Anda di halaman 1dari 3

Anak durhaka dan anak berbakti

Pernah hidup seorang ayah bernama Gatot dengan dua orang anak laki-lakinya, sang ayah adalah
seorang saudagar kaya yang memiliki harta yang berlimpah. Anaknya yang pertama bernama Sugeng,
dia terkenal sebagai orang yang memiliki banyak teman. Namun, kebanyakan dari temannya adalah
orang berwatak jahat dan licik, dengan pergaulan yang cenderung ke arah negatif. Berbeda jauh
dengan Dana, anak keduanya. Dana juga memiliki banyak teman, yang kebanyakan merupakan
orang yang berwatak baik, dermawan dan suka menolong. Hingga suatu ketika:

Ayah : Hai, anakku. Kemarilah!

Anak : Baik ayah, ada apa?

Ayah : Aku akan memberimu sebuah tugas, setiap dari kalian harus menuju ke tempat yang aku
tunjukkan, lalu bawakan aku oleh-oleh dari sana.

Anak : Baik ayah!

Lalu pergilah mereka berdua ke tempat yang ditunjuk oleh ayah mereka. Dengan modal yang
diberikan, mereka berusaha untuk membawakan oleh-oleh terbaik untuk sang ayah. Namun...

Anak 1 : Wah, jarang-jarang nih ada tempat nongkrong begini. Nongkrong dulu ah..

Diperjalanannya, anak pertama sudah hampir menghabiskan seluruh uangnya karena berfoya-foya.
Sebelum akhirnya ia sadar, uang yang dimilikinya hanya cukup untuk perjalanan pulang. Sementara
anak kedua..

Anak 2 : Hmm... Ada ribut2 apa disana?

(Menghampiri)

Anak 2 : Maaf, ada apa ya?

Petani : begini, sudah dua bulan air sungai mengering, kalau begini terus kami bisa gagal panen.

Anak 2 : bagaimana kalau kita buat saluran dari gunung itu, disana pasti ada air.

Petani : benar juga ya, baiklah!

Anak ke dua menggunakan hampir seluruh uangnya selama perjalanan untuk membantu
membuatkan aliran air untuk petani, hingga uangnya hanya cukup untuk perjalanan pulang.

(Kembali ke rumah)

Ayah : Mana oleh2 yang aku minta?

Anak1 : Ini ayah, aku bawa guci spesial dari daerah tersebut.

Ayah : wah, indah sekali. Kalau kamu?

Anak2 : maaf ayah, aku tidak bisa memberimu apa2.


Ayah : kenapa?

Anak2 : di perjalanan aku menggunakan hampir seluruh uangku untuk membantu membuat
saluran air bagi petani. Hingga uangku hanya cukup untuk perjalanan pulang.

Ayah : Hmm.. begitukah?

Anak2 : iya ayah.

Sang ayah tidak pernah bertanya lagi, sampai suatu ketika terjadi perseteruan antara petani dan
pengembala. Mereka lalu mendatangi Pak Gatot yang dianggap sebagai orang penting di desa.

Pet-Nak : Bapak Gatot!

Ayah : iya ada apa?

Pet-Nak : kami ingin meminta pendapat bapak tentang masalah kami.

Ayah : boleh, silahkan..

Petani : Begini Pak, kemarin sore sewaktu saya ke ladang, saya menemukan kambing peternak
merusak sawah saya. Lalu saya mencari si peternak dan menemuinya tertidur di bawah pohon.
Waktu saya minta ganti rugi, dia tidak mau bayar.

Peternak : memang benar pak, saya tertidur. Itu karena siang itu sangat terik, karena itu saya
berlindung di bawah pohon. Saya tidak mau bayar karena ia meminta setara dengan hasil panen satu
ladang, sedangkan yang rusak hanya sebagian kecil.

Anak1 : tidak bisa! karena kelalaianmu, petani ini merugi. Kau harus menggantinya.

(Peternak menunduk)

Ayah : Hmm.. benar juga, kalau begitu kau harus mengganti sesuai permintaannya!

Anak2 : maaf ayah, tapi sepertinya itu kurang adil.

Ayah : bagaimana pendapatmu?

Anak2 : maaf ayah, tidur bukanlah suatu kejahatan. Tapi karena tidurnya menimbulkan kerugian,
maka disebut lalai. Menurutku, petani juga teledor karena tidak memberi pagar sawahnya untuk
mencegah binatang pengganggu. Jadi, menurut saya lebih baik kalau mereka bertukar pekerjaan
selama satu tahun.

Sang ayah terpukau mendengar keputusan yang dibuat oleh anak keduanya, Dana. Hingga suatu
ketika ia jatuh sakit.

Ayah : hari ini mungkin akan menjadi hari terakhirku, maka aku berikan sebagian besar hartaku
untuk Dana, karena aku yakin ia bisa mengelolanya.

Anak1 : itu tidak adil, ayah! Kenapa kau berikan sebagian besar padanya?!
Ayah : ingat saat aku memerintahkan kalian untuk pergi ke suatu daerah? Saat itu aku juga
memerintahkan beberapa orang untuk mengawasi kalian. Dari situlah aku bisa membuat keputusan
ini.

Sugeng terdiam, tidak disangka kalau ayahnya tetap mengawasi mereka saat diperjalanan. Namun ia
tidak terima dengan keputusan ayahnya. Tak berapa lama ayahnya meninggal dunia, dan Sugeng
berencana untuk merebut harta ayahnya dari adiknya, Dana.

Sugeng : terima kasih sudah berkumpul disini, kalian pasti sudah tau kenapa aku minta kalian
berkumpul.

Assasin : hmm..

Sugeng : baiklah, minggu depan kita harus melakukan seluruh rencana yang tertulis disini.
Dengan begitu, seluruh kekayaan ayah akan jadi milikku. Dan kalian bisa mendapat bagian semau
kalian.

Saat yang ditunggu itu tiba, dengan persiapan yang lengkap. Mereka memulai aksinya. Namun
semua tidak berjalan lancar. Dana mendapat kabar dari salah satu temannya kalau ia akan dibunuh
oleh saudaranya. Dari info tersebut, ia juga mulai menyiapkan rencana untuk menyadarkan sang
kakak.

Sugeng dan kawanannya mendobrak pintu rumah dan langsung mencari si Dana, sampai di suatu
kamar yang belum diperiksa.

Sugeng-dkk: pasti dia disini. Loh kok kosong?

Disaat yang sama muncul sang adik dengan beberapa polisi berbaju preman.

Anak2 : Maaf kak, aku sebenarnya juga tidak mau. Tapi ini keputusan ayah, yang dibuat
berdasarkan sikap kita berdua.

Anak1 : tidak, bagaimana pun ini tetap tidak adil!

Anak2 : padahal aku sudah menyiapkan semua bagian yang harusnya menjadi punyamu. tapi
karena sikapmu ini... pak, silahkan (memerintah polisi untuk menangkapnya).

Anda mungkin juga menyukai