Anda di halaman 1dari 10

FARMAKOLOGI

ANTIMIKROBA DAN MEKANISMENYA

KELOMPOK 9

1. HERWIN SETIAWAN ( NIM


20166114039 )
2. ERLINA ( NIM
20166124030 )
3. SUKARSIH ( NIM
20166124080 )
4. MOMOY ( NIM
20166124057 )

PRODI D III KEPERAWATAN KELAS


KARYAWAN
POLTEKKES KEMENKES PONTIANAK
SEMESTER 2 TAHUN 2017

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. LATAR BELAKANG

Antimikroba adalah obat pembasmi mikroba, khususnya mikroba yang


merugikan manusia. Antimikroba atau antiinfeksi, termasuk antiparasit, adalah obat yang
digunakan untuk terapi kondisi patologi yang disebabkan oleh karena infeksi mikroba
atau invasi parasit. (ISO Indonesia, 2013).

Penggunaan antimikroba sebagai terapi penyakit infeksi berkembang sangat pesat


sejak abad ke-19 hingga saat ini. Terdapat banyak jenis antimikroba yang banyak
beredar di masyarakat yang dapat dibedakan dalam beberapa golongan seperti
berdasarkan mekanisme kerjanya, spektrum, struktur kimia, aksi utamanya, dan tempat
kerjanya. (Anonim, 2014).

Penggunaan antimikroba yang sembarangan atau tidak tepat sesuai dengan


indikasi, dapat mengakibatkan gagalnya terapi dan dapat menimbulkan resiko seperti
resistensi atau terjadinya efek samping. (Tjay, dkk, 2010).

I.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apa itu Antimikroba?

2. Apa saja jenis-jenis dan penggolongan Antimikroba?

3. Bagaimana efek samping dari penggunaan Antimikroba?

I.3 TUJUAN

1. Untuk mengetahui apa itu antimikroba.

2. Untuk mengetahui jenis-jenis dan penggolongan antimikroba.

3. Untuk mengetahui efek samping dari penggunaan antimikroba.


BAB II

PEMBAHASAN

II.1 ANTIMIKROBA (Antibiotik, Desinfektan, dan Antiseptik)

Antimikroba adalah obat pembasmi mikroba, khususnya mikroba yang


merugikan manusia. Antimikroba atau antiinfeksi, termasuk antiparasit, adalah obat yang
digunakan untuk terapi kondisi patologi yang disebabkan oleh karena infeksi mikroba
atau invasi parasit. (ISO Indonesia, 2013).

Kemoterapeutika (antimikroba) didefinisikan sebagai obat-obat kimiawi yang


digunakan untuk memberantas penyakit infeksi mikroorganisme seperti bakteri, fungi,
virus dan protozoa, serta infeksi oleh cacing. Obat-obat tersebut berkhasiat memusnahkan
parasit tanpa merusak jaringan tuan-rumah. (Tjay, dkk, 2010).

a. Antibiotik
Antibiotik adalah zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba, terutama
fungi, yang dapat menghambat mikroba jenis lain. Antibiotik adalah
segolongan senyawa yang punya efek membunuh mikroorganisme di dalam
tubuh, misalnya ketika terjadi infeksi bakteri. Kata antibiotik diberikan pada
produk metabolik yang dihasilkan suatu organisme tertentu, yang dalam
jumlah amat kecil bersifat merusak atau menghambat mikroorganisme lain.
Dengan kata lain, antibiotik merupakan zat kimia yang dihasilkan oleh
suatu mikroorganisme yang menghambat mikroorganisme. (Pelczar, 2008).
Kegiatan antibiotis untuk pertama kalinya ditemukan secara
kebetulan oleh dr. Alexander Fleming, tetapi penemuan ini baru
dikembangkan dan digunakan pada permulaan Perang Dunia II, ketika obat-
obat antibakteri sangat diperlukan untuk menanggulangi infeksi dari luka-
luka akibat pertempuran. (Tjay, dkk, 2010).
Para peneliti di seluruh dunia menghasilkan banyak zat lain dengan
khasiat antibiotis, namun berhubung dengan sifat toksisnya bagi manusia,
hanya sebagian kecil saja yang dapat digunakan sebagai obat. Beberapa
diantaranya :
1. Aminoglikosida (Cth : Kantrex dan Mycrifradin), untuk mengobati diare
dan kondisi lain yang khas.
2. Sefalosporin (Cth : Sefadrin dan Sefadroksil), untuk infeksi saluran
pencernaan atas seperti sakit tenggorokan, pneumonia, infeksi telinga,
dan lain-lain.
3. Kloramfenikol (Cth : Chloromycetin dan Mychel), untuk infeksi
berbahaya.
4. Eritromisin (Cth : Pedamycin dan Robimycin), untuk infeksi saluran
bagian atas, infeksi telinga, dan sifilis.
5. Penisilin (Cth : Ampisilin dan Amoxsan), untuk infeksi saluran napas
atas, bronkhitis, saluran kemih, dan lain-lain.
6. Tetrasiklin (Cth ; Terramycin dan Tetrasiklin), untuk kolera dan
beberapa jenis jerawat.

b. Desinfektan
Desinfektan adalah bahan kimia yang digunakan untuk mencegah
terjadinya infeksi atau pencemaran jasad renik seperti bakteri dan virus,
juga untuk membunuh atau menurunkan jumlah mikroorganisme atau kuman
penyakit lainnya. Desinfektan digunakan untuk membunh mikroorganisme
pada benda mati. (Anonim, 2014).
Desinfeksi adalah membunuh mikroorganisme penyebab penyakit
dengan bahan kimia atau secara fisik, hal ini dapat mengurangi
kemungkinan terjadi infeksi dengan jalan membunuh mikroorganisme
patogen. Desinfeksi dilakukan apabila sterilisasi sudah tidak mungkin
dikerjakan, meliputi : penghancuran dan pemusnahan mikroorganisme patogen
yang ada tanpa tindakan khusus untuk mencegah kembalinya
mikroorganisme tersebut.
Banyak bahan kimia yang dapat berfungsi sebagai desinfektan,
tetapi umumnya dikelompokkan ke dalam beberapa kelmpok :
1. Golongan Aldehid (Cth : Formaldehid dan Glutaraldehid), untuk
membunuh mikroorganisme dalam ruangan, peralatan dan lantai
(formaldehid), serta untuk membunuh virus (glutaraldehid).
2. Golongan Alkohol (Cth : etanol, propanol, dan isopropanol), untuk proses
desinfeksi pada permukaan yang kecil, tangan, dan kulit.
3. Golongan Pengoksidasi (Cth : peroksida dan peroksigen), untuk proses
desinfeksi permukaan dan sebagai sediaan cair.
4. Golongan Halogen (Cth : iodium dan klor), untuk mereduksi virus,
tetapi tidak efektif untuk membunuh beberapa jenis bakteri gram
positif dan ragi. Umum digunakan sebagai desinfektan pada pakaian,
kolam renang, dan lumpur air selokan.
5. Golongan Fenol (Cth : fenol dan para kloro xylenol), untuk proses
desinfeksi virus, spora tetapi tidak baik digunakan untuk membunuh
beberapa jenis bakteri gram positif dan ragi. Umum digunakan dalam
proses desinfeksi di bak mandi, permukaan dan lantai, serta dinding
atau peralatan yang terbuat dari papan/kayu.
6. Golongan Garam Amonium Kuarterner (Cth : benzalkonium klorida dan
bensatonium klorida), untuk proses desinfeksi hanya untuk bakteri
vegetatif dan lipovirus, terutama untuk desinfeksi peralatannya.
7. Golongan Biguanida (Cth : klorheksidin), ampuh sebagai antimikroba
terutama jenis bakteri gram positif dan beberapa jenis bakteri gram
negatif (S. Aureus, E. Coli, dan P. Aeruginosa), tetapi kurang baik untuk
membunuh beberapa organisme gram negatif, spora, jamur, terlebih
virus serta sama sekali tidak bisa membunuh M. Pulmonis.

c. Antiseptik
Antiseptik adalah zat yang dapat menghambat atau menghancurkan
mikroorganisme pada jaringan hidup, sedang desinfeksi digunakan pada
benda mati. Antiseptik adalah zat antimikroba yang diberikan pada jaringan
hidup/kulit untuk mengurangi kemungkinan infeksi, sepsis (peradangan
seluruh tubuh yang berpotensi fatal) yang disebabkan oleh infeksi berat, dan
pembusukan. Beberapa antiseptik yang umum dipakai :
1. Alkohol, digunakan untuk mensterilkan kulit sebelum suntikan
diberikan.
2. Senyawa Surfaktan, digunakan dalam beberapa desinfektan kulit pra-
operasi dan handuk/tissue antiseptik.
3. Asam Borat, digunakan dalam pengobatan infeksi ragi vagina, pada
rambut/bulu mata, dan sebagai antivirus untuk mempersingkat durasi
serangan sakit dingin. Digunakan ke dalam krim untuk luka bakar.
4. Brilliant Hijau, digunakan untuk pengobatan luka kecil dan abses
yang efisien terhadap bakteri gram positif.
5. Chlorhexidine Gluconate, digunakan sebagai antiseptik kulit dan untuk
mengobati radang gusi.
6. Hidrogen Peroksida, digunakan untuk membersihkan dan
menghilangkan bau luka dan bisul.
7. Yodium, digunakan sebagai antiseptik pra dan pasca operasi dan tidak
lagi direkomendasikan untuk mendesinfeksi luka ringan karena
mendorong pembentukan jaringan perut dan meningkatkan waktu
penyembuhan.
8. Octenidine dihydrochloride, digunakan sebagai QAC dan klorheksidin.
9. Senyawa Fenol (Asam Karbol), digunakan untuk membersihkan tangan
pada pra operasi, bedak bayi antiseptik, obat kumur dan tenggorokan.
10. Polyhexanide (polyhexamethylene biguanide), senyawa antimikroba
yang cocok dalam penggunaan klinis disaat kritis atau infeksi luka
yang akut dan kronis.
11. Sodium Klorida, digunakan sebagai pembersih umum dan obat kumur
antiseptik.

II.2. PENGGOLONGAN ANTIMIKROBA

Antimikroba, khususnya antibiotika digolongkan dalam beberapa golongan, yaitu


berdasarkan spektrum, struktur kimia, aksi utama, tempat kerja, dan mekanisme kerjanya.

1. Berdasarkan Spektrumnya
a. Antibiotik dengan spektrum sempit, efektif terhadap satu jenis
mikroba.
b. Antibiotik dengan spektrum luas, efektif baik terhadap gram positif
maupun gram negatif.
Contoh : tetrasiklin, amnifenikol, aminoglikosida, makrolida, turunan
penisilin.
c. Antibiotik yang aktivitasnya lebih dominan terhadap gram positif.
Contoh : eritromisin, sebagian besar turunan penisilin, dan beberapa
turunan sefalosporin.
d. Antibiotik yang aktivitasnya lebih dominan terhadap bakteri gram
negatif.
Contoh : kolkistin, polimiksin B sulfat, dan sulfomisin.
e. Antibiotik yang aktivitasnya lebih dominan terhadap Mycobacteriae
(antituberkulosis).
Contoh : streptomisin, kanamisin, rifampisin.
f. Antibiotik yang aktif trhadap jaumr (antijamur).
Contoh : griseofulvin, amfoterisin B, dan kandisidin.
g. Antibiotik yang aktif terhadap neoplasma (antikanker)
Contoh : aktinomisin, bleomisin, dan mitramisin.

2. Berdasarkan Struktur Kimianya


a. Antibiotik -laktam
b. Turunan amfnikol
c. Turunan tetrasiklin
d. Aminoglikosida
e. Makrolida
f. Polipeptida
g. Linkosamida
h. Polien
i. Ansamisin
j. Antrasiklin

3. Berdasarkan Aksi Utamanya


a. Bakteriostatik, menghambat pertumbuhan mikroba.
Contoh : Penisilin, Aminoglikosida, Sefalosporin, Kotrimoksasol,
Isoniasida, Eritromisin (kadar tinggi), Vankomisin.
b. Bakterisida, membunuh/memusnahkan mikroba.
Contoh : Tetrasiklin, Asam fusidat, Kloramfenikol, PAS, Linkomisin,
Eritromisin (kadar rendah), klindamisin.

Antimikroba tertentu aktivitasnya dapat meningkat dari bakteriostatik menjadi


bakterisida bila kadar antimikroba ditingkatkan melebihi KHM dan menjadi KBM.
KHM (Kadar Hambat Minimal), kadar minimal yang diperlukan untuk menghambat
pertumbuhan organisme.
KBM (Kadar Bunuh Minimal), kadar minimal yang diperlukan untuk membunuh
mikroorganisme.

4. Berdasarkan Tempat Kerjanya


a. Dinding sel, menghambat biosintesis peptidoglikan.
Contoh : penisilin, sefalosporin, basitrasin, vankomisin, sikloserin.
b. Membran sel, fungsi dan integritas membran sel.
Contoh : nistatin, amfoteresin, polimiksin B.
c. Asam Nukleat, menghambat biosintesis DNA, mRNA.
Contoh : mitomisin C, rifampisin, griseofilvin.
d. Ribosom, menghambat biosintesis protein.
Contoh : aminosiklitol, tetrasiklin, amfenikol, makrolida, linkosamida.
5. Berdasarkan Mekanisme Kerjanya
a. Antimikroba yang Menghambat Metabolisme Sel Mikroba
Mikroba membutuhkan asam folat untuk kelangsungan hidupnya.
Mikroba patogen harus mensintesis sendiri asam folat dari asam amino
benzoat (PABA) untuk kehidupan hidupnya. Koenzim asam folat
diperlukan oleh mikroba untuk sintesis purin dan pirimidin dan
senyawa-senyawa lain yang diperlukan untuk pertumbuhan seluler dan
replikasi. Apabila asam folat tidak ada, maka sel-sel tidak dapat
tumbuh dan membelah. Melalui mekanisme kerja ini diperoleh efek
bakteriostatik. Antimikroba seperti sulfonamide secara struktur mirip
dengan PABA, asam folat, dan akan berkompetisi dengan PABA untuk
membentuk asam folat, jika senyawa antimikroba yang menang
bersaing dengan PABA, maka akan terbentuk asam folat non
fungsional yang akan mengganggu kehidupan mikroorganisme. Contoh :
Sulfonamid, trimetoprim, asam p-aminosalisilat.

b. Antimikroba yang Menghambat Sintesis Dinding Sel Mikroba


Antimikroba golongan ini dapat menghambat biosintesis
peptidoglikan, sintesis mukopeptida atau menghambat sintesis peptide
dinding sel, sehingga dinding sel menjadi lemah dan karena tekanan
turgor dari dalam, dinding sel akan pecah atau lisis sehingga bakteri
akan mati. Contoh : penisilin, sefalosporin, sikloserin, vankomisin,
basitrasin, dan antifungi golongan Azol.

c. Antimikroba yang Menghambat Sintesis Protein Sel Mikroba


Sel mikroba memerlukan sintesis berbagai protein untuk
kelangsungan hidupnya. Sintesis protein berlangsung di ribosom
dengan bantuan mRNA dan tRNA. Ribosom bakteri terdiri atas dua
subunit yang berdasarkan konstanta sedimentasi dinyatakan sebagai
ribosom 3OS dan 5OS. Supaya berfungsi pada sintesis protein, kedua
komponen ini akan bersatu pada pangkal rantai mRNA menjadi
ribosom 7OS. Antimikroba akan menghambat reaksi transfer antara
donor dengan aseptor atau menghambat translokasi t-RNA peptidil dari
situs aseptor ke situs donor yang menyebabkan sintesis protein terhenti.
Contoh : kloramfenikol, golongan tetrasiklin, eritromisin, klindamisin,
dan pristinamisin.

d. Antimikroba yang Menghambat Sintesis Asam Nukleat Sel Mikroba


Contoh obat yang termasuk dalam kelompok ini yaitu rifampisin
dan golongan kuinolon. Salah satu derivat rifampisin yaitu rifampisin
berikatan dengan enzim polimerase-RNA (pada subunit) sehingga
menghambat sintesis RNA dan DNA oleh enzim tersebut. Pada
golongan kuinolon dapat menghambat enzim DNA girase pada
mikroba yang berfungsi menata kromosom yang sangat panjang
menjadi bentuk spiral hingga bisa muat dalam sel mikroba yang kecil.

e. Antimikroba yang Mengganggu Keutuhan Membran Sel Mikroba


Obat yang termasuk dalam kelompok ini yaitu polimiksin,
golongan polien serta berbagai kemoterapeutik lain seperti antiseptik
surface active agents. Polimiksin sebagai senyawa amonium-kuartener
dapat merusak membran sel setelah bereaksi dengan fosfat pada
fosfolipid membran sel mikroba. Polimiksin tidak efektif terhadap
bakteri Gram positif karena jumlah fosfor bakteri ini rendah. Bakteri
Gram negatif menjadi resisten terhadap polimiksin ternyata jumlah
fosfornya menurun. Antibiotik polien bereaksi dengan struktur sterol
yang terdapat pada membran sel fungi sehingga mempengaruhi
permeabilitas selektif membran tersebut. Bakteri tidak sensitif terhadap
polien karena tidak memiliki struktur sterol pada membran selnya.
Antiseptik yang mengubah tegangan permukaan dapat merusak
permeabilitas selektif dari membran sel mikroba. Kerusakan membran
sel menyebabkan keluarnya berbagai komponen penting dari dalam sel
mikroba yaitu protein, asam nukleat, nukleotida dan lain-lain.

II.3. EFEK SAMPING PENGGUNAAN ANTIMIKROBA

Efek samping penggunaan antimikroba dapat dikelompokkan menurut reaksi


alergi, reaksi idiosikrasi, reaksi toksik, serta perubahan biologi dan metabolik pada
hospes.

1. Reaksi Alergi
Reaksi alergi dapat ditimbulkan oleh semua antibiotik dengan melibatkan
sistem imun tubuh hospes.terjadinya tidak bergantung pada besarnya dosis obat
. Manifestasi gejala dan derajat beratnya reaksi dapat bervariasi.

2. Reaksi Idiosinkrasi
Gejala ini merupakan reaksi abnormal yang diturunkan secara genetik terhadap
pemberian antimikroba tertentu. Sebagai contoh 10% pria berkulit hitam akan
mengalami anemia hemolitik berat bila mendapat primakulin. Ini disebabkan
mereka kekurangan enzim G6PD.

3. Reaksi Toksik
AM pada umumnya bersifat toksik-selektif , tetapi sifat ini relatif. Efek toksik
pada hospes ditimbulkan oleh semua jenis antimikroba.

4. Perubahan Biologik Dan Metabolik


Pada tubuh hospes, baik yang sehat maupun yang menderita infeksi, terdapat
populasi mikroflora normal.

BAB III

PENUTUP

III.1. KESIMPULAN

1. Antimikroba adalah obat pembasmi mikroba, khususnya mikroba yang


merugikan manusia.
2. Antibiotik adalah segolongan senyawa yang punya efek membunuh
mikroorganisme di dalam tubuh, misalnya ketika terjadi infeksi bakteri.

3. Desinfektan adalah bahan kimia yang digunakan untuk mencegah terjadinya


infeksi atau pencemaran jasad renik seperti bakteri dan virus, juga untuk
membunuh atau menurunkan jumlah mikroorganisme atau kuman penyakit
lainnya pada benda mati.

4. Antiseptik adalah zat yang dapat menghambat atau menghancurkan


mikroorganisme pada jaringan hidup

5. Antimikroba digolongkan dalam beberapa golongan, yaitu berdasarkan


spektrum, struktur kimia, aksi utama, tempat kerja, dan mekanisme kerjanya.

6. Efek samping dari penggunaan antimikroba adalah reaksi alergi, reaksi


idiosikrasi, reaksi toksik, serta perubahan biologi dan metabolik pada
hospes.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim.Antimikroba.https://www.scribd.com/doc/5290110/Antimikroba/. 5
Oktober 2014.

Anonim. Cara Kerja Antibiotik: Bagaimana antibiotik membunuh bakteri.


http://www.amazine.co/17365/cara-kerja-antibiotik-bagaimana-antibiotik-
membunuh-bakteri/. 5 Oktober 2014.
Anonim. Dasar Pengertian Desinfektan dan Antiseptik.
www.sawitchem.com/post/6/dasar-pengertian-desinfektan-dan
-antiseptik.html. 5 Oktober 2014

Anonim. Mekanisme Kerja Antimikroba. www.Ilmuveteriner.com/mekanisme-


kerja-antimikroba/. 5 Oktober 2014

Anonim. Perbedaan Antiseptik dan Desinfektan.


www.ilmy007.blogspot.com/2013/03/perbedaan-antiseptik-
desinfektan.html. 5 Oktober 2014.

Badan POM RI. 2013. ISO Indonesia Volume 48. Jakarta : PT. ISFI
Penerbitan Jakarta.

Pelczar, Michael. 2008. Dasar-Dasar Mikrobiologi 2. Jakarta : UI Press.

Priyanto. 2008. Farmakoterapi dan Terminologi Medis. Depok : LESKONFI.

Tjay, Tan, dkk. 2010. Obat-Obat Penting. Jakarta : PT. Elex Media
Komputindo.

Anda mungkin juga menyukai