Anda di halaman 1dari 6

Uji Kadar Air (Lachman, 1989)

Granul basah ditimbang kemudian dikeringkan dalam lemari pengering


hingga diperoleh bobot yang tetap. Kadar air dihitung dengan rumus :
a. LOD (Loss on Drying) yaitu suatu pernyataan kadar kelembaban berdasarkan
bobot basah yang dihitung sebagai berikut :
% LOD = Bobot granul basah Bobot granul kering x 100 %
Bobot granul basah
b. MC (Moisture Content) yaitu suatu pernyataan kandungan lembab berdasarkan
bobot kering dihitung sebagai berikut :
% MC = Bobot granul basah Bobot granul kering x 100 %
Bobot granul kering

2. Uji Sudut Istirahat (Lachman, 1989)


Granul yang telah kering ditimbang sebanyak 25 gram, lalu dimasukkan ke
dalam corong yang bagian bawahnya tertutup. Kemudian bagian bawah corong
dibuka sehingga granul dapat mengalir di atas meja yang telah dilapisi kertas grafik.
Selanjutnya diukur tinggi dan diameter timbunan granul yang terbentuk. Sudut
istirahat dihitung dengan rumus :
Tan = 2h
d
Dimana : = Sudut istirahat
h = Tinggi timbunan granul
d = Diameter timbunan granul
3. Uji Kecepatan Alir (Lachman, 1989)
Granul yang telah kering ditimbang sebanyak 25 gram, lalu dimasukkan ke
dalam corong yang bagian bawahnya tertutup. Kemudian bagian bawah corong
dibuka sehingga granul dapat mengalir di atas meja yang telah dilapisi kertas. Waktu
alir granul ditentukan pada saat granul mulai mengalir sampai granul berhenti
mengalir menggunakan stopwatch. Kecepatan alir dihitung dengan rumus :
Kecepatan alir = Bobot granul
Waktu alir

4. Kerapatan curah, Kerapatan mampat dan Porositas (Lachman, 1989)


Granul ditimbang sebanyak 25 gram, lalu dimasukkan ke dalam gelas ukur
100 ml dan dicatat volumenya (Vo). Setelah itu dilakukan pengetukan dengan alat
dan dicatat volume ketukan ke 10, ke 50 dan ke 100, lalu dilakukan perhitungan
dengan rumus :

Kerapatan curah = Bobot granul Porositas = 1- Kerapatan curah 100%


Volume awal (Vo) kerapatan sejati
Kerapatan mampat = Bobot granul
Volume mampat

Kompresibilitas = vol. awal vol. mampat 100%


Vol. awal
5. Kerapatan sejati (Lachman, 1989)
Pengujian bobot jenis sejati dilakukan dengan cara menimbang piknometer
50 ml yang kosong (a). Kemudian piknometer diisi dengan parafin cair dan
ditimbang kembali (b).
Kerapatan parafin cair = b a
50
Granul sebanyak 1 gram diisikan ke dalam piknometer 50 ml yang kosong,
lalu ditimbang (c). Kemudian ditambahkan parafin cair ke dalam piknometer hingga
penuh dan ditimbang kembali (d). Bobot jenis sejati dihitung dengan rumus :
Kerapatan sejati = (c a) x Bobot jenis parafin cair
(c + d) (a + d)

Evaluasi granul
2. Uji keseragaman bobot
Dua puluh tablet ditimbang seluruhnya dengan seksama, dihitung bobot rata-ratanya.
Ditimbang satu per satu tablet, dibandingkan dengan bobot rata rata tablet. Persyaratan
keseragaman bobot tablet yang ditetapkan untuk tablet dengan bobot lebih dari 300 mg adalah
tidak lebih dari 2 tablet yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-rata lebih besar dari 5% dan
tidak ada satu tablet pun yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-rata lebih dari
10% (Depkes RI, 1995).

3. Uji Kekerasan Tablet (Gennaro, 1998)


Pengujian dilakukan terhadap 6 tablet dengan menggunakan alat uji
kekerasan tablet (Stoches). Tablet diletakkan diantara anvil dengan plat datar yang
diam dan dijepit dengan memutar alat penekan. Angka yang ditunjukkan oleh jarum
penunjuk pada skala dinyatakan sebagai titik nol. Alat penekan diputar sampai tablet
retak atau pecah dan angka pada skala dicatat. Syarat kekerasan tablet 6-12 kg.

4. Uji kerapuhan tablet


Tablet yang diuji dibebas debukan terlebih dahulu. Ditimbang 10 tablet yang dipilih secara
acak. Seluruh tablet dimasukkan ke dalam alat uji kerapuhan (Erweka Tipe TA/TR 120) selama 4
menit dengan kecepatan 25 rpm. Selanjutnya tablet dibebas debukan dan ditimbang kembali.
Dihitung persen bobot tablet yang hilang. Bobot tablet yang hilang tidak lebih dari 1% (Ansel,
2005).
5. Uji waktu hancur tablet
Enam tablet, dimasukkan masing - masing sebanyak 1 tablet kedalam alat uji waktu
hancur. Dimasukkan satu cakram pada tiap tabung. Digunakan air bersuhu (37 2) C sebagai
media. Alat uji waktu hancur (Erweka Tipe ZT X 20) dijalankan dan dihitung waktu hancur tablet.
Persyaratan waktu hancur untuk tablet adalah kurang dari menit 15 menit
(Depkes RI, 1995).

1. Uji Keseragaman Ukuran (Dirjen POM, 1979)


Dua puluh tablet diambil secara acak dan diukur diameter serta tebal masingmasing
tablet dengan jangka sorong. Kecuali dinyatakan lain, diameter tablet tidak
lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari 11/3 kali tebal tablet.

Anda mungkin juga menyukai