoglobin normal pada manusia adalah sebagai berikut :

Tabel 1. Batas Kadar Hemoglobin

Kelompok Umur Batas Nilai Hemoglobin (gr/dl)

Praktikum Biokimia | 12
Laki-Laki 12-18

Perempuan 12-16

Neonatus 16-25

Infants 10-15

Children 7,5-10

Toldder 6,8-8,7

Lampiran-lampiran

Praktikum II

Praktikum Biokimia | 13
PRAKTIKUM III

ANALISA GIGI

Presipitat (endapan) Kalsium, Magnesium dan Fosfat

Praktikum Biokimia | 14
A. Landasan Teori

Gigi merupakan jaringan terkeras dari tubuh manusia. seperti halnya tulang,
gigi terdiri dari zat organik dan zat anorganik. Diantara keduanya, zat anorganik lah
yang paling banyak terkandung dalam gigi. Struktur gigi terbagi menjadi tiga bagian,
yaitu enamel, dentin dan sementum, dan pulpa dentis yang terdiri dari jaringan ikat
(Sharma dan Riyat, 2008).
Enamel
Enamel merupakan struktur terluar dan terkeras gigi. Tersusun atas hampir 95%
bahan anorganik, terutama kalsium hidroksiapatit. Terdapat pula sedikit fosfat dan
fluoroapatit. Selain zat organik terdapat pula zat organik yaitu keratin.
Dentin
Dentin merupakan lapisan dibawah enamel dan juga merupakan jaringan
terkeras kedua pada gigi. Pada dentin terdiri dari sekitar 75% zat anorganik dan
sisanya zat organik. Zat anorganik pada dentin antara lain kalsium hidroksiapatit dan
juga fosfat. Sedangkan zat organiknya adalah kolagen dan sedikit chondroitin
sulphate. Sehingga susunan dari dentin ini hampir sama dengan tulang.
Sementum
Sementum memiliki struktur morfologi dan komposisi yang sama dengan
tulang.
Pulpa Dentis
Merupakan bagian terdalam dari gigi yang berada kavitas gigi dan saluran
akar. Pulpa dentis terdiri dari jaringan ikat, pembuluh darah dan saraf.
Berikut ini merupakan tabel komposisi zat organik dan anorganik pada
enamel, dentin, dan tulang menurut Sharma dan Riyat (2008).

Praktikum Biokimia | 15
B. Tujuan
Adapun Tujuan dari Praktikum ini adalah untuk menunjukan adanya

kandungan kalsium, magnesium dan fosfat pada gigi.


C. Alat
Adapun alat yang kami gunakan dalam melakukan Praktikum adalah :
F. Rak tabung
G. Gelas ukur 250 ml
H. Gelas ukur 10 ml
I. Tabung reaksi

Praktikum Biokimia | 16
J. Kertas saring
K. Pipet tetes
L. Tabung reaksi
D. Bahan
Adapun bahan yang kami gunakan dalam melakukan Praktikum adalah :
Ammonium hidroksida
HCl
AgNO3
HNO3
BaCl2
Ammonium tiosianat
Ammonium oksalat 5%
Larutan urea 10%
Pereaksi molibdat
Ferrosulfat
Ammonium karbonat
Ammonium klorida
Na2HPO4
NH4OH

E. Langkah Kerja
Tambahkan 5 ml asam asetat encer 2% pada presipitat yang ada di atas kertas

saring dan lakukan tes terhadap filtrate untuk :


Kalsium
Tambahkan 1 ml larutan ammonium oksalat 5% ke dalam 10 tetes

filtrate, biarkan beberapa saat. Endapan putih menyatakan adanya

kalsium
Fosfat
Ke dalam 1 ml filtrate tambahkan 1 ml larutan urea 10% dan tambahkan

10 ml pereaksi molibdat special. Campur dan kemudian tambahkan 1 ml

larutan Ferosulfat special. Warna biru yang timbul dan apabila dibiarkan

menjadi biru tua, hal tersebut menunjukan adanya ortofosfat.

Praktikum Biokimia | 17
Magnesium
Sisa larutan dipanaskan sampai mendidih dan tambahkanlah 2 ml

ammonium karbonat atau ammonium chloride 2% pelan-pelan ke dalam

larutan yang masih panas sampai terbentuk endapan. Saringlah, endapan

yang terbentuk adalah kalsium karbonat (CaCO3) atau kalsium chloride

(CaCl2). MgCO3 tidak mengendap karena adanya NH4Cl. Ke dalam

Filtrate tambahkanlah dinatrium-dihidrogen-fosfat 25 ml dan buatlah

alkali dengan menambahkan ammonia. Perhatikan endapan,

ammonium-magnesium-fosfat, apabila terdapat magnesium.

F. Hasil

No Unsur Hasil Kesimpulan(+/-)


Kalsium Terdapat endapan putih (+)
Fosfat Terdapat endapan biru (+)
Magnesium Terdapat endapan putih (+)

1. Pengujian Fosfat
Gigi yang telah direndam selama semalam dalam 25 ml asam nitrat encer
disaring, kemudian menghasilkan filtrat A dan presipitat A.

Filtrat A + 20 tetes ammonium hidroksida endapan garam fosfat

pH 10
2. Pengujian Kalsium
Presipitat B ditambahkan 5 ml asam cuka encer akan menghasilkan filtrat C dan
presipitat C.

Filtrat C + 1 ml ammonium oksalat 5 % kalsium (endapan putih)

Praktikum Biokimia | 18
3. Pengujian Magnesium
Filtrat C mendidih +50 tetes ammonium karbonat + 5 tetes ammonium klorida
CaCO3 + filtrat E

Filtrat E + 5 tetes Na2HPO4 + 2 ml NH4OH ada endapan

G. Pembahasan
a. Pengujian Fosfat
Pada pengujian fosfat terbentuk endapan garam fosfat yang menandakan
adanya kandungan fosfat dalam gigi. Secara umum, kandungan fosfat dalam gigi
yaitu sebesar 17% dari keseluruhan komposisi yang terdapat dalam gigi.
b. Pengujian Kalsium
Pada pengujian kalsium terbentuk endapan putih hasil dari reaksi filtrat C
ditambahkan ammonium oksalat 5%. Hal ini menunjukan adanya kandungan
kalsium dalam gigi. Secara umum, kandungan kalsium dalam gigi yaitu sebesar
36% dari keseluruhan kandungan yang terdapat dalam gigi.
c. Pengujian Magnesium
Berdasarkan hasil praktikum, ditemukan adanya endapan ammonium-
magnesium-fosfat. Secara umum, kandungan magnesium dalam gigi yaitu sebesar
0,4% dari keseluruhan kandungan yang terdapat dalam gigi.

H. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum mengenai analisis biokimia gigi, dapat
disimpulkan bahwa kandungan di dalam gigi terdiri dari zat organik dan anorganik.
Zat organik di dalam gigi terdiri atas kolagen, mukopolisakarida, glikogen dan
kolesterol. Sedangkan, zat anorganik yang terdapat di dalam gigi antara lain kalsium,
fosfat, magnesium, sulfat, ortofosfat, klor dan besi. Kandungan anorganik di dalam
gigi yang terbanyak adalah kalsium.

Praktikum Biokimia | 19
Praktikum Biokimia | 20

Anda mungkin juga menyukai