Anda di halaman 1dari 7

UAS KESPRO GENDER

OLEH

AINIL MASTURA

NIM. 1504206

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

SUMATERA UTARA

TAHUN 2017
UAS KESPRO GENDER

Gender adalah suatu konsep budaya yang berupaya untuk membuat perbedaan antara
laki-laki dan perempuan dalam hal peran, perilaku, mentalitas dan karakteristik emosional.
Gender adalah peran dan kedudukan seseorang yang dikonstruksikan oleh budaya
karena seseorang lahir sebagai perempuan atau lahir sebagai laki-laki.
Contoh :Sudah menjadi pemahaman bahwa laki-laki itu akan menjadi kepala keluarga,
pencari nafkah, menjadi orang yang menentukan bagi perempuan. Seseorang yang lahir
sebagai perempuan, akan menjadi ibu rumah tangga, sebagai istri, sebagai orang yang
dilindungi, orang yang lemah, irasional, dan emosional.
Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan kesehatan yang sempurna baik secara
fisik, mental, dan sosial dan bukan semata-mata terbebas dari penyakit atau kecacatan dalam
segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya.
1. Bias Gender
Bias Gender keadaan yang menunjukkan sikap berpihak lebih pada laki-laki dari pada
wanita. Misanya : hukum yang lebih memihak laki-laki sehingga selalu merugikan
wanita. Contoh : kasus aborsi ilegal pihak waita mengalami hukuman karena tindakan
aborsinya sementara laki-laki terbebaskan. Bentuk bias gender adalah adanya
ketidakadilan gender dan ketidaksetaraan gender (Saroha, 2009).
2. Kesenjangan Gender
Kesenjangan gender merupakan kondisi yang tidak setara antara laki-laki dan
perempuan dalam kehidupan berkeluarga bermasyarakat serta berbangsa dan
bernegara. Kesenjangan gender terjadi karena adanya sub ordinasi kekuasaan yang
satu lebih tinggi atau lebih penting dibandingkan yang lain, antara laki-laki maupun
perempuan. Untuk mengatasi terjadinya kesenjangan gender di masyarakat maka
pemerintah mempunyai program pembangunan pemberdayaan perempuan. Hal ini
dilakukan karena pada kenyataannya perempuan lebih tertinggal dari laki-laki.
3. Keadilan Gender

Keadilan gender adalah suatu proses dan perlakuan adil terhadap perempuan dan laki-
laki. Dengan keadilan gender berarti tidak ada pembakuan peran, beban ganda,
subordinasi, marginalisasi dan kekerasan terhadap perempuan maupun laki-laki.

Terwujudnya kesetaran dan keadilan gender ditandai dengan tidak adanya


diskriminasi antara perempuan dan laki-laki, dan dengan demikian mereka memiliki
akses, kesempatan berpartisipasi, dan kontrol atas pembangunan serta memperoleh
manfaat yang setara dan adil dari pembangunan.

Memiliki akses dan partisipasi berarti memiliki peluang atau kesempatan untuk
menggunakan sumber daya dan memiliki wewenang untuk mengambil keputusan
terhadap cara penggunaan dan hasil sumber daya tersebut. Memiliki kontrol berarti
memiliki kewenangan penuh untuk mengambil keputusan atas penggunaan dan hasil
sumber daya. Sehingga memperoleh manfaat yang sama dari pembangunan.

4. Patriarkhi
Patriarki adalah sebuah sistem sosial yang menempatkan laki-laki sebagai sosok
otoritas utama yang sentral dalam organisasi sosial. [1] Ayah memiliki otoritas terhadap
perempuan, anak-anak dan harta benda. Secara tersirat sistem ini melembagakan
pemerintahan dan hak istimewa laki-laki dan menuntut subordinasi perempuan.
Kebanyakan sistem patriarki juga adalah patrilineal. Patriarki adalah konsep yang
digunakan dalam ilmu-ilmu sosial, terutama dalam antropologi dan studi referensi
feministas.Hace ke Distribusi kekuasaan antara laki-laki dan perempuan di mana laki-
laki memiliki keunggulan dalam satu atau lebih aspek, seperti penentuan garis
keturunan (keturunan patrilineal eksklusif dan membawa nama belakang), hak-hak
anak sulung, otonomi pribadi dalam hubungan sosial, partisipasi dalam status publik
dan politik atau agama atau atribusi dari berbagai pekerjaan pria dan wanita
ditentukan oleh pembagian kerja secara seksual.
5. Budaya Patriarki
Budaya patriarki merupakan budaya dimana lelaki mempunyai kedudukan lebih
tinggi dari wanita. Dalam budaya ini, ada perbedaan yang jelas mengenai tugas dan
peranan wanita dan lelaki dalam kehidupan bermasyarakat, khususnya dalam
keluarga.

Laki-laki sebagai pemimpin atau kepala keluarga memiliki otoritas yang meliputi
kontrol terhadap sumber daya ekonomi, dan suatu pembagian kerja secara seksual
dalam keluarga. hal ini menyebabkan wanita memiliki akses yang lebih sedikit di
sektor publik dibandingkan lelaki.

Patriarki adalah istilah yang dipakai untuk menggambarkan sistem sosial di mana
kaum laki-laki sebagai suatu kelompok mengendalikan kekuasaan atas kaum
perempuan.

Islam bukan agama patriarki. Islam tidak mengajarkan bahwa kedudukan wanita
berada di bawah seorang pria. Islam mengajarkan bahwa seorang wanita ketika
menikah maka tanggung jawab atas dirinya berada di diri laki-laki yang menjadi
suaminya. Hadist menunjukan bahwa Islam memberikan penghormatan yang besar
terhadap wanita, karena sebaik-baiknya pria Muslim adalah yang berbuat baik kepada
istrinya. Islam memberikan kehormatan yang tinggi bagi para muslimah. Tidak ada
kewajiban bagi mereka untuk mencari nafkah. Bukannya menggambarkan wanita
sebagai orang yang lemah dan tukang membebani laki-laki, tapi ini adalah
penghormatan Islam kepada wanita sehubungan dengan tugas mereka yang amat vital
di dalam rumah keluarganya.

6. Pengarus Utama Gender


Pengarusutamaan gender atau disingkat PUG adalah strategi yang dilakukan secara
rasional dan sistimatis untuk mencapai dan mewujudkan kesetaraan dan
keadilan gender dalam sejumlah aspek kehidupan manusia (rumah tangga,
masyarakat dan negara), melalui kebijakan dan program yang memperhatikan
pengalaman, aspirasi, kebutuhan dan permasalahan perempuan dan laki-laki ke dalam
perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi dari seluruh kebijakan dan
program diberbagai bidang kehidupan dan pembangunan.

7. Buta Gender
Buta Gender adalah Kondisi sesorang yang tidak memahami tentang pengertian,
konsep gender, dan permasalahan gender (ada keptingan laki-laki dan perempuan).
Asumsinya adalah latar belakang atau kebutuhan dan kepentingan laki-laki dan
perempuan itu sama. Asumsi ini justru mendukung ketimpangan gender dan tetap
mempertahankan ketidaksetaraan gender dan kelompok perempuan tetap menjadi
kelompok marjinal.
8. Diskriminasi Gender
Diskriminasi Gender yaitu suatu tindakan, prilaku atau anggapan yang tidak
seharusnya dilakukan oleh seorang individu maupun kelompok terhadap individu atau
kelompok lain. Diskriminasi merupakan suatu tindakan yang dapat merampas hak
orang lain termasuk hak seorang perempuan maupun laki-laki.
Maka dapat diartikan bahwa diskriminasi gender merupakan suatu tindakan atau
anggapan yang dilakukan terhadap diri seseorang yang berakibatkan terampasnya
hak-hak seseorang dalam kehidupannya. Hak tersebut diantaranya :
a. Hak untuk hidup tenang dan tentram sesuai yang d harapkan
b. Hak untuk mendapatkan kelayakan hidup
c. Hak untuk mendapat pekerjaan
d. Hak untuk mendapat pendidikan
e. Hak untuk mendapatkan kesehatan, dll

9. Kesedaran Gender
Kesedaran Gender Adalah kemampuan untuk mengenali kesenjangan hubungan
kekuasaan antara perempuan dan laki-laki di dalam keluarga dan di dalam komunitas;
dampak pembagian kerja berdasarkan gender terhadap perempuan dan laki-laki;
bahwa pengalaman, permasalahan, kebutuhan, kepentingan, aspirasi perempuan dan
laki-laki juga berbeda. Kesadaran ini membawanya kepada kepekaan gender yang
artinya selalu mempertanyakan apakah suatu kebijakan, program, proyek, kegiatan
adalah adil dan berdampak sama terhadap perempuan dan laki-laki dan hasilnya juga
sama-sama dinikmati oleh perempuan dan laki-laki.
10. Peran Gender
Terdapat dua model peran gender di dalam menjelaskan mengenai maskulintas dan
feminita, dalam kaitannya dengan laki-laki dan perempuan, yaitu modell tradisional
dan model non tradisional (Nauly, 2003).
1. Model tradisional memandang feminitas dan maskulinitas sebagai suatu
dikotomi. Model tradisional menyebutkan bahwa maskulinnitas, dan feminitas
merupakan titik-titik yang berlawanan pada sebuah kontinum yang bipolar.
Pengukuran yang ditujukan untuk melihat maskulinitas dan feminitas
menyebutkan derajat yang tinngi dari maskulin yang menunjukkan derajat
yang rendah dari feminitas, begitu juga sebaliknya, derajat yang tinggi dari
feminitas menujukkan derajat yang rendah dari maskulinitas (Nauly,2003).
Menurut pandangan model tradisional ini, penyesuaian diri yang positif
dihubungakan dengan kesesuaian antara tipe peran gender dengan gender
seseorang. Seorang pria akan memiliki penyesuaian diri yang positif jika ia
menunjukkan maskulinitas yang tinggi dan feminitas yang rendah. Dan
sebaliknya, seorang wanita yang memiliki penyesuaian diri yang positif adalah
wanita yang menunjukkan feminitas yang tinggi serta maskulinitas yang
rendah (Nauly, 2003)
Model tradisional dengan pengukuran yang bersifat bipolar ini memiliki
konsekuensi, yaitu dimana individu-individu yang memiliki ciri-ciri
maskulinitas dan feminitas yang relatuf seimbang tidak akan terukur, sehingga
menimbulkan reaksi dengan dikembangkannya model yang bersifat non
tradisional (Nauly, 2003). Model ini dapat digambarkan secara sederhana
melalui gambar di dawah ini yang menjelaskan konseptualisasi dan
maskulinitas-feminitas sebagai sebuah dimensi atau kontinum tinggal yang
memiliki yang berlawanan.
2. Sedangkan nontradisional menyatakan bahwa maskulinitaas dan feminitas
lebih sesuai dikonseptualisasikan secara terpisah, dimana masing-masing
merupakan dimensi yang independen. Model yang ini memandang feminitas
dan maskulinitas bukan merupakan sebuah dikotomi, hal ini menyebabkan
kemungkinan untuk adanya pengelompokan yang lain, yaitu androgini, yaitu
laki-laki atau perempuan yang dapat memiliki ciri-ciri maskulinitas sekaligus
ciri-ciri ferminitas. Model no tradisional ini dikembangkan sekitas tahun 1970-
an oleh sejumlah penulis (Bem, 1974) yang menyatakan bahwa maskulinitas
dan feminitas lebih sesuai dikonseptualisasikan secara terpisah, karena
masing-masing merupakan dimensi yang independen.
11. Kepekaan Gender
Suatu sikap dan perilaku yang tanggap dan peka terhadap perbedaan atau persamaan
perlakuan terhadap laki-laki & perempuan dalam berbagai bidang kehidupan,
makhluk sosial maupun warga masyarakat.
12. Kesetaraan gender
Kesamaan (equality) yaitu keadaan tanpa diskriminasi (sebagai akibat dari perbedaan
jenis kelamin) dalam memperoleh kesempatan, pembagian sumber-sumber dan hasil
pembagian serta akses terhdp pelayanan.
13. Stereotipi Gender
Pandangan yang menganggap sesuatu yang sebagai sesuai dan biasa untuk suatu jenis
kelamin (laki-laki atau perempuan). Misalnya pandangan yg menganggap sesuai
bagi laki-laki yang kerja di kantor dan wanita yang kerja di dapur.
Stereotipi Gender yang terkait dengan
perempuan : penurut, sensitive, pendiam,rapi, bersih, IRT, pengasuh anak. Stereotipi
Gender yang terkait dengan laki-laki: Agresif, emosional, berbicara
lantang, berantakan, atletis, penghasil uang.

Hal-hal yang berkaitan dengan Gender yang berpengaruh terhadap kesehatan :


1. Peran Gender
Adanya peran ganda bagi perempuan sering kali merugikan kesehatan terutama saat
menjalani kodratnya sebagai perempuan (hamil, melahirkan, menyusui), akan sangat
merugikan kesehatan bila masih harus bekerja untuk menambah penghasilan
keluarga, disamping tetap Sebagai IRT.
2. Jenis kelamin
Pola kesehatan dan penyakit pada laki-laki dan perempuan menunjukkan perbedaan
misalnya penyakit hanya menyerang perempuan (gangguan kesehatan yang berkaitan
dengan kehamilan & kanker cerviks) sementara hanya laki-laki yg menyerang kanker
prostat.
3. Kesetaraan Gender
Kodrat perempuan untuk hamil dan melahirkan menyebabkan mereka memerlukan
pelayanan kesehatan reproduksi yang berbeda (dibanding laki-laki)baik dalam
keadaan sakit maupun sehat.
4. Jenis kelamin dan peran gender
Dalam kehidupan sosial, ekonomi dan budaya,jenis kelamin dan peran Genderdapat
meningkatkan risiko terhadap terjadinya beberapa penyakit. Contoh: dalamkasus HIV
/AIDS dengan peran Gender laki-laki yg bekerja diluar rumah, dan jika laki-
laki mempunyai perilaku seks risti maka seorang istri yang tidakmempunyai peri laku
seks risti dapat tertular HIV/AIDS.
5. Bias Gender dan patriarkhi
Umumnya pelaku kekerasan dalam RT adalah laki-laki, yang merefleksikan Bias
Gender dan Patriarkhi berupa keinginan utk menunjukkan maskulinitas, dominasi,
serta memaksakan kekuasaan dan kendalinya terhadap perempuan.

Anda mungkin juga menyukai