KONSEP MEDIS
1. PENGERTIAN
Tulang Belakang (vertebrae) adalah tulang yang memanjang dari leher sampai
ke selangkangan. Tulang vertebrae terdri dari 33 tulang: 7 buah tulang servikal,
12 buah tulang torakal, 5 buah tulang lumbal, 5 buah tulang sacral. Diskus
intervertebrale merupakan penghubung antara dua korpus vertebrae. Sistem
otot ligamentum membentuk jajaran barisan (aligment) tulang belakang dan
memungkinkan mobilitas vertebrae. Di dalam susunan tulang tersebut terangkai
pula rangkaian syaraf-syaraf, yang bila terjadi cedera di tulang belakang maka
akan mempengaruhi syaraf-syaraf tersebut (Mansjoer, Arif, et al. 2000).
2. ETIOLOGI
a. Fraktur patologis fraktur yang diakibatkan oleh trauma minimal atau tanpa
trauma berupa yang disebabkan oleh suatu proses., yaitu : Osteoporosis
Imperfekta, Osteoporosis dan Penyakit metabolik
b. Trauma
Trauma tak langsung, yaitu titik tumpuan benturan dan fraktur berjauhan,
misalnya jatuh terpeleset di kamar mandi pada orangtua.
3. PATOFISIOLOGI
Blok syaraf pernapasan respon nyeri hebat dan akut anestesi Iskemia dan
hipoksemia syok spinal gangguan fungsi rektum,kandung kemih, gangguan
rasa nyaman nyeri dan potensial komplikasi Hipotensi, bradikardia gangguan
eliminasi.
4. MANIFESTASI KLINIS
Disfungsi neurologis akibat DAO bisa dibagi kedalam lesi yang mengenai batang
otak, saraf kranial, kord spinal atas, dan akar saraf spinal. Banyak pasien yang
disertai cedera kepala hingga memperrumit gambaran neurologis.
Cedera batang otak walau sering pada DAO, tidak selalu tampil lengkap. Postur
deserebrasi atau adanya kehilangan fungsi batang otak lengkap mungkin
tampak, walau sulit untuk memastikan apakah seluruhnya akibat DAO pada
pasien yang disertai cedera kepala. Kerusakan piramidal diskreta mungkin
mengakibatkan paraparesis. Ketidakstabilan kardiopulmoner berakibat
bradikardia, respirasi yang irreguler, atau bahkan apnea dapat terjadi setelah
kerusakan batang otak. Kerusakan batang otak berat paling mungkin sebagai
penyebab kematian yang tinggi. Dislokasi kranioservikal mungkin berakibat
avulsi atau peregangan saraf kranial bawah. Saraf kranial keenam, sembilan
hingga duabelas, adalah yang terutama berrisiko.
Etiologi sebenarnya disfungsi saraf keenam sulit dipastikan pada pasien yang
disertai cedera kepala. Hipertensi berat mungkin timbul bila kedua sinus karotid
mengalami denervasi setelah cedera saraf kesembilan. Gangguan fungsi kord
spinal atas berakibat kuadri- plegia, walaupun hemiparesis lebih sering terjadi
pada pasien dengan DAO (setiap disfungsi motori mungkin juga menunjukkan
cedera batang otak).
DAO traumatika mungkin juga disertai cedera akar servikal. Cedera unilateral
multipel pada akar servikal bisa menyerupai lesi pleksus brakhial. Sebagai
tambahan atas kerusakan neural langsung, cedera arteria vertebral mungkin
menyebabkan iskemia atau disfungsi neural. DAO berhubungan dengan
kompresi, robekan intimal, spasme, dan trombosis pembuluh ini. Beberapa
pasien dengan DAO bisa dengan defisit yang timbul tidak sejak awal. Ini mungkin
karena trauma tambahan terhadap sistema saraf (sekunder terhadap pergerakan
pada tulang belakang yang tak stabil) atau terhadap masalah lain seperti
iskemia akibat emboli atau trombosis pembuluh yang rusak. Pasien DAO sering
dengan cedera berganda dan karenanya harus dinilai secara lengkap atas cedera
lainnya.
5. KOMPLIKASI
c. Non union adalah jika tulang tidak menyambung dalam waktu 20 minggu.
Hal ini diakibatkan oleh reduksi yang kurang memadai.
f. Emboli lemak.
g. Saat fraktur, globula lemak masuk ke dalam darah karena tekanan sumsum
tulang lebih tinggi dari tekanan kapiler. Globula lemak akan bergabung dengan
trombosit dan membentuk emboli yang kemudian menyumbat pembuluh darah
kecil, yang memasok ke otak, paru, ginjal, dan organ lain.
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Sinar x spinal : menentukan lokasi dan jenis cedera tulang (fraktur atau
dislok)
7. PENATALAKSANAAN MEDIS
Perawatan:
Tidur telentang alas yang keras, posisi diubah tiap 2 jam mencegah dekubitus,
terutama simple kompressi.
2) Operatif
Pada fraktur tak stabil terdapat kontroversi antara konservatif dan operatif. Jika
dilakukan operasi harus dalam waktu 6-12 jam pertama dengan cara:
Laminektomi
Pada status urologis dinilai tipe kerusakan sarafnya apakah supra nuldear (reflek
bladder) dan infra nuklear (paralitik bladder) atau campuran. Pada fase akut
dipasang keteter dan kemudian secepatnya dilakukan bladder training dengan
cara penderita disuruh minum segelas air tiap jam sehingga buli-buli berisi tetapi
masih kurang 400 cc. Diharapkan dengan cara ini tidak terjadi pengkerutan buli-
buli dan reflek detrusor dapat kembali.
8. WOC/PATHWAY
B. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajin
d. Integritas ego : menyangkal, tidak percaya, sedih dan marah, takut cemas,
gelisah dan menarik diri
2. Diagnosa
Adapun diagnosa yang yang mungkin kita angkat dan menjadi perhatian pada
fraktur servikal, diantaranya :
3. Intervensi
Dx Intervensi Rasional
Kriteria hasil : tidak ada kontrakstur, kekuatan otot meningkat, pasien mampu
beraktifitas kembali secara bertahap.
Dx Intervensi Rasional
Dx Intervensi Rasional
Dx Intervensi Rasional
Kriteria hasil : produksi urine 50 cc/jam, keluhan eliminasi uirine tidak ada
Dx Intervensi Rasional
4. Implementasi