PENDAHULUAN
Pada ekosistem sawah juga terdapat penyebaran pestisida, yang dilakukan oleh
para petani.
1. Pembasmi hama atau pestisida adalah bahan yang digunakan untuk
mengendalikan, menolak, memikat, atau membasmi organisme pengganggu. Nama
ini berasal dari pest (hama) yang diberi akhiran -cide (pembasmi). Sasarannya
bermacam-macam, seperti serangga, tikus, gulma, burung, mamalia, ikan, atau
mikrobia yang dianggap mengganggu. Pestisida biasanya beracun. Dalam bahasa
sehari-hari, pestisida seringkali disebut sebagai racun.Pestisida adalah substansi
kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang digunakan untuk
mengendalikan berbagai hama. Yang dimaksud hama di sini adalah sangat luas,
yaitu serangga, tungau, tumbuhan pengganggu, penyakit tanaman yang disebabkan
oleh fungi (jamur), bakteria dan virus, kemudian nematoda (bentuknya seperti cacing
dengan ukuran mikroskopis), siput, tikus, burung dan hewan lain yang dianggap
merugikan.Pestisida adalah bahan-bahan kimia yang tidak terlepas dari
penggunaannya untuk mengendalikan hama dan jasad pengganggu lainnya.
Pestisida tidak saja membawa dampak yang positif terhadap peningkatan produk
pertanian, tapi juga membawa dampak negatif terhadap lingkungan di sekitarnya,
(Diana, 2000).Pestisida juga diartikan sebagai substansi kimia dan bahan lain yang
mengatur dan atau menstimulir pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian tanaman.
Sesuai konsep Pengendalian Hama Terpadu (PHT), penggunaan pestisida ditujukan
bukan untuk memberantas atau membunuh hama, namun lebih dititiberatkan untuk
mengendalikan hama sedemikian rupa hingga berada dibawah batas ambang
ekonomi atau ambang kendali.
2. Penggolongan pestisida menurut jasad sasaran
o Insektisida, racun serangga (insekta)
o Fungisida, racun cendawan / jamur
o Herbisida, racun gulma / tumbuhan pengganggu
o Akarisida, racun tungau dan caplak (Acarina)
o Rodentisida, racun binatang pengerat (tikus dsb.)
Nematisida, racun nematoda, dst.
Ayam dan cacing tanah memiliki hubungan timbal balik, yaitu simbiosis
parasitisme. Karena ayam memakan cacing yang berperan untuk menyuburkan
tanah.
Tumbuhan air dan air memiliki hubungan timbal balik simbiosis komensalisme.
Karena tumbuhan air ini hanya menumpang di air, dan tidak merugikan air.
Jamur dan bekas padi yang sudah dibakar memiliki hubungan timbal balik
yaitu simbiosis mutualisme karena jamur berperan sebagai pengurai dari padi yang
telah dibakar tersebut. Dan jamur mendapat tempat tinggal di lahan sawah tersebut.
2. Karena jamur merupakan tumbuhan saprofit atau tumbuhan yang hidup di tempat
yang lembab, dan jamur juga dapat membantu penguraian padi tersebut.
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Setiap organisme tersebut tidak dapat hidup sendiri dan selalu bergantung
pada organisme lain dan lingkungannya. Saling ketergantungan ini akan membentuk
suatu pola interaksi. Pola interaksi ini terjadi antara komponen biotik dengan
komponen abiotik dan antara komponen biotik dan biotik.
Interaksi antara makhluk hidup yang lain dapat terjadi melalui rangkaian
peristiwa makan dan dimakan (rantai makanan, jaring makanan dan piramida
makanan), maupun melalui bentuk hidup bersama, yaitu simbiosis.
Dengan adanya pestisida, tumbuhan padi tersebut terhindar dari serangan
hama. Namun penggunaanya harus sesuai dengan takarannya sendiri-sendiri. Jika
tidak sesuai dengan takarannya berakibat menurunkan kualitas dari padi tersebut.
B. SARAN
Sebaiknya kita sebagai warga yang tinggal disekitar daerah tersebut harus
menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat. Dengan adanya sampah di sawah
pada gambar tersebut, kami menyarankan agar tidak membuang sampah
sembarangan demi kelangsungan hidup organisme biotik maupun abiotik.