Anda di halaman 1dari 7

PENDAHULUAN

Usaha rumput laut sekarang telah berkembang dengan pesat, hal ini disebabkan
semakin meningkatnya permintaan pasar baik domestik maupun luar negeri terutama akibat
berkembangnya industri-industri yang berbasiskan bahan baku rumput laut. Menurut Anonim
(2012), permintaan rumput laut kering secara global pada tahun 2012 mencapai 541.020 ton
rumput laut kering jenis E. cottonii dan 95.760 ton rumput laut kering jenis G. verrucosa.
Namun demikian, permasalahan akan tetap muncul baik secara teknis maupun non-teknis,
apabila upaya pengembangannya tidak didukung dengan teknologi budidaya serta
pascapanen yang sesuai dan kebijakan pemerintah yang tepat. Berdasarkan data yang ada
baik produksi maupun ekspor rumput laut, Indonesia menempati urutan kedua setelah
Filipina. Potensi pengembangan rumput laut di Indonesia mencapai 1,11 juta ha dengan
produksi diperkirakan mencapai sebesar 167.937 MT per tahun (Anonim, 2009).
Secara ekonomi rumput laut merupakan komoditas yang perlu dikembangkan karena
produk sekundernya dapat memberi manfaat yang cukup besar pada berbagai bidang industri
seperti industri farmasi (salep dan obatan-obatan), industri makanan (agar, alginate, dan
karaginan) Wang dan Chiang (1994).
Salah satu alasan rendahnya produksi rumput laut Indonesia adalah karena belum
dimanfaatkan semua potensi laut. Tercatat areal strategis yang dapat digunakan untuk
pengembangan budidaya rumput laut di seluruh Indonesia adalah 1.110.900 ha, namun baru
dimanfaatkan sekitar 222.180 ha atau 20% (Ditjenkanbud, 2005). Demikian juga sebaran
geografis lokasi pengembangan budidaya rumput laut masih terbatas pada daerah tertentu
misalnya jenis Gracilaria terdapat di Sulawesi Selatan, sedangkan untuk jenis Eucheuma
tersebar dari Pantai Barat Pulau Sumatra, Kepulauan Riau, Kepulauan Seribu, Pantai Jawa
bagian Selatan, Madura, Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur
(Suryaningrum, et al. 2000). Penurunan suatu produksi dapat disebabkan antara lain oleh
lemahnya teknologi budidaya (bibit, metode budidaya, umur panen, dan penanganan pasca
panen), dan regulasi pemerintah (penataan ruang, sumberdaya). (Carte, 1996). Pertumbuhan
dan penyebaran rumput laut sangat tergantung dari faktor-faktor oseanografi (fisika, kimia,
dan dinamika air laut), serta jenis substratnya.
Rumput laut memiliki banyak factor yang mempengaruhi social cultural selain dari
teknologi atau metode produksi dan pemanfaatannya, rumput laut itu sendiri tidak hanya
untuk di konsumsi sebagai bahan pangan tetapi juga rumput laut dapat mempengaruhi antara
lain social ekologi , social ekonomi dan penganti perilaku keseharian.
Rumput laut dewasa ini semakin luas dan beragam, karena peningkatan pengetahuan
akan komoditas tersebut. Menurut Chen & Duan (2000), rumput laut banyak digunakan
sebagai bahan makanan bagi manusia, sebagai bahan obat-obatan (anticoagulant, antibiotics,
antimehmetes, antihypertensive agent, pengurang kolesterol, dilatory agent, dan insektisida).
Rumput laut juga banyak digunakan sebagai bahan pakan organisme di laut, sebagai pupuk
tanaman dan penyubur tanah, sebagai pengemas transportasi yang sangat baik untuk lobster
dan clam hidup (khususnya dari jenis Ascophyllum dan Focus), sebagai stabilizer larutan, dan
juga kegunaan lainnya. Perkembangan produk turunan dewasa ini juga sudah banyak diolah
menjadi kertas, cat, bahan kosmetik, bahan laboratorium, pasta gigi, es krim, dan lain-lain
(Indriani & Suminarsih, 1999).
DATA JURNAL

Dari data yang di dapat dalam jurnal banyak factor yang mempengaruhi dalam segi social
culturan antara lain teknologi atau metode yang digunakan dalam budidaya rumpt laut, aspek
ekonomi, lingkungan, ekologi, dampak prilaku keseharian untuk kehidupan, dan produksi

ASPEK EKONOMI RUMPUT LAUT

Indoneisa sebagai Negara kepulauan dengan jumlah pulau yang mencapai 17.480 dan
memiliki panjang garis pantai yang mecapai 95.181 memiliki potensi yang sangat besar
dalam pengembangan budidaya peikanan pantai. Akan tetapi pada tahun 1980 1990 terlalu
terfokus pada budidaya udang. Namun pada tahun 1990an usaha budidaya udang merosot
yang disebabkan karena banyak penyakit yang berhubungan dengan kerusakan lingkungan
laut. setelah merosotnya budidaya udang berkembanglah budidaya rumput laut yang
dianggap lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan budidaya udang. Secara aspek
ekonomi rumput laut sangan menjajikan karena permintaan rumput laut sangat semakin
tinggi. Akan tetapi di Indonesia semakin tahun semakin menurun produk rumput laut banyak
aspek yang menyebabkan turunya produk rumput laut di Indonesia.

1. Aspek ekonimi dalam bentuk teknologi budidaya rumput laut di Kepulauan


Karimunjawa

Kepulauan karimunjawa adalah salah satu kepulauan di indonesia yang


membudidayakan rumput laut, hampir di pesisir pantai kepulauan karumunjawa
masyarakat membudidayakan rumput laut. Namun hasil pertumbuhan rumput laut di
kepulauan karimunjawa sangat rendah atau tergolong tidak bagus yang
mengakibatkan nilai ekonomi di kepulauan karimunjawa sayang rendah dibandingkan
dengan petani rumput laut yang lain, banyak faktor yang mengakibatkan pertumbuhan
rumput laut sangat rendah dalam dalam jurnal ini meneliti tentang analisa
pertumbuhan rumput laut. Setelah diteliti hasil rumput laut yang ada di kepulauan
karimunjawa ini pertumbuhannya sangat lamnat dan banyak penyakit yang
mengakibatkan perutumbuhan rumput laut melambat salah satunya adalah penyakit
ice-ice dan epifit dikarenakan pada saat pembudidayaan rumput laut para petani tidak
memberikan jarak antara rumput laut yang satu dengan rumput laut yang lainnya
sehingga rumput laut mudah terserang penyakit dan mengakibatkan lambatnya
pertumbuhan. Setelah mengetahui penyebab lambatnya pertumbuhan peneliti
memberikan pendidikan metode budidaya rumput laut kepada para petani di
kepulauan karmunjawa metode yang digunakan adalah Metode Lepas Dasar.

Setelah dilakukannya metode lepas dasar pada budidaya rumput laun laut dan
dianalisa pertumbuhannya selam 6 minggu oleh peneliti hasil yang di dapat sangat
memuaskan pertumbuhan lumput laut semakin meningkat dengan dilakukannya
metode ini.
METODE LEPAS DASAR

Gambar 1 . Metode lepas dasar


Data Analisa Pertumbuhan

Dari data analisa pertumbuhan rumput laut dengan metode lepas dasar hasil
pertumbuhan sangat bagus dari minggu ke minggu dan mendapatkan hasil rumput laut yang
baik, dan petani rumput laut di kepulauan karimunjawa nilai ekonomi semakin baik setelah
dilakukannya metode tersebut di karenakan pertumbuhan dan produk rumput laut yang sangat
baik dan nilai jual rumput laut yang cukup tinggi.

Menurut (Stephanie Degenhardt, 2015) rumput laut memiliki dampak sosial ekonomi
dan ekologi pada masyarakat sekitar, dia melakukan penelitian dimulai dari sejarah
perekonomian rumput laut khususnya di Tanzania, Zanzibar dan unguja hingga
perkembangan perekonomian rumput laut 2015, di awal perkembangan rumput laut pada
tahun 1989 rumput laut di Tanzania,Zanzibar dan ungaja memiliki banyak ide mengenai
budidaya rumput laut, banyaknya varian yang ditemukan dan permintaan pasar yang
meningkat, selanjutnya mulainya ekploitasi besar besaran tetapi dipengujung tahun rumput
laut mengalami penurunan. Stephanie melakukan berbagai wawancara para petani rumput
laut aktif dan non aktif meraka mengatakan bahwa petani hanya bertani selama jam-jam
tertentu dan hari-hari tertentu selama musim semi rendah periode pasang untuk lebih
jelasnya dia memasukkan wawancara dari berbagai petani, Beberapa wawancara yang telah
dilakukan mengenai rumput laut para petani menjelaskan terjadi rendahnya mintat konsumen
terhadap rumput laut dan harga yang rendah didalam pasar selain itu sering terjadi gangguan
yang disebabkan banyaknya turis yang datang berkunjung ke pantai. Stephanie kemudian
mengambil sampel dari para petani ini yang selanjutnya diteliti dengan membudidayakannya
kembali dengan tujuan yaitu menganalilis laju pertumbuhan rumput laut. Hasil dari sampel,
banyak rumput laut mengalami banyak gangguan dalam laju pertumbuhan rumput laut. Hal
ini banyak berdampak pada para petani yang menyebabkan rendahnya nilai jual rumput laut
lalu dalam sampel ditemukan bahwa adanya rumput laut yang di budidaya terserang penyakit
ice-ice. Penyakit dalam rumput laut itu sendiri, disebabkan banyak faktor seperti kondisi air,
kedalaman air , suhu , dan kondisi cuaca, penelitian ini dilakukan selama semua hari musim
semi surut, dari awal sampai akhir. Sebelum terserangnya banyak penyakit rumput laut di
tanzania, zanibar, unguja berlangsung sanggat baik dengan metode Off-bottom hal itu
dikaerakan para petani ini di latih awal tentang membudidayakan rumput laut oleh sebuah
perusahaan tetapi tidak berlangsung hingga proses akhir, perusahaan ini juga awalnya
memberikan bibit secara gratis tetapi di hentikannya kaerna mengurangi biaya penjualan
hingga akhirnya rumput laut tidak dapat berkembang biak secara normal selanjutnya
banyaknya turis yang berkunjung ke pantai yang menggusur para petani untuk
membudidayakan rumput laut sehingga produksinya pun mengurang padahal banyak dari
penduduk sekitas hanya mempunyai mata pencaharian dai rumput laut.
Gambar 2.1 siklus adaptif dari

Dari penelitian selanjutnya yaitu (Henrikke ijord Haugan, 2016) menunjukan


bahwa rumput laut itu dapat digunakan sebagai diet Nordic , penelitian ini memperkenalkan
rumput laut memiliki banyak keuntungan seperti bidang kesehatan, ekonomi, rasa, dan
perilaku konsumsi sabagai bagian dari diet Nordic karena rumput laut ini dapat menjadi
sumber nutrisi alternatif. Penelitian ini huga dilakukan dengan cara mengganti perilaku
konsumen dari memakan daging digantikan dengan rumput laut. Dari penelitian yang telah
dilakukan dengan para penduduk sekitar menunjukan hasil bahwa banyak orang yang
menyukai rumput laut sebagai makanan penggati daging yang tentunya dengan cara memasak
rumput laut dengan resep yang telah disediakan. Tetapi hal ini tidak bisa langsung merubah
perilaku untuk mengkonsumsi daging digantikan dengan mengkonsumsi rumput laut,
tentunya banyak perusahaan atau bisnis daging tidak setuju dengan penhubahan perilaku
mengkonsumsi rumput laut karena akan merugikan mereka. Terlepas dari itu rumput laut bisa
membantu dalam menggubah perilaku kita selangkah lebih dekat untuk dapat memanfaatkan
sumber daya alam

Anda mungkin juga menyukai