Disusun Oleh :
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang karena anugerah dari-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah ini. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada
junjungan besar kita, yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukkan kepada kita jalan
yang lurus berupa ajaran agama Islam yang sempurna dan menjadi anugerah serta rahmat
bagi seluruh alam semesta.
Penulis sangat bersyukur karena telah menyelesaikan makalah yang menjadi tugas mata
kuliah AIK II dengan judul Memahami dan Mengamalkan Haji.. Disamping itu, kami
mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Sulaiman selaku dosen mata kuliah
psikososial dan budaya dalam keperawatan yang telah membantu kami selama pembuatan
makalah ini berlangsung sehingga terealisasikanlah makalah ini.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini bisa bermanfaat dan jangan
lupa ajukan kritik dan saran terhadap makalah ini agar kedepannya bisa diperbaiki.
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.............................................................................................i
KATA PENGANTAR...........................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
1.2 Tujuan.......................................................................................................2
BAB IV KESIMPULAN....................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN TEORI
b. Menurut Syara
Allah SWT telah menjadikan suatu tempat yang dituju manusia setiap tahun. Allah
SWT berfirman dalam surat Al-Baqoroh ayat:125 yang berbunyi:
Artinya : Dan (ingatlah), ketika Kami menjadikan rumah itu (Baitullah) tempat berkumpul
bagi manusia dan tempat yang aman. (Q.S.Al-Baqoroh:125)
Di kalangan ulama fiqih mendefinisikan haji menurut syara adalah:
1. Menurut Abi al-Syuja didalam kitabnya Syarah Fath al-Qorib disebutkan
bahwa haji adalah:
menuju ke Baitul Haram untuk ibadah.
2. Menurut prof. K.H. Ali Yafie bahwa haji adalah ibadah yang sangat mulia sekaligus ibadah
yang sangat berat.
3. Menurut Sayyid Sabiq didalam kitabnya ialah:
11
Mengujungi mekkah untuk mengerjakan ibadah thawaf, sai, wukuf di
arafah, dan melakukan ibadah-ibadah lain untuk memenuhi perintah Allah
dengan mengharap keridhannya.
4. Menurut Wabah az-Zuhaily dalam kitabnya bahwa haji adalah:
12
Sengaja mengunjungi kabah, untuk menunaikan amal ibadah tertentu,
atau (dengan kata lain) mengunjungi tempat tertentu, pada masa
tertentu, dengan perbuatan (amal) tertentu.
Dari keterangan diatas, definisi haji menurut syara disimpulkan mengunjungi tempat dimana
kabah sebagai Baitullah berada untuk niat nusuk (Ibadah) dengan cara melaksanakan
rangkian perbuatan yakni: ihram, wukuf, thowaf, sai serta rangkian lainya, sehingga
sempurnalah segala rukun dan wajib haji. Dalam rangkian haji tersebut berkaitan denga
waktu tertentu, tempat tertentu, dan syarat-syarat tertentu juga. Sehingga sesuatu yang
dikerjakan diluar ketentuan-ketentuan diatas tidak dapat dinamakan ibadah haji.
Impian terbesar seluruh jamaah haji adalah ibadahnya diterima oleh Allah dan hajinya
menjadi haji yang mabrur. Meraih haji mabrur harus Anda perjuangkan. Karena balasan
haji mabrur adalah surga dambaan setiap umat Islam
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ahu bahwasanya Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam
bersabda : Umroh ke umroh berikutnya merupakan pelebur dosa antara keduanya, dan tiada
balasan bagi haji mabrur melainkan surga [HR Bukhari : 1683, Muslim : 1349]
1. Ikhlas.
Seorang hanya mengharap pahala Allah, bukan untuk pamer, kebanggaan, atau agar
dipanggil pak haji atau bu haji oleh masyarakat.
Artinya : Mereka tidak disuruh kecuali supaya beribadah kepada Allah dengan penuh
keikhlasan [Al-Bayyinnah : 5]
Dia berhaji sesuai dengan tata cara haji yang dipraktekkan oleh Nabi Shallallahu
alaihi wa sallam dan menjauhi pekara-perkara bidah dalam haji. Beliau Shallallahu
alaihi wa sallam bersabda.
Artinya : Sesungguhnya Allah itu baik, Dia tidak menerima kecuali dari yang baik
[HR Muslim : 1015]
Artinya : Barangsiapa menetapkan niatnya untuk haji di bulan itu maka tidak boleh
rafats (berkata-kata tidak senonoh), berbuat fasik, dan berbantah-bantahan pada masa
haji..[Al-Baqarah : 197]
5. Berakhlak baik antar sesama, tawadhu dalam bergaul, dan suka membantu
kebutuhan saudara lainnya.
Alangkah bagusnya ucapan Ibnul Abdil Barr rahimahullah dalam At-Tamhid (22/39) :
Adapun haji mabrur, yaitu haji yang tiada riya dan sumah di dalamnya, tiada
kefasikan, dan dari harta yang halal [Lathoiful Maarif Ibnu Rajab hal. 410-419,
Masail Yaktsuru Sual Anha Abdullah bin Sholih Al-Fauzan : 12-13]
2. Meningkatkan kedisiplinan.
Umar bin Abdul Aziz rahimahullah berkata: [Kematian ini menahan penduduk
dunia dari kenikmatan dunia dan perhiasaannya yang mereka nikmati, sehingga
tatkala mereka dalam keadaan seperti itu kematian datang menjemputnya, maka
celaka dan merugilah orang yang tidak takut mati dan tidak mengingatnya di saat
senang sehingga dapat memberikan kebaikan yang akan didapatinya setelah ia
meninggalkan dunia dan para penghuninya].
Setelah berhaji kita harus sabar dalam ketaatan ketika meneruskan perjalanan
hidup dan bersabar pula dalam meninggalkan maksiat, karena sesungguhnya
bersabar dalam melaksanakan ibadah dan meninggalkan maksiat merupakan
tingkatan sabar yang tertinggi. Sesungguhnya kesudahan bagi orang-orang yang
bersabar adalah surga:
Berkumpulnya ummat Islam dari seluruh dunia pada satu saat di satu tempat
menumbuhkan jiwa solidaritas & kebersamaan. Kita akan bertemu dengan saudara
Muslim dari seluruh dunia dalam kesederhanaan dan keberagaman. Kapan lagi
bertemu dengan Muslim dari Kosovo, Uzbekistan, Kazakhstan, Mali, Nigeria,
Bosnia Herzegovina, Turki, Kirgistan, China, India, Pakistan, Bangladesh,
Afganistan. Walaupun ada perbedaan dalam tata cara ibadah, namun tidak
membuat ikatan persaudaraan sesama muslim menjadi terhambat.
Haji adalah ibadah yang sangat monumental dalam kehidupan seorang muslim.
Bahkan dalam literatur Islam disebut dengan ibadah paripurna atau puncak pencapaian
spiritual manusia. Sebab, ibadah haji melibatkan semua aspek, mulai dari materi, fisik
maupun psikis. Kolaborasi ketiga hal ini menjadi prasyarat penting bagi muslim yang ingin
menunaikan haji ke Baitullah.
Ali Syariati dalam bukunya Hajj: Reflection on its Rituals memberikan refleksi bahwa
haji adalah sebuah simbol. Semakin dalam engkau menyelami lautan ini, semakin jauh
engkau dari tepiannya. Haji adalah samudera tak bertepi. Artinya, haji sarat dengan makna
spiritual yang mendalam di balik ritualsimbolnya.
Pertama, thawaf, yakni mengitari Kabah sebanyak tujuh kali melawan arah jarum jam.
Thawaf adalah simbol bahwa alam ini tidak berhenti bergerak. Manusia yang ingin eksis
adalah yang manusia yang selalu bergerak. Maknanya, bergerak adalah entitas kehidupan.
Berhenti bergerak sama dengan kematian. Kualitas seseorang ditentukan oleh gerak dirinya
ke arah yang memberi gerak. Bergerak ke pusat orbitnya. Dalam konteks kehidupan,
seseorang yang haji adalah pribadi yang bergerak dalam mengejewantahkan nilai-nilai
ketuhanan di muka bumi. Bergerak dari perilaku maksiat menuju perilaku yang penuh
rahmat. Karena dengan bergerak ke arah tuhanlah kita akan selamat di belantara kehidupan
ini. Sebaliknya, berhenti bergerak adalah statis dan itu sejatinya mati,walau tanpa dikebumi.
Kedua, sai yaitu berlari-lari kecil antara bukit Safa dan Marwa. Hal ini dilakukan
ketika Siti Hajar sangat membutuhkan air. Berdua dengan Ismail yang masih kecil di tempat
yang asing dan tidak ada sumber kehidupan. Sebuah tantangan kehidupan yang teramat
berat. Siti Hajar berlari berulang kali mencari sumber air. Ketika sampai di Marwa, ia
melihat air di Safa, ketika sampai di Safa, ia melihat air di Marwa. Ternyata yang dilihatnya
itu adalah fatamorgana. Namun, tanpa disangka muncullah air dikaki Ismail, yang sekarang
kita kenal dengan nama air Zam-Zam. Perilaku Siti Hajar ini memberikan gambaran, bahwa
untuk menggapai kejayaan hidup perlu usaha yang sungguh-sungguh dan maksimal.
Kendatipundemikian, keputusan akhir ada ditangan Allah, manusia hanya diperintahkan
berusaha.
Ketiga, melontar Jumrah. Ritual ini didasarkan kepada perilaku Ibrahim yang
melempar setan ketika ingin menunaikan perintah Allah. Setan adalah simbol yang
menggagalkan manusia untuk taat kepada Allah. Dan itu harus dilawan dan dikeluarkan dari
diri manusia. Wajah setanpada manusia terkadang muncul dalam berbagai personifikasi. Bagi
orang yang berlimpah harta, setannya adalah perilaku Qarun. Bagi yang memiliki jabatan dan
kekuasaan setannya adalah sifat Firaun dan bagi yang intelektual adalah perilaku Balam.
Maknanya, wajah-wajah setan itu harus dibuangjauh dari kehidupan, agar kita tidak terjebak
dalam labirin kesesatan.
Sebagai sebuah ibadah yang sarat dengan simbol dan makna spiritual, sejatinya harus
dipahami dengan benar oleh jemaah calon haji. Sebab dengan mengerti, memahami dan
menghayati makna tersirat dari yang tersuratlah ibadah haji akan bermakna. Berhaji dengan
ritual fisik tanpa memahami makna, sama dengan ritual ulangan yang jauh dari nilai
religiusitas dan keringmakna.
Oleh karena itu, seorang yang bergelar haji diharapkan menjadi agen perubahan untuk
membawa manusia ke arah yang baik. Mampu memahami makna hidup dengan benar. Tentu
perilaku dan tindak tanduknya secara kualitatif-kuantitatif menjadi baik. Akan menjadi
antiklimaks apabila haji hanya dipahami sebagai ibadah simbol dan tidak termanifestasi
dalam realitas kehidupan. Haji memang dilakukan di Tanah Suci tapi sejatinya haji bagi
jemaah haji Indonesia itu ada di TanahAir. Rukun dan syaratnya dilakukan di Makkah, tapi
aplikasi haji itu di Indonesia.Itulah sesungguhnya makna spiritual ibadah haji, bukan hanya
sekedar bergelar haji atau hajjah.Wallahu alam.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Haji adalah rukun (tiang agama) Islam yang kelima setelah syahadat, shalat,
zakat dan puasa.Menunaikan ibadah haji adalah bentuk ritual tahunan yang
dilaksanakan kaum muslim sedunia yang mampu (material, fisik, dan keilmuan)
dengan berkunjung dan melaksanakan beberapa kegiatan di beberapa tempat di Arab
Saudi pada suatu waktu yang dikenal sebagai musim haji (bulan Dzulhijjah).
Haji adalah salah satu rukun islam, haji adalah ibadah yang tergabung padanya
antara amalan badan dan pengorbanan harta, dan haji adalah salah satu ibadah yang
paling agung, yang memiliki kandungan makna, dan hikmah yang sangat luas lagi
mendalam
3.2 Saran
Bagi umat islam yang hendak melaksanakan ibadah haji, sebaiknya
mempersiapkan diri baik secara fisik maupun mental atau spiritual sebab ibadah haji
merupakan ibadah yang sangat menguras tenaga disamping mental dan bathin
DAFTAR PUSTAKA
Ash Shiddieqy, Teungku Muhammad Hasbi ,1998. Pedoman Haji, Semarang : PT. Pustaka
Rizki Putra
Asy-Syekh Muhammad bin Qasim Al-Ghazy, 1991. Fath-Hul Qarib, Surabaya : Al-Hidayah.
Shihab, M. Quraish, 2000. Haji, Bandung : Mizan.
Abidin, Slamet, 1998. Fiqih Ibadah, Bandung : CV. Pustaka Setia.
SH, Andy lolo Tonang, H. 1989. Bimbingan ManasikZiarah dan Perjalanan Haji,
Departemen Agama.
Rasjid, H. sulaiman, 2001. Fiqih Islam, Bandung : PT. Sinar Baru Algensindo.
http://id.wikipedia.org/wiki/Tawaf
Rasjid, H. Sulaiman, 1954. Fiqih Islam, , jakarta: Attahiriyah
Karman. H, 2001. Materi Pendidikan Agama Islam, bandung : PT Remaja Rosdakarya